NovelToon NovelToon

Empat Menantu Pilihan Mamih

Prolog

"Bib..Bib... Minggir.. Woy.. minggir lo." Teriak seorang gadis yang memakai baju kebaya dan juga setelan toga. Sudah rapi bersama dengan ketiga temannya. Kanaya adalah salah satu diantara ke empat gadis kampus yang paling bar-bar.

"Iya nih.. Kita lagi buru-buru buat dateng ke acara wisuda malah ada lampu merah beginian. Rasanya nih Bumi udah penuh kali ya.. ama para manusia." Teman Kanaya yang bernama Ghina jika bicara tidak berpikir dan asal.

"Wees.. Ngomong lo di jaga. Ini kita juga manusia." Azmita berucap menengahi pertengkaran Kanaya dan Ghina yang kesal karena mereka terjebak macet ibukota. Waktu yang hampir menipis membuat Kanaya hampir lepas kendali dan juga Ghina yang bicaranya hampir melantur aneh.

"Iya nih. Kalian yang sabar ya." Bulan yang paling waras diantara mereka. Tapi, bisa jadi lebih bar-bar jika kondisi moodnya sedang baik. Diam-diam menghanyutkan, itu adalah sebutan Ghina untuk teman boncengan motornya, Bulan.

"Tapi.. Loh enggak liat apa. Masih ada berapa menit lagi kita harus sampe cepet." Kesal Kanaya.

"Emang nih para manusia enggak bisa apa berkurang gitu populasinya." Kesal Ghina.

Sudahlah Azmita dan Bulan yang ada di boncengan diam mendengar umpatan dan sumpah serapah yang Kanaya layangkan bersama Ghina.

Tanpa sadar mereka berempat di perhatikan oleh seorang perempuan yang berusia lima puluhan.

"Cari informasi tentang mereka. Aku ingin mereka yang menjadi calon menantu untuk keempat putraku."

"Baik Nyonya."

Perempuan yang berusia Lima puluhan tahun itu adalah Nyonya Carla.

Perempuan yang menjadi istri dari Satria Bagas Aditiya.

Saat ini sedang menaiki mobilnya bersama asisten putranya yang kedua yaitu Phino.

Tak lama lampu kembali berwarna hijau. Kanaya sudah mengegas motornya bersama Azmita dalam boncengannya.

"Gila... Nay... Lo mau kita mati muda."

"Ya enggak juga. Noh liat Teman lo udah ngacir duluan sama Bulan."

"Waah bener juga. Tambah gasnya Nay..."

"Siap...."

Di motor lainnya. Bulan dan Ghina yang menyetir sedang santai dengan kecepatan motor mereka.

Seketika Kanaya dan Azmita lewat dan membuat Bulan dan Ghina saling menatap. Dengan siap, Bulan memeluk pinggang Ghina dan dengan mengegas-ngegas motornya. Ghina menambah ke cepatan motornya.

"Waduuhh.. Anak jaman sekarang buat jantungan aja." Seorang lelaki paruh baya terkejut dan langsung menghentikan motornya ketika Kanaya dan Ghina melewatinya.

"Sudahlah pak.. Sabar saja. Toh anak kita juga begitu." Istrinya yang ada di boncengan menyabarkan suaminya yang terkejut.

Di mobilnya. Phino terkejut karena Ghina dan Kanaya tadi hampir bertabrakan dengan mobilnya.

Nyonya ingin menantu seperti mereka apa yang terjadi jika para Tuan muda tahu. Batin Phino.

"Nyonya Anda tidak Apa-apa."

"Ah.. Tidak masalah.. Ayo teruskan jalannya kita akan segera sampai." Nyonya Clara berusaha sabar dengan kelakuan empat gadis tadi.

Sampai di parkiran Dandanan mereka berempat semuanya tidak ada yang berubah. Mereka berempat selalu menggunakan riasan natural jadi tidak seperti tante-tante rempong jika terkena angin naik motor langsung berubah.

"Waah.. Ampun Ghina... Lo nyetir enggak kira-kira. Hampir mati tahu enggak." Kesal Bulan.

"Lo enggak papa." Azmita langsung melompat turun dari motor Kanaya. Seketika Kanaya mengumpat Karena dirinya belum menstandarkan motor dengan benar. Di tambah dia menggunakan rok batik yang sempit.

"Aku enggak apa-apa." Jawab Bulan. Mereka berempat berjalan dengan santai menggunakan jubah toga. Lalu pakaian Kebaya dan khas untuk wisuda mereka sudah sangat terlihat wah.

"Hay... Bulan," ucap Kanaya yang melihat kakak tingkat memperhatikan Bulan.

"Udahlah males." Bulan melihat kearah Kanaya tunjukan.

"Wuuaah.. Lo udah putus ama dia." Serempak Ghina dan Azmita bertanya.

"Kapan?" Serempak Kanaya dan Ghina. Dengan suara cemprengnya.

"Oh.. Kalian ini telat yaa.. Kalian enggak tahu apa ini hari yang bersejarah untuk kalian malah kelamaan disini."

Seketika Mata ke empat gadis itu menoleh cepat menatap Dosen menyebalkan.

Berjenis kelamin perempuan itu. Dandanan seperti orang jawa tulen menggunakan sanggul dan juga kebaya.

"Ah Ibu Ningsih.. Maaf Bu.. Kita langsung ke tempat acara ya.." Azmita perlahan mundur menarik Ghina.

"Ahahah.. Iya Bu.. Ibu makin cantik deh bu. Kalo lemaknya ibu kurangin." Seketika Bulan, Azmita dan Ghina melotot kaget. Ucapan Kanaya baru saja mengeluarkan mereka dari kedamaian saat ini.

"Ah.. Itu.. hem.." Cubitan Azmita membuat Ghina berusaha meraih tangan Kanaya. Mereka sudah hampir selesai memasang langkah seribu untuk kabur dari kemarah Ibu Ningsih.

"KALIAN... APA KALIAN BILANG KALIAN TIDAK TAHU SOPAN YA.. ATAGHFIRULLAHHALADZIM.. ANAK GADIS..."

"Daah.. Bu sampai ketemu di tempat acara." Teriak Azmita.

Sampai mereka di toilet untuk menyegarkan wajah mereka dan dan merapikan beberapa yang terlihat berantakan.

Setelah selesai. Sekarang Mereka memasuki ruangan acara. Seketika Bulan di tarik seorang lelaki. Tanpa bicara lagi, tiba-tiba Kanaya menjadi tameng untuk Bulan.

"Mau apa lo sama Temen gue. Asal lo tahu ya.. Kalo lo kasar sama temen gue, gue seset kulit ama tulang lo." Menatap lelaki itu dengan melipat tangan diatas perut.

"Bagus.. Tonjok aja Nay." Teriak Ghina.

"Udahlah," ucap Bulan menarik Kanaya untuk pergi.

"Halah.. Sok berani Cewek-cabe kek kalian orang itu bisanya cuman menyek-menyek terus mewek-mewekan." Salah satunya berucap dengan santai. Di sambut tawa kedua temannya sambil bertos ria.

Seketika Pukulan keras di layangkan Azmita.

"Ngebuat lo orang masuk rumah sakit kita masih bisa. Liat aja.. Lo pulang lewat mana kita begal." Ancaman Ghina membuat ketiga lelaki itu berlari terbirit-birit untuk pergi menghindari keempat gadis bar-bar.

"Mantep tuh Lo belajar nonjok dimana." Kekeh Kanaya.

"Iya nih.. Kok gue enggak pernah tahu." Sahutan Ghina.

"Teman-teman. Makasih ya.. Kalian ngebelain gue lagi. Gue emang enggak berguna diantara kalian."

"Bulan, Dengerin kita, kita itu sayang sama lo, udah kayak sodara, jadi jangan terlalu begini. Gue ama yang lainnya sedikit merasa aneh."

"Kalian sahabat terbaik Gue."

"Oh ya jelas lah.. Peyukk sini." Kanaya langsung merapakan ketiganya dan berpelukan bersama.

...****************...

Di rumah besar nan mewah juga di penuhi dengan pelayan yang sedang bekerja. Dan sekarang semua pelayan sedang tidak ada di rumah utama karena Clara akan bicara penting pada keempat putanya.

Keempat putra yang sedang duduk di hadapan mereka kini menatap kedua orang tuanya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Bagimana?" Tanyanya.

Meletakan cangkirnya dengan sangat lembut sambil tersenyum lembut, menatap ke empat putra yang hanya berjarak setahun dan mereka besar bersama dan sekarang semuanya sedang di hadapannya.

Jangan tanya kenapa Nyonya Carla tidak tersinggung dengan tatapan ke empat putranya. Jawabannya adalah sudah kenyang dengan sifat ke empat putranya yang lebih banyak dingin dan sedikit bicara, beruntung ke empat putranya tidak terlalu kasar.

"Aku tidak butuh asisten," ucap Davendara dengan tegas. Seketika Rama membawa Davendra menuju lift tanpa mau bantuan mendorong kursi rodanya.

Davendara mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan. Ketika kekasihnya tahu Davendra sudah tidak bisa berjalan selama beberapa waktu atau bahkan kemungkinan sembuhnya hanya tipis. Kekasihnya pergi begitu saja.

"Tidak." Farel putra keduanya yang begitu dingin orang tuanya saja melihat Farel tersenyum untuk terakhir kalinya di usia tiga tahun. Setelah itu senyum itu hilang entah kemana. Farel yang pendiam sedikit bicara kaku dan dingin.

"Untuk apa Mih. Aku sudah punya Taris. Lagi pula Taris juga sudah menjadi asisten ku."

Zacky.

Putra ketiga dari Carla. Zacky memang tidak terlalu dingin tapi, ketika di situasi dan tempat Lain Zacky sama saja dengan ketiga saudara kandungnya.

"Huuhh... Terserah kalian ingin apa? Mamih akan tetap akan membawa keempat gadis ini untuk di jadikan tangan kanan kalian dan jika bisa mamih akan menjadikannya menantu."

"Tidak perlu Mamih. Kami cukup dengan cinta pertama kami. Yaitu Mamih."

Rio.

Putra terakhir yang baru merintis usahanya setelah lulus sarjana dengan dua gelar terbaik dia dapatkan di kampus terbaik. Kecerdasan dan ke pintarannya sama dengan ke tiga kakaknya yang sangat tampan dan juga pintar.

"Yaah.. Yaa. Mamih tidak akan termakan gombalan murahanmu Rio."

Seketika Rio tersenyum melangkah maju mencium pipi ibunya dan pergi.

Sebelum ibunya selesai bicara.

Mencium pipi ibunya tiba-tiba dan pergi seketika itu tidakan penolakan untuk ibunya tak usah bicara lagi.

"Lihat Putramu.. Mereka putra.. Ah... Tampan dan Mereka semua.. ah sudahlah aku lelah."

Carla dan suaminya pun menikmati waktu berdua mereka bersama.

AZMITA

GHINA

BULAN

**KANAYA

........Sumber: Pinterest**.......

Graduation day

"Bib..Bib... Minggir.. Woy.. minggir lo." Teriak seorang gadis yang memakai baju kebaya dan juga setelan toga. Sudah rapi bersama dengan ketiga temannya. Kanaya adalah salah satu diantara ke empat gadis kampus yang paling bar-bar.

"Iya nih.. Kita lagi buru-buru buat dateng ke acara wisuda malah ada lampu merah beginian. Rasanya nih Bumi udah penuh kali ya.. ama para manusia." Teman Kanaya yang bernama Ghina jika bicara tidak berpikir dan asal.

"Wees.. Ngomong lo di jaga. Ini kita juga manusia." Azmita berucap menengahi pertengkaran Kanaya dan Ghina yang kesal karena mereka terjebak macet ibukota. Waktu yang hampir menipis membuat Kanaya hampir lepas kendali dan juga Ghina yang bicaranya hampir melantur aneh.

"Iya nih. Kalian yang sabar ya." Bulan yang paling waras diantara mereka. Tapi, bisa jadi lebih bar-bar jika kondisi moodnya sedang baik.

Diam-diam menghanyutkan, itu adalah sebutan Ghina untuk teman boncengan motornya. Bulan.

"Tapi.. Loh enggak liat apa. Masih ada berapa menit lagi kita harus sampe cepat." Kesal Kanaya.

"Emang nih para manusia enggak bisa apa berkurang gitu populasinya." Kesal Ghina.

Sudahlah Azmita dan Bulan yang ada di boncengan diam mendengar umpatan dan sumpah serapah yang Kanaya layangkan bersama Ghina.

Sampai di parkiran Dandanan mereka berempat semuanya tidak ada yang berubah. Mereka berempat selalu menggunakan riasan natural jadi tidak seperti tante-tante rempong.

"Waah.. Ampun Ghina... Lo nyetir enggak kira-kira. Hampir mati." Kesal Bulan.

"Lo enggak papa." Azmita langsung melompat turun dari motor Kanaya. Seketika Kanaya mengumpat Karena dirinya belum menstandarkan motor dengan benar. Di tambah dia menggunakan rok batik yang sempit.

"Aku enggak apa-apa." Jawab Bulan. Mereka berempat berjalan dengan santai menggunakan jubah toga.

Lalu pakaian Kebaya dan khas untuk wisuda mereka sudah sangat terlihat wah."Oh.. Kalian ini telat yaa.. Kalian enggak tahu apa ini hari yang bersejarah untuk kalian malah kelamaan disini."

Seketika Mata ke empat gadis itu menoleh cepat menatap Dosen menyebalkan. Berjenis kelamin perempuan itu. Dandanan seperti orang jawa tulen menggunakan sanggul dan juga kebaya.

"Ah Ibu Ningsih.. Maaf Bu.. Kita langsung ke tempat acara ya.." Azmita perlahan mundur menarik Ghina.

"Ahahah.. Iya Bu.. Ibu makin cantik deh bu. Kalo lemaknya ibu kurangin." Seketika Bulan, Azmita dan Ghina melotot kaget.

Ucapan Kanaya mengeluarkan mereka dari kedamaian saat ini.

"Ah.. Itu.. hem.." Cubitan Azmita membuat Ghina berusaha meraih tangan Kanaya.

Mereka sudah hampir selesai memasang langkah seribu untuk kabur dari kemarah Ibu Ningsih.

"KALIAN... APA KALIAN BILANG KALIAN TIDAK TAHU SOPAN YA.. ATAGHFIRULLAHHALADZIM.. ANAK GADIS..."

"Daah.. Bu sampai ketemu di tempat acara." Teriak Azmita.

Sampai mereka di toilet untuk menyegarkan wajah mereka dan dan merapikan beberapa yang terlihat berantakan.

Setelah selesai. Sekarang Mereka memasuki ruangan acara. Seketika Bulan di tarik seorang lelaki.

Tanpa bicara lagi Kanaya menjadi tameng untuk Bulan.

"Mau apa lo sama Temen gue. Asal lo tahu ya.. Kalo lo kasar sama temen gue, gue seset kulit ama tulang lo." Menatap lelaki itu dengan melipat tangan diatas perut.

"Bagus.. Tonjok aja Nay." Teriak Ghina.

"Udahlah," ucap Bulan menarik Kanaya untuk pergi.

"Halah.. Sok berani Cewek-cabe, kek kalian orang itu bisanya cuman menyek-menyek terus mewek-mewekan." Salah satunya berucap dengan santainya. Di sambut tawa kedua temannya sambil bertos ria.

Seketika Pukulan keras di layangkan Azmita.

"Ngebuat lo orang masuk rumah sakit kita masih bisa. Liat aja.. Lo pulang lewat mana kita begal." Ancaman Ghina membuat ketiga lelaki itu berlari terbirit-birit untuk pergi menghindari keempat gadis bar-bar.

Di hari kelulusan ini setelah mereka selesai dengan acaranya. Ke empat gadis yang baru wisuda, mengadakan pesta kecil yang hanya mereka berempat yang mengadakannya.

Di salah satu rumah teman mereka, di rumah neneknya Bulan.

"Mana bisa kita enggak lulus yakan secara kita kan pinter." Sombong Azmita.

"Bener banget." Sahut Ghina cepat.

"Oiya Bulan bukannya Lo masih punya hutang cerita ke kita." Sela Kanaya pada semua teman-temannya. Seketika Bulan gugup.

"Ehmm.. gini semuanya. Tepat malam sebelum acara wisuda kemaren. Kakak tingkat gue putusin gue."

"Whaat.. Kenapa lo putusin Bulan." Serempak bersamaan membuat Bulan refleks menutup telinganya.

"Eh.. Maaf." Sahut Azmita segera menyadarkan dirinya dan menghentikan keterkejutan Kanaya dan Ghina.

"Males gue." Bulan menatap ketiganya dengan wajah memelas.

"Gue tebak lo pasti belum tahu namanya. Walaupun lo..."

"Iya Gue enggak tahu namanya." Sahut Bulan cepat menjawab ucapan Ghina.

Seketika Kanaya menggebrak meja.

"Gila, Bulan!" Teriak Kanaya tiba-tiba membuat Bulan terkejut dan Azmita lebih terkejut.

"Lo yang gila Nay. Jangan teriak di kuping gue budeg tahu gak." Sambil mengusap-ngusap telinganya.

"Hehe sorry.." Menoleh dengan tersenyum lebar pada Azmita.

"Maaf ya temen-teman gue enggak enak sama kalian." Mohon Bulan tiba-tiba.

"Lo ngomong apaan sih," sahut Ghina.

"Iya. Kita enggak marah kok ini semua kan keputusan lo," jelas Azmita.

"Bener Lan. Gue juga akan bertindak sama kayak lo kalo udah enggak nyaman," jelas Kanaya.

"Makasih ya kalian maafin aku," sahut Bulan dengan menatap ketiganya terharu.

Seketika Ghina mengajak mereka untuk berpelukan.

"Eh Ngomong-ngomong kita Mau ngelamar kerja dimana. Ini kita udah lulus lo." Seketika Bulan tersadar dan melepaskan pelukannya.

Semua nya juga ikut berpikir.

...****************...

Kediaman Satria.

Carla bersama keempat asisten putranya. Salah satunya adalah perempuan.

"Rama, Phino, Taris, Pak Jaka, Maaf ya Pak jaka. Pak Jaka harus mengurus dua pekerjaan di usia tua ini. Tapi, tenang saja. Nanti, tugas kalian akan lebih mudah." Mereka bingung.

Carla malah tersenyum jahil.

" Rama, Phino dan Taris akan fokus pada perusahaan." Terusnya.

"Baik Nyonya." Sahut Rama, Phino dan Taris serempak.

"Dan Pak Jaka akan mengurus rumah kembali bersama Ibu Dewi." Menatap keduanya dari kaca matanya.

"Baik Nyonya." Sahut Pak Jaka. mengangguk bersamaan dengan Dewi yang berdiri di belakang Carla.

"Taris."

Seketika Taris maju sedikit karena panggilan Carla sedikit membuatnya tegang. Taris menunduk. Carla menatp Taris dengan kedua tangan di atas mejanya.

"Kamu Perempuan satu-satunya. Saya percaya pada kamu walaupun kamu asisten putra ketiga saya. Kamu tetap profesional.

Saya minta kamu untuk bawa keempat gadis ini kerumah ini dengan alasan pekerjaan. Terserah kamu ingin seperti apa caranya. Saya ingin hasil terbaik."

Taris mengangguk.

"Dan Phino. Kamu juga selidiki lebih jauh latar belakang keempat gadis ini."

Phino mengangguk mengerti.

"Rama kamu Mengamati setiap hal yang di lakukan Gadis bernama Azmita ketika bersama Davendra. Laporkan semuanya. Tapi tetap fokus pada kantor itu utama." Rama mengangguk mengerti.

"Taris dan Phino juga sama mengawasi Gadis yang nantinya akan menjadi asisten di samping para putraku. Untuk Rio dan Kanaya mereka berdua sepertinya tidak perlu. Cukup ketiga kakaknya saja yang kalian awasi. Apa aku terlalu banyak meminta? Apa kalian keberatan?"

"Tidak Nyonya." Sahut mereka berempat bersamaan.

"Kalian bisa pergi kecuali, Taris." Semua membungkuk sedikit dan pergi keluar dari ruangan Carla.

Tinggal Taris dan Carla di ruang kerja.

"Ini adalah biodata mereka berempat sementara. Kamu tahu bukan, mereka tidak asing."

"Iya Nyonya." Menerima uluran Dokumen data diri keempat gadis pilihan Carla pada Taris.

"Ambil ini dan lakukanlah segera susun rencanamu. Aku akan memberikan tambahan gaji untukmu. Dan juga memilihkan pria yang pantas untukmu."

" Hem.. Terimakasih Nyonya. Saya permisi." Tersenyum mengangguk lalu pamit pergi.

"Iya.. Semangatlah Taris."

Sambil mengepalkan tangannya memukul udara dan membuat Taris tersenyum.

Carla memang pribadi yang ceria. Tidak mudah kalah dengan sikap dingin keempat putranya.

Carla kembali duduk di kursi melihat lagi semua informasi yang baru di berikan Phino kemarin. Tidak sampai keluarganya hanya latar pendidikan keempat gadis itu.

Di kamar Davendra, Rama sedang di introgasi.

"Apa yang Mamih katakan dan perintahkan pada Kamu dan asisten ketiga adik-adikku." Sambil mengetik laporan di atas kasur, meluruskan kakinya.

"Tidak ada Tuan muda." Jelas Rama. Setelah dari ruangan Carla. Rama di telpon Davendra untuk ke kamarnya.

"Sebenarnya kamu.. Ah. sudahlah. Pergi dan urus rapat besok. Besok aku tidak akan datang ke perusahaan aku akan dirumah."

Davendra menatap kedepan dan melirik Rama yang menunduk.

Tidak bisa memuaskan jawaban Rama untuk Davendra.

Rama pun keluar dari kamar Davendra.

"Baik Tuan." Rama keluar dari kamar Davendra dan menutup pintu perlahan tanpa suara.

DAVENDRA

FAREL

Zacky

RIO

........Sumber: Pinterest........

job search

"Mita. Gue nginep di rumah Bulan lo ikut enggak." Sahut Ghina ketika baru saja masuk kekamar Bulan. Setelah dari depan.

"Boleh emangnya," ucap Azmita di angguki Kanaya. Menatap Bulan. Ghina langsung duduk di samping Bulan. Bulan meletakan laptopnya dan menatap ketiganya.

"Ya Boleh dong. Gue juga udah izinin kalian sama nenek." Sambil tersenyum mengangguk. Seketika ketiganya saling berpandangan

"Terus nenek lo?" Tanya Kanaya. Ghina dan Azmita menatap Bulan.

"Oh. Itu Nenek lagi nginep di rumah cucunya yang lain jadi nih rumah cuman ada Art ama gue doang." Jelas Bulan dengan menaik turunkan alisnya. Melipat kedua tangannya.

"Heemmm..." Seketika Azmita dan Kanaya saling berpandangan. Bulan dan Ghina menatap heran.

"Kenapa kalian," ucap  Bulan juga tatapan mata Ghina yang sedikit aneh dengan ekspresi Azmita dan Kanaya.

"Gue punya ide, Gimana kalo besok pagi kita manfaatin waktu buat cari lowongan kerja juga nitip-nitip lamaran gitu." Sela Azmita.

Bulan dan Ghina saling berpandangan lalu menatap Azmita dan Kanaya.

"Oh Bagus tuh..." Sahut cepat Kanaya. Menyetujui ide Azmita.

"Ok kalo gitu gue ama Kanaya balik dulu ambil keperluan buat besok pagi." Bergerak turun dari kasur Bulan dan berjalan kepintu.

Azmita dan Kanaya langsung pergi setelah berpamitan.

Setelah beberapa lama Kanaya dan Azmita pergi. Bulan teringat sesuatu dan Bulan yang baru akan pergi meninggalkan Ghina menatap Ghina aneh.

"Eh tunggu deh.. Bukannya besok hari minggu ya." Ghina sambil berpikir. Bulan masih menatapnya dengan heran.

"Iya bener banget astagfirullah..." Sahut Bulan. Seketika koneksi otaknya baru tersambung dengan ucapan Ghina. Menatap kedepan lalu saling berpandangan. Mengedikkan bahu.

"Udahlah Enggak masalah.  Nanti mereka sadar sendiri." Sela Ghina. Menarik tangan Bulan untuk pergi bersamanya.

Bulan mengangguk setuju. Mengikuti langkah kaki Ghina menuju Dapur.

Di kostannya Azmita dan Kanaya, Kostan yang berbeda beberapa blok. Sekarang mereka sibuk menyiapkan hal yang di perlukan untuk menginap di rumah Bulan. Tidak lama Kanaya datang dan Azmita baru sampai di gerbang depan kostan langsung tersenyum ketika melihat Kanaya juga baru sampai dengan Motornya.

"Bentaran dulu." Azmita menghentikan gerakannya mendekati motor Kanaya.

"Apaan lagi Mita." Kanaya menatap Azmita yang kebingungan dan berpikir wajahnya sedikit tidak nyaman.

"Kok Kok ...Kok." Azmita membuat Kanaya jengkel. Memberikan helmnya dan ditangkap baik oleh Azmita.

"Apaan Kok.. kok. Lo kaya ayam betina mau nelor." Ceplos Kanaya. Melihat Azmita yang memakai helmnya.

"Besokkan hari minggu Nay." Kesal Azmita. Seketika Kanaya diam dan mengerjapkan matanya beberapa kali dan berpikir mencari alasan lainnya.

Tersenyum Lebar dan menoleh kesana kemari.

"Laah terus kenapa?" Balik Kanaya. Seketika pukulan di bahu Kanaya oleh Azmita. Dengan percaya dirinya Kanaya membuat Azmita kesal.

"Yaa ngapain nyari kerjaaan besok."

"Yaa enggak apa-apa lah Mita.."

"Yaa enggak ada yang buka Nay..."

"Ada Noh pasar tradisional ama supermarket." Bukan lawakan tapi, Kanaya tertawa sendiri, Azmita malah kesal

"Ih pening gue ngomong ama lo." Kesal Azmita.

"Mita.. Gini nih... Yang namanya cari kerjaan itu enggak harus hari ini hari itu. Hari apa aja bisa yang penting niat dan keinginan. Sapa tahu rezeki kita pas kita besok nyari langsung Set... Dapetlah deh kerjaan."

"Iyaa ajalah terserah lo aja. Jugaan usaha itu enggak harus langsung berhasil bukan."

"Nah tu lo tahu.. Baru juga kemaren lulus. Jadi pelan-pelan aja asal kelakon."

"Dih.. jawa lo Nay."

"Lah.. Kenapa.."

"Ck.. dah naek lah gue." Seketika Azmita naik ke motor Kanaya tiba-tiba membuat Kanaya sedikit tidak seimbang dan hampir terjatuh.

"Buset... dah. Lu lebih bar-bar dari gue. Mita." Kesal Kanaya. Azmita hanya tersenyum lebar.

"Wezzzhh Gue gitu loh." Sombong Azmita. Bukannya meminta maaf malah menyombongkan diri.

"Sabar-sabar.... untung temen." Kanaya menyabarkan dirinya.

Melaju meninggalkan kostan Azmita menuju rumah nenek Bulan.

Seketika mereka melihat jajanan pinggir jalan.

"Wuih.. Gue ngiler Ta." Sahut Kanaya ketika melihat gerobak seblak pinggir jalan.

"Eh. Lo itu dah makan banyak tadi di rumah Bulan masa lo belom kenyang." Sahut Azmita kesal.

"Yeeh.. Masa pertumbuhan kayak gue itu butuh yang namanya asupan nutrisi lemak dan protein juga zat besi dan tenaga yang datengnya dari makanan."

Sambil meminggirkan motornya memastikan aman. Kanaya dan Azmita menyebrang. Berhenti di depan gerobak seblak.

"Bang. Seblak  merconnya satu sama pedes biasanya dua."

"Lo neraktir."

"Iya kali gue makan sendirian lo pada nonton gue makan."

Akhirnya mereka sampai di rumah Neneknya Bulan dengan membawa teng-tengan.

"Assalamualaikum..!" ucap Kanaya dan Azmita. Sambil melangkah masuk tidak lupa Azmita mengunci pintu pagar karena jika biasanya mereka menginap maka mereka harus ingat tentang keamanan. Karena mereka semua perempuan. Tidak ada lelaki.

"Waalaikum salam." Sahut Ghina dengan suara cemprengnya. Acara menginap malam ini adalah nonton drama hingga selesai tanpa ada kata sambung bersambung.

"Nih Gue beliin seblak. Kalo ada yang mau pedes bareng gue. Kalo enggak mau ada yang enggak terlalu pedes kalo mau sedikit pedes juga ada." jelas Kanaya.

...****************...

Kediaman Satria.

Awal hari yang dimulai dengan sarapan pagi. Semua anggota keluarga berkumpul di meja makan.

"Apa Kakak tidak berangkat hari ini," tanya Rio.

Tidak ada yang langsung menjawabnya. Carla ibunya. Menoleh kanan kiri dan menatap Davendra.

"Hem.. Mungkin Kakak sedang tidak bisa berangkat. Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan," ucap ibunya.

"Tidak Mih," jawab Rio menganggukan kepalanya. Carla bangkit dari duduknya memanggil pelayan dan membereskan piring kotor bekas sarapan.

"Aku tidak pergi ke kantor hari ini jika, ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan datang kekamarku," jelas Davendra. Rio mengangguk mengerti. Rio yang duduknya di sebelah Kakak pertamanya.

"Hari ini kalian berdua tidak memiliki jadwal keluar kota bukan," ucap ibunya menatap Farel dan Zacky.

"Tidak ada," sahut Zacky.

"Baiklah hati-hati sayang," ucap ibunya. Farel datang mencium pipi mamihnya lalu Zacky dan di susul Rio yang mencium tangan mamihnya.

"Aku di kamar mih." Davendra pergi setelah berpamitan. Rama jelas sudah berangkat ke kantor untuk rapat pertemuan bisnis.

Di ruangnya Carla dan Taris sedang bicara.

"Saya sudah mendapatkannya Nyonya kita tinggal tunggu mereka untuk melamar di perusahaan Tuan besar," lapor Taris dengan jelas.

"Baguslah. Terimakasih Taris. Sekarang kembalilah ke kantor agar Zacky tidak curiga."

"Baik Nyonya."

...****************...

"Gimana nih Hari munggu," ucap Bulan. Menatap ketiga temannya yang sudah rapi dengan pakaian formalnya.

"Aneh sih tapi, kalo bisa sekarang kenapa harus besok," sahut Ghina.

"Yaa udahlah Berangkat aja," Seru Kanaya yang datang dengan wajah yang siap menjadi pegawai dengan pakaian rapi.

"Percaya diri banget Lo Nay. Emang langsung keterima."

"Iya," jawab Kanaya dengan semangat percaya diri.

"Huuuu." Seru teman-temannya.

"Ingat ya teman-teman ucapan itu Doa. Kalo kita optimis dan doa lancar usaha juga. Abrakadabra pasti semua langsung terjadi. Liat aja nanti," ucap Kanaya percaya diri.

"Halah.. Dah kaya Cenayang aja lo."

"Woy Mita..." Teriak Kanaya kesal karena Mita mengambil kunci motornya.

"Udahlah gue aja yang nyetir," ucap Azmita.

Sekarang semua keluar dari halaman rumah Nenek Bulan setelah Ditutup gerbangnya. Karena Nenek Bulan pulang pagi ini. Jadi mereka berempat juga sudah meminta doa agar cepat mendapat pekerjaan.

Di lampu merah.

Mereka dengan santai menunggu Lampu untuk hijau.

Seketika di samping motor Ghina dan Kanaya. Berhenti dua mobil mewah.

"Eh.. Buset.. Mobilnya cakep banget Nay," ucap Azmita.

"Iya... Sama gue kira cuman gue doang yang meratiin ternyata semua orang juga."

Tidak lama lampu kembali hijau semua kendaraan yang berhenti melajukan kendaraannya.

"Kita kemana dulu nih?" pesan bulan di ponsel Kanaya.

"Kita keperusahan yang lagi terkenal. Ini gue kirimin lokasinya." jawaban pesan Kanaya.

"Ghina kita ikutin Kanaya ama Mita aja." Teriak Bulan.

"Iya." Sahut Ghina sama berteriaknya.

Melajukan motornya melewati setiap kendaraan menyalip dengan kecepatan normal hingga sampai di perusahaan yang di tuju.

"Lo yakin Nay," ucap Bulan. Sambil menatap keatas gedung tinggi didepannya.

"Iya Lan. Yakin dah ayo kita kan cuman naro lamaran trus keliling lagi," jawab Kanaya.

"Kok Gue sedikit khawatir, malu-maluin kalo ngikutin Kanaya yaa.." Sahut Azmita.

Melangkah memasuki Lobi utama. Seketika Mereka di sambut petugas keamanan.

"Ini enggak masuk akal Nay! Ini hari minggu enggak ada ceritanya ngelamar kerjaan di perusahaan hari minggu." Cegah Azmita yang mulai merasa jika semua ini salah dan kanaya yang terlalu percaya diri ini membahayakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!