NovelToon NovelToon

LENTERA CINTA

1. Kehilangan

Ayunda Tiara gadis cantik putri pasangan Richad Wirayudha dan Mira Lestari. Keluarga kecil ini di penuhi kebahagiaan, walau hari-hari Ayunda bersama sang papa sering terlewati karena jarak dan waktu, namun kasih sayang yang berlimpah yang diberikan kedua orang tuanya membuatnya menjadi sosok yang ceria, penyayang dan mandiri.

Walau Papa Richad mengatakan kalau dia tidak memiliki pekerjaan tetap pada putrinya, namun hidup keluarganya tidak pernah kekurangan bahkan bisa dikatakan lebih dari cukup.

Bila Papa Richad pergi bekerja, maka tidak bisa ditentukan kapan waktu dia akan kembali. Sampai saat ini Ayunda tidak pernah tahu apa pekerjaan Papa Richad sebenarnya. Setiap bertanya selalu mendapat jawaban yang sama

"Tidak perlu tahu apa pekerjaan papa, yang penting hidup kita tercukupi" itu yang selalu di ucapkan Papa Richad.

Disaat jauh dari sang papa seperti saat ini Ayunda akan menjadi gadis yang kuat dan mandiri. Keadan akan terbalik bila sang papa ada dintara dia dan mamanya, Ayunda akan menjadi sosok putri yang manja dan selalu ingin berada disisi sang papa.

Papa Richad berjanji akan menghadiri peringatan hari lahir putrinya yang ke 17 saat dia pergi bekerja. Setiap hari Ayunda melingkari kalender yang ada di kamarnya menghitung hari sejak keberangkatan sang papa sampai hari ini.

"Tiga bulan" Ayunda menghitung papanya sudah pergi bekerja selama tiga bulan.

Sampai saat ini belum ada tanda-tanda kalau sang papa akan kembali. Dia menghela nafasnya dan pergi menemui Mama Mira yang sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan.

"Ma, kenapa kali ini papa pergi lama sekali?" Tanya Ayunda pada sang mama saat mereka sudah selesai sarapan sebelum pergi sekolah.

"Yunda sabar yaa, papa masih ada pekerjaan yang harus di selesaikan" Mama Mira meminta putrinya itu bersabar.

"Satu minggu lagi Yunda ulang tahun ma" ucapnya dengan nada yang sedih.

"Papa janji akan pulang saat Yunda ulang tahun" lanjutnya sambil menghabiskan minuman hangat yang disiapkan sang mama.

Walau tidak pernah dirayakan dengan pesta namun kehadiran kedua orang tuanya cukup membuat Ayunda bahagia. Selama ini Papa Richad tidak pernah melewatkan peringatan hari lahirnya.

Mama Mira meminta Ayunda berdoa semoga Papa Richad bisa kembali saat memperingati hari lahirnya. Hanya itu yang bisa dia katakan pada putri satu-satunya ini.

"Sekarang Yunda berangkat sekolah ya!" perintah Mama Mira.

"Belajar yang baik dan buat papa bangga padamu" nasehat sang mama saat dia mencium tangan sang mama berpamitan akan berangkat sekolah.

Mama Mira duduk di kursi teras setelah kepergian Ayunda. Air mata yang di bendungnya sejak tadi tidak bisa tertahan lagi, kristal bening itu mengalir deras membasahi pipinya.

"Maafkan mama dan papa Yunda" ucap nya lirih.

Satu minggu berlalu, hari ini tepat tanggal kelahiran seorang Ayunda Tiara yang ke 17 tahun. Mama Mira membuatkan kue untuknya seperti biasa namun tidak membuat dia bahagia. Baru kali ini Papa Richad melewati hari bagianya.

"Yunda, lihat apa yang mama buat" ucap Mama Mira memperlihatkan kue ulang tahun buatannya begitu sang putri sudah sampai di rumah sepulang sekolah.

"Berikan pada orang lain saja ma" jawab Ayunda saat dia melihat kue itu dan berlalu masuk kekamarnya.

Mama Mira yang mendengar ucapan Ayunda hanya bisa diam dan meneteskan air matanya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang pa" ucapnya lirih. Dia juga merindukan suaminya.

Ayunda tidak keluar dari kamarnya sejak pulang sekolah, bahkan dia melewatkan makan siangnya. Mama Mira yang khawatir mengetuk pintu kamar sang putri.

"Yunda, boleh mama masuk?" tanya Mama Mira sambil mengetuk pintu kamar sang putri.

"Masuk saja ma" terdengar suara Ayunda menyahuti mamanya.

Mama Mira masuk dan melihat Ayunda yang sedang melukis wajah papanya. Sejak kecil Ayunda sudah berbakat menggambar dan melukis. Dia bercita-cita suatu saat memiliki galery sendiri untuk lukisannya.

"Kamu tidak ingin memakan sesuatu?" tanya Mama Mira sambil merapikan rambut panjang sang putri yang hanya diikat asal.

"Ma, apa papa belum memberikan kabar?" Mama Mira hanya menggelengkan kepala.

"Maafkan papamu sayang" ucap Mama Mira yang tidak ingin sang putri membenci papanya.

drettt... dretttt

Suara getar handphone di atas tempat tidur berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

"Papa" ucap Ayunda senang.

"Halo pa, papa dimana? Yunda kangen. Papa baik-baik sajakan?" kata-katanya mengalir begitu saja begitu senang melihat sang papa yang menghubunginya.

"Yunda, papa minta maaf tidak bisa menemani mu di hari bahagia mu nak" terdengar suara Papa Richad yang lemah.

"Pa, papa baik-baik sajakan? Kenapa suara papa sangat lemah?" suaranya bergetar menahan tangis, papanya tidak seperti biasanya seperti ini bila bicara dengannya.

"Papa baik-baik saja" jawab Papa Richad dengan suara yang terbata-bata.

"Yunda papa minta maaf, jadilah putri papa yang cantik, baik dan kuat. Maafkan kesalahan papa selama ini dan jaga mama mu baik-baik" Ayunda mendengar ucapan Papa Richad membuatnya merasa sesak, dia takut terjadi sesuatu pada papanya.

"Papa selalu menyayangimu Ayunda Tiara" ucap Papa Richad pelan hampir tak terdengar.

Tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut sang papa. Teriakan seseorang mengagetkan Ayunda yang masih terhubung dengan telepon genggam papanya.

"Dokter denyut jantung melemah" teriak seorang wanita dari seberang sana yang dia yakini adalah seorang suster.

Suara berisik dari sambungan telepon yang di dengarnya membuatnya terduduk lemas bersama Mama Mira. Mereka hanya bisa mendengarkan keributan di sana tanpa bisa melihat apa yang terjadi.

"Halo" suara seseorang yang berbicara diseberang mengagetkan Ayunda.

"Iya halo, bagaimana papa saya?" tanyanya sambil terisak.

"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Richad" ucap pria yang ada di seberang sana dan seketika telepon terputus.

Ayunda dan Mama Mira hanya bisa menangis dan berpelukan saling menguatkan. Tidak ada kata-kata yang bisa mereka ucapkan.

Ayunda kembali mengusap layar handphonenya melakukan panggilan ke nomor Papa Richad. Namun tidak bisa tersambung, berulang-ulang kali dia lakukan dan hasilnya sama.

"Mama, kita cari rumah sakit yang merawat papa" ucapnya mengajak Mama Mira menemui papanya.

"Tidak sayang, kita tidak bisa mencari papa"

"Papa tidak di negara ini" jawab Mama Mira menghentikan langkah Ayunda.

Ayunda kembali duduk di lantai dan matanya kembali mengeluarkan kristal bening.

"Mengapa disaat papa pergi meninggalkanku selamaya aku tidak bisa bertemu dan memeluknya untuk terakhir kali" lirih nya.

"Sayang maafkan papa mu" Mama mira mendekat pada Ayunda ikut duduk di lantai dan memeluk sang putri erat.

Putrinya pasti sangat terpukul dengan kepergian papanya untuk selamanya. Berbeda dengan dirinya yang sudah menyiapkan jiwanya sejak diberikan kabar oleh suaminya kalau kondisinya memburuk sejak dua minggu yang lalu.

Sebagai istri kedua yang tidak mendapat restu dari orang tua suaminya, Mama Mira tidak bisa berbuat apa-apa. Dia harus mengalah dan menahan diri untuk tidak mengunjungi suaminya. Mama Mira tidak ingin Ayunda mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang dia dan papanya.

...*******...

2. Hadiah Kejutan

Ayunda bangun dari tidurnya saat adzan subuh berkumandang, matanya terlihat masih sembab karena terlalu lama menangis. Dia duduk sambil mengumpulkan setengah nyawanya yang baru tersadar dari mimpi indah tentang papanya.

Ayunda turun dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi, sudah jadi kesehariannya bangun diwaktu subuh membersihkan diri dan menjalankan kewajibanya sebagai seorang muslimah.

Ayunda mengirim doa untuk papanya agar tenang disana, walau tidak bisa melihat sang papa untuk terakhir kalinya dia cukup berbesar hati masih di kasih kesempatan bicara di akhir hayat sang papa.

Air mata Ayunda kembali mengalir jatuh saat terbayang kebersamaanya pada sang papa. Peluk cium sang papa yang dulu dia rasakan seakan memberikan kehangatan padanya saat ini.

"Yunda selalu mendoakan papa, agar papa bahagia disana" gumamnya.

Ayunda membereskan peralatan sholatnya dan mengambil handphonenya yang sudah dia isi daya sejak semalam. Dia kembali mencoba menghubungi nomor telepon milik papanya, namun tetap mendapatkan hasil yang sama kalau nomor itu tidak dapat dihubungi dan di luar jangkauan.

Mama Mira masuk ke kamar Ayunda dan mengajak putrinya itu untuk sarapan. Sejak kemarin siang putrinya itu belum memasukan apapun kedalam perutnya. Ayunda menuruti permintaan Mama Mira, dia tidak ingin membuat mamanya itu sedih.

Mama Mira dan Ayunda sama-sama diam menyantap makanan mereka, hanya suara sendok garpu dan piring yang beradu. Ayunda melirik kursi yang biasa diduduki Papa Richad, dia melihat Papa Richad ada disana menyantap makananya dengan tersenyum padanya.

"Yunda" suara Mama Mira mengagetkannya.

"Jangan melamun, habiskan makanmu" ucap Mama Mira menasehatinya.

Ayunda mengangguki perkataan Mama Mira, dihabiskannya segera sarapannya agar bisa kembali kekamarnya dan memberitahu Lisa sahabatnya kalau dia tidak masuk sekolah hari ini.

"Mama sudah mengabari sekolah kalau kamu hari ini tidak bisa kesekolah" ucap Mama Mira yang ternyata sudah mengabari pihak sekolah.

"Mereka turut berduka atas kepergian papa" lanjut Mama Mira kata-katanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Tadinya mereka akan melayat, tapi mama bilang kalau papa tidak di mahkamkan di kota ini" Mama Mira kembali diam setelah mengatakan semuanya pada Ayunda.

Tok... tok... tok...

Terdengar suara ketukan pintu depan kediaman mereka.

"Siapa ma pagi-pagi begini bertamu?" tanya Ayunda yang heran, tidak biasanya mereka menerima tamu sepagi ini.

Mama Mira hanya mengangkat bahunya tanda kalau dia juga tidak tahu. Ayunda segera berdiri dan berjalan kedepan untuk membukakan pintu.

"Mungkin orang yang akan memberikan kabar tentang papa" pikirnya.

Pintu terbuka saat tamu yang datang akan kembali mengetuk pintu, hampir saja kepala Ayunda akan menjadi korban kalau dia tidak segera menghindar.

"Maaf" ucap sang tamu yang menyadari kalau dia hampir mengetuk kepala Ayunda.

Ayunda hanya diam tidak menjawab permintaan maaf dari pria yang berdiri di hadapannya.

"Siapa Nda?" suara Mama Mira terdengar bertanya dari dalam.

"Ada keperluan apa om pagi-pagi sudah bertamu?" tanya Ayunda sambil memperhatikan pria yang ada di hadapannya.

"Apa saya kelihatan tua di panggil om?" Pria itu kembali bertanya mengingat dia yang masih berusia dua puluh tahun di panggil om.

Ayunda tertawa melihat pria yang ada didepannya itu tidak terima di panggil om olehnya.

"Cantik" pria itu mengagumi kecantikan Ayunda apa lagi pada saat dia tertawa.

"Kamu bilang apa?" tanya Ayunda sambil memasang wajah datarnya.

"Kamu terlihat lebih cantik kalau tertawa seperti tadi" pria itu kembali mengatakan sejujurnya seperti apa yang dilihatnya.

Ayunda hanya diam tidak menghiraukan apa yang dikatakan pria itu.

"Erick " ucap pria itu memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya.

"Dan kamu pasti Ayunda" lanjut Erick kata-katanya saat Ayunda akan membalas jabatan tangannya.

"Ayunda Tiara, nama yang cantik seperti orangnya" Erick mengatakan sambil tersenyum menggoda gadis yang di kaguminya ini, membuat Ayunda melepaskan jabatan tangan Erick.

"Aku diminta langsung oleh papaku untuk mengantarkan hadiah ulang tahun dari Om Richad untuk mu" Erick menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya.

"Hadiah papa" Ayunda mengatakannya dengan sangat pelan namun masih terdengar oleh Erick.

"Iya, Om Richad sudah lama memesannya, dia katakan kalau ini hadiah ulang tahun putri kesayangannya yang ke tujuh belas" Erick menjelaskan apa yang dia ketahui.

"Seharusnya kami mengantarkannya kemarin, maaf atas keterlambatannya" sambung Erick kata-katanya.

Ayunda melihat ke halaman rumahnya, ada dua mobil mewah terparkir disana. Dia menatap Erick, binggung dengan apa yang dilihatnya. Erick yang mengerti mengajak Ayunda untuk melihat hadiahnya.

"Ayo kalau kau ingin melihatnya" ajak Erick sambil menarik tangan Ayunda.

Ayunda mengikuti langkah Erick mendekat pada salah satu mobil yang terparkir. Dia menatap kagum pada interior mobil tersebut saat Erick mengajaknya masuk dan duduk di kursi penumpang.

"Bagaimana, kau suka?" tanya Erick melihat Ayunda yang hanya diam dengan tatapan kosong.

"Aku turut berduka" ucap Erick saat melihat mata Ayunda berkaca.

"Om Richad rencananya akan mengajakmu ke showroom untuk menyerahkan sendiri padamu, lalu dia ingin mengajakmu berkeliling dengan mobil ini" Erick mencoba menjelaskan pada Ayunda.

"Aku sempat marah pada papa karena dia tidak pulang merayakan hari kelahiranku seperti biasanya"

"Aku tidak tahu kalau papa sebenarnya sangat ingin bersamaku"

"Aku menyesal saat tahu kalau dia sedang dalam keadaan tidak baik" Terdengar suara isakan dari bibir Ayunda mengucapkan setiap kata-katanya. Erick mengusap punggung Ayunda mencoba menenangkannya.

"Bahkan aku hanya bisa mendengar suaranya tanpa bisa memeluk dan menciumnya disaat terakhir" tangisnya kini pecah. Erick mengeser duduknya mendekat dan memeluk gadis itu. Tangis Ayunda semakin kencang dalam pelukan Erick.

"Maaf" ucap Erick sambil melepaskan pelukannya saat Ayunda sudah terlihat tenang.

"Terima kasih kak" ucap Ayunda, pelukan Erick cukup membantunya melepaskan beban yang dari kemarin dia rasakan. Erick tersnyum senang saat Ayunda memanggilnya kakak dan menghargai apa yang dia lakukan.

"Kau ingin mencoba mengendarainya?" tawar Alex agar Ayunda senang.

"Aku tidak bisa mengemudi" jawab Ayunda jujur, selama ini dia ingin belajar tapi tidak di ijinkan papanya karena belum cukup usia.

"Aku akan mengajarkanmu kalau kau mau?" ucap Erick menawarkan dirinya.

Tok...tok...tok...

Mama Mira mengetuk kaca mobil dimana Ayunda dan Erick didalamnya. Ayunda yang melihat Mama Mira menurunkan kaca jendela.

"Ma, papa mengirim ini untuk Yunda" ucapnya dan mendapatkan senyuman bahagia sang mama.

Mama Mira sudah tahu rencana suaminya yang akan memberikan hadiah istimewah untuk putri mereka, bahkan suaminya sudah menyusun rencana untuk memberikan kejutan. Seketika dia merindukan suaminya yang dia kenal sejak mereka sekolah dulu.

"Ma" Ayunda keluar dari mobil begitu melihat mamanya menangis.

"Mama kenapa?" tanyanya lagi.

"Tidak apa-apa sayang, mama hanya terharu dengan apa yang papa lakukan" jawab Mama Mira.

Erick keluar dari mobil dan berjalan mendekati Ayunda dan Mama Mira. Dia memperkenalkan dirinya pada Mama Mira.

...*******...

3. Berteman

Erick menikmati secangkir teh dan cake buatan Mama Mira untuk merayakan Ulang Tahun Ayunda.

"Tante, cakenya enak" puji Erick pada cake buatan Mama Mira.

"Kalau kakak suka, kakak bisa pesan sama mama. Mama biasa buat kue untuk pesanan" Ayunda mempromosikan usaha kecil-kecilan mamanya selama ini.

"Kenapa tidak buka toko saja tante?" tanya Alex, menurutnya pasti banyak pembeli karena rasa cake buatan Mama Mira berbeda dari biasanya.

"Papanya Ayunda tidak mengijinkan waktu itu, tapi mungkin sekarang tante harus mencoba untuk mencukupi kehidupan kami yang biasa di cukupi oleh almarhum" jawab Mama Mira.

"Kalau tante mau saya bisa membantu mencarikan tempat untuk tante buka usaha" sahut Erick kata-kata Mama Mira.

"Terima kasih nak Erick, nanti tante pikirkan lagi" Mama Mira menjawab sambil berdiri meninggalkan Ayunda dan Erick di teras rumahnya.

Ayunda hanya diam, dia memikirkan kata-kata Mama Mira kalau mereka sekarang harus mencari nafkah sendiri yang selama ini selalu di cukupi Papa Richad.

"Ada apa?" Tanya Erick yang melihat Ayunda hanya diam termenung.

"Tidak ada" jawab Ayunda yang tidak mungkin menceritakan masalahnya dengan orang yang baru dikenalnya, wakaupun Erick terlihat sangat baik.

"Besok kita mulai belajar mengendarai mobil, gimana?" Erick mengalihkan pembicaraan.

"Besok aku sekolah kak, weekend aja yaa" jawab Ayunda dengan semangat, dia berpikir setelah bisa membawa kendaraan dia akan membantu Mama Mira dengan menjadi sopir taxi online.

Erick masih belum ingin beranjak dari kediaman Ayunda, dia masih ingin bicara banyak. Ayunda ternyata gadis yang periang dan pintar membuat Erick ingin mengenalnya lebih jauh, namun dia harus menemui papanya.

"Baiklah kalau begitu, saya pulang dulu" pamit Erick.

"Terima kasih suguhannya" ucapnya sambil tersenyum dan berjalan meninggalkan Ayunda.

"Erick sudah pulang?" tanya Mama Mira saat Ayunda masuk membawa cangkir teh milik Erick.

Ayunda hanya mengangguk menjawab pertanyaan Mama Mira dan berlalu ke dapur untuk meletakkan yang dia bawa.

Ayunda melihat Mama Mira sedang duduk di sofa tempat biasa Papa Richad duduk, dia ikut duduk disamping mamanya.

"Mama merindukan papa?" tanyanya dan mendapatkan anggukan dari sang mama.

"Mengapa tidak ada yang memberitahu kita dimana papa? apa sebegitu bencinya kakek padaku dan mama, sehingga tidak mengijinkan kita untuk tahu dimana tempat pemakaman papa?" Ayunda merasa ketidak adilan untuk dia dan mamanya.

Mama Mira mengelus rambut panjang Ayunda, dia merasa bersalah pada putrinya. Orang tua Papa Richad tidak pernah menerima kehadirannya dan Ayunda walau mereka tahu kehidupan rumah tangga putranya dengan istri pilihan mereka tidak berjalan dengan baik.

Papa Richad hanya mencintai Mama Mira, istri pertamanya yang terpaksa dia nikahi juga tidak mencintai papa Richad bahkan dia sering pergi dengan laki-laki lain. Karena itu Papa Richad tetap menikahi Mama Mira walau tanpa restu orang tuanya. Dia dapat membina rumah tangga yang seutuhnya, hidup normal hubungan suami istri yang tidak dia dapatkan dari istri pilihan keluarganya. Papa Richad merasa bahagia dengan pernikahannya bersama Mama Mira terlebih lagi setelah kehadiran Ayunda Tiara buah kasih mereka.

"Doakan saja yang terbaik untuk papa" hanya itu yang Mama Mira bisa katakan pada putrinya.

"Ma, ceritakan padaku tentang papa?" pinta Ayunda pada Mama Mira.

"Apa yang ingin Yunda ketahui tentang papa?" tanya Mama Mira sambil merapikan rambut putrinya.

"Mobil, bagaimana papa bisa punya uang untuk membelikan Yunda mobil ma?" tanyanya yang sangat ingin tahu.

Selama ini Papa Richad mengajarkannya untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan bukan keinginan, karena itu dia tidak mengerti mengapa papanya memberikan hadiah semewah ini.

"Itu cita-cita papa untuk membahagiakan Yunda, jadi papa menabung untuk itu" ucap Mama Mira. Ayunda hanya diam mendengar ucapan Mama Mira, begitu sayangnya Papa Richad padanya sehingga ingin memberikan yang terbaik untuknya.

Sementara itu di tempat lain, Kevin baru saja pulang dari pemakaman papanya bersama kakeknya. Selama ini dia hanya tinggal bersama kakeknya, sedangkan papanya akan mengunjunginya setiap akhir bulan di bulan kedua karena kesibukannya bekerja. Mereka akan menghabiskan waktu bersama, melakukan banyak hal hanya berdua dan benar-benar menikmati kebersamaan mereka. Itulah yang membuat Kevin sangat dekat dengan papanya dan merasa sangat kehilangan papanya.

Untuk sang mama, sampai saat ini Kevin tidak tahu dimana mamanya tinggal, mamanya akan datang dan pergi sesuka hatinya tidak peduli padanya dan papanya.

Kevin menuruti permintaan terakhir papanya untuk pindah dimana papanya di mahkamkan, dia akan di jaga asisten pribadi kepercayaan papanya.

...###...

Keesokan harinya, seperti biasa Ayunda akan bangun saat adzan subuh berkumandang, dia membersihkan diri lalu menjalankan kewajibannya sholat subuh. Tidak lupa doa buat sang papa dipanjatkan olehnya.

Ayunda sudah siap untuk berangkat sekolah, dia membawa tas menuju meja makan. Mama Mira sudah menunggunya dan sungguh membuatnya terkejut, Erick sudah duduk manis di hadapan Mama Mira.

"Kenapa kakak disini?" tanya Ayunda pada Erick.

"Aku akan mengantarmu sekolah" jawab Erick dengan santai tanpa peduli wajah Ayunda yang sudah berubah.

"Untuk apa? aku biasa berangkat sendiri, aku bawa motor kak" ucap Ayunda yang menolak keinginan Erick.

"Kamu sudah punya mobil, jangan bawa motor lagi. Itu yang Om Richad ingin kan"

"Karena kamu belum bisa mengendarainya maka saya yang akan mengendarainya" Erick berusaha menjelaskan pada Ayunda.

"Sudah jangan ribut pagi-pagi, kita sarapan saja" ajak Mama Mira membuat Ayunda dan Erick diam.

"Ma, Yunda berangkat" ucap Ayunda yang pamit berangkat sekolah sambil mencium tangan dan pipi mamanya.

Erick ikut pamit dan mengejar Ayunda yang meningalkannya, dia menarik tangan Ayunda saat melihat Ayunda yang akan menghidupkan mesin motor.

Mobil milik Ayunda yang di kendarai Erick sudah membelah jalanan, dia melihat kearah Ayunda yang hanya diam. Ada sedikit rasa bersalah telah memaksa Ayunda masuk dalam mobilnya.

"Maafkan aku" ucap Erick yang melhat Ayunda tidak mau bicara dengannya. Ayunda tidak menghiraukan perkataan Erick, dia masih betah dengan aksi mogok bicara.

"Tiara" Erick yang memanggil tiara membuat Ayunda melihat padanya. Sudah lama tidak ada yang memanggilnya Tiara. Erick tersenyum, dia berhasil membuat Ayunda bereaksi dengan panggilan Tiara.

"Aku lebih suka memanggilmu dengan Tiara" ucap Erick.

"Kenapa?" Ayunda yang lupa dengan aksi mogok bicaranya spontan bertanya.

"Karena kamu seperti mutiara yang selalu ada di hatiku" Ucap Erick sambil tertawa.

"Gombal" jawab Ayunda.

"Senyum dong, kamu terlihat lebih cantik kalau tersenyum" goda Erick lagi.

Tanpa terasa mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah Ayunda. Mobil yang di tumpangi Ayunda sontak menjadi perhatian siswa siswi yang lain.

"Turun!" Erick memberi perintah agar Ayunda turun dan masuk kesekolah sambil membantu Ayunda membuka sabuk pengamannya.

"Tiara, maafkan aku tadi memaksamu, kita berteman kan?" Erick mengulurkan jari kelingkingnya pada Ayunda.

"Baiklah kak, aku maafkan, kita berteman" jawab Ayunda dan menautkan jari kelinkingnya di jari Erick. Mereka berdua tersenyum bersama.

"Ayundaaa" panggil seseorang saat Ayunda turun dari mobilnya.

...*******...

Terima kasih sudah mampir di karya author yang kedua, karya pertama author berjudul

...AKHIR CINTA NAYLA...

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like dan koment 🙏🙏🙏🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!