Dean Bagaskara, di umurnya yang sudah menginjak 26 tahun, selalu ditodong pertanyaan kapan menikah oleh sang nenek. Sang nenek pun mulai jengah dengan jawaban Dean yang selalu bilang ‘nanti’. Sehingga, neneknya pun berniat mencarikannya jodoh dan Dean yang sudah malas mendengar ocehan dari keluarganya langsung menyetujui asalkan wanita yang dinikahkan dengannya itu cantik. Hingga, sang nenek memperkenalkannya dengan wanita cantik yang menyelamatkan hidup sang nenek.
Dean menyetujui pernikahan tersebut, namun dia sudah memiliki kekasih yang dimana, sang kekasih itu tidak akan pernah di terima di keluarga, apalagi neneknya. Dia dan wanita pilihan sang nenek membuat pernikahan mereka menjadi, pernikahan kontrak. Karena, rahasia keduanya yang sama-sama tidak bisa di ungkapkan ke keluarga Bagaskara. Sehingga mereka bersepakat untuk menjalani pernikahan selama 2 tahun saja.
Apakah mereka bisa menjalani ikatan pernikahan kotrak ini selama 2 tahun? Atau mereka akan terjebak dengan perasaan yang tidak mereka sadari sendiri?
Yuk, intip kisah dua insan yang secara tidak langsung di pertemukan oleh Tuhan!!!
-
-
- lanjut dong!!!
“Dean! Kapan kamu kasih nenek cicit? Kamu mau nunggu nenek mati dulu baru menikah?” tanya seorang wanita yang rambutnya sudah memutih semua pada lelaki tampan di hadapannya yang hendak meminum kopinya.
“Astaga, nenek kok ngomong gitu? Gak baik buat kesehatan nenek. Nanti Dean kawin kok, nenek tenang aja,” jawabnya dengan santai sambil menyeruput kopi hitam yang berada di cangkir mewah berwarna putih.
“Kamu ini! Kalau kawin duluan, nenek bakalan sunat lagi kamu! Awas aja kamu sampai buat belendung anak orang!” marahnya sambil menggetok kepala Dean dengan tongkat kayu yang selalu di bawanya untuk berjalan.
“Aduh! Sakit nenek, nanti wajah Dean rusak dan gak ada yang mau nikahin Dean gara-gara udah gak ganteng lagi!” serunya mengaduh kesakitan dan sang nenek hanya menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan cucu satu-satunya itu.
“Nenek sudah malas sama jawaban kamu yang bilang nanti-nanti terus, wanita itu butuh kepastian! Kalau kamu tidak memberinya kepastian, mereka tidak akan pernah percaya lagi!” Dean melongo mendengar curhatan sang nenek yang tidak seperti biasanya, apakah dunia sedang tidak baik-baik saja saat ini? Tolong jelaskan pada Dean! Ada apa dengan nenek terimutnya itu.
“Nenek sehat?” kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Dean.
“Kamu lagi nyumpahin nenek?” tanya sang nenek dengan mengangkat tongkatnya.
“Bu-bukan, Dean kaget, nenek bisa puitis begitu,” cengirnya tanpa dosa.
“Sudahlah, nenek sudah lelah. Nenek mau… kamu harus menikah bulan ini! Nenek yang akan carikan calon istri kamu,” putus sang nenek yang terlihat sudah putus asa.
Dean menghela nafas, sebelum tersenyum sangat menawan yang mampu memikat kaum hawa. Dean memang
sangat tampan dan selalu menjadi pusat perhatian setiap kali dia berada. Aura yang misterius, membuatnya menjadi incaran wanita-wanita diluaran sana. Namun, Dean akan berbeda saat bersama keluarga. Dia menjadi sosok hangat.
“Kalau begitu, aku akan menyetujui. Asalkan…,” ucapan Dean menggantung, membuat neneknya menunggu kelanjutan kalimat yang akan di ucapkan.
“Asalkan wanita itu cantik!”
Nenek pun tersenyum senang mendengarnya dan langsung memeluk Dean dengan hangat. Dean hanya tersenyum kecut dalam pelukan sang nenek. Ada gejolak yang membuat dirinya ingin berterus terang. Namun, dia tidak ingin membuat sang nenek jatuh sakit saat mendengar bahwa dirinya memiliki kekasih yang selamanya tidak akan bisa di terima di keluarnya sendiri.
“Ini baru cucu nenek.”
---***---
Ana sedang duduk di bangku depan toko kue Mentari, miliknya dan sahabat karibnya. Dia baru saja membersihkan halaman toko kue yang terbilang cukup besar, berkat usahanya selama dua tahun ini. Akhirnya dia dapat mewujudkan mimpinya untuk membuka kue bersama Sica, sahabatnya saat SMA dulu.
“Akhirnya bersih juga!” Ana menghela nafas senang. Dia baru membereskan toko kue yang tutup lebih cepat, karena Sica lupa untuk berbelanja bahan-bahan untuk kue.
“Sori, gue lupa gara-gara lupa sisa hitung stok sebelumnya,” ujar Sica yang baru saja duduk di samping Ana dengan peluh yang membasahi wajah mereka berdua.
“Santai aja, gue juga lupa ingetin lo. Kemarin emang sibuk banget, banyak pesanan,” balas Ana dengan tersenyum kecil. Mereka pun tertawa kecil mengingat kejadian kemarin, dimana banyak sekali pelanggan dan membuat mereka hampir ambruk.
“Kayaknya kita perlu nambah orang buat bantu deh, soalnya toko kita makin hari makin rame. Lo juga gak selalu bisa jaga toko kue,” saran Sica.
“Lo emang dabest! Gue juga masih ngurusi keuangan toko kopi, kita pasang pengumuman besok gimana? Sekalian gue buat nanti malam, setelah selesai hitung keuangan toko kopi Segarin.”
Setelah sukses dengan toko kuenya, Ana membuka bisnis lainnya. Yaitu, toko kopi yang bernama Segarin. Dia sendirian, karena Sica tidak begitu suka kopi seperti dirinya.
“Sip, nanti lo hubungi gue. Sekarang gue mau belanja dulu dan jangan lupa di kunci tokonya ya, cantik!” ucap Sica dengan nada mengejek, pasalnya Ana pernah lupa mengunci toko dan untungnya tidak ada barang yang hilang.
“Gue kunci sekarang deh, biar gak terlalu sore,” gumam Ana yang langsung bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam toko untuk menyimpan sapu yang di pakainya. Setelah itu, dia mengunci toko dan meninggalkan toko.
Ana bersenandung kecil, menyusuri trotoar untuk menuju ke apartemennya yang tidak jauh dari toko kue. Sehingga, dia hanya perlu berjalan kaki kurang lebih lima belas menit dan akan sampai di lobi apartemen sederhana tempatnya tinggal.
Langkah kaki Ana terhenti saat melihat seorang nenek menyebrang jalan raya, dia tersenyum kecil. Teringat akan neneknya yang sudah meninggalkannya lima tahun yang lalu. Ana menghela nafas dan berjalan pelan menghampiri nenek yang memegang tongkat kayu untuk membantunya berjalan.
“ASTAGA!” pekik Ana.
“ASTAGA!” pekik Ana.
Ana berlari menyebrangi jalan yang terlihat cukup sepi, namun ada satu truk yang melaju sangat kencang. Ana mempercepat larinya dan berhasil sampai di tempat nenek yang di perhatikannya sejak tadi. Tanpa berbikir panjang, Ana menggendong nenek tersebut dan membawanya ke pinggir jalan.
“Nenek tidak apa-apa? Apa perlu saya bawa ke rumah sakit?” tanya Ana setelah nenek tersebut selamat dan duduk di trotoar.
“Nenek tidak apa-apa, hanya kaget saja tadi,” jawabnya, membuat Ana menghela nafas lega. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi tadi, kalau dia tidak tepat waktu.
“Kenapa nenek berjalan sendirian? Apa nenek sedang tersesat?” tanya Ana setelah cukup lama keheningan melanda mereka.
“Nenek tidak tersesat, tapi nenek ingin membeli kue di toko kue Mentari,” jawabnya membuat Ana mengembangkan senyumnya yang terlihat begitu manis.
“Oh, kebetulan tokonya tutup lebih awal. Jadi, nenek belum beruntung hari ini,” nenek tersebut tertawa mendengar penuturan tersebut.
“Duh, kamu ini ada-ada aja. Padahal nenek pengin banget beli brownis yang low-sugar, tapi tokonya udah tutup duluan,” suara sang nenek terdengar sedih, membuat Ana tidak tega dan menggenggam tangan beliau dengan sangat hati-hati.
“Kebetulan sekali, saya pemilik toko kue itu dan mau kasih hadiah ke nenek yang sudah jadi pelanggan di toko kue saya. Jadi, kalau tidak keberatan. Apa nenek mau ikut saya ke apartemen itu, saya tinggal di sana dan akan membuatkan nenek kue brownis low-sugar?” tanya Ana yang membuat binar mata sang nenek terlihat sangat cerah.
“Nenek sangat tidak keberatan!”
---***---
“Nama wanita cantik ini siapa, kalau nenek boleh tahu?” Ana terkekeh mendengar pertanyaan tersebut di saat dirinya sedang sibuk mengaduk adonan.
“Aku sampai lupa tadi, namaku Liana Putri. Nenek imut bisa memanggilku Ana,” jawab Ana dengan tersenyum lebar. Percakapan mereka tidak formal seperti tadi, karena semua itu permintaan sang nenek yang menyuruh Ana untuk berbicara biasa saja kepadanya, dan Ana menyetujui sampai mereka pun terlihat begitu akrab.
“Wah, ternyata nama kita hampir sama. Nama nenek Diana Putri Bagaskara, kamu bisa panggil nenek Putri!” ujar nenek Putri, yang membuat gerakan tangan Ana terhenti.
“Lho, jadi nenek ini ibu dari Tuan Aldo Bagaskara?” tanya Ana setelah menyadari seseorang di hadapannya itu bukanlah orang biasa, melainkan salah satu anggota keluarga kolongmerat di Indonesia.
Nenek Putri menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum miring. Entah kenapa rasanya Ana dalam masalah besar, wanita cantik itu menelan ludahnya dengan susah payah. Sebelum mendengar ketukan di pintu apartemennya.
“Biar nenek saja yang buka,” Ana yang hendak keluar dari pantry dapurnya terhenti. Saat nenek putri sudah beranjak dari tempat duduknya dan melangkah ke arah pintu yang kini di ketuk tak sabaran.
Ana hanya melihat dari dapur, karena apartemennya memang kecil. Sehingga, dia bisa langsung melihat siapa tamu yang hampir menghancurkan pintu apartemennya itu, sampai mata Ana melotot. Dia menganga melihat banyak sekali orang berpakaian hitam dan satu lelaki berpakaian formal, yang tampan menurut Ana.
“Nenek kemana aja? Dean hampir saja di tebas sama Papa saat mendengar nenek keluar dari rumah sendirian?” samar-samar Ana mendengar percakapan itu, dan berspekulasi bahwa lelaki tampan itu cucu nenek Putri.
“Tidak usah berlebihan, kamu sudah menemukan nenek kan? sekarang suruh orang-orang kamu tunggu di luar. Nenek masih menunggu brownis buatan calon cucu menantu,” jelas nenek Putri dengan nada santai. Lalu, beliau melangkahkan kakinya kembali ke arah dapur, di mana Ana yang baru selesai menaruh loyang kue ke dalam oven listrik.
“Siapa yang datang nek?” tanya Ana basa-basi.
“Calon suami kamu,” jawab nenek.
“Nenek suka bercanda ya?” tanya Ana yang memang tidak tahu kata-kata itu sungguh-sungguh atau hanya bercanda.
“Nenek serius! Nenek mau jodohin kamu sama cucu nenek satu-satunya. Kamu tenang saja. Dia cukup tampan untuk menjadi suamimu, nenek jamin kamu akan suka sama Dean,” seperti yang banyak orang katakan. Kalau hantu itu tidak boleh di bicarakan sembarangan, nanti mereka akan datang sendiri. Terbukti kini Dean juga berada di dapur dan menatap Ana dari bawah sampai atas dengan pandangan mata yang tidak bisa di artikan oleh Ana.
“Wanita cantik!” suara berat milik Dean, membuat telinga Ana berdengung dan detak jantungnya seakan berhenti berdetak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!