Di sebuah kamar yang di desain dengan sangat feminim terdapat anak gadis yang masih dengan tenang menjelajahi mimpi indahnya walaupun sinar matahari sudah masuk kedalam kamar miliknya melalui celah-celah jendela kamarnya.
"Rea, bangun sayang udah pagi!" Teriak Mommy Della dari balik pintu yang membuat sang empu menggeliatkan tubuhnya dengan malas.
Dengan suara seraknya Edrea menjawab, " 5 menit lagi Mom." Ia kembali menenggelamkan wajahnya di balik bantal.
"Gak ada 5 menit 5 menitan lagi. Bangun atau mobil kamu Mom jual lagi," ancam Mommy Della.
Edrea seketika membelalakkan matanya dan segera bangkit dari kasur kemudian membukakan pintu untuk sang Mommy.
"Ck, Mommy mah gak seru ancamannya pakai mobil," gerutu Edrea saat berhadapan dengan Mommy Della.
"Jangan bawel. Mandi sana buruan! Nanti telat kesekolah terus dihukum baru tau rasa kamu." Setelah mengatakan itu Mommy Della segera pergi dari hadapan Edrea tanpa mau mendengarkan ocehan dari anak bontotnya itu. Edrea berdecak sebal dan segera masuk lagi kedalam kamar untuk membersihkan tubuhnya.
*****
Tok tok tok
Kini ketukan pintu dikamar Azlan yang terdengar.
"Azlan, bangun sayang udah pagi!" Azlan yang mendengar teriakan dari sang Mommy pun segera membuka matanya dan bergegas membuka pintu kamar tersebut dan menampilkan kamar yang dominan dengan warna abu-abu, hitam dan putih tak lupa dengan rak buku yang terdapat didalam kamar tersebut.
Azlan mendekatkan dirinya ke Mommy Della dan mengecup pipi sang Mommy sebagai ucapan selamat paginya.
"Morning Mom," ucapnya. Mommy Della tersenyum dan mengacak rambut Azlan walaupun ia harus berjinjit karena tubuh anak pertamanya yang benar-benar sangat jangkung.
"Buruan siap-siap gih." Azlan menganggukkan kepalanya. Setelah itu ia menutup kembali pintu kamarnya saat Mommy Della sudah melenggang pergi menuju kamar Erland.
Seperti biasa Mommy Della akan mengetuk pintu kamar anaknya sebelum berteriak.
"Erland, bangun sayang udah pagi!" Satu detik dua detik sampai satu menit tak ada jawaban dari anak keduanya.
Mommy Della kembali berteriak namun sama saja tak ada jawaban karena sang empu menuruni sifat kebo dari Mommynya itu.
"Erland bangun!!!" Erland mengerjabkan matanya sebentar setelah itu tertutup kembali.
"Erland!!!" Kini teriakan Mommy Della benar-benar menggelegar hingga membuat Erland berdecak sebal.
"Iya. Erland udah bangun Mom. Jangan teriak-teriak!" Ucapnya tanpa membuka pintu.
"Kalau udah bangun buruan siap-siap!"
"Iya," ucap Erland. Kini teriakan dan gedoran dari pintu tak ia dengar kembali dan itu membuat dirinya bernafas lega. Bukanya dia bergegas melaksanakan apa yang Mommynya perintahkan malah justru ia kembali lagi menjelajahi alam mimpi.
...***** ...
Diruang makan sudah ada Daddy Aiden dan juga Mommy Della yang tengah menunggu anak-anaknya untuk sarapan bersama.
"Kamu yakin mereka udah bangun semua?" Tanya Daddy Aiden.
"Udah kok. Tunggu aja sebentar lagi sayang." Daddy Aiden menghela nafas. Perutnya sudah keroncongan sekarang dan harus menunggu triplets yang entah kapan mereka akan turun kebawah.
Tak berselang lama Azlan menghampiri meja makan dengan pakaian yang sudah rapi tak lupa dengan tas yang ia sampirkan dibahu kanannya.
"Morning Mom, Dad," sapa Azlan dan kembali mencium pipi Della tanpa melihat Daddy Aiden yang menatap dia dengan tatapan cemburu.
"Itu istri Dad. Jangan main cium-cium!" Tegur Daddy Aiden sedangkan Azlan hanya mengedikan bahunya acuh.
"Dasar anak laknat," umpat Daddy Aiden.
"Dad udah ih. Sama anak sendiri juga. Astaga," lerai Mommy Della.
Daddy Aiden menghela nafas panjang, "Adik-adik kamu mana?" Tanyanya.
"Masih dikamar kayaknya." Daddy Aiden mengangguk mengerti dan setelah itu teriakan nyaring dari si bontot terdengar menggema hingga membuat siapa saja yang mendengar teriakannya menutup telinga mereka.
"Good morning Mom, Dad, Bang Azlan!" Ucapnya setelah itu ia mendekati ketiga orang yang menatapnya dengan sebal dan mencium pipi mereka satu persatu.
"Tenggorokan kamu gak sakit sayang teriak kayak gitu tadi?" Tanya Daddy Aiden.
Edrea menggeleng, "Enggak."
"Yuk ah sarapan laper nih," sambungnya.
"Tunggu bang Erland dulu sayang." Edrea mengedarkan pandangannya dan ternyata benar Abang keduanya tak ada di meja makan tersebut.
"Haish kebiasaan. Biar Rea samperin." Tanpa menunggu persetujuan dari mereka, Edrea kembali ke lantai atas lebih tepatnya ke kamar Erland.
Setelah dirinya sampai di depan pintu kamar Erland, Edrea tak langsung mengetuk pintu kamar tersebut melainkan mencari sesuatu di dalam guci kecil yang terletak di samping kamar Erland.
"Ketemu," ucapnya. Lalu ia segera membuka pintu kamar Erland dengan menggunakan kunci cadangan yang hanya dirinya yang tau.
Edrea berdecak saat mengetahui tubuh Erland yang masih terbalut selimut. Tanpa ragu-ragu Edrea menghampiri Erland dan segera merebahkan dirinya tepat di atas tubuh Erland. Namun sama saja tak ada pergerakan dari Erland.
"Ck kebo banget sih," gerutu Edrea.
"Bang bangun!" Teriaknya sembari menciumi pipi Kakak keduanya. Tapi lagi-lagi usahanya tak membuahkan hasil.
"Ya Allah bang. Tidur apa mati sih ini orang." Edrea kembali melancarkan aksinya dengan memercikan air dan juga menyeret tubuh Erland namun semua yang ia lakukan tak mempengaruhi Erland untuk segera membuka matanya.
Edrea hampir menyerah sebelum ide jahilnya melintas di dalam otak cemerlangnya. Ia mendekatkan wajahnya ke arah telinga Erland dan... "Bang Erland bangun. Ada orang yang curi motor kesayangan Abang buruan bagun bang!" Dan kali ini aksinya membuahkan hasil.
Erland langsung lari terbirit-birit menuju garasi rumahnya. Sedangkan Edrea ia tertawa puas sembari menuju ruang makan.
Sedangkan yang berada diruang makan menatap heran kearah Erland yang tengah berlari tanpa tengok kanan kiri seperti orang kesetanan.
Tatapan mereka beralih kearah Edrea yang menghampiri mereka dengan cekikikan tak ada hentinya.
"Erland kenapa?" Tanya Daddy Aiden.
"Pasti kamu kerjain lagi kan?" Kini Mommy Della yang angkat bicara.
"Hehehehe suruh siapa dijam segini masih molor," jawab Edrea kemudian duduk di kursi makan yang tadi ia duduki.
Mereka bertiga hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tak berselang lama Erland kembali masuk dan segera menghampiri adik perempuannya itu untuk diberi pelajaran karena telah lancang mengerjainya.
Edrea yang terus ditatap oleh Erland dari kejauhan pun berancang-ancang untuk kabur dan sebisa mungkin bersembunyi dimana pun asal tak diketahui oleh Erland namun sayangnya rencana hanya tinggal rencana karena baru juga ia ingin beranjak dari duduknya, tangan Erland lebih dulu melingkar di leher jenjangnya.
"Mau kemana lo hah?" Ucap Erland dengan suara baritonnya. Edrea yang berada di kuncian Erland pun menatap Kakak keduanya dengan cengiran tak berdosanya.
"Berani-beraninya ya lo ngibulin Abang sendiri. Kualat baru tau rasa lo," sambungnya.
"Ish jangan kencang-kencang kali bang. Ngap nih gak bisa nafas gue. Siapa suruh tadi molor kek orang mati aja gak gerak-gerak. Dan btw ya bang kita itu lahirnya cuma beda.... Beda berapa menit Mom?" Mommy Della yang tadinya hanya memperhatikan perkelahian antar kedua anaknya itu pun langsung menjawab, "7 menit," ucapnya.
"Tuh cuma beda 7 menit doang jadi gak ada yang namanya kualat diantara kita," tutur Edrea.
"Tapi gue lebih dulu lahirnya walaupun hanya beda beberapa menit doang. Paham."
"Iya in aja deh biar seneng. Lepasin ih bang. Mau sarapan nih gue."
"Minta maaf dulu."
Edrea menghela nafas panjang, "Abangku yang paling ganteng..."
"Lebih gantengan gue," potong Azlan yang tiba-tiba menimpali ucapan Edrea.
"Ck gantengan Daddy kemana-mana. Kalian berdua masih kalah jauh dibawah Daddy," kini Daddy Aiden yang berucap tak mau kalah.
Edrea maupun Mommy Della saling tatap dan dengan kompak dua perempuan beda usia itu menepuk dahinya masing-masing.
"Ya ampun Mom. Kenapa Mommy dulu nikah sama Daddy yang super duper PD kayak gini sih," ucap Erland dan kini telah melupakan kuncian tangannya dari tubuh Edrea yang membuat si bontot memanfaatkan moment tersebut untuk keluar dari kuncian Erland.
Edrea bernafas lega setelah ia berhasil lepas dari Erland. Lalu ia segera duduk disamping Mommy Della untuk menyaksikan perdebatan yang akan segera dimulai tak lupa dengan roti di tangannya.
"Mom dulu khilaf apa gimana? Sampai mau milih Dad buat pasangan Mom." Kini Azlan yang berucap.
"Heh enak aja ya. Mommy kalian dulu tuh dalam keadaan sadar saat nikah sama Daddy. Ya kali cowok seganteng Daddy ditolak sama Mommy dan kalau Dad dulu gak nikah sama Mom kalian, Dad pastikan kalian gak ada di dunia ini. Jadi berterimakasih lah sama Dad. Sini-sini sungkem dulu sama Dad."
"Ya ampun Dad, yang nentuin kita di dunia tuh Tuhan bukan Daddy," ucap Azlan.
"Ya kan Daddy yang jadi perantara."
"Ck iyain aja lah Az biarin kita yang muda ngalah sama yang tua," final Erland dan diangguki oleh Azlan. Sedangkan Daddy Aiden ia mencebikkan bibirnya. Enak saja dia dikatain tua padahal umurnya masih lumayan muda dan jangan lupa paras rupawannya tak akan pernah lekang oleh usia.
Erland yang tadinya ingin beranjak ke kamar tiba-tiba teringat sesuatu.
Matanya kini beralih menatap Edrea yang tengah asik melahap roti ditangannya tanpa mengetahui tatapan Erland.
Tanpa menunggu lagi Erland menghampiri Edrea dan saat dirinya telah berada di belakang tubuh si bontot, tubuhnya ia bungkuk kan hingga tepat disamping pipi Edrea yang penuh dengan roti didalamnya. Karena gemas dan rasa jengkelnya menyatu, Erland menggigit pipi Edrea yang membuat sang empu menjerit.
"Huwaaaaa Abang ih sakit tau!"
"Itu peringatan buat lo. Kalau lo ngerjain gue lagi, gue pastiin tuh pipi jadi bolong." Edrea bergidik ngeri. Baru juga dia ingin mengumpat, Erland lebih dulu melenggang pergi dari hadapan mereka semua yang berada di meja makan.
Dan akhirnya umpatan yang tadi ia ingin keluarkan kini terpaksa harus dikubur lagi di batinnya. Buat nanti siapa tau kan saat di sekolah ada yang mau diajak adu mulut, lumayan buat pelampiasan.
Kini mereka bertiga telah sampai di sekolah masing-masing. Yap mereka tak satu sekolahan lebih tepatnya hanya Edrea yang beda sekolah dari kedua saudara laki-lakinya itu. Awalnya Erland juga disekolah yang berbeda dari Azlan namun sayang disekolahnya yang dulu ia kena DO karena perkelahian yang sebenarnya bukan salahnya. Walaupun ada saksi yang melihat keributannya dulu namun ia yang kalah dan tetap menerima hukuman untuk keluar dari sekolah tersebut. Sedangkan lawannya malah masih berjaya disekolahnya. Ya maklum semua bisa ditutup dengan uang, uang dan uang yang membuat Erland muak dengan tingkah para orang kaya yang selalu berbuat semena-mena bahkan salah pun harus tetap benar dengan cara menjijikkan seperti itu.
Azlan keluar dari mobil Ferrari GTC4Lusso T miliknya setelah berhasil memarkirkan mobil tersebut di area parkir khusus siswa.
Tak berselang lama Erland baru memasuki area sekolah tersebut dengan menggunakan motor sportnya.
Kedatangan kedua cogan kembar tak identik itu pun mampu menyihir semua siswi disana.
"Ya ampun pangeran gue," ucap salah satu siswi yang tengah menatap kagum kearah Azlan dan Erland yang tengah jalan beriringan.
"Woyilah sabilah satu buat gue."
"Hidung gue mimisan astaga."
"Aduh bang adek gak kuat."
Kira-kira seperti itu ocehan para kaum hawa saat melihat ketampanan dari dua jagoan Daddy Aiden yang tak pernah diragukan lagi.
"Menjijikan," batin Azlan maupun Erland saat ini.
Sedangkan disekolah Edrea, gadis cantik tersebut sudah di kerumuni para laki-laki dengan membawa bingkisan kecil untuknya.
"Woy woy woy harap tenang!" Teriak Edrea yang sudah risi dengan situasi yang selalu ia hadapi dipagi hari.
"Antri woy antri jangan kek gini kasian temen gue," kini Resti teman Edrea yang angkat bicara.
"Iya ih, gue yang ikut dikerumuni jadi sesak nafas gini," ucap Yesi dengan mengibaskan tangannya.
Begitulah kegiatan pagi Edrea yang entah harus senang atau sedih menghadapi para lelaki yang seakan-akan tengah berlomba-lomba memperebutkan dirinya padahal sudah sering Edrea terangkan ke mereka semua untuk tidak memberi apapun kepadanya. Namun memegang dasar mereka semua keras kepala mau pakai apapun untuk menasehati para lelaki yang tengah terpesona dengan kecantikan Edrea tak akan pernah mempan mempengaruhi usaha mereka.
Saat Edrea dan teman-temannya tengah berusaha menenangkan keributan yang terjadi. Segerombolan perempuan yang dipimpin oleh primadona sekolah tersebut, katanya sih tapi jika dilihat dengan mata kepala sendiri pun orang-orang akan tau siapa yang jadi primadona sebenarnya.
Segerombolan perempuan tersebut berhenti tepat disamping Edrea dan juga kedua sahabatnya jangan lupakan dengan para laki-laki yang sudah mulai tenang.
"Pagi-pagi udah jual diri aja. Laku berapa tuh," ujar Puri si primadona gadungan.
Edrea memutar bola matanya malas. Urusan dengan para laki-laki saja belum tuntas nah sekarang malah datang para kuman lainnya. Edrea memilih untuk diam tak menanggapi ucapan dari Puri yang membuat si empu semakin geram dan menghampiri Edrea.
Edrea menatap Puri yang sudah berhadapan dengan dirinya.
"Eh Lo kalau mau jual diri jangan disini, di hotel sana. Dasar malu-maluin nama sekolah aja," tutur Puri.
"Lo lagi ngatain siapa sih? Diri lo sendiri? Owh pantesan gak tau malu banget. Ckckck miris gue dengernya. Semoga gak terjangkit virus HIV aja deh, tapi kalau terjangkit ya gak papa sih gak ada yang rugi malah untung karena popularitas manusia yang banyak bacotan doang kayak lo gini berkurang," ucap Edrea santai dengan menunjukan senyum smriknya.
Puri yang mendengar perkataan dari Edrea pun memelototkan matanya dan ketika ia ingin menampar pipi mulus lawannya. Edrea lebih dulu menghindar.
"Ck payah. Nampar orang aja gak bisa. Sini gue contohin."
Plak
Satu tamparan keras mendarat di pipi Puri yang membuat semua orang disana melongo menatap Puri dan juga Edrea secara bergantian.
"Ini baru yang namanya nampar. Udah ya buat pelajar pagi ini. Gue rugi tau ngajarin lo kayak gini tapi gak dibayar. Huh untung gue anak baik cantik pula jadi gratis aja deh buat lo."
"Dan untuk kalian para kaum Adam. Maaf ya gue gak bisa nerima hadiah kalian. Bukan karena gue gak hargai perjuangan kalian tapi lebih baik uangnya di tabung aja. Siapa tau kan dari hasil nabung kalian bisa buat beli rumah sendiri atau buka usaha untuk masa depan. Kan lebih cakep dari pada kalian beli barang-barang ini yang malah buat kalian rugi. Udah ya gue sama sahabat gue ke kelas dulu. Bye," sambung Edrea kemudian ia dan kedua sahabatnya beranjak dari hadapan para kaum Adam yang menatap kepergiannya dengan tak rela dan juga Puri yang tengah menatap punggung Edrea dengan emosi yang memuncak.
"Astaga!" Teriak Yesi kala mereka bertiga telah berada di dalam kelas. Sedangkan Edrea ia tengah memijit pelipisnya.
"Ya ampun ini kado lebih banyak dari kemarin anjim," ucap Resti sembari mendekati meja yang biasa di tempati oleh dirinya dan juga Edrea selama pelajaran.
"Iya ih kalau kayak gini lo lama-lama jadi makin kaya," tutur Yesi.
"Bacot lo bisa di kecilin gak. Gue gampar nih lama-lama." Yesi nyengir kuda saat mendengar ancaman dari Edrea.
"Ya maaf keceplosan toh disini juga masih sepi cuma kita bertiga yang baru di kelas, jadi gak papa lah toh lo juga kaya beneran gak cuma gosip aja."
Edrea berdecak dan segera membersihkan kekacauan yang berada di atas kursi dan mejanya. Menyingkirkan kado tersebut di pojok belakang kelas supaya tak menganggu siapapun nantinya.
"Yang kaya tuh orang tua gue. Gue cuma kecipratan aja. Paham."
"Ya paham tapi gue heran sama lo Rea. Kenapa lo harus sembunyiin identitas asli Lo? Nama Abhivandya juga gak lo pakai di sekolah ini? Padahal itu nama marga keluarga lo dan juga kalau lo pakai nama itu, gue jamin gak ada yang berani sama lo lagi," ucap Yesi dan diangguki oleh Resti. Edrea menghela nafas panjang dan mendudukkan dirinya tanpa menjawab pertanyaan tak penting yang keluar dari mulut Yesi.
"Ck jawab Rea!"
"Ya pokoknya ada alasan yang gak bisa gue sampaikan ke lo berdua. Dah ah kalain diem jangan ganggu gue. Gue mau mantengin pacar virtual gue," ucap Edrea sembari membuka media sosialnya.
"Anjim. Yang nyata banyak cogan yang nungguin eh Lo malah milih yang virtual mana cuma halu lagi. Astagfirullah," geram Resti yang sudah tak mengerti lagi jalan pikiran dari Edrea. Padahal di real banyak yang ngantri sedangkan yang tengah diperebutkan malah sedang halu dengan para oppa oppa Korea. Dasar.
Sedikit info mengenai para triplets yang di luar rumah lebih tepatnya dilingkungan luar, mereka sengaja tak memberi embel-embel nama Abhivandya di diri mereka bertiga. Awalnya ide konyol itu ditolak mentah-mentah oleh Daddy Aiden dan juga Mommy Della namun setelah mereka memberi alasan yang cukup membuat kedua orangtuanya paham akhirnya dengan berat hati Daddy Aiden dan juga Mommy Della mesetujui ide tersebut. Dan alasan yang mereka berikan kepada orangtuanya adalah supaya mereka bisa bebas bersosialisasi dan juga mencari teman yang tidak munafik karena hanya mereka dari keluarga kaya jadi banyak orang yang mendekati mereka dengan berkedok pertemanan padahal tengah memanfaatkan diri mereka. Selain itu mereka tak ingin membuat orang yang dari keluarga berkecukupan ketika ingin berteman dengan mereka harus minder terlebih dahulu karena takut jika direndahkan dan lain-lain yang membuat mereka tak ingin melihat hal itu. Karena semua orang mau itu kaya atau berkecukupan dimata triplets mereka semua sama rata tak ada bedanya. Ya walaupun begitu, semua orang menganggap mereka masih dalam golongan kaya karena mereka melihat barang yang mereka pakai tapi setidaknya cuma di anggap kaya biasa bukan yang sebenarnya terjadi di kehidupan mereka saat ini. Anak sultan dari dua keluarga pengusaha ternama di seluruh dunia.
Azlan menginjakan kakinya di perpustakaan sekolah saat jam istirahat beberapa menit yang lalu berbunyi.
Para siswi yang melihat Azlan pun memekik tertahan. Sedangkan Azlan yang sudah biasa ditatap seperti itu langsung melenggang masuk, mengacuhkan semua pasang mata yang tengah menatapnya. Lebih baik ia segera mencari buku yang ia butuhkan secepat mungkin.
Azlan terus menelusuri setiap rak buku di depannya namun buku yang ia cari tak kunjung ia temukan.
"Ck dimana sih?" Gumam Azlan lirih. Saat dirinya ingin membalikan badannya, ia hampir saja menubruk tubuh gadis yang saat ini tengah menatapnya dengan mata berbinar. Gadis dengan kacamata tebal dan rambutnya terkepang dua ditambah lagi gigi yang tengah dipagar rapi menggunakan kawat gigi membuat Azlan semakin mendatarkan ekspresinya.
"Minggir!" Perintah Azlan dingin. Bukannya menuruti ucapan Azlan, gadis tersebut malah semakin tersenyum lebar.
"Minggir gak lo!" Gadis tersebut menggelengkan kepalanya.
"Ck menyusahkan," ucap Azlan sembari mendorong tubuh gadis tersebut sedikit keras hingga tubuh gadis itu tergeser kesamping.
Azlan tak peduli dengan ekspresi wajah sedih yang ditampilkan oleh gadis tersebut. Ia memilih untuk keluar dari perpustakaan dan menuju kantin sekolah.
Setelah sampai dikantin, lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian para cewek-cewek yang menginginkan dirinya.
"Azlan!" Teriak Odi salah satu teman Azlan dan juga Erland. Azlan yang merasa dirinya dipanggil pun mengalihkan pandangannya dan segera menghampiri meja Odi yang sudah terdapat beberapa temannya disana.
"Erland kemana?" Tanya Azlan saat sudah duduk di kursi kantin, bergabung dengan Odi, Brian dan Hito.
"Gak tau. Belum kesini dia. Mungkin masih dikelasnya kali," jawab Brian.
Azlan dan Erland sama sekolah namun beda kelas. Jika Azlan berada di kelas IPA 1 maka Erland berada di kelas IPA 3. Namun saat jam istirahat tiba mereka akan berkumpul menjadi satu. Banyak orang di dalam maupun luar sekolah yang tak tau jika mereka adalah saudara kembar karena perbedaan wajah mereka yang benar-benar tak ada mirip-miripnya sama sekali dan hanya teman dekat mereka lah yang mengetahui hal tersebut itu pun mereka masih kadang-kadang tak percaya dan berfikir jika salah satu dari mereka dulu ditukar oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Saking tak percayanya mereka.
Azlan pun menganggukkan kepalanya dan baru juga ia ingin memesan makanan, ada salah satu siswi yang mendatangi dirinya.
"Ehem Kak Azlan mau pesan ya? Sebutin aja Kak mau pesan apa biar aku yang pesanin, dan Kakak cukup diam duduk disini." Azlan tak mengindahkan ucapan dari siswi tersebut bahkan melirik pun ia tak mau.
Ketiga temanya tersebut saling tatap dan akhirnya Odi memberanikan diri untuk menyenggol lengan Azlan yang tengah mengalihkan pandangannya sedari tadi di ponsel miliknya.
"Az."
"Hmmm," jawab Azlan cuek.
"Ditanyain tuh. Jawab kek, kasihan dia," tegur Odi. Azlan hanya mengedikan bahunya dan setelah itu ia tak bersuara kembali membuat ketiga temannya merasa tak enak dengan perempuan yang masih setia berdiri di depan meja mereka.
"Ehem gini Dek. Azlannya lagi diet sekarang jadi maaf ya untuk sekarang Azlan gak pesan makanan dulu," ucap Hito. Perempuan tersebut nampak kecewa.
"Yah, ya udah deh. Maaf ya Kak tadi sempat ganggu kalau gitu aku permisi dulu." Ketiga teman Azlan mengangguk dan perempuan tersebut langsung melangkah menjauh dari mereka.
Setelah merasa aman dengan perempuan tadi, Azlan berdiri untuk memesan makanan.
"Ck tadi aja saat ada orang yang dengan sukarela jadi kacung dia. Dianya gak mau giliran sekarang malah ikut ngantri buat pesan makanan. Emang ya orang yang ganteng diatas rata-rata itu aneh," gerutu Odi.
Setelah mengantri lumayan lama akhirnya Azlan kembali dengan membawa semangkuk bakso dan juga segelas es teh. Ia kembali mendudukkan tubuhnya di kursi yang ia tempati tadi namun baru saja ia memakan satu bakso tadi, suara gebrakan meja membuat bakso yang ada di mulutnya ingin meloncat keluar.
Brak
"Wanjir," kaget Odi kelepasan.
"As...tagfirullah," ucap Brian.
"Setan!" Umpat Hito. Mereka bertiga juga ikut kaget dengan dobrakan dari Erland yang begitu keras hingga para siswa yang berada di kantin tersebut melihat ke arah geng most wanted SMA Balerix, itulah julukan yang diberikan untuk Azlan, Erland dan para sahabatnya dari para warga SMA Balerix tersebut.
Erland hanya mengacuhkan setiap umpat dari sahabat sang Kakak. Ia memilih untuk duduk disebelah Azlan.
Tanpa tanya ini itu, Erland menyambar bakso milik Azlan yang membuat sang empu memelototkan matanya.
"Punya gue itu. Kalau lo mau, pesan aja sana sendiri," ucap Azlan sembari merebut kembali satu mangkuk bakso miliknya.
"Ck. Gue lagi males antri. Bagi dua lah, jangan pelit jadi Abang tuh. Sama Adik sendiri juga," tutur Erland.
"Gak." Erland mendengus sebal dan akhirnya mau tak mau ia beranjak dari duduknya dan menyusul kedua sahabatnya yang lebih dulu memesan makanan.
Tak berselang lama, Erland kembali ke meja tadi dengan membawa semangkuk bakso dan juga es teh.
Ia mendudukkan kembali tubuhnya disamping Azlan yang sudah menghabiskan makanannya.
"Erland!" Teriak seseorang dari kejauhan sembari berlari kencang kearah Erland.
Erland mendongakkan kepalanya. "Kenapa?" Tanyanya saat orang tersebut tiba di depan Erland dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Gu...Guntur, Land." Erland memincingkan alisnya.
"Yang jelas!"
"Itu Guntur sekarang masuk RS gara-gara diserang sama anak-anak Drexda." Erland mencekram kuat sendok yang berada ditangannya sebelum akhirnya sendok tersebut ia taruh dengan kasar di atas meja.
"Shit," umpatnya.
Saat dirinya ingin pergi dari tempat duduknya, lengannya dicekal oleh Azlan.
"Makanannya bayar dulu baru pergi," ucap Azlan. Erland mendengus dan ia segera mengeluarkan satu lembar uang 50 ribu dari dompetnya.
"Nih uangnya. Lo yang bayarin. Gue mau pergi dulu." Azlan menerima uang tadi.
"Balik sebelum jam pelajaran selanjutnya dimulai!"
"Gue usahain," ucap Erland yang sudah mulai menjauh dari kantin.
Erland saat ini sudah berada di parkiran sekolah dengan beberapa temannya yang sudah terlebih dulu berkumpul karena ada pemberitahuan dari sang ketua geng Regaza, siapa lagi kalau bukan si tampannya Daddy Aiden nomor 2 yaitu Erland.
"Kita ke rumah sakit dulu. Masalah Drexda kita bahas nanti di markas setelah pulang dari sekolah," ucap Erland dan diangguki para anggotanya yang lain.
Beberapa motor sport kini beriringan menuju rumah sakit namun saat ditengah jalan, Erland dan juga anggota Regaza tadi dicegat oleh segerombolan pemuda dengan seragam sekolah berbeda dan itu merupakan rival mereka yang telah menghabisi Guntur tadi.
Erland mematikan mesin motornya dan melepaskan helm full facenya. Matanya kini tak lepas dari satu orang yang menjadi ketua geng Drexda yaitu Eric. Dengan senyum smriknya Erland turun dari motornya dan menghampiri Eric yang sudah mengibarkan peperangan diantara kedua geng tersebut.
Dan tak berselang lama tawuran diantar dua kubu tersebut berlangsung dengan sangat membabi buta lebih tepatnya geng Regaza yang menguasai pertempuran tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!