#Devina Renata
Gadis ini memiliki panggilan Dev, seorang gadis piatu yang ditinggal ibunya sejak masih sekolah di SMP. Pada waktu klas X SMA, ayahnya menikah lagi dengan asisten pribadinya, seorang janda beranak satu. Semenjak pernikahan ayahnya, babak baru kehidupan Dev dimulai.
Setelah pernikahan baru ayahnya, Dev merasa kehilangan kasih sayang dari orang tua, dan adik tirinya lebih agresif untuk merebut perhatian ayahnya. Keadaan ini semakin buruk ketika ibu tirinya melahirkan anak dari pernikahan dengan ayahnya.
Selepas SMA, Dev memutuskan untuk meninggalkan orang tuanya, dan beruntung dia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Institut Seni Indonesia jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Pergaulannya dengan orang-orang seni yang lebih dominan kaum laki-laki, membentuk Dev menjadi gadis yang cenderung berperilaku tomboy dengan outfit of the day sneaker, celana jeans, kemeja, tas selempang sebagai pelengkap penampilannya sehari-hari. Makeup tebal sangat jauh dari kesehariannya.
Kuliah S1 diselesaikan Dev selama 3,5 tahun dengan predikat Cumlaude, dan tepat pada saat usia 22,5 tahun, Dev diterima bekerja di PT. Kalingga sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan dan distribusi. Dengan gaji yang relatif besar, Dev bisa menyewa kamar di apartemen untuk tempat tinggal, dan mencukupi semua kebutuhannya.
Saat ini usia Dev sudah menginjak 25 tahun, usia matang bagi seorang gadis untuk segera memiliki pasangan hidup. Namun sampai saat ini Dev belum memiliki keinginan untuk menikah, bahkan belum ada ketertarikan dengan teman laki-lakinya. Dev masih menunggu Andre, laki-laki yang sudah mengisi ruang hatinya, yang selama tujuh tahun meninggalkannya, dengan satu janji suci bahwa dia akan kembali. Mereka terjalin dalam suatu hubungan sejak SMA, dan selepas SMA Andre melanjutkan studi ke Aussie.
Dev masih mengingat dengan jelas bagaimana ibu dan adik tirinya menyebutnya sebagai perawan tua. Tetapi dia selalu menanggapinya dengan tersenyum.
"Mana ada laki-laki mapan yang mau menikah dengan cewek dekil sepertimu. Tapi jangan khawatir Dev, kalau kamu mau mamah bisa meminta pak Jaka sopir tetangga untuk menikahimu." ejek Ibu tirinya.
Dev selalu tersenyum setiap menanggapi cemooh dari ibu maupun adik tirinya, dia tetap menghormatinya bahkan selalu mencium tangan untuk berpamitan setiap Dev bepergian. Sedangkan ayah Dev terlalu mempercayai istrinya, bahkan pengawasan terhadap anaknya sendiri juga dipercayakan padanya. Beruntung Dev adalah seorang gadis yang tidak ingin memperpanjang semua urusan.
#Andhi Yudha Baskara
Laki-laki matang berusia 32 tahun, yang saat ini menjabat sebagai CEO PT. Globe Tbk. Dia memiliki tinggi badan 185 cm, dengan berat badan proporsional, dan berwajah tampan. Banyak gadis dari kalangan sosialita yang menginginkannya untuk menjadi pendamping hidup, tetapi belum ada satupun yang bisa menarik perhatiannya.
"Yudha, usiamu sudah 32 tahun. Kakekmu ini sudah semakin tua, sudah saatnya untuk menimang cucu." ceramah kakeknya yang tidak pernah bosan memintanya untuk segera menikah.
" Kakek beri waktu 2 bulan, jika kamu belum memiliki calon istri dan menyampaikan kabar baik bahwa kamu sudah menikah, maka kamu harus bersedia dinikahkan dengan anak relasi kakek!"
"Kakek sudah mengirimkan profil beberapa gadis anak relasi-relasi kakek, dan segera pilih salah satu dari mereka. Serahkan semua urusan pernikahanmu pada kakek."
"Tapi kek, Yudha belum ingin menikah saat ini." tolak Yudha dengan halus menanggapi permintaan kakeknya.
"Apa kamu bilang? Usiamu sudah 32 tahun, dan kamu bukan lagi anak kemaren sore. Kamu harus segera membuat target untuk masa depan. Bukan masa depanmu tapi masa depan keluarga Baskara"
"Dan perlu kamu ingat, sepeserpun warisan, fasilitas akan kakek hentikan jika kamu berani melanggar perintahku."
"Kakek selalu memaksakan kehendak, bisakah kakek menghargai privasi cucunya." protes Yudha.
"Anak tidak tahu diuntung. Kali ini kakek tidak main-main, dua bulan dari sekarang merupakan batas waktu yang kakek berikan padamu untuk mencari istri." ucap kakeknya dengan nada tinggi kemudian menutup panggilan telepon.
"Shit..." umpat Yudha.
Yudha terdiam sejenak menahan emosinya, kemudian memijat pelipis dan kening dengan tangan kanannya. Tidak ada seorangpun sampai saat ini yang memiliki keberanian untuk menekan dan memancing kemarahannya, dan hari ini kakek Baskara berani untuk menekan bahkan memarahinya.
"Pratama...., cek email masuk! Pelajari dan seleksi profil gadis-gadis yang dikirim kakek, selidiki latar belakang keluarganya." perintah Yudha pada Pratama asisten pribadi dan sekaligus orang yang menjadi tangan kanannya di perusahaan.
"Setelah itu tentukan salah satu, dan perkirakan sesuai dengan keinginan dan seleraku!"
"Untuk apa boss setelah diseleksi." tanya Pratama bingung akan perintah mendadak dari Yudha.
"Kakek memaksaku untuk segera menikah, dan mengirimkan profil gadis-gadis anak relasinya." jawab Yudha dengan kesal.
"Siap boss," sahut Pratama sambil tersenyum lucu memikirkan Yudha CEO tampan yang kebingungan mencari calon istri.
"Setelah kamu dapatkan, segera atur pernikahan di KUA, tanpa ada pesta, tanpa publikasi dan tanpa lamaran resmi. Jika dia setuju, suruh dia untuk memilih hadiah apa yang dia inginkan!" tegas Yudha. Rahangnya tampak keras, dengan penampilan dingin tanpa menunjukkan senyum sedikitpun. Yudha memiliki pendirian yang keras, dan sebenarnya dia mewarisi sifat-sifat keras dari Kakek Baskara.
Pratama merupakan asisten pribadi Yudha, yang sangat loyal dan selalu siap melaksanakan setiap instruksi dari bosnya. Setelah mendengar perintah Yudha, dengan cekatan dia melakukan cek email via gadget di tangannya. Tak berapa lama,
"Chyntia putri kesayangan sekaligus pewaris Indi Group, lulusan Business of Administration Canada dan memiliki gelar MBA."
"Sepertinya dia cocok dan layak dilihat dari penampilannya untuk menjadi istri Boss. Dia bergabung dalam Genk sosialita dengan artis-artis ibukota."
"Atur pemberitahuan kepadanya, dan kirim email ke kakek untuk memberi tahu jika aku sudah menetapkan calon istriku."
"Urus semua, dan aku ingin Sabtu depan jam 09.00 on time, pernikahanku di KUA "K" dapat dilaksanakan."
"Apakah boss tidak ingin mempelajari profilnya terlebih dahulu." tanya Pratama hati-hati.
"Tidak perlu, semua sudah aku percayakan kepadamu."
"Pastikan informasi pernikahan ini rahasia dan tidak bocor ke media. Jangan ada wartawan, tanpa dokumentasi. Jika sampai 09.15 menit calon istriku belum datang atau terlambat, pastikan pernikahan akan dibatalkan."
"Siap boss."
Tanpa melihat terlebih dahulu seperti apa profil calon pengantinnya, Yudha langsung memberikan instruksi pada Pratama untuk segera menyiapkan pernikahan.
Setelah mendapatkan calon istri untuk menyenangkan hati kakeknya, Yudha mengambil kunci Porsche Cayman dan bergegas keluar meninggalkan ruangan.
Tanpa menyapa karyawannya, Yudha menuju lift khusus direksi langsung turun ke carport. Porsche Cayman digeber membelah jalanan di kota "Y", dan berhenti di private lounge. Tempat pelarian Yudha untuk meredakan kegalauannya.
*****
"Dev..., wait me!!!! Loe lari atau jalan sih. Kayak kuda aja kalau jalan, minta ampun banternya" teriak Sasa ngos-ngosan berlari mengejar Dev sahabat baiknya.
Dev sejenak menghentikan langkah, dan menengok ke belakang sambil menunggu sahabatnya.
"Lagian, jalan kayak putri Solo. Cepetan dikit gih...Jadi orang muda harus penuh semangat dalam hal apapun." ucap Dev sambil tersenyum dan merengkuh bahu Sasa.
Sasa adalah teman baik Dev dari semasa di SMU, yang selalu setia dalam duka maupun suka dan selalu support apa yang diinginkan Dev. Dia sangat mengenal dan memahami pribadi maupun karakter Dev, termasuk sifat pantang menyerah sahabatnya itu. Meskipun dalam kondisi terdesak kesulitan ekonomi, Dev tidak akan pernah mau menerima bantuan dari siapapun secara cuma-cuma.
"Ada tawaran project nih. Membuat desain merchandise, logo dan segala pernak pernik."
"Siapa yang minta."
"Pemda provinsi, untuk menyambut acara Sumpah Pemuda."
"Kira-kira mau Loe ambil tidak peluang ini? Lumayan ada insentifnya, buat nambah tabungan loe." kata Sasa menyampaikan informasi tentang tawaran project.
Selain bekerja di PT. Kalingga, Dev juga bekerja sebagai seorang freelancer di bidang jasa pembuatan desain untuk menambah pemasukan.
"Tidak gede sih insentifnya, cuman 5 juta, tapi lumayan kan buat tambahan uang jajan." lanjut Sasa.
"Kapan sih Cint, aku menolak peluang rejeki."
"Yang penting halal, sumbernya jelas, aku bisa kerjakan, setiap peluang pasti akan kuambil. Sekalian untuk mengasah keterampilan desainku."
"Cek email ya, tadi invitation letter sudah gue kirim ke email Loe."
"Ok, thank,s ya. Nanti malam deh, coba konsep desain aku buat, setelah mempelajari kisi-kisinya"
"Kira-kira Loe ada masukan tidak nih untuk desainku." tanya Dev.
Sambil jalan berdampingan, mereka berdua asyik ngobrol membicarakan konsep, desain, material project yang akan dikerjakan. Sesekali terjadi adu argumentasi terkait konsep, namun mereka terlihat saling mengisi dan bukan saling menjatuhkan.
"Temanya harus kita buat dengan genre anak muda yang penuh semangat, dinamis, dan memiliki daya juang tinggi." ucap Dev berapi-api.
"Meskipun kita berada pada era globalisasi, era Revolusi industri 4.0, dimana digitalisasi merupakan suatu tuntutan dan harus dikedepankan, tapi jangan pernah kita melupakan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya masyarakat kita."
"Kita usung konsep Sumpah Pemuda kali ini dengan tema GLOCAL HUMANISM."
" Nanti, konsep tak susun dulu, besok Inshaa Allah siap kita kirimkan usulan penawaran ke Pemda." tambahan penjelasan Dev.
"Kok GLOCAL??? Ga salah sebut tuch." protes Sasa.
"Tidak sayang, itu akronim dari Global and Local."
"Jadi, meskipun kita dituntut harus mendunia atau mengglobal, tetapi tetap harus mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal."
"Oooo. Asal tidak keliru pengucapan jadi menggombal aja ya Dev."
"Ha...ha... bisa aja kamu Cint..."
Merekapun tertawa bersama, dan sambil berjalan pulang, mereka melanjutkan diskusi kecil tentang konsep desain. Mereka membicarakan apapun yang lewat di pikirannya, seakan-akan mereka tidak pernah ketemu untuk waktu yang lama.
"Dev.., baru ingat gue. Loe dapat titipan salam tuh dari Reno. Dia nanya, kapan Loe punya waktu luang. Katanya Loe pernah janji, mau ngasih waktu pergi bareng sama dia."
"Wa Alaikum salam, iya sih aku pernah janji. Tapi tahu sendiri kan, aku belum ada waktu luang."
"Kapan-kapan aku WhatsApp Reno sendiri deh, nanti aku kabarin dia kalo pas waktuku luang."
"Hadeh.., Kapan sih Dev, pintu hatinya dibuka. Ingat umur Dev, kita ini cewek bukan cowok. Kita dikejar umur"
"Kalaupun bukan Reno yang loe mau, paling tidak bukalah untuk cowok yang lain."
"Cewek itu lebih aman dicintai, daripada kita mencintai seseorang yang belum tentu mencintai kita." ucap Sasa meyakinkan hati sahabatnya.
Reno adalah saudara sepupu Sasa, yang sudah lama memendam perasaan tertarik kepada Dev. Tapi belum pernah sedikitpun Dev memberikan peluang lebih kepada Reno untuk mendekatinya. Meskipun Dev bukan tipe cewek yang terlalu pemilih cowok, tetapi sampai hari ini, dia belum memiliki niat untuk dekat dengan siapapun.
Dia masih menunggu janji Andre, lelaki yang telah meninggalkannya tujuh tahun yang lalu, karena harus melanjutkan studinya di Aussie. Laki-laki itu pernah berjanji bahwa dia pasti akan kembali.
Jikapun nantinya Andre tidak pernah datang kembali padanya, Dev punya pikiran yang sangat sederhana. Jika memang dia harus menikah, dia menginginkan tinggal menikah saja, tanpa harus ribet melalui proses pacaran dulu.
"Bukannya aku tidak mau membuka hatiku Cint, tapi memang aku belum ada ketertarikan sama seseorang."
"Jangan bilang kalo Loe masih mengharapkan Andre Dev?." tanya Sasa tiba-tiba seperti bisa membaca pikiran sahabatnya.
"Menurut pendapatku, sudah lupakan Andre. Laki-laki itu sudah terlalu lama tidak jelas batang hidungnya. Terlalu berharga jika Loe habiskan waktu untuk menunggunya."
"Dia bukan siapa-siapa, tidak penting untuk ditunggu. Sayangi dirimu." lanjut Sasa.
"Sudahlah Cint, tidak usah kita membahas Andre lagi ya."
"Aku sampai heran deh, kalau kita menyebut Andre, sepertinya kalau dia saat ini ada di depanmu sudah habis kali ya dia digecek-gecek." goda Dev.
"Ga tahu Dev, gue ga ikhlas saja kalau sahabat gue digantung perasaannya seperti ini."
"Wah aku dah mau sampai nih, tinggal satu tikungan." tukas Dev mengalihkan pembicaraan. Akhirnya mereka berhenti membicarakan Andre.
Sebenarnya Sasa pernah ketemu Andre sewaktu liburan ke kota "B". Melalui matanya sendiri, Sasa dengan jelas melihat Andre berpelukan mesra dengan seorang cewek yang memiliki rambut ikal di sebuah kafe hotel. Tetapi Sasa tidak tega dan tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan apa yang dilihatnya kepada Dev sahabatnya.
Andre sebenarnya adalah teman mereka berdua semasa SMA, dan setelah mereka lulus, Andre memilih untuk melanjutkan kuliah d Aussie, karena memang dia dilahirkan dari orangtua yang cukup kaya di kota "J". Sebelum Andre berangkat ke Aussie, dia meminta Dev untuk sabar menunggunya kembali.
******
Setelah melewati satu tikungan.
"Alhamdulillah, akhirnya nyampe juga. Mampir tempatku ga Cint, nanti kusiapkan jamuan mie rebus deh." ucap Dev.
"Ga ah, aku mau Nemani arjunaku ke mall. Mau cari kado buat adiknya Ivan, besok Minggu dia ulang taun." jawab Sasa.
"Ok deh kalau begitu. hati-hati ya Cint..".
"Aku duluan ya, terimakasih sudah Nemani aku jalan kaki, ngasih informasi peluang rejeki lagi."
"Yoi..."
Sasa melambaikan tangan tanda perpisahan kepada Dev, kemudian bergegas melanjutkan langkahnya. 50 meter di depan, Ivan tunangannya sudah menunggu di dalam mobil. Ivan adalah tunangan Sasa dan juga sahabat dari Reno. Sasa memang sengaja jalan kaki untuk menemani sahabatnya, sekaligus menyampaikan informasi project dan salam dari sepupunya.
****
"Akhirnya sampai juga" batin Dev sambil menuju pintu lobby menggunakan kartu aksesnya, kemudian dia berjalan menuju lift.
Sebelum dia menginjakkan kaki di lift, terlihat orang lain menyelinap dan mendahului masuk. Laki-laki itu berpakaian hitam, memiliki badan tegap, mengenakan masker dan kacamata hitam. Melihat garis wajahnya, sepertinya laki-laki ini memiliki tampang yang lumayan. Dia adalah Pratama, asisten Yudha yang juga tinggal di apartemen yang sama dengan Dev, dan memiliki panggilan Tama.
"Permisi, apakah saya bisa gabung." tanya Dev sopan.
Tama menjawab dengan anggukan kepala, dan langsung menggeser tubuhnya ke samping kiri.
"Hm.. sariawan kali ga bisa bicara." batin Dev.
Setelah menekan tombol lantai 7, Dev ikut menggeser tubuhnya ke samping kanan, dan terdiam di tempat. Begitu pintu lift terbuka tepat di lantai tujuh, Dev langsung bergegas keluar dan berjalan menuju kamarnya. Setelah memasukkan sidik jari, dengan cepat Dev masuk ke kamar dan langsung merebahkan badannya sebentar di atas kasur.
"Enaknya ketemu pulau mimpi." ucap Dev lirih sambil memeluk guling.
Dia berencana untuk tidur terlebih dahulu, untuk persiapan lembur membuat draft konsep desain yang akan dikirimkan ke Pemda. Tidak menunggu lama, mata jernih dan bening itu sudah terlelap.
*****
"Hm... gadis yang mandiri dan cukup menarik. Saat gadis lain, sibuk dengan penampilan, lifestyle, makeup, dia cukup berani tampil polos. Tapi dengan penampilannya, tetap tidak mengurangi kecantikannya,. bahkan menambahkan keunikan pada gadis itu." batin Tama tentang Dev.
Tanpa sadar dia tersenyum sendiri setelah Dev keluar lift. Yah, Pratama juga tinggal di apartemen yang sama dengan Dev. Kalau Dev tinggal di kamar standard "Studio", Tama menempati kamar yang sangat mewah dan luas di lantai 9 dengan type Duplek. Sebagai asisten dan tangan kanan Yudha, Tama memiliki gaji dan tunjangan yang besar, sehingga kamar dan isinya sangat luxury.
Sebenarnya sebanyak tiga kali, dia sudah pernah ketemu dengan Dev, dan karena hari ini sengaja pulang untuk mengambil berkas yang tertinggal, dia ketemu dengan gadis itu lagi. Dengan penampilan kasual dan sedikit tomboy, gadis itu mudah menarik perhatian orang lain. Meskipun memiliki casing tomboy, senyum gadis itu terlihat manis dan terlihat sisi kelembutan dari wajahnya.
"Drt..drtttt..."ponsel di saku celananya tiba-tiba bergetar.
Melihat layar ponsel, terlihat bosnya Yudha is call him.
" Ya boss, sebentar... ini masih di dalam lift. Nanti setelah berkas saya mabil, saya langsung otw." Tama segera menjawab panggilan bossnya Yudha. Selain sebagai boss, Yudha sekaligus sahabat dari masa kecil.
"Bagaimana dengan gadis itu, apakah kamu sudah menghubunginya?"
"Gadis yang mana boss.?" kata Tama balik bertanya.
"Gadis yang sudah kamu pilihkan untuk nikah denganku."
"Cynthia maksudnya? Mana ada boss, gadis yang menolak lamaran CEO ganteng, dengan penghasilan yang kalkulator tidak mampu menampung digit nominalnya." jawab Tama sambil tersenyum.
"Halah diam... aku sebenarnya tidak menyukai gadis matre yang hanya memikirkan penampilan, makeup, gaya hidup, dan semua gaya hedonisme." sergah Yudha.
"Kalau bukan karena desakan dari kakek Baskara, aku masih belum memiliki keinginan untuk menikah."
"Yah, ini mungkin sudah jalannya boss untuk menemukan jodoh." ledek Tama.
"Berani kamu meledekku, aku potong 50% bonusmu bulan ini." ancam Yudha pada Pratama.
"Jangan boss,"
"Chyntia dan orang tuanya sudah saya hubungi."
" Mereka akan berusaha on time datang ke KUA, dan sebelumya minta ijin untuk merias wajahnya dengan MUA."
" Kupikir permintaan yang masuk akal, karena semua perempuan sama ingin berpenampilan beda di hari istimewanya." lanjutnya.
"Ya ga pa pa, meskipun percuma dan tidak ada manfaatnya. Pernikahan ini untuk menyenangkan keluargaku, bukan untuk membahagiakan ku." ucap Yudha putus asa.
"Pastikan semua lancar, tidak bertele-tele, tidak ada wartawan, dokumentasi, dan hari itu juga akta nikah harus jadi. Scan dan kirimkan salinan akta nikah kepada keluarga ku." kembali Yudha menegaskan dan mengingatkan.
"Perintahkan beberapa pengawal untuk sweeping lokasi sebelum acara dilaksanakan." instruksi Yudha.
"Ya, secepatnya akan aku kondisikan."
"Hari ini aku tidak balik ke perusahaan, lanjutkan semua urusan bisnis. Jika ada rekanan yang menanyakan aku dan akan ketemu, handle semua."
"Siap 86...." jawab Tama.
Memang begitulah boss, seenak jidat meninggalkan tanggung jawab pada asistennya. Sebagai orang yang berada di dekatnya sedari kecil, Tama sangat mengenal Yudha. meskipun terkadang easy going, tetapi Yudha sangat disegani lawan bisnisnya. Setiap tender projects yang dia ikuti, selalu berhasil dia menangkan.
*******
Pukul 18.00 Dev baru terbangun dari tidurnya sejak dari pulang kerja. Dengan langkah gontai dia membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Selesai mandi, Dev menyiapkan laptop, notepad sebagai peralatan bertempur dalam membuat desain. Segelas mix coffee brown sugar racikan sendiri siap berpadu dengan processor di otak Dev.
Beberapa jam dihabiskan Dev untuk membuat sketsa, memadukan warna, font, gambar desain dengan tema GLOCAL HUMANISM. Tepat jam 23. 00, design concept sudah diselesaikan, kemudian mengirimkan via email.
"Alhamdulillah, finished."
Dev meregangkan otot-ototnya yang kaku, dan ketika bersiap untuk tidur tiba-tiba teleponnya berdering. Segera dia mengangkat panggilan telepon nya
"Assalamualaikum."
"Wa Alaikum salam, ini mamah." ibu tirinya di seberang telepon sedang berbicara.
"Ada apa mah." tanya Dev malas.
"Dev, kapan kamu akan pulang. Sudah hampir satu tahun kamu belum menengok papamu."
"Atur waktumu untuk pulang ke rumah. Ada yang mau papa dan mamah sampaikan."
"Mohon maaf mah, untuk bulan-bulan ini Dev baru banyak kesibukan, jadi Dev belum bisa pulang."
"Mungkin bisa disampaikan via panggilan telepon ini mah, jadi Dev bisa tahu tingkat urgensinya."
"Mamah sama papa mau mengenalkan kamu dengan seseorang. Putra dari relasi papa."
"Laki-laki atau perempuan mah."
"Kenapa gitu saja harus dijelaskan. Untuk apa mamah mengenalkan kamu pada perempuan? Umurmu sudah 25 tahun, apa kamu mau jadi perawan tua."
"Terimakasih sebelumnya mah, atas perhatian mamah memilihkan calon jodoh untukku."
"Tapi mohon dimaafkan mah, Dev untuk saat ini belum memiliki keinginan ke taraf hubungan seperti itu."
"Nanti jika Dev memang sudah menginginkan hubungan itu, Dev akan menghubungi mamah kembali."
"Kali ini jangan bantah kemauan mamah dan papa. Secepatnya kamu harus atur waktumu untuk pulang ke rumah."
"Baik mah Inshaa Allah. Apakah masih ada yang mau disampaikan lagi."
"Tidak ada. Mamah hanya berpesan, maksimal bulan depan kamu harus segera pulang. Mamah akan mengatur pertemuanmu dengan keluarga relasi papa."
"Terserah mamah saja, Dev Inshaa Allah ngikut."
"Sudah dulu ya mah, sudah malam. Dev mau istirahat."
"Wassalamu'alaikum"
"Wa Alaikum salam."
Dev sangat kesal setelah menerima panggilan dari Bu tirinya.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!