Di sebuah rumah mewah, Nampak seorang gadis tengah membersihkan jendela rumah yang mulai terlihat kotor, dia adalah Kesya Oktaviani. Tak berapa lama, muncul seorang wanita yang usianya tidak jauh berbeda darinya, dia adalah Kakak tiri Kesya, namanya Lani.
Lani datang menghampiri dan mengajak Kesya untuk menemaninya pergi.
"Key...., udah belum si bersihin jendelanya, lama banget deh." Protes Lani.
"Ini bentar lagi juga selesai kok." Jawab Kesya.
"Udah-udah, mending sekarang Kamu beresin terus siap-siap. Dandan yang cantik." Ucap Lani.
"Dandan? siap-siap kemana si Kak?" Tanya Kesya.
"Udah buruan, Kamu harus temenin Aku jemput Ayah di bar. Ayah tu mabuk." Ucap Lani.
"Apa? Ayah mabuk? kok bisa si? terus sekarang keadaan Ayah gimana?" tanya Kesya yang mulai panik.
"Ya Aku gak tau, makannya buruan Kamu siap-siap." Ucap Lani.
"Yaudah Kakak tunggu sebentar ya." Ucap Kesya kemudian merapikan alat yang ia gunakan untuk membersihkan jendela. Ia bergegas membawanya masuk dan segera masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap.
Lani tersenyum licik melihat kepergian adik tirinya, Ibu Lisa menghampiri Lani dan ikut tersenyum.
"Bagus, rencana Kita kali ini harus berhasil." Ucap Ibu Lisa.
"Pasti dong Ma, Mama tenang aja. Aku akan pastiin kalo rencana Kita ini gak akan gagal. Toss dulu dong Ma." Ucap Lani kemudian mereka pun saling bertepuk tangan.
Di Bar
Kini Lani dan Kesya telah tiba di Bar, Lani mengajak Kesya untuk masuk dan menuju meja Bartender.
"Eh Kesya, Kamu tunggu disini aja ya." Lani menghentikan langkahnya.
"Loh kenapa Kak?" Tanya Kesya.
"Didalam itu bahaya, biar Kakak yang jemput Ayah." Ucap Lani.
"Tapi Kakak nanti sendirian dong." Protes Kesya.
"Udah gak papa Kok, Kakak kan udah biasa pergi ke Bar, sedangkan Kamu masih asing. Daripada Kamu ikut masuk nanti malah Kita dalam bahaya." Ungkap Lani.
"Yaudah deh, tapi Kakak jangan lama-lama ya, Aku gak suka disini lama-lama." Pinta Kesya.
"Iyaaaaa" Jawab Lani kemudian meninggalkan Kesya sendirian.
Kesya menunggu sembari duduk di kursi. Ia melihat sekelilingnya benar-benar membuat Dia merasa jijik. Banyak Wanita yang memakai baju yang kurang kain, dan tanpa malu sepasang kekasih bermesraan melebihi batas normal.
Kesya menelan salivanya sendiri, Ia memilih menundukkan pandangannya. Ia mulai resah menunggu kedatangan Kakaknya.
"Kakak tu kemana sih? kenapa lama banget. Udah gak nyaman banget disini." Batin Kesya.
Kemudian datang seorang Pria tua menghampiri Kesya. Ia melihat Kesya dengan tatapan mata yang membuat Kesya risih.
"Kamu Kesya ya?" Tanyanya memulai pembicaraan.
"Iya benar, Bapak tahu darimana ya?" tanya Kesya.
"Saya disuruh Mbak Lani manggil Kamu, Dia butuh bantuan dari Kamu katanya." Ucap Bapak tersebut.
"Jadi Bapak tahu dimana Kakak Saya?" Tanya Kesya bangkit dari tempat duduknya.
"Iya, Dia butuh bantuan Kamu, Ayo ikuti Saya." Ucap Bapak tersebut. Tetapi Kesya nampak ragu.
"Buktinya apa kalo Kakak Saya menyuruh Bapak manggil Saya." Ucap Kesya.
Bapak tersebut pun menyetel sebuah rekaman suara dari Lani. Kesya akhirnya percaya dan mengikuti langkah Bapak tersebut
Bapak tersebut membawa Kesya berhenti di depan sebuah pintu kamar.
"Kakak Kamu ada di dalem, Dia butuh bantuan Kamu." Ucap Bapak tersebut.
Kesya dengan ragu melangkah masuk kedalam kamar tersebut. Ia mencari-cari keberadaan Kakaknya.
" Kak, Kakak dimana?" Panggil Kesya sembari mencari keberadaan Lani.
"Mana? katanya Kakak Aku disini. Bapak mau tipu Saya ya?" Tanya Kesya mulai curiga.
"Kreeekkkk." Bapak tersebut mengunci pintu dengan segera sebelum Kesya melarikan diri, kemudian Ia memasukkan kunci kedalam sakunya.
"Tenang Cantik, nanti pasti Kamu ketemu sama Kakak Kamu. Tapi setelah Kita menghabiskan malam ini bersama." ucap Pria tersebut tersenyum penuh kemenangan, Ia berjalan mendekati Kesya.
"Bapak jangan harap ya, jangan kira Bapak bisa macam-macam sama Saya." Kesya memperingatkan Pria tua tersebut.
"Oh iya? bagaimana kalo Saya buat Kamu yang meminta. Sepertinya seruuu." Ucap Pria tersebut berjalan kearah laci dan membuka laci tersebut. Ia mengambil satu jarum suntik yang didalamnya telah di masukkan obat.
"Saya gak akan lakukan itu. Bapak benar-benar menjijikkan, sekarang juga buka pintunya atau Saya teriak." Ancam Kesya.
"Nanti pasti Saya buka pintunya, tapi setelah Kita bersenang-senang dan Kamu bisa buat Saya senang." Ucap Pria tersebut berjalan mendekati Kesya.
"Gawattt, Aku harus bisa keluar dari sini." Batin Kesya berusaha membuka pintu tersebut.
"Percuma, Kamu gak akan bisa buka pintu itu." Ucap Pria tersebut mendekat. Kesya melihat saku jas Pria tersebut, nampak kunci yang Ia butuhkan saat ini.
"Kunci itu ada di sakunya, Aku harus bisa ambil kunci itu." Batin Kesya.
Pria tersebut menggenggam tangan Kesya, Kesya pun berusaha melepaskannya.
"Lepasin tangan Saya." teriak Kesya. Pria tersebut menarik tangan Kesya menuju ranjang dan mendorong Kesya hingga terduduk ditepi ranjang.
Kesya terus memberontak, Pria tersebut sampai kewalahan. Akhirnya Ia mengikat tangan Kesya dengan Kain.
"Lepasin Saya...." teriak Kesya.
Pria tersebut kemudian mengeluarkan jarum suntiknya dan menyuntikkannya ke tubuh Kesya. Tanpa Ia sadari, Kesya menggunakan kesempatan tersebut untuk mengambil kunci dari saku jasnya.
"Yes dapet. Aku harus segera keluar dari sini." Batin Kesya, Ia kemudian menendang sesuatu yang berharga milik Pria tersebut dan mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.
"Rasain itu." Ucap Kesya kemudian melepaskan kain yang mengikat tangannya.
Segera Kesya berlari menuju pintu dan membukanya, Kesya menggunakan kesempatan tersebut untuk kabur dari kamar tersebut.
Masih di Bar tersebut, terlihat dua Pria tengah duduk, salah satunya terlihat telah menghabiskan beberapa gelas minuman keras, tetapi Pria tersebut masih saja memaksa untuk minum.
"Aduh Boss Raka, udah-udah cukup Boss. Jangan minum lagi. Boss udah mabuk ini." Ucap Pria yang sedari tadi hanya menemani Pria yang tengah mabuk tersebut, yang ternyata adalah Boss-nya.
" Udahlah Ton, Jangan larang-larang Saya." Jawabnya yang mulai kehilangan kesadarannya.
"Ah udah-udah Boss, stop minumnya." Ucap Toni kemudian membawa Boss-nya menuju Kamar yang telah dipesannya.
"Boss Raka sepertinya mabuk berat. Dia sampai kehilangan kesadarannya." Ucap Toni meletakkan Raka diranjangnya. Toni pun keluar dari kamar tersebut.
Toni pun hendak pergi untuk pulang kerumah, tetapi di tengah lorong Ia menemukan Kesya tengah berjalan sempoyongan karena efek obat yang disuntikkan pada Kesya.
" Eh Mbak, hati-hati." Ucap Toni menangkap Kesya yang terjatuh.
"Tolong Saya, sembunyikan Saya. Saya mohon." Ucap Kesya yang mulai kehilangan kesadarannya.
"Eh loh Mbak, bangun Mbak." Toni berusaha membangunkan Kesya tetapi Kesya tidak juga bangun.
"Sial banget si Aku hari ini, harus ngurus dua orang teller." Umpat Toni.
"Kalo Aku biarin orang ini disini, nanti malah bahaya. Lebih baik aku pesankan kamar untuk orang ini." Ucap Toni menelepon resepsionis Bar tersebut untuk memesan kamar, tetapi ternyata tidak ada kamar kosong malam itu.
"Apa? malam ini semua kamar penuh? yaudah kalo gitu. terimakasih." Ucap Toni mengakhiri teleponnya.
"Nah kan? sekarang gimana? semua kamar penuh. Aku gak mungkin bawa Dia pulang." Toni mencari cara.
"Oh, Aku taruh Dia dikamar Boss aja kali ya, to Mereka sama-sama gak sadar. Gak akan terjadi apa-apa." Ucap Toni kemudian menggendong Kesya dan membawanya masuk ke kamar Raka. Setelah selesai Ia pun bergegas pulang.
Toni tidak mengetahui bahwa karena hal tersebut, terjadilah peristiwa yang sangat besar. Malam itu menjadi malam penuh dosa karena Raka dan Kesya sama-sama dalam keadaan tidak sadar, sehingga mereka melakukan kesalahan yang teramat besar. Malam itu terjadi pergulatan antara Raka dan Kesya yang bahkan tidak saling mengenal tetapi Mereka melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Bahkan Raka tidak menggunakan pengaman dan menanam benihnya sembarangan.
Waktu berlalu, kini pagi telah tiba. Keysa membuka matanya dengan perlahan dan melihat sekelilingnya terlihat asing.
"Astaghfirullah, ini Aku dimana?" Ucap Kesya yang terkejut dan bangkit kemudian duduk tetapi ternyata Ia tidak memakai sehelai pun kain ditubuhnya.
"Hah? kenapa Aku gak berbusana, baju Aku?" tanya Kesya, Ia melihat disampingnya juga terdapat Pria yang juga telanjang.
"Yaampun, apa yang udah terjadi sama Aku dan Dia semalam?" Kesya menepuk jidatnya.
Dia bangkit dari tempat tidurnya.
"Aduhh sakit banget." Ucap Kesya pelan, Ia merasakan sakit karena itu pertama kalinya untuk Dia.
"Aku harus pergi dari sini. Aku harus lupain semua ini." Ucap Kesya memungut pakaiannya dan memakainya.
Kesya berusaha membuka pintu, tetapi pintu terkunci.
"Aku harus kabur dari sini, kalo sampe Aku ketahuan tidur sama orang yang gak Aku kenal, bisa bahaya. Aku harus Kabur dari sini." Ucap Kesya.
Ia pun memilih Kabur dari jendela kamar tersebut, walaupun kesakitan dan dengan langkah yang terseok-seok.
Toni baru saja tiba didepan kamar Raka, Ia pun membuka pintu kamar Raka. Toni terkejut melihat keadaan kamar yang berantakan dan pakaian Raka yang berserakan di lantai.
"Astaga!! Bosss, Boss ngapain aja semalem." teriak Toni yang membuat Raka terbangun.
"Toniiiiiii berani-beraninya Kamu bangunkan Saya." Protes Raka.
"Boss Bangun Boss." Toni menarik selimut Raka dan terkejut karena Raka tidak memakai sehelai pakaian apapun.
"Astaghfirullah Boss, Boss habis ngapain semalem." Teriak Toni.
"Apa sih Ton." Raka terbangun kemudian menyadari bahwa kini Ia tengah telanjang.
"Toniii, kenapa Saya telanjang?." Protes Raka.
"Lah kok malah Boss tanya Saya? terus cewek yang saya bawa kesini kemana Boss? Jangan-jangan Boss semalam main sama Dia ya?" Tanya Toni terkejut.
"Apa? Kamu bawa Cewek kesini? Kamu gila ya?" Raka memukul Toni dengan bantalnya.
"Aduh Boss ampun." Ucap Toni.
"Keluar Kamu sekarang." Titah Raka, Toni pun keluar dari kamar tersebut. Raka memakai kembali pakaiannya yang berserakan, Ia menemukan sebercak darah diatas sprai ranjangnya.
"Bodohhh, jadi semalam itu bukan mimpi. Toniii Kamu harus cari Cewek itu sampai ketemu." Umpat Raka dari dalam kamarnya.
Akankah Toni berhasil menemukan keberadaan Kesya?
Kesya berjalan dengan langkahnya yang terseok-seok, luka dihatinya benar-benar dalam. Air matanya bahkan terus mengalir karena merasa bersalah, Ia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri.
Hingga akhirnya Ia tiba di rumah, Ia tidak tahu harus berkata apa kepada Ayahnya nanti, jika bertanya. Dengan langkah yang berat Ia memasuki Rumahnya dengan mata yang sembab.
Ayah, Ibu tiri dan Kakak tirinya kini tengah berdiri menunggunya di ruang tamu. Begitu Kesya tiba. Ayahnya menghampirinya kemudian menampar wajah Kesya dengan sangat keras.
"Dari mana saja Kamu semalaman?" Bentak Ayah Kesya yang terlihat sangat kecewa.
Kesya memegang pipinya yang memerah karena pukulan Ayahnya, Ia menundukkan kepalanya karena merasa malu dan bersalah.
"Maafin Kesya Ayah." Pinta Kesya.
"Lihat Ayah, bahkan badannya penuh tanda merah." Ibu Lisa memancing emosi Ayahnya.
Ayah Kesya yang melihat hal itu benar-benar tersulut emosi.
"Kamu benar benar bikin Ayah kecewa. Mulai hari ini semua fasilitas Ayah cabut." bentak Ayah Kesya.
"Maafin Kesya Ayah. Kesya bener bener gak tau apa apa. Kesya dijebak." Kesya kini menatap mata Ayahnya, berharap Ayahnya akan mempercayainya.
"Kamu yang berbuat kesalahan, tapi Kamu melemparkan kesalahan ke Orang lain. Apa Ayah pernah mengajarkan seperti itu?" Bentak Ayah Kesya.
"Tapi Kesya bicara apa adanya Ayah, Kesya mohon Ayah harus percaya sama Kesya." Kesya berusaha membela diri.
"Sekarang Ayah gak mau percaya lagi sama Kamu, Kamu benar-benar buat Ayah kecewa." Ucap Ayah Kesya meninggalkan ruangan tersebut.
Mama Lisa dan Lani tersenyum puas melihat rencana yang Mereka susun akhirnya berhasil.
"Dasar Wanita menjijikkan, sekarang Ayah udah gak percaya sama Kamu. Gak ada lagi orang yang peduli sama Kamu." Bisik Mama Lisa tersenyum licik.
"Bye Kesya, selamat ya karena masa depan Kamu sekarang udah hancur. Aku senang banget deh dengernya." Ucap Lani.
Kemudian Mereka meninggalkan Kesya dengan perasaan yang sangat senang karena rencana Mereka berhasil.
2 bulan telah berlalu.
Raka terbangun dari tidurnya. Ia lagi lagi bermimpi sama. Sudah satu Minggu ini dia bermimpi melihat dua anak kecil bermain dengannya dan memanggilnya Ayah. Setiap malam dia bermimpi yang sama. Ia pun teringat kejadian malam penuh dosa di hotel dulu.
Ia memanggil asistennya dan memerintahkan untuk mencari wanita yang tidur bersamanya dulu sampai ketemu.
Semenjak kejadian Malam penuh dosa tersebut. Ayah Kesya menjadi diam pada Kesya. Bahkan ia memperlakukan Kesya seperti pembantu.
Suatu ketika saat Kesya tengah menyiapkan sarapan untuk keluarganya ia merasakan perutnya seperti bergejolak yang membuatnya mual.
Akhirnya ia pun masuk kedalam kamar mandi. Lani yang melihat itu merasa curiga karena belakangan ini Kesya sering mual.
"Key, dari kemarin aku lihat kamu kayaknya tiap pagi mual. Jangan jangan kamu hamil ya." tuduh Kami sengaja mengeraskan suaranya.
"Kakak ngomong apasi kak, mungkin aku cuma magh aja." jawab Kesya yang sebenarnya juga gelisah.
Ayah Kesya yang mendengar perkataan Lani pun curiga pada Kesya.
"Kesya, jujur sama Ayah. Apa benar yang dikatakan Lani? Apa kamu sedang mengandung?" tanya Ayahnya yang mulai curiga.
"Kesya gak tau Ayah. mungkin Kesya cuma magh." jawab Kesya berusaha tenang.
Kemudian Ayah Kesya menarik tangan Kesya.
"Ayah, kita mau kemana yah?" Kesya mulai panik.
"Ayah akan bawa kamu ke dokter untuk mengetahui kamu hamil atau tidak." jawab Ayahnya menarik tangan Kesya dan menyuruhnya masuk kedalam mobil.
Ibu dan Kakak tirinya pun ikut tak mau ketinggalan.
Sesampainya mereka di rumah sakit. Kesya pun langsung melakukan berbagai pengecekan untuk mengetahui apakah ia sedang mengandung atau tidak.
Kesya masuk bersama Ayahnya. Kemudian dokter tersebut membaca hasil pemeriksaannya.
"Selamat ya Bapak. Anak bapak ini sedang mengandung usianya sudah memasuki dua bulan." terang dokter tersebut.
Sang Ayah berterimakasih kemudian bergegas keluar dari ruangan dokter tersebut. Kesya pun mengikutinya.
"Plak" suara tamparan yang sangat keras mendarat di pipi Kesya.
"Dasar anak kurang ajar kamu. Siapa Ayah dari anak haram itu." Bentak Ayah Kesya yang membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"Kesya gak tau Yah. Kesya gak sengaja." jawabnya sesenggukan.
"Apa? Bahkan kamu gak tau siapa Ayahnya. Saya benar benar malu punya anak seperti kamu. Sekarang pilihan kamu cuma dua. Gugurkan anak itu sekarang juga, Atau keluar dari rumah." Ayahnya mengancam.
"Gugurkan kandungan Ayah." jawab Kesya yang merasa anak tersebut sangat membuat hidupnya berantakan.
kemudian Kesya pun memasuki ruangan aborsi. Ia telah berniat untuk menggugurkan kandungannya.
Ia berbaring di atas tempat tidur pasien sambil menunggu dokter untuk datang.
Perasaanya berkecamuk, marah,benci, malu, kecewa, takut.
Kemudian dokter datang menemuinya.
"Ibu yakin ingin menggugurkan kandungan ibu?" tanya dokter tersebut.
"Iya Dok." jawab Kesya.
"Apa ibu mau mendengarkan detak jantungnya terlebih dahulu. agar ibu tidak menyesal nantinya." tawar dokter tersebut.
Kesya tidak menjawab kemudian dokter itupun memperdengarkan detak jantung janin Kesya.
Kesya mendengar detak jantung janinnya. ia meneteskan air matanya.
"Dok, apa ini suara detak jantung calon bayi saya?" tanya Kesya menangis.
"Benar Bu, dia juga ingin memiliki kehidupan detak jantungnya benar benar kuat. Saya yakin saat dia lahir nanti pasti akan menjadi anak yang sangat kuat." kata sang Dokter.
Kesya semakin menangis menjadi jadi.
"Bagaimana Bu? Apa ibu sudah ikhlas kehilangan bayi Ibu? Bisa kita mulai?" tanya Dokter yang bersiap untuk melakukan tugasnya.
"Dok bisa saya batalkan?" tanya Kesya, ia merasa ingin memberikan anaknya itu kehidupan.
"Pilihan yang tepat Bu, ingat janinnya tidak bersalah. jangan menambahkan dosa dengan membunuhnya." saran Bu Dokter.
"Iya bu, makasih telah menyadarkan saya. Saat ini mungkin dia menjadi beban untuk saya. tapi sekarang yang setia menemani saya hanya janin ini. Saya akan menjaganya dan melahirkannya seperti Ibu saya melahirkan saya. " Ucap Kesya menangis. Ia mengambil keputusan untuk keluar dari rumah karena sudah tidak ada lagi yang peduli padanya.
Ia bertekad untuk memulai hidup baru bersama calon anaknya. Tanpa siksaan dan tanpa tekanan. Hidup dengan mandiri dan membesarkan anaknya.
Kesya keluar dari ruangannya, tidak dilihatnya keluarga yang menunggunya. Ya, mana mungkin mereka mau menunggunya.
Kemudian ia memutuskan untuk pulang, sesampainya di rumah Ayahnya mengetahui bahwa Kesya membatalkan menggugurkan kandungan. Ayahnya sangat marah. ia melempar semua barang milik Kesya dan menyuruhnya untuk meninggalkan rumah.
"Dasar anak kurang ajar, Kamu cuma buat aib di keluarga ini. Jangan pernah lagi panggil aku Ayahmu. Pergi kamu dari sini sekarang."Bentak Ayah Kesya yang mulai emosi.
Ibu tiri dan Kakak tirinya tersenyum penuh kemenangan. Kesya mengambil barang barangnya.
"Makasih Ayah untuk semuanya. Kesya akan pergi kok dari sini." Ucap Kesya kemudian meninggalkan rumahnya.
Kesya berjalan mencari tempat tinggal tetapi selalu ditolak oleh pemiliknya dengan alasan Kesya hamil tanpa seorang suami.
"Aduh, sekarang aku harus kemana ya?" pikir Kesya yang mulai kelelahan. Ia pun beristirahat di bawah pohon rindang.
"Oh iya, rumah ibu kan udah lama gak ditinggalin. lebih baik aku tinggal disana aja." Kesya menemukan titik terang.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi ke kampung halamannya. Rumah almarhumah Ibunya.
Setelah menempuh perjalanan yang lama, akhirnya ia tiba di rumah Ibunya. Ia ingat dia menitipkan kuncinya pada sahabat kecilnya sekaligus tetangganya.
Kesya pun menghampiri sahabatnya. Sahabatnya berteriak histeris dan memeluk Kesya.
"Filiaaaaaa" panggil Kesya.
"Aaaaa Kesyaaaaaaaa. aku kangen banget sama kamu." kata Filia.
"loh kok kamu bawa koper? " tanya Filia.
"Iya, aku udah mutusin mau tinggal disini." ucap Kesya.
Akhirnya Kesya pun menceritakan masalahnya pada Filia. Filia pun merasa prihatin pada Kesya dan berusaha menguatkannya.
"Tenang Kesya, Kita inikan Sahabat. Aku akan selalu support kamu. dan selalu ada buat kamu." ucapnya.
"Makasih Filia kamu bener bener baik." ucap Kesya terharu.
"Aku akan bantuin kamu urus anak kamu. dan kita sama sama bangun bisnis katering yang dulu pernah kita rencanakan tapi gak kesampaian ya. "ucap Filia.
mereka pun akhirnya berpelukan. Kesya terharu mendengar perkataan sahabatnya itu.
5 Tahun telah berlalu.
Kesya sedang berunding bersama sahabatnya Filia. mereka berbincang sembari menikmati kopi.
"Key, sekarang usaha kita kan udah berkembang. Kita butuh lingkup yang lebih luas supaya usaha kita semakin berkembang." Saran Filia.
"Iya kamu bener Fil, atau kita ke kota aja ya." pikir Kesya.
"Oh iya Key, aku kok gak lihat anak anak pada kemana?" tanya Filia celingak-celinguk.
"Mereka udah tidur Fil. Kayaknya mereka bener bener kecapean." jawab Kesya.
"Gimana kalo kita balik ke kota kamu aja Key, Kita balas dendam sama orang yang udah jahat sama kamu." saran Filia kemudian menyeruput secangkir kopi.
"Tapi aku takut kalau mereka sakitin anak anak aku. Aku udah bahagia sama Ari dan Ara. mereka bener bener malaikat kecil buat aku. Selalu bikin aku semangat dan Bahagia." jawab Kesya.
"Iya key, Tapi mereka itu kan anak anak hebat. Aku yakin kok mereka pasti gak akan tersakiti." Filia berusaha membujuk Kesya.
"Tapi kalo nanti mereka ketemu sama Ayah mereka gimana? Aku takut mereka diambil dari aku." jawab Kesya cemas.
"Emang ada kebetulan yang kayak gitu." Filia tertawa meledek.
"Kok kamu malah ketawa si." protes Kesya.
"Ayolah Key, demi Anak anak kamu juga. Kalo didesa lingkupnya terlalu sempit." bujuk Filia. akhirnya Kesya mulai luluh dan merencanakan untuk membeli rumah di kota tempat tinggalnya dulu.
hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. mereka melakukan perjalanan dan berhenti di sebuah mal untuk membeli peralatan rumah tangga yang belum dimiliki.
Saat sedang memilih milih barang, tiba tiba Ari melihat seorang pria diam diam mengambil dompet Ibu yang sedang berbelanja.
"Om copet....." teriak Ari kemudian berlari mengejar pria tersebut. Dia melepaskan genggaman tangan Kesya. Kesya yang melihat itupun merasa takut.
"Ariiiiii, kamu mau kemana nak. balik sekarang." teriak Kesya tapi Ari masih berlari mengejar copet tersebut.
Kesya pun menggendong Ara dan berusaha mengejar Ari. tetapi Ari berlari begitu cepat bahkan ia selalu melompat melewati barang yang menghalanginya jalannya.
Ari berhasil menyusul copet tersebut. Ari menendang kaki bagian belakang copet tersebut.
Copet itupun terjatuh. Kesya yang melihat dari kejauhan pun terkejut.
"Ariiii , balik nak bahaya sayang. " Teriak Kesya. tetapi Ari masih terus memukuli copet tersebut.
Kemampuan berkelahi Ari benar benar menakjubkan. Ia mampu mengalahkan pria dewasa yang notabenenya bekerja sebagai copet.
Copet tersebut sampai meminta tolong karena terus dipukuli oleh Ari. Kesya pun menyusulnya dan menyuruhnya berhenti.
"Nak udah nak. biar security aja ya yang urus. udah jangan kamu pukul terus." pinta Kesya.
" Tapi om ini jahat ma, halus kita beli pelajalan." kata Ari yang masih belum fasih berbicara R.
"Jangan gitu dong sayang. semua itu udah ada yang tugasnya menghukum ya. Sini dompetnya kita balikin ke ibunya ya." pinta Kesya.
Kemudian Ari mengembalikan dompet ibu ibu tersebut yang baru datang bersama security.
"Tangkap saja saya pak. Saya takut dipukul anak kecil ini." pintanya.
Kesya dan Filia saling bertatapan. mereka sangat takjub dengan kemampuan berkelahi Ari.
"Wah key, waktu hamil Ari kamu ngidam apaan si sampe hebat kayak gitu. copet aja kalah lho dia hajar." ungkap Filia.
"Aku juga nggak tau Fil. dia bener bener kuat." jawab Kesya.
"Akak Kelen." puji Ara yang berada di gendongan Kesya.
"Yaampun si kembar bener bener gemesin banget." Filia mencubit pipi Ara dan menggandeng tangan Ari.
Setibanya dirumah baru mereka mereka pun membersihkan rumah tersebut. Malam harinya Kesya dan Filia menemani Ari dan Ara belajar.
Ara mengambil kuas dan kanvas. Ia melukis keluarga kecilnya. Ibu, Ari dan Ara. Ara sangat senang melukis. Saat Filia melihat hasil lukisan Ara ia merasa terpukau.
"Key, Coba lihat lukisan Ara. Ini nyata banget Key.
Gambarnya seolah-olah hidup." puji Filia.
Kesya pun melihat lukisan putrinya. ia juga terkejut melihat putrinya yang masih berusia belum genap 5 tahun. sudah bisa melukis dengan hasil yang sangat nyata.
"Fil, kamu gak bohongin aku kan? Ini beneran lukisan Ara?" tanya Kesya tak percaya.
"Iya ini lukisan Ara Key." Filia meyakinkan.
"Ini mama, ini bang Ali, ini adek ala." Ara menjelaskan.
"Yaampun iya sayang." jawab Kesya mencium kemudian memeluk putrinya.
"Key, ini patut kita apresiasi. biar aku post dan aku recomendasi untuk di lelang dimuseum ya." pinta Filia kemudian memposting lukisan Ara.
Dua hari museum Art akan mengadakan pameran lukisan. Ia mengundang pemilik hotel terkenal Raka Prawira. Asisten pribadi Raka pun memberitahu Bosnya.
"Bos, Museum Art lusa mau Adain pameran lukisan Bos. seperti biasanya mereka mengundang bos untuk datang dan melihat lihat." terang Toni, Asisten pribadi Raka.
"Kamu atur jadwalnya."Jawab Raka singkat.Ia memang sangat pelit omongan.
Sedangkan dikediaman Kesya. Filia melompat lompat girang mencari keberadaan Kesya.
"Keyyyy, aku ada berita bagus nih." ucap Filia berteriak kesenangan.
"Aku di dapur Fil." jawab Kesya berteriak.
Filia pun segera menyusul Kesya.
dilihatnya Kesya tengah menyuapi kedua anaknya.
"Kenapa Tante belisik si." protes Ari yang sifatnya agak arrogan. Kesya kadang berfikir mungkin sifat Ari sama seperti Papanya.
"Tante punya kabar baikkkk." ucap Filia.
"Ada apasi Fil? Ini aku lagi sibuk suapin anak anak tau nggak." protes Kesya.
"Lukisan Ara.... ditawarkan untuk dipajang di museum Art untuk acara pameran." teriak Filia bersorak kegirangan.
"Hah, Kamu serius Fil? museum Art kan museum terkenal." Kesya merasa tidak percaya.
"Iya Key, ini kamu lihat sendiri undangannya. Gila Key Ara anak sekecil ini mampu bersanding sama pelukis terkenal." teriak Filia tidak menduga.
"Wah memang dua malaikat kecil mama ini hebat hebat ya." Kesya memeluk kedua anaknya.
"Yaudah kalo gitu kalian suka nggak jalan jalan? " tanya Kesya.
"Yeee Ala suka lan jalan." Ara bersorak melompat lompat.
Sedangkan Ari yang cuek hanya meminum air minumnya.
"Yaudah kalo gitu lusa kita berangkat sama sama ya. Dateng ke pameran di museum Art." terang Kesya.
"Key, kayaknya ini bener bener buah dari kesabaran kamu selama ini deh Key. punya dua anak kembar yang ganteng dan cantik punya kemampuan luar biasa anak kecil tapi punya kemampuan yang biasanya dimiliki orang dewasa." puji Filia.
"Siapa dulu mamanya." Kesya menyombongkan diri.
"Wah iya iya sombong ni ya."ledek Filia.
"Yaudah Fil, aku lanjutin suapin anak anak dulu ya." ucap Kesya.
"Yaudah deh aku juga mau siapin baju buat dipake ke museum lusa. Siapa tau ketemu jodoh cowok tajir." Filia bergegas meninggalkan Kesya.
"Yaampun iya Aamiin deh. Supaya bisa punya baby kayak Ari dan Ara ya." ledek Kesya kemudian melanjutkan menyuapi kedua malaikat kecilnya.
bersambung.......
bagaimana jika mereka bertemu dengan Raka ? apa yang akan terjadi?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!