NovelToon NovelToon

Senandung Rindu Dalam Doa

Bab 1

Adriaaaaaaaaaan...

Adriaaaaan...

Suara tangis terdengar sayup dalam tidurnya, merasa namanya disebut akhirnya Adrian menghampiri Annisa yang tidur di sofa, dalam suasana remang dalam kamar Adrian memperhatikan wajah Ana, gadis yang bisa mengaduk jalan hidupnya, gadis yang bisa membuat pikirannya kacau balau tanpa arah. ingin rasanya dia memeluk istrinya yang terlihat ketakutan dalam tidurnya, tapi Adrian memilih bungkam karena rasa benci dan frustasi akibat pengkhianatan yang dilakukan Ana.

setelah beberapa saat Ana serasa sudah diam dan damai kemudian Adrian meninggalkannya dan pergi ke ruang kerja.

"Martin, aku ingin menemuimu sekarang"

" Jangan gila malam-malam begini lu minta jatah ke gue, minta jatah ke istri Sono"

"mau bonusmu bulan ini di potong 50 persen?"

" Tega amat lu, sama sahabat sendiri arogan kebangetan, Awas aja kalau lu jumpa gue tapi nyampein yang unfaedah gua sikat Lo"

"Oke kita jumpa di tempat biasa"

Adrian menelepon sahabatnya sekaligus sekretaris di kantornya yang selalu menjadi tempat curhat selama ini.

Lima belas menit berlalu mereka bertemu di kafetaria tempat favorit nongkrong mereka sedari dulu. dengan mata sembab khas bangun tidur Martin melempari Adrian dengan bantal yang berada di ruangan VIP cafetaria.

" Jam segini orang ngeloni bini kali di rumah, nah lu keluar gak jelas gini" Martin langsung menyerang Adrian tanpa ampun, yang diserang hanya terkekeh dan merasa tidak bersalah

"Sultan mah bebas" kata-kata Adrian membuat Martin terdiam dan ingin melemparinya dengan vas bunga yang berada di depannya, tapi karena Adrian menggunakan jurus potong bonus akhirnya Martin berhenti.

" Martin, menurutmu jika sering memimpikan seseorang dalam tidur, apa artinya?"

Martin meneriaki sahabatnya yang konyol ini.

" Adrian Saputra yang terhormat, malam-malam begini minta ketemu gue cuma mau tanya arti mimpi??? lu pikir gue ahli nujum?" matanya melotot seolah Adrian telah mengambil waktu tidur berharganya.

" berisik banget sih, dengerin dulu baru komentar"

" cepetan, sumpek gua lama-lama "

" Setiap malam Ana selalu mengigau memanggil namaku dalam tidurnya, bukan sekali tapi sudah 2 bulan terahir ini"

Akhirnya Adrian menjelaskan kebingungan nya pada Martin.

" kalian mau diaman sampai kapan?"

"Entahlah, mengingat pengkhianatannya, aku tidak bisa untuk berbaikan dengannya saat ini"

" Jika tidak ingin berbaikan, maka akhiri saja " Martin sengaja mengatakan hal itu ingin melihat sikap Adrian

" Aku tidak ingin menceraikannya"

"kamu juga tidak ingin memaafkannya? tidak ingin mendengar penjelasannya? tidak juga mencari tau kebenarannya??"

"Kamu tidak mengerti bagaimana rasa sakitnya"

" bukan aku, tapi kamu yang tidak bisa membuka mata bahwa jalan kamu telah salah, rasa percaya kamu pada hasutan Vanesa telah mendarah daging"

"Tapi itu kebenaran nya"

"huh, sejak kapan Vanesa berkata jujur padamu?

semudah itu kamu percaya wanita ular itu?"

bukan tanpa alasan Martin tidak menyukai Vanesa, tapi sebenarnya dia telah mengetahui kebenarannya seminggu setelah kejadian yg menimpa istri sahabatnya, ternyata dalangnya adalah wanita ular itu, tapi Martin tidak bisa berbuat apa-apa karena Vanesa mengancamnya akan melukai adiknya Utari yang sangat dekat dengan Vanesa.

" jika tidak melihat dengan kepalaku, aku tidak akan percaya"

" oke ceritakan padaku apa yang kamu lihat?"

akhirnya Martin bersikeras memeras otak untuk mencari jalan keluar diantara mereka, sebenarnya sudah terfikir olehnya tapi tidak punya kesempatan untuk mengutarakan maksudnya, dan malam ini adalah moment yang tepat.

" Saat itu, Ana tidur dalam pelukan pria b******k itu"

" hanya itu?

apa istrimu terbangun?

apa istrimu sadar?

atau apakah istrimu yang menyuruhmu ketempat itu?" Martin sengaja memprovokasinya kali ini.

" kenapa bertanya seperti itu?"

" coba kau ingat apa yang istrimu lakukan terakhir kali dan kenapa dia bisa berada di tempat tersebut?"

" Saat itu bi Ijah meneleponku mengatakan kalau Ana keluar mencari ku"

tepat setelah mengatakan hal itu Adrian terdiam membisu, pikirannya kembali pada ingatan saat itu, saat suara BI ijah dengan panik menelpon dirinya meminta untuk segera mencari Ana karena dia sedang sakit tapi malah keluar ingin mecari dirinya, tapi kenapa ana ingin mencarinya? bukankah Ana tau saat itu Adrian sedang rapat?

melihat wajah bingung Adrian, aksi Martin semakin menjadi,

"Sudah bisa berfikir jernih?"

Martin bertanya dengan nada mengejek

" Aku,,,aku tidak tau, tapi apa yang sebenarnya terjadi"

" Sebagai CEO kamu memang sangat cerdas dan bisa mengintimidasi lawan hanya dengan tatapan mu saja, tapi lihat akal sehatmu sangat sempit dalam urausan percintaan"

Martin menertawakan Adrian bahkan lebih kepada mengejeknya

" Apa kau punya solusinya?" Adrian kini melotot ke arah Martin

"Duaaaaaaaaaaaaaarrrr"

"ini yg gue tunggu, lu tanya ide brilian gua untuk menyelesaikan masalah, tapi ingat gak gratis"

" bonusmu ditambah 2 kali lipat"

"hanya itu?"

" liburan selama 2 Minggu"

"untuk masalah sebesar ini, kau hanya memberiku seperti ini? sungguh terlalu"

" Ya sudah lupakan saja"

" oke, oke aku terima dasar pelit"

"katakan"

"Menyamarlah"

"Maksud nya?"

"Menyamarlah menjadi salah satu mahasiswa di kampus istrimu dan perhatikan istrimu sendiri jangan dengar dari mulut orang lain"

" kamu gila, aku harus menyamar?"

bukan tanpa alasan Martin meminta Adrian menyamar, karena kunci saksi dari akar permasalahan nya ada disana, mereka bebas berkeliaran sedangkan Adrian terpuruk menderita.

"itu satu-satunya cara, Jika tidak mau maka lupakan"

" kenapa tidak kamu saja yang menyamar? ucap Adrian tidak mau kalah".

"Baiklah, aku mau melakukan nya taruhannya adalah istrimu harus menjadi milikku " Martin semakin berani memprovokasi Adrian.

" B********k lu Martin, berani-beraninya kamu berbicara seperti itu"

Adrian hilang kendali dan memegang kerah baju Martin dengan wajah merah padam dan mata menatap Martin seolah ingin mencaik-cabiknya

" bukankah kamu tidak mencintainya? walaupun bukan aku, yakinlah diluar sana banyak pria yang menyukai istrimu itu.

Adrian melepaskan genggaman nya dengan nafas tersengal karena emosi

"baiklah katakan rencana mu"

" Mulai Senin depan kamu bisa memasuki kampus istrimu dan akan satu ruangan dengannya, aku akan mengaturnya"

" berapa lama"

"Sampai hatimu yakin, kalau istrimu bukanlah wanita murahan"

bersambung...

mohon kritik dan saran nya, agar lebih semangat..!!!

saya masih pemula, jika ada yang kurang tepat silakan kasi saran nya ya...🥰🙏

bab 2

Dua hari setelah bertemu dengan Martin akhirnya Adrian di daftar di universitas yang sama dengan istrinya, tentu saja ini tidak sulit bagi Martin, dia hanya ingin Adrian bisa bekerja sama dengan idenya agar masalahnya terpecahkan.

Ana terdiam memperhatikan Adrian yang sering diam dalam dua hari ini, kata-kata pedasnya tidak lagi ia dengar, kemarahannya tidak lagi dialamatkan padanya, ini sungguh membuat Ana penasaran.

"Sarapan lah, selagi hangat"

hanya itu kata-kata yang di ucapkan nya, tentu saja Ana tidak ingin memancing emosinya, hidup satu atap tanpa berbicara bahkan dengan ejekannya setiap hari sudah membuat Ana hancur, ingin rasanya dia menyerah jika tidak mengingat kembali kata-kata dari Oma nya Adrian yang memintanya akan bertahan apapun yang terjadi. berbekal rasa ingin balas budi atas semua kebaikan Oma Ratna padanya dan keluarganya makanya ia bersikeras untuk bertahan apapun yang terjadi.

"Aku akan keluar negeri dalam beberapa Minggu, jangan bawa lelaki hidung belang kerumah ini"

Ana mematung, tubuhnya tegang, hatinya sakit, rasanya sangat sakit mendengar kata-kata suaminya,

apa aku seburuk itu dimatamu? tidakkah ada sedikit cinta untukku dihatimu? tidakkah aku mempunyai tempat dihatimu seperti hak yang kau berikan pada Vanesa?

Ana hanya bisa membatin, matanya yang menganak sungai segera ia tepis kan agar tidak menjadi buliran bening dipipinya, ia menguatkan dirinya agar tidak boleh lemah, ia tidak mau dituduh atas apa yang tidak ia lakukan.

"eumm"

hanya itu jawaban yang bisa Ana ungkapkan, dan sepertinya membuat Adrian sedikit kecewa,

"tidak inginkah wanita ini bertanya kemana suaminya akan pergi...?

atau ada kepentingan apa?

tidak mengapa kau tidak mencintaiku tapi lihat saja siapapun tidak akan kubiarkan mendekatimu."

"aku...aku akan berangkat, jaga dirimu baik-baik, jangan lupa bawakan vitamin mu, tetap minum sebelum tidur" setelah mengucapkan itu Ana berlari kecil meninggalkan Adrian tanpa menoleh.

Adrian tercengang, apa ini bentuk pedulinya? atau hanya actingnya saja?

drrttt...drrrrtttt

ponsel Adrian bergetar, ia segera melihat panggilan di layar handphone, ternyata Martin yang menelepon nya.

"Ada apa?" Adrian menjawab dengan dengan sedikit kesal.

" tenang mas bro, selamat Lo udah jadi mahasiswa sekarang, dan nama Lo Udin" Martin mengatakan dengan sedikit terkekeh

"kenapa tidak Hamidun aja sekalian?"

Martin hanya tertawa terbahak-bahak, ini adalah waktu yang tepat untuk mengerjai sahabatnya,

****

suasana yang ramai di kampus membuat Adrian sedikit jengah, bukan karena tempatnya tapi karena dia harus menyamar sebagai lelaki udik dari kampung, dengan tempelan gigi bonsai, rambut kriwil, dan juga tompel di hidung, hilang sudah kegagahannya, seorang CEO yang bisa melakukan apa saja, bahkan semua bisa dia kendalikan dengan uang tapi kali ini dia menjadi badut hanya demi seorang wanita.

dari kejauhan dia memandang Ana yang duduk di bawah pohon sambil menulis di buku sesekali mengusap matanya, Adrian terpaku melihat Ana dalam balutan jelbabnya sangat cocok dan lembut di wajahnya, Adrian tau kalau Ana sering memakai jelbab saat keluar dari pagar rumah dan itu membuat Adrian curiga dan merasa aneh. saat Adrian memperhatikan dengan seksama dia tau bahwa Ana sedang menangis disana, bukankah dia tidak pernah menangis di depan Adrian? bukankah dia selalu berani menegakkan badannya saat berhadapan dengannya??? lalu kenapa pemandangan ini menyayat hatinya? sisi apa dari istrinya yang tidak dia ketahui??

braaaaaak...

tiba-tiba ada beberapa gadis yang datang mengganggu Ana dengan melemparkan bukunya ke tanah, Ana hanya mendengus kesal kemudian memungut bukunya kembali tanpa mau peduli pada manusia sampah di hadapannya.

"jika kalian kurang kerjaan Maka pergilah, aku tidak tertarik melayani kalian"

"wowww nyonya besar sudah marah" mereka serempak menertawakan Ana.

Ana memilih untuk pindah dari hadapan mereka, karena mereka selalu mencari gara-gara dengannya, saat hendak melenggang pergi tiba-tiba Vanesa menarik lengan nya dengan kuat dan hampir saja Ana terjerembab jika tidak ada pegangan disana tapi dia tidak kenal diam, jurus taekwondonya segera beraksi, tangan Vanesa dalam sekejap ditarik kebelakang badan nya sendiri dan menekan kakinya sehingga Vanesa setengah berlutut.

"dasar wanita sia***n lepaskan aku"

" bukannkah ini adil? ini balasannya jika kau selalu mengusikku"

Ana mengikat tangan Vanesa dengan tali tasnya sendiri dengan gerakan cepat, teman-teman Vanesa tidak berani ikut campur, mereka tau seberapa hebat Ana dalam ilmu bela diri, jadi mereka memilih mundur sebelum babak belur.

Adrian yang melihat kejadian ini sedikit tidak percaya melihat kelakuan Vanesa yang berubah 180 derjat di hadapannya, rupanya topengnya sangat bagus, rasa tertarik ingin menyamar sudah semakin kuat kini.

berfikir ini adalah waktu yang tepat untuk muncul di depan Ana, Adrian langsung melangkah menuju ke arah nya.

"Maaf, apa kalian bertengkar?" sapa Adrian dengan suara lugu dan merasa kasihan.

Ana terpaku, seolah orang didepannya sangat familiar tapi siapa??

" datang lagi badut kampung, itu saudara lu badut, kalian berdua sangat serasi" Vanesa masih sempat menjelekkan Ana di hadapan orang yang tidak dikenalnya".

Adrian yang dikatai badut, mukanya merah padam ingin rasanya mencabik mulutnya.

bersambung....

mohon kritik dan saran nya,,,

ini perdana cerita saya😊🙏

bab 3

Adrian menatap Ana dengan seksama melihat reaksi nya yang dingin dan tertutup dengan siapa saja.

...inikah istrinya, dirumah hanya wanita pendiam dan lemah lembut, tapi ternyata jiwa berontak nya lumayan bagus dan tidak mau di tindas...

"Ana si***n lepaskan aku"

Vanesa berteriak histeris

" biasanya kamu begitu angkuh dan bermulut tajam, lepas kan saja pakai mulutmu yang sangat berguna itu" Ana pergi meninggalkannya tanpa menoleh.

sebelum pergi dia memandang ke arah Adrian sebentar.

" kami tidak bertengkar, hanya saja an***g gila harus segera di ikat sebelum mengigit " tatapannya masih fokus pada Sosok yang tidak ia kenal dengan sedikit senyum, lalu melangkah pergi.

Adrian tertegun melihat senyuman dibibir istrinya, setelah sekian lama akhirnya dia menatap wajah teduh itu kembali, pemikiran untuk tetap melanjutkan aksi menyamarnya semakin bulat, dia ingin tau seperti apa istrinya Ana yang tidak dia ketahui selama ini.

***

Setelah melihat hasil final semester terakhir di papan pengumuman, Ana patut berbangga IPK nya diatas rata-rata dan itu merupakan sebuah prestasi baginya, kejadian saat berduel dengan Vanesa tadi pagi juga sudah terhapus oleh rasa senangnya karena predikat memuaskan yang ia dapat, Ana berlenggang ria menuju ruang kelas tanpa beban.

setelah lima menit berlalu akhirnya sang Dosen tiba di depan pintu dengan diikuti seseorang dibelakang nya yaitu Adrian.

"Selamat pagi semuanya, hari ini kita kedatangan anggota baru yang akan bergabung dengan kalian" sang dosen mempersilahkan Adrian memperkenalkan diri.

"Saya Ad...Udin, nama saya Udin"

hampir saja kecoplosan, Adrian mencari dimana keberadaan Ana, tentu saja Ana sedang memperhatikan ke arahnya.

"untuk kedepannya bapak harap kalian bisa bekerja sama" tegas dosen mereka.

setelah melihat-lihat keseluruh ruangan akhirnya Adrian dipersilahkan untuk duduk dan memilih bangku sendiri, arah jalannya langsung menuju ke arah Ana, kebetulan disamping Ana ada bangku kosong, maka Adrian bergegas ke arahnya, sebelum sempat Adrian duduk tiba-tiba salah satu dari mereka berbicara.

" Udin...hati-hati disamping mu ada pembasmi pria, jangan bersikap aneh-aneh oke" mendengar perkataan itu, Adrian terdiam, pembasmi pria?maksud mereka?

suara tawa pun terdengar, Ana malah tidak peduli, dia bersikap bodoh amat, dan memang iya, tidak ada pria seangkatan yang berani mendekatinya, bukan karena Ana sudah menikah, tentu saja pernikahan mereka rahasia tidak ada yang tau karena Adrian memberi syarat dimalam pertama seperti itu. mereka tidak berani beradu argumen dengan Ana karena pada dasarnya Ana sering menyendiri, terlihat cerdas, pandai melindungi diri dan tidak suka basa-basi.

"jangan dengarkan mereka, duduk saja dimana kamu suka, atau jika kamu tidak nyaman aku bisa pindah" setelahnya Ana bersuara

"eeeum tidak perlu pindah, aku hanya ingin duduk di tempat yang nyaman menurutku" jawab Adrian mantap.

sesekali Adrian melirik ke arah Ana yang terlihat tenang, tidak banyak bicara dan jelas terlihat sulit di dekati.

*****

selesai shalat ashar dan tilawah beberapa lembar Al-Quran seperti biasanya rutinitas Ana selalu senang menyiram bunga di halaman belakang, dan memberi makanan harnap kecil nan imut merupakan kesenangan tersendiri baginya.

pekarangan belakang rumah memang Ana yang mengurus selain untuk menghindari bosan, Ana juga ingin punya kegiatan. sementara di depan tidak di izinkan oleh BI Ijah dengan dalih Adrian akan tersinggung jika melihat istrinya melakukan pekerjaan pembantu.

Ana menatap benda pipih di tangannya, sudah menuju pukul 05.00 sore, artinya sebentar lagi Adrian Akan pulang, Ana langsung menuju dapur untuk menyiapkan makanan Adrian, karena Adrian sangat menjaga pola makan dan tubuhnya makan malam tidak boleh lewat dari jam 06.00.

"selesai" gumam Ana,

Dia melepaskan celemeknya dan hendak berbalik keluar dapur tiba-tiba matanya tertuju melihat Adrian berdiri di depan pintu. Ana mematung, apakah Adrian melihatnya yang memasak? dengan lesu dia hanya menunduk, keluar dari dapur mencuci tangan nya di wastafel dan langsung menuju ke kamar tamu untuk membersihkan diri.

Diam-diam Adrian memperhatikan gerak -gerik istrinya sedikit canggung, ada rasa bersalah di dadanya tapi terlalu gengsi untuk di ungkapkan.

sesaat kemudian Bi Ijah muncul dari dapur, dan menyuruh Adrian segera makan.

saat hendak duduk di meja makan, Ana sekilas memperhatikan wajah suaminya yang teduh,dingin datar tak bisa di tebak, dia hanya menunduk dan mengambil piring lalu mengisi makanan untuk dimakan tanpa bersuara.

BI ijah yang memperhatikan mereka geleng-geleng kepala, dua-duanya keras kepala.

"Ana, makanlah sedikit banyak, bukan kah itu kamu..! sebelum sempat bi Ijah mengucapkan kata-katanya Ana sudah menjawab.

" maaf bibi, bukan maksudku masakan bibi tidak enak, tapi perutku sedang tidak enak, jadi tidak bisa makan banyak"

mendengar kata-kata Ana, Bi Ijah menelan Saliva nya dan mengerti arah pembicaraan Ana.

padahal setiap hari justru Ana yang menyiapkan keperluan Adrian dari A-Z tapi malah bersembunyi dibelakang dirinya dan mengatakan itu adalah pekerjaan dirinya, bukankah itu tidak masuk akal?.

"Aku selesai, makanlah perlahan" Ana bangun ingin menuju dapur dengan perlatan makan di tangannya tiba-tiba Adrian menyela.

"Bi aku berangkat ditunda dua hari lagi, jadi jangan mengemasi barang-barangku" Adrian berkata tanpa menoleh ke arah Ana.

*******

pukul 2 dini hari sudah menjadi kebiasaan bagi Ana terbangun untuk melakukan shalat tahajjud, dengan langkah pelan-pelan dia membuka pintu agar tidak membangunkan Adrian, lalu berjingkat perlahan seperti ingin melarikan diri. Adrian yang melihat aksinya mengerutkan kening, ternyata dia tidak bisa tertidur, hatinya gelisah memikirkan rencana Martin yang menganjurkannya kos untuk alasan keluar negeri.

"mau kemana Ana malam-malam begini"pikir Adrian. dia menunggu 10 menit tapi Ana tidak juga kembali, akhirnya Adrian memutuskan untuk keluar dengan sedikit kesal.

setelah berdiri di depan pintu dia melihat lampu arah dapur di kamar tamu menyala dan ada sedikit suara, Adrian segera menuju kesana, pikirannya telah berhasil menguasai sisi tempramen dirinya dengan berfikir kalau Ana sedang selingkuh di dalam kamar tersebut.

dengan langkah mantap kakinya yang panjang Adrian ingin mendobrak pintunya, tetapi sebelum itu sempat terjadi Adrian terdiam mendengar Isak tangis di dalam sana lalu mendekatkan telinganya untuk mendengar apa yang sedang terjadi.

"Ya Rabb , jika semua adalah jalan untuk kebaikan maka tabahkan hatiku, jika pandanganku salah karena iri melihat kedekatan suamiku dengan orang lain maka biarkan aku tidak melihat mereka lagi, kuatkan hatiku, jangan biarkan kami menempuh jalan yang penuh dosa, jangan biarkan aku menjadi istri nusyud yang tidak bisa melayani suami, tunjukilah kejelasan dari semua kegundahan hati ini ya Rabb"

sambil terisak Ana memanjatkan doa pada pencipta, Adrian terpaku, perasaannya semakin tidak bisa dimengerti, bukankah dalam hal ini justru istrinya yang bersalah karena selingkuh? tapi kenapa malah dirinya yang disebut dekat dengan wanita lain?

Adrian bimbang, langkahnya perlahan mundur dan menaiki kembali tangga menuju kamarnya, sekitar setengah jam Adrian menunggu Ana dikamar belum juga ada tanda-tanda bahwa Ana akan masuk ke kamar, saat Adrian akan bangun untuk melihat tiba-tiba.

*******

bersambung....

mohon kritik dan sarannya ya

😊🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!