Arzhia Maverik, wanita sederhana berumur 25 Tahun yang bekerja sebagai staff officer disalah satu perusahaan swasta di negara A.
Zhia merupakan wanita yang sangat pendiam dan sangat pemalu, tapi bukan karena sifatnya yang seperti itu melainkan karena keadaan dirinya yang kurang mampu dan juga karena tidak mempunyai siapapun lagi didunia ini selain dirinya sendiri.
Zhia hanyalah Wanita miskin yang yatim piatu dan juga tidak cantik, tapi dia memiliki hati yang sangat hangat dan baik saat sedang mencintai seseorang.
Benar, Zhia saat ini sedang menyukai teman pria sekantornya yang bernama Liam Hudson. Liam juga merupakan salah satu karyawan diperusahaan yang sama dengan Zhia, sifatnya memang ramah kepada semua orang terutama pada wanita hanya untuk dimanfaatkan saja olehnya termasuk Zhia.
Zhia yang baru pertama kali merasakan perhatian seorang pria, dia salah mengira bahwa kebaikan dan perhatian Liam selama ini adalah karena mencintainya padahal dia hanya dimanfaat untuk membelikan makanan dan juga minuman selama diperusahaan. Zhia tidak tahu bahwa cintanya selama ini bertepuk sebelah tangan.
Hari ini merupakan pesta perayaan ulang tahun perusahaan yang ke-10. Zhia sudah berdandan sangat cantik dengan menggunakan dress terbaik yang baru saja dibelinya itu untuk mengungkapkan perasaaannya pada Liam.
Pada malam itu, Zhia sudah sangat menyiapkan dirinya untuk menyatakan perasaan cinta pada teman pria sekantornya.
Sudah lama dia menyimpan perasaan itu seorang diri, jadi kali ini dia berniat untuk mengutarakannya secara langsung pada orangnya.
Semua orang sudah berkumpul disana, begitu juga dengan Liam yang sedang asyik bersenda gurau dengan teman wanitanya yang lain. Zhia pun dengan ragu mulai mendekatinya dan berkata
“Liam, bisakah kita bicara sebentar disana?”.
“Hmmm, ada apa? Bicarakan saja disini.” Liam menanggapinya dengan alis yang berkerut, terlebih lagi Ketika dia memperhatikan penampilan Zhia yang sangat kuno itu.
“Baiklah, aku akan mengatakannya disini saja!” lirih Zhia, wajahnya sudah terlihat sangat merah bahkan sebelum dia mengatakan perasaannya.
“Hmmm, katakanlah!” ujar Liam dengan santainya sembari meminum segelas wine yang ada ditangannya.
“AKU MENYUKAIMU, LIAM!? Bisakah kau berpacaran denganku?” teriak Zhia dihadapan semua orang yang menjadikan dirinya menjadi pusat perhatian semua orang yang hadir disana.
Zhia memang merasakan malu yang luar biasa, akan tetapi hatinya terasa sangat lega setelah mengutarakan perasaannya yang selama ini dia pendam.
Sementara, Liam hampir tersedak wine yang diminumnya saat mendengar pernyataan cinta dari wanita miskin dan kuno itu.
“Tidak bisa!?” Liam pun segera menolaknya dengan dengan sangat tegas.
“Kenapa? Bukankah selama ini kau juga menyukaiku?” tanya Zhia dengan polosnya, raut wajahnya menunjukkan rasa kecewanya.
“Hay, lihatlah Zhia! Dia sungguh Wanita tidak tahu diri. Bagaimana bisa dia meminta Liam yang tampan itu untuk berpacaran dengan gembel seperti dia. Dia pasti sudah tidak waras.” Teman-teman Zhia pun mulai berbisik dibelakangnya.
“Iya, benar! Mungkin dirumahnya tidak ada kaca kali.” Sahut temannya yang lain.
“Mana mampu dia membeli kaca, untuk makan saja dia harus mengemis. Lihatlah penampilannya dipesta yang mewah ini, bahkan pakaian pelayan disini lebih bagus daripada pakaiannya.” Ujar temannya lagi.
“Iya, kau benar! Aku yakin Liam pasti langsung menolaknya.” Ujar temannya.
“Hay, kau pikir dirimu layak untuk berpacaran denganku’ Hah?” seru Liam, raut wajahnya menunjukan perasaan jijik pada Zhia.
“Lihatlah saja dirimu yang kumel itu, sudah seperti pengemis saja disini. Kau itu sangat miskin dan kau kira apakah wajahmu itu sangat cantik ‘Hah!” seru Liam dengan nada menghina dan merendahkan pada Zhia.
“Kau mana pantas untuk berpacaran denganku, kau hanya malah hanya mempermalukan diriku saja disini. Pergi sana! tempat ini tidak pantas untuk orang sepertimu.” Usir Liam dengan penuh emosi, dirinya sangat malu dengan pernyataan cinta yang dilakukan oleh Zhia itu.
“Liam, jika kau tidak menyukaiku? Lalu kenapa kau selama ini selalu bersikap baik padaku? Hikss…” tanya Zhia lagi yang mulai menangis karena hinaan dari orang yang selama ini dia cintai.
“Hay, Liam itu memang selalu berbuat baik pada semua orang! Kau saja yang tidak tahu diri menganggap kebaikan Liam sebagai rasa suka.” Sahut wanita yang menjadi pasangannya Liam malam itu.
“Hay, teman-teman! Mungkin saja Zhia akan langsung menyerahkan tubuhnya untuk tiduri jika kalian bersedia pura-pura menyukainya. Ayo, siapa yang mau tidur dengan wanita ini!” seru Liam yang malah menjadikan Zhia sebagai barang rongsokan yang dilelang dengan rendahnya.
“Plakkk..”
Sebuah tamparan dari tangan Zhia mendarat mulus di wajah Liam, setelah itu dia pun langsung meninggalkan pesta dengan keadaan menangis terisak sepanjang jalan.
Zhia terus berjalan menyusuri jalanan malam sampai dia tiba disebuah bar yang cukup mewah didaerah tersebut.
Tanpa ragu, Zhia langsung masuk kedalam dan memesan banyak minuman dengan uang yang selama ini sudah payah dia kumpulkan.
Dia terus minum sampai dirinya benar-benar sangat mabuk untuk melupakan luka hatinya yang diberikan oleh Liam.
“Aakkhh, sialan! Dia pikir, dia siapa ‘hah! Dasar Liam brengsek! Bajingan tengik! Kotoran anjing! Sampah masyarakat.” Umpat Zhia yang sudah sangat mabuk, tapi masih saja terus meminum alkoholnya.
“Hari ini akan aku buktikan, bahwa aku Arzhia Maverick bisa tidur dengan pria yang lebih tampan darimu Liam Hudson!”
“Kau lihat saja nanti, LIAMMM!” Zhia terus saja mengoceh tidak jelas.
“Coba kita lihat siapa pria paling tampan disini. Hahahahah….”
Zhia kini mulai memperhatikan sekelilingnya, mencoba membandingkn setiap pria yang ada disana lalu dibandingkan dengan ketampanan yang di miliki Liam.
“Akhhhh, ketemu!”
Mata Zhia tertuju pada satu pria yang mengenakan setelan jas berwarna hitam yang tengah duduk sendirian diantara riuhnya suasana bar yang sangat berisik.
“Kau akan menjadi milikiku malam ini, Pria tampan!”
Dengan tubuhnya yang sudah sempoyongan, Zhia mulai berjalan mendekati pria itu dan tanpa basa-basi langsung duduk dipangkuannya.
Pria itu tampak sangat terkejut dengan kehadiran Zhia yang tiba-tiba saja duduk dipangkuannya, tatapan mata dinginnya tidak membuat Zhia takut sedikitpun untuk menggodanya lebih dari ini.
Dengan suara yang terdengar begitu sensual, Zhia membisikkan sesuatu tepat ditelinga pria itu
“Maukah kau menemaniku bermain malam ini? Tenang saja, aku pasti akan membayar dirimu dengan mahal.”
Mendengar permintaan Zhia, pria itu pun mengeluarkan smirknya dan berkata “Maaf, Nona! Tapi tarifku sangat mahal, aku takut kau tidak akan bisa membayarnya.”
“Aishhh, Ayolah! Kita bersenang-senang malam ini, aku pasti akan membayarmu berapapun harga yang kau minta. Karena aku sedang membawa banyak uang malam ini.”
“Baiklah, pastikan kau membayar lunas untuk malam ini. Karena aku juga akan memuaskan dirimu sampai kau tidak bisa melarikan diri besok paginya.” Ujar pria itu yang kemudian langsung menggendong tubuh Zhia dengan mudahnya, lalu kemudian membawanya masuk kedalam kamar hotel yang tersedia dibar tersebut.
Bersambung.....
Keesokan paginya, Zhia terbangun dari tidurnya karena terpaan sinar mentari yang mengenai wajahnya melalui celah jendela. Dia memegangi kepalanya yang terasa sangat berat karena sisa mabuk semalam.
“Akhh, sakit sekali!”
Zhia tiba-tiba memekik, Ketika merasakan sakit yang amat luar biasa pada area selakangannya.
Zhia pun tersadar bahwa kini dirinya sedang tidak memakai sehelai benang pun ditubuhnya, matanya perlahan manatap kearah samping tempat tidurnya.
Zhia langsung refleks menutup mulutnya, begitu melihat seorang pria tampan yang tengah terlelap disampingnya dengan keadaan yang sama telanjang dengannya.
Ingatan tentang semalam, saat dirinya mabuk berat pun mulai bermunculan satu persatu.
Bagaimana dirinya dipermalukan saat menyatakan cintanya pada Liam dan bagaimana dirinya datang ke bar untuk mencari pria sewaan untuk mengobati luka hatinya.
“Aishh, Zhia! Bagaimana bisa melakukan ini dengan orang yang tidak kau kenal sama sekali.” Gumam Zhia semabari mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
“Lebih baik aku pergi sekarang sebelum dia bangun dan meminta bayaran yang sangat tinggi sesuai yang aku janjikan semalam.”
Dengan Langkah perlahan dan juga menahan rasa sakit pada area selakangannya, Zhia memakai kembali pakaiannya.
Sebelum pergi dia menulis sepucuk surat yang kemudian dia letakkan di atas laci bersama dengan beberapa lembar uang yang tersisa didompetnya.
Bagaikan seorang pencuri, Zhia pun keluar dari kamar itu sambil berjinjit agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Betapa leganya Zhia ketika berhasil keluar dari kamar itu dengan aman, Zhia kemudian melangkahkan kaki kecilnya itu pulang kerumah kontrakkannya yang kecil dan kumuh.
Sesampainya didalam rumah, Zhia merebahkan kembali tubuhnya yang terasa sangat Lelah dan sakit semua.
Zhia terus saja membayangkan malam panasnya dengan pria itu, setiap sentuhannya memberikan kehangat tersendiri dihati Zhia bahkan ciuman pada bibirnya itu masih terasa sampai sekarang.
“Akkhhhhhh,……… Kau sudah gila Zhia!?” teriak Zhia didalam kamarnya.
“Tringgg….”
Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya yang berisikan ‘Zhia, cepat datang kekantor sekarang juga atau kau akan dipecat!’
“Akhhh, Sialan! Aku tidak peduli lagi pada pekerjaan bodoh itu, karena aku akan menikmati hidupku sendiri mulai sekarang.” Ujar Zhia yang melemparkan ponselnya begitu saja setelah membaca pesan tersebut.
“Pertama, aku harus meninggal negara ini secepatnya. Entah apa alasannya, tapi firasatku terus mengatakan hal buruk akan terjadi jika aku tidak pergi sekarang. Terlebih lagi sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar.”
Zhia pun segera bangkit mengambil kopernya dan mulai mengemasi semua barang-barangnya.
Begitu selesai berkemas, Zhia langsung menuju kebandara Internasional negara A dan memesan satu buah tiket pesawat.
Dia akhirnya meninggalkan kampung halamannya yang berisikan semua kenangan buruk tentang kesendiriannya selama ini.
Zhia sudah membulatkan tekad untuk pergi lama sekali sampai waktu yang tidak dia tentukan untuk kembali.
...----------------...
Sementara didalam kamar hotel, pria yang menghabiskan malam dengan Zhia mulai terbangun dari tidurnya.
Dia mencoba melihat kesekelilingnya untuk mencari keberadaan Zhia disana, tapi tidak terlihat sedikitpun bayangan wanita itu disana.
Dia pun mengambil sebuah jubah mandi dan mengenakannya dengan Gerakan yang sangat elegan.
“Selamat pagi, Tuan! Maaf saya terlambat menemukan kamar anda.” Ujar William Cooper yang merupakan sekertaris sekaligus tangan kanannya.
“Hmmm,” Seperti biasa hanya disahuti deheman saja oleh bosnya itu.
Rayden Cano Xavier, seorang Ceo tampan yang memiliki saham terbesar BLOUSHZE Group yang merupakan perusahaan IT terbesar didunia dengan banyaknya cabang diseluruh dunia.
Di umurnya yang baru 28 tahun dia sudah menjadi orang terkaya dan paling berpengaruh didunia, dia bukan hanya seorang Ceo dari perusahaan terbesar saja tapi dia juga merupakan ketua Mafia BLACKSKY yang paling ditakuti didunia seni beladiri.
Banyak Wanita cantik dan seksi yang menghinggapinya, tapi tak ada satupun yang berhasil merebut hatinya atau bahkan hanya sekedar menghabiskan malam panas bersama.
Sifatnya yang dingin, arogan dan juga sangat kejam membuatnya seakan dikelilingi tembok besar yang sangat kuat dan kokoh, hingga tidak ada satu wanita pun yang berani untuk meruntuhkannya.
Sampai sekarang hanya Zhia ‘lah yang berhasil membuat retakkan pada tembok tak terlihat itu.
“Apa kau melihat seorang wanita keluar dari kamar ini?” tanya Rayden dengan wajah datarnya.
“Maaf, Tuan! Tapi saya tidak melihat siapapun keluar dari kamar ini.” Jawab Will dengan wajah yang sedikit terlihat bingung.
Dalam hatinya penuh tanya “Apakah Tuan telah menghabiskan malam bersama dengan seorang wanita tanpa sepengetahuanku atau jangan-jangan Tuan telah dijebak seseorang?”.
Sementara Rayden masih dengan wajah datarnya menatap keluar jendela, dia mencoba mengingat-ngingat wajah Wanita yang berhasil tidur dengannya.
Karena semalam dia juga sedikit merasa mabuk setelah pertemuan dengan musuh bebuyutannya yang tak terduga.
“Tuan, perlukah saya mencari tahu siapa wanita itu?”
Pertanyaan dari Will membuat Rayden tersdar dari lamunannya tentang Wanita semalam, dia kemudian berbalik dan melihat secarik kertas dan beberapa lembar uang diatas lacinya.
Rayden kemudian mengambil kertas itu dan membacanya ‘Tuan, terima kasih atas pelayanan darimu semalam. Milikmu benar-benar sangat memuaskan sampai saya pun susah berjalan kerena ulahmu itu. Sesuai janjiku, aku akan membayarmu dengan sangat mahal. Ambil saja kembaliannya dan jangan sampai berjumpai lagi. Dahh…..’.
Rayden pun kembali mengeluarkan senyuman smirknya setelah membaca surat itu, dia benar-benar tidak habis pikir dengan wanita itu.
Entah dia wanita gila ataupun konyol, Rayden hanya berpikir dia wanita yang menarik. Wanita pertama yang berani menghargainya sebesar $100 saja semalam.
“Tuan, apakah anda mengetahui siapa Wanita itu?” tanya Will lagi yang sedikit ragu ingin menanyakannya lagi, melihat bosnya yang tersenyum sendiri.
“Lupakan saja! Dia wanita yang tidak penting, dia juga bukan salah satu musuh kita. Jadi biarkan saja.” Ujar Rayden yang tak peduli dengan kekhawatiran sekertarisnya.
“Tapi, Tuan! Bagaimana anda bisa sangat yakin bahwa dia bukan Wanita yang berbahaya untuk anda, Tuan!” ujar Will yang masih saja mengkhawatirkan Tuannya dibandingkan apapun.
“Entahlah, aku hanya merasa yakin bahwa dia hanya seorang wanita gila yang konyol.” Ujar Rayden lagi.
“Will, siapkan mobil sekarang dan simpan ini untukku.” Perintah Rayden pada sekertarisnya itu sembari menyerahkan surat dan uang yang ditinggalkan oleh Zhia.
Begitulah pertemuan singkat antara Zhia dan Rayden yang hanya menyisakan sebuah kenangan yang indah.
Rayden pun melupakan kejadian itu dan juga Zhia dengan mudahnya, dia Kembali dunianya yang sibuk dipenuhi dengan jadwal bisnis dan juga dunia mafianya.
Sikap dingin, arogan dan juga kekejamannya masih membangun tembok yang sma seperti sebelumnya.
Sementara Zhia memulai kehidupan barunya ditempat yang baru juga. Kini Zhia sudah tidak sendirian lagi, karena dia kini mempunyai sepasang malaikat kecil yang selalu mengisi hari-harinya.
Bersambung...........
7 TAHUN KEMUDIAN, International Airport negara A. Di terminal kedatangan terlihat seorang wanita cantik dan juga seksi sedang menarik kopernya yang besar.
Tak jauh dari wanita itu, ada anak kembar yang sangat cantik dan tampan yang baru berusia sekitar 6 Tahunan.
Yah, wanita itu adalah Arzhia Maverick dan juga anak kembarnya yang bernama Luca dan Lucia.
Ternyata kejadian malam itu membuat Zhia hamil sepasang anak kembar yang memiliki IQ yang sangat tinggi.
Zhia Kembali kenegara A sebagai perwakilan dari Qhelfin Group untuk memenangkan proyek terbesar IT didunia yang di adakan oleh BLOUSHZE Group.
Posisi yang Zhia dapatkan sampai saat ini, tak lain merupakan kerja keras dari putra Luca yang mengusai dunia IT melebihi kecerdasan diatas rata-rata yang dimiliki orang dewasa pada umumnya.
“Mah, apakah kita akan tinggal lama disini?” tanya Luca pada mamahnya.
“Kenapa? Apa kau sudah merindukan rumah sekarang?” tanya Zhia pada putranya itu.
“Tidak, sepertinya aku akan betah tinggal disini!” ujar Luca dengan senyum manisnya.
“Aku juga, mah!” sahut Lucia dengan cepat.
“Syukurlah, kalau kalian bisa betah disini. Mamah janji akan segera menyelesaikan pekerjaan yang disini agar kita bisa cepat pulang kerumah.” Janji Zhia yang ternyata tidak dipedulikan oleh anak kembarnya.
“Santai saja, mah! Kami lebih suka disini ‘kok!” ujar Lucia yang melihat kesekelilingnya dengan penuh antusias.
“Baiklah, besok mamah akan mendaftarkan kalian berdua kesekolah yang baru. Jadi ingat, jangan buat masalah disekolahan. Kalian berdua mengerti terutama Lucia?” ujar Zhia dengan penuh penegasan dan penekanan.
“Iya, Mah! Luca mengerti!” sahut Luca dengan malas.
“Akan Luci usahakan, Mah!” sahut Lucia dengan wajah cemberutnya yang terlihat sangat menggemaskan.
“Ayo, masuk mobil. Kita harus memeriksa rumah baru sekarang.” Ujar Zhia yang memang sudah meminta sebuah mobil dan juga rumah sebelum menyetujui tugas ini.
Luca Maverick, Genius IT yang baru berusia 6 tahun. Wajahnya sangat tampan sangat mirip seperti ayahnya, layaknya Rayden versi kecil.
Luca mempunyai kemampuan IT yang sangat tinggi sehingga dapat mencuri data dari Nasa dan juga PBB, dia bahkan pernah menghack sebuah akun milik pemerintahan yang melakukan korupsi dan setelah ini dia menyebarkan semua buktinya kemasyarakat.
Sehingga membuat suasana didaerah itu menjadi kacau karena ulahnya. Beruntung Luca memang anak genius, dia langsung menghapus semua bukti perbuatannya dengan cepat.
Sehingga dia bisa dengan mudah keluar dari kejaran polisi yang mengincarnya, tapi sebagai hukuman dia disuruh membersihkan rumah selama satu tahun oleh mamahnya. Kemampuannya dalam bidang IT juga kerena diturunkan dari sang ayah.
Lucia Maverick, adik kembar dari Luca Maverick. Mereka hanya beda 15 menit saja saat dilahirkan, wajahnya sama persis dengan Luca meskipun begitu dia gadis kecil yang cantik dan manis layaknya Rayden versi perempuan.
Lucia sudah menguasai berbagai jenis seni bela diri semenjak usianya baru menginjak 3 tahun.
Lucia bahkan mampu menghabisi tujuh orang perampok sekaligus seorang diri tanpa bantuan siapapun, ketika sedang menginap dirumah temannya.
Lucia akan berdiri dibarisan paling depan saat ada orang yang ingin menyakiti mamah dan kakak kembarnya. Dan lagi-lagi gen ini diturunkan dari sang ayah yang merupakan ketua geng mafia.
Sesampainya dirumah, Zhia sedikit kecewa karena rumahnya sangat kecil dibandingkan dengan yang dijanjikan oleh atasan. Zhia pun langsung mencari keberadaan ponselnya didalam tasnya.
“Sial, apa-apaan ini! Kenapa rumahnya kecil sekali, aku harus bicara dengan Jay sekarang.” Ujar Zhia yang mencari nomor orang bertanggung jawab mengenai tempat tinggalnya itu.
“Mah, perlukah aku membantumu?” tanya Luca yang manawarkan bantuan pada mamahnya.
“Tidak dulu, sayang! Kalian berdua masuk saja dulu, sepertinya kita terpaksa harus tinggal disini untuk malam ini.” Ujar Zhia yang menunggu panggilan teleponnya sampai tersambung.
“Kalian tunggulah didalam saja, mamah akan menelpon kantor dulu!” Lanjut Zhia yang langsung keluar begitu orang yang ditelepon mengangkatnya.
Aksi salin cek cok melalui panggilan telepon pun tidak dapat terelakkan, apalagi Zhia dan Jay dikenal sebagai musuh bebuyutan di perusahaan mereka.
Lucia yang melihat mamahnya merasa frustasi karena ditipu oleh teman sekantornya sendiri, memunculkan sebuah ide didalam otak kecilnya.
“Kak, lebih baik kau bantu mamah ‘deh!” ujar Lucia pada Luca yang tengah asyik sendiri dengan laptopnya.
“Kenapa? Mamah ‘kan udah bilang tidak membutuhkan bantuanku.”
Luca yang tidak ingin ikut campur dengan urusan mamahnya pun lebih memilih mencari kesibukkannya sendiri.
“Kak bantu mamah pindah dari tempat ini, nanti aku kasih tahu siapa papah kita sebenarnya.” Ujar Lucia yang membuat Luca menjadi penasaran dibuatnya.
“Memangnya kau tahu siapa papah kita? Aku bahkan merasa yakin kalau mamah saja tidak mengetahui siapa ayah kita yang sebenarnya!”
Luca mengatakannya dengan sangat logis membuat Lucia menjadi sedikit down untuk melanjutkan penyelidikkannya.
“Aku tahu ‘kok!” ujar Lucia dengan wajah cemberutnya.
“Bilang saja kamu tidak mau tinggal dirumah kecil ini, bukan? Harusnya kamu bilang saja nanti kakak pasti akan langsung membantumu.”
Jelas Luca yang bersiap merentas situs resmi milik perusahaan mamahnya dan mengirimkan sedikit virus yang membuat sistemnya menjadi erros seketika.
“Woahh, kak Luca memang sangat keren.” Puji Lucia yang takjub dengan kepintarann kakaknya itu.
“Iya, keren tapi setelah ini mamah pasti akan menghukumku.” Gerutu Luca yang tak bisa berkutik jika dihadapkan dengan mamah dan adiknya yang sangat bertolak belakang itu.
“Untung aku hanya mengirim sedikit virus untuk mengancam mereka.” Sambung Luca yang masih focus menatap layer laptopnya.
“Kak, lihatlah ini!” Lucia pun menunjukkan sebuah foto seorang pria yang berada dilayar ponselnya.
“Bukankah itu kakak?” sahut Luca dengan santainya.
“Sudah kuduga kalian memang sangat mirip, jika rambutku pendek pun aku juga pasti akan terlihat mirip dengannya?” gumam Lucia yang terus mengamati foto itu dengan seksama.
“Tentu saja mirip, kamu ‘kan memang saudari kembarku!” celetuk Luca yang masih nampak tidak peduli dengan foto yang ditunjukkan oleh adiknya itu.
“Tapi yang difoto ini bukan kamu, kak!” seru Lucia yang membuat Luca langsung membulatkan kedua bola matanya.
“Kalau bukan aku, lalu ini foto siapa?” tanya Luca yang langsung saja merebut ponsel dari tangan adiknya dan Kembali mengamati foto itu dengan seksama.
“Itu adalah foto masa kecil milik Rayden Cano Xavier, Ceo BLOUSHZE Group tempat mamah akan bekerja sekarang.” Jelas Lucia yang mengungkapkan bagaimana cara dia mendapatkan foto itu.
“Benarkah? Tapi kenapa wajahnya sangat mirip denganku?” ujar Luca yang dikepalanya saat ini dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.
“Kak, jangan-jangan dia ayah kandung kita!” seru Lucia yang membuat Luca Kembali membulatkan kedua bola matanya.
Bersambung..........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!