NovelToon NovelToon

Mahila Arindra.

Nash Aksa Mahiwara.

Nash Aksa Mahiwara.Seorang pengusaha air minum kemasan yang terbilang sudah sangat sukses di usia nya yang terbilang masih sangat muda, usia nya baru saja menginjak duapuluh tujuh tahun.

Pria yang lahir dari pasangan sederhana Nanda dan Raksa Mahiwara yang hanya mengandalkan warung kecil untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah Aksa dulu.

Paras nya yang tampan, bertubuh tinggi dan berkulit putih hingga menjadi sosok yang selalu di kagumi banyak kaum hawa.

Sikap nya dingin, namun ada satu wanita yang selalu setia mendampinginya yaitu Yuna, teman satu kelas nya dulu, wanita yang berstatus sebagai kekasih nya sejak satu tahun yang lalu.

Walaupun kini hidup nya sudah berkecukupan, mempunyai kekasih yang sangat cantik, pria itu masih menyimpan dendam kepada salah satu wanita di masa lalu nya, yaitu Mahila Arindra, gadis yang pernah menolak cinta nya secara terang-terangan.

💐

💐

"Apa kamu gila, Aksa?"Cecar Yuna dengan suara yang meninggi, ketika kekasih nya mempunyai ide gila untuk segera berhubungan dengan wanita yang tak lain adalah salah satu pekerja di perusahaan nya, hanya untuk membalas rasa sakit hati di masa lalu.

"Sayang, tenanglah."Aksa meraih tangan kekasih nya, mengusap nya lembut lalu memberi kecupan hangat.

"Aku tidak mau, bagai mana kalau kamu cinta beneran sama gadis itu?"Sergah Yuna kembali yang terlihat banyak ke khawatiran di raut wajah cantik nya.

"Yuna, sayang! aku hanya ingin membuat nya hancur.Seperti aku dulu, yang di hancurkan oleh nya."Jelas Aksa yang terus berusaha membuat Yuna yakin.

Prempuan itu terdiam, pandangan mata nya terus menatap Aksa dengan tatapan tajam.

"Yuna aku janji, hanya untuk menghancurkan hidupnya, lalu setelah itu aku akan kembali padamu!"Jelas nya dengan suara rendah.

"Hah,....Baiklah, tapi janji hanya sebentar oke?"Ujar Yuna sambil tersenyum.

"Tentu, aku hanya ingin membalas dendam ku saja, cinta ku hanya untuk mu saat ini."Aksa tersenyum, lalu merangsek lebih dekat, meraih pinggang kecil kekasih nya, lalu mencium bibir Yuna penuh gairah.

Yuna Tersenyum, lalu merankul bahu kekasih nya erat, kemudian membalas setiap cumbuan yang Aksa berikan untuk nya.

Kedua nya terus saling membalas setiap permainan yang memabukan, bahkan tangan Aksa sudan menggerayang nakal di setiap inci tubuh Yuna.

"Emmmpphh...Aksa stop! nanti ayah dan ibu mu datang."Yuna mendorong tubuh kekar kekasih nya agar segera menjauh.

Aksa tersenyum.

"Apa kita harus ke hotel sayang?"Tanya Aksa pelan.

"Apa kita harus melakukan nya?"Ucap Yuna.

"Tentu saja karena saat ini aku menginginkan mu Yuna."Aksa menatap wanita di hadapan nya tajam.

"Baiklah, kita berangkat sekarang kalau begitu."Yuna meraih tangan Aksa, berjalan ke arah luar kama.

—Ceklek..

"Ah.Baru saja ibu mau panggil, ayok kita makan malam bersama."Ajak Nanda kepada putra dan kekasih nya yang baru saja keluar dari kamar.

"Nanti saja bu, Aksa mau antar Yuna pulang dulu, sudah malam."Aksa berbohong.

"Apa tidak terburu-buru?"Tanya Nanda kembali.

"Nggak tante, ini sudah lewat pukul delapan malam!"Sahut nya lalu tersenyum.

"Ya sudah, hati-hati di jalan."Pesan nya sambil menepuk lengan putra nya.

Aksa mengangguk, seraya tersenyum manis lalu beranjak pergi bersama kekasih nya untuk segera melewati malam indah bersama.

...TBC🌻🌻🌻...

...Jangan lupa! like, vote, komen ya.....

Mahila Arindra.

KKKRRRRIIINNIIGGG...

Suara jam weker begitu nyaring terdengar, hingga mampu membangunkan gadis yang masih terlelap di bawah gulungan selimut hangat yang menggulung di tubuh nya itu.

Tangan kecil nya terulur, mencari keberadaan benda bulat berwarna biru yang berbunyi nyaring di atas nakas, di samping tempat tidur nya.

—DAP..

Suara bising itu terhenti, mata gadis itu mulai mengerjap sambil terus menggeliat, merenggangkan otot-otot tubuh nya yang terasa sangat pegal.

TOK..TOK..

"Hila? bangun nak, udah jam enam! nanti kesiangan."Suara ketukan pintu bersahutan dengan wanita di balik pintu kamar nya.

"Iya mah, Hila udah bangun ko."Sahut nya dengan suara sedikit berteriak, agar ibu nya bisa mendengar.

"Ya sudah, cepat mandi.Udah itu sarapan yah?"Kata nya kembali.

"Iya mah, sebentar lagi Hila keluar."Jawab Hila kembali.

Mahila Arindra, gadis duapuluh lima tahun, anak dari pasangan Arina dan Indra.Bertubuh tinggi, berkulit putih dan rambut pirang yang bergelomgelombang.

Dengan latar belakang ekonomi menengah kebawah, membuat Hila terpaksa bekerja di salah satu perusahaan sang mantan kaka kelas yang kini suka bersikap sesuka hati pada dirinya.

Andai Hila mempunyai pilihan lain, gadis itu sudah pasti tidak akan masuk bekerja di perusahaan yang di pimpin kaka kelas nya dulu, yang saat ini sudah berubah seratus delapan puluh derajat.

Pria baik hati, berkaca mata besar kini berubah menjadi seorang yang arogan, dingin dan tentu nya tampan.

^

^

—Klek...

Mahila keluar dari kamarnya, berjalan ke arah dapur dengan pakaian yang sudah terlihat sangat rapih.

"Sarapan nya sudah mamah siapin, ayok makan dulu sebelum berangkat."Ujar Arina kepada putri bungsu nya.

Mahila tersenyum, lalu duduk di kursi meja makan di hadapan ayah nya yang juga sedang melakukan sarapan dengan seragam security nya yang sudah rapih.

"Bapak masuk pagi?"Hila bertanya.

"Harus nya malam, tapi ada security temen bapak yang sakit, jadi bapak harus gantiin."Jelas nya, lalu di angguki Hila.

Suasana sarapan pagi pun terasa hangat, tawa dan canda selalu mereka lontar kan satu sama lain.

"Kenyang.Terimakasih sarapan nya mah, enak banget."Hila tersenyum, lalu mengusap-usap perut nya yang sudah penuh dengan nasi, sayur sop dan tempe.

"Terimakasih kembali."Ucap nya kepada Hila.

"Kalo gitu Hila berangkat ya mah, pak.Doa ini biar selamat sampai tujuan."Pamit Hila setelah meneguk habis segelas air putih yang ibu nya sediakan.

"Hati-hati, semoga kerja keras mu berkah ya."Kata Indra kepada putri bungsu nya yang sedang mencium punggung tangan nya.

Hila mengangguk, bibir nya mengukir senyum, lalu beranjak pergi setelah mencium punggung tangan ibu nya.

Gadis itu terus berjalan ke arah teras rumah, lalu memakai helm dan segera menghidup kan mesin motor yang berada di samping motor tua milik ayah nya.

Motor matic yang di kendarai Hila pun sudah melaju perlahan, berjalan di bawah langit pagi dengan sinar matahari yang sudah terasa menyengat menusuk kulit nya.

^

^

Sekitar tiga puluh menit Hila melaju di jalanan kota yang sedikit padat, akhirnya gadis itu sampai di perusahaan tempat nya bekerja.

"Eh,.. bu admin baru dateng!"Sapa seorang pria kepada Hila yang baru saja sampai di parkiran motor.

"Iya nih pak, jalanan rada macet."Ujar nya lalu tersenyum.

"Udah di tungguin bapak noh di kantor."Kata nya kembali sedikit berbisik.

Tumben pagi-pagi.

"Ya sudah, saya duluan ya mang."Hila tersenyum, lalu beranjak pergi meninggal kan pria tersebut.

Dengan langkah kaki sedikit cepat, Hila terus berjalan ke arah pintu kantor yang sudah terbuka.

Mampus gue, ada apa pagi-pagi di ruangan gue!

TOK..TOK..

"Selamat pagi pak!"Sapa nya dengan senyum ramah.

Pak! lucu sekali aku memanggil mantan kaka kelas ku dengan sebutan itu.

"Pagi."Jawab nya seraya tersenyum."Apa kamu sudah sarapan? kalau belum kita cari sarapan sama-sama."Tanya nya kembali sampai membuat Hila menyerengit.

Hila terlihat mematung ketika mendapat perubahan sikap atasan nya pagi hari ini.

Apa nih? ada bakso di balik bakwan kek nya!

"Mahila?"Aksa menatap lekat wajah gadis yang sedang berdiri di ambang pintu.

"I-iya pak, kenapa?"Seketika Hila terlihat ling-lung.

"Kamu sudah sarapan, apa belum?"Aksa mengulangi pertanyaan nya.

"Ahh! sudah pak, saya tidak di izin kan untuk melewatkan sarapan oleh ibu saya."Jelas Hila tersenyum canggung.

"Oh, sudah ya! yasudah kalau begitu saya kembali ke ruangan saya saja, kamu boleh mulai kerja sekarang."Aksa berujar, lalu bangkit dan segera berjalan ke arah luar.

Hila tertegung ketika mendapat sikap atasan nya yang sangat berbeda, sampai Hila menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

"Ape nih? pagi-pagi kaya nya udah ke sambet tu orang!"Gumam nya lalu berjalan ke arah meja kerja nya.

TOK..TOK..

Seketika pandangan Hila kembali tertuju ke arah pintu.

"Ya?"Sahut nya.

"Ada yang mau order bu, satu trek, galon sama kemasan botol sepuluh dus."Tutur nya sambil memberikan nota.

Hila mengangguk, lalu meraih kertas yang di berikan seorang pria yang umur nya hampir sama dengan ayah nya.

"Terimakasih mang Udin!"Ucap nya sambil tersenyum.

Pria itu mengangguk, lalu kembali memtutar tubuh nya dan segera pergi.

^

^

Matahari sudah semakin terik, jarum jam pun sudah menunjukan pukul 12:00.Waktu jam makan siang pun tiba, Hila segera menyelesai kan pekerjaan nya, agar ia bisa secepat nya keluar untuk membeli makan siang nya.

Setelah melewati beberapa menit, akhirnya Hila menyelesai kan pekerjaan nya, lalu segera mematikan komputer dan bernjak pergi.

Namun ketika langkah kaki nya berjalan menuju pintu, seorang pria datang terlebih dulu dengan membawa beberapa kotak isi makanan.

"Hila ayo kita makan siang bersama."Sergah nya dengan raut wajah yang terlihat sumringah.

Lagi-lagi Hila gerdiam, gadis itu terkejut dengan perubahan sikap Aksa yang signifikan.

Ni orang ke sambet apaan sih?

"Terimakasih pak, tapi saya beli saja di luar."Hila tersenyum canggung.

"Tidak baik menolak rejeki."Ujar Aksa kembali.

Sesaat Hila berpikir, perkataan Aksa ada benar nya juga.

"Tapi apa saya merepotkan bapak?"Tanya Hila yang masih terlihat canggung.

Aksa tersenyum, lalu berangsur duduk di kursi yang tersedia.

"Ayo, saya beli dua kwetiaw goreng."Aksa melambai kan tangan nya ke arah Hila.

"I-iya pak."Gadis itu lansung berjalan ke arah Aksa berada.

"Maafkan saya kalau terlalu keras kepada mu!"Ucap nya pada gadis yang duduk di samping nya.

"Bos memang harus tegas pak."Hila tersenyum.

"Kalau lagi berdua, bisa tidak kamu panggil saya seperti dulu?"Pinta nya pada Hila.

Hila tertegung kembali, ke adaan semakin canggung saat ini.

"Hila?"Panggil Aksa.

"Iya pak."Sahut nya sambil menoleh.

"Panggil saya seperti waktu kita satu sekolah."Aksa tersenyum.

"Itu tidak profesional pak."Sahut Hila.

"Ini perintah."Tegas nya."Bisa tidak kamu manggil saya kaka, seperti kamu dulu manggil saya."Tutur Aksa yang tidak henti nya tersenyum.

"Baiklah, sepulang kerja baru saya akan memanggil itu."Timpal Hila.

Aksa tersenyum menyeringai, lalu kembali menyantap kwetiaw goreng bersama gadis yang pernah memporak porandakan hati nya.

...TBC...

...🦩🦩🦩...

...Jangan lupa! like, vote, dan komen....

Pendekatan.

Cahaya matahari kini mulai melembut, suana semakin sejuk ketika hamparan langit berwarna orange terbentang dengan indah nya.

Jarum jam sudah menunjukan pukul lima, Hila segera bersiap untuk segera pulang ke rumah nya sebelum hari semakin gelap.

Perlahan gadis itu keluar, menutup pintu kantor nya lalu beranjak pergi ke arah motor nya terparkir.

"Sudah mau pulang?"Tiba-tiba saja suara bariton itu terdengar, sampai membuat nya tersentak lalau menoleh.

"Heumm,... Iya pak! sebelum kemaleman."Sahut Hila, lalu menghampiri motor nya.

"Eummp,...Hila tunggu!"Aksa memanggil gadis itu kembali ketika Hila akan segera melajukan motor nya.

"Iya pak?"Hila menoleh.

—Cup...

Tiba-tiba saja Aksa mencium pipi Hila.Seketika gadis itu tersentak, raut wajah nya menjadi merah padam ketika bibir Aksa mendarat di pipi nya.

"Pak!"Suara Hila lirih.

Sesaat Aksa menatap Hila dalam diam, lalu tersenyum sambil mengusap pipi gadis di hadapan nya.

"Rasa saya ke kamu masih sama, Hila."Suara Aksa semakin pelan, namun Hila masih bisa mendengar nya."Apa sekarang kamu mau nerima cinta aku.Mahila?"Tanya nya kembali sambil terus memandang wajah cantik milik Hila.

Mahila tertegung, mata nya membulat sempurna dengan darah yang sudah terasa membeku dalam tubuh nya.

"Hila?"Aksa mencoba menarik ke sadaran gadis di hadapan nya.

"Hah,.. ta-tapi kan bapak sama mbak Yuna..?"Hila terbata-bata.

"Kita sudah berakhir, dan aku sadar, selama ini hati aku cuma buat kamu."Jelas Aksa dengan senyum tipis.

Raut wajah Hila semakin terlihat gugup, dengan pipi yang sudah memerah karena menahan rasa malu.

"Sa-saya pulang duluan pak, selamat sore."Hila pun memilih pergi ketika perasaan nya semakin tidak katuan.

Aksa terdiam, pandangan mata nya terus menatap punggung Hila yang sudah mulai menjauh lalu menghilang bersama motor matic nya dengan kecepatan tinggi.

"Kelinci kecil sudah mulai mendekati perangkap!"Cicit Aksa pelan, lalu tersenyum menyeringai.

^

^

Di dalam perjalanan pulang Hila terus memacu laju kendaraan roda dua nya.Wajah nya terlihat panik dengan kejadian hari ini yang benar-benar tidak normal menurut nya.

Rasa saya ke kamu masih sama Hila!

"Ya ampun Hila, fokus dong fokus."Cicit Hila sambil terus memacu motor matic nya dengan kecepatan sedang.

"Lagian pak Aksa hari ini kenapa sih? nggak biasanya dia baik kaya gitu, mana pake cium pipi segala lagi."Hila terus bermonolog.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Hila sampai di halaman rumah nya hampir petang, dengan angin dingin yang berhembus mengusap kulit putih nya dan langit yang sudah mulai menghitam.

—Ceklek...

Hila membuka pintu rumah nya perlahan, lalu di sambut Arina yang sudah berjalan menghampiri putri nya ketika suara motor terdengar.

"Hila, tumben pulang nya ke gelapan."Kata Arina lalu tersenyum, mengusap lengan putrinya lembut, seolah Hila adalah anak kecil yang baru pulang bermain.

"Iya mah, Hila banyak kerjaan.Maklum awal bulan."Sahut nya berbohong, padahal ia beberapa kali berhenti di tengah jalan karena pikiran nya sedang tidak pokus.

"Yasudah, mau makan atau mandi dulu?"Tanya Arina kembali kepada putri bungsu nya.

"Hila langsung istirahat aja ya mah.Hila cape jadi mau tidur aja, soal nya besok kerja lagi.Mamah nggak apa-apa kan aku tinggal tidur duluan?"Ucap nya lalu di angguki Arina.

"Bapak mu sebentar lagi pulang, jadi nggak apa-apa, istirahat saja."Arina tersenyum, lalu menyelip kan rambut Hila di belakang telinga.

Hila tersenyum, lalu mulai pergi meninggal kan ibunda nya.

Langkah kaki Hila kembali bergerak, berjalan pelan menuju kamar kecil milik nya.

—Klek...

—Brugh..

Setelah menutup pintu kamar nya Hila langsung melemparkan tubuh nya di atas tempat tidur kecil yang selalu membuat nya merasa nyaman.

"Ahhhh.."Hila merenggang kan otot tubuh nya yang terasa pegal.

Rasa saya ke kamu masih sama Hila!

Lagi-lagi Hila terbayang kata-kata yang di lontarkan Aksa kepada nya.

"Aduh!!"Hila mengacak-acak rambut nya sendiri dengan raut wajah yang terlihat frustasi.

"Ini lagi! hati kenapa nggak bisa di ajak kompromi banget."Cicit nya kembali, ia terlihat kesal ketika degup jantung nya terus berpacu.

"Akhhh,..."Hila langsung bangkit."Harus mandi ini mah! pikiran sama hati udah nggak bisa di kendaliin."Gumam Hila, lalu segera beranjak menuju kamar mandi.

^

^

"Bagai mana?"Yuna bertanya setelah meminum jus sirsak milik nya.

"Apa nya?"Aksa mengangkak ke dua bahu nya bersamaan.

"Ya itu.Kamu sama Hila?"Yuna memperjelas pertanyaan nya.

Aksa mengangguk, sambil terus mengaduk ice coffe nya, lalu tersenyum menyeringai.

"Kelinci sudah mulai mendekati jebakan."Ujar nya sambil terus tersenyum.

Yuna terdiam, lalu menatap lekat wajah yang kini sedang terlihat sangat bahagia.Entah itu karena Aksa mulai berhasil memulai pendekatan, atau hal lain dalam hati nya.

"Ish,.. kamu kelihatan sangat bahagia! apa jangan-jangan kamu emang masih ada rasa sama Hila?"Yuna memincingkan mata nya ke arah Aksa.

Aksa tersentak, lalu mengalih kan pandangan nya ke arah wanita yang terlihat cemberut saat ini.

"Hey."Aksa meraih dagu Yuna.

"Cinta ku hanya untuk mu, ingat?"Suara nya pelan, lalu tersenyum ke arah kekasih nya itu.

"Tapi aku takut Aksa!"Sergah nya.

"Apa yang kamu takut kan? sudah aku jelas kan.Aku hanya ingin dia merasa kan apa yang aku rasa kan dulu sayang."Aksa meraih tangan Yuna, lalu mencium nya.

—Cup...

"Bersabarlah, aku janji hanya beberapa bulan saja."Ucap nya kembali.

"Janji?"Yuna mengacungkan satu jari kelingking nya.

"Tentu saja sayang."Aksa menautkan jari kelingking nya.

"Jadi apa rencana mu?"Tanya Yuna.

Aksa terdiam.

"Aksa?"Panggil Yuna kembali.

"Mungkin hanya membuat nya jatuh cinta, setelah itu aku tinggalkan."Jelas nya.

"Mungkin?!"Yuna menatap mata Aksa tajam.

"Iya.Maksud ku hanya sampai dia terlihat mencintaiku, lalu aku akan meninggal kan nya."Timpal Aksa.

"Sudah malam, ayo kita pulang."Ujar Aksa setelah melihat jam yang melilit di tangan kekar nya.

Yuna mengangguk, lalu meminum jus sirsak nya hingga tandas, kemudian berdiri dan meraih uluran tangan kekasih tampan nya.

Kedua nya terus berjalan ke arah luar, dengan jemari yang terus bertautan, setelah melakukan pembayaran terlebih dulu.

Tuit..Tuit...

—Klek...

Aksa membukakan pintu mobil untuk kekasih nya.

—Cup..

"Terimakasih lelaki ku."Ucap Yuna setelah mencium singkat bibir sensual milik Aksa.

Aksa hanya tersenyum, lalu menutup pintu mobil nya dan segera berjalan memutari mobil untuk segera masuk dan duduk di kursi kemudi.

—Vrummm...

Suara derum Fortuner hitam milik Aksa pun mulai terdengar, lalu terlihat melaju perlahan keluar dari parkiran cafe yang di singgahinya bersama Yuna.

...TBC🌻🌻🌻...

...Jangan lupa! like, vote, dan komen nya.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!