NovelToon NovelToon

The Secret Of My Heart

Kenzhou : Putus Cinta

brak....

Sebuah tas terlempar begitu saja diatas meja dalam sebuah ruangan kelas. Kondisi kelas yang tadinya sepi kini berubah menjadi gaduh karena umpatan dan makian dari beberapa mahasiswa yang merasa terganggu.

"Apa tuan besar itu nggak bisa sehari aja nggak bikin keributan dan nggak ngeganggu orang lain??"

"Oh god... apa iya gue harus nemuin Dr. Salma saban hari buat periksa jantung" keluhan lain terdengar dari sudut ruangan.

"Kesetanan apa tuan Cassanova kita?"

"Dasar cowok gila"

Masih banyak cacian yang terlontar dari mulut pedas para mahasiswa yang juga belajar didalam kelas tersebut. Namun seolah tuli dan terkesan masa bodoh, sang empunya tas justru hanya diam bahkan tak meminta maaf. Wajahnya lesu dan menyiratkan kesedihan. Bahkan dia merasa malas untuk mengangkat wajahnya dan memilih menelungkupkan wajahnya diatas meja.

Seorang gadis cantik melangkahkan kakinya mendekat dan duduk didepan laki-laki itu dan memegang lengannya perlahan.

"Are you okay, Ken??" Ken, laki-laki itu, hanya diam dan tidak merespon ketika ditanyai. "Ken, you have any problem??" Ken mengangguk..

fyuhh...

Gadis itu menghela nafas pelan, jika sudah seperti ini, dia tahu pasti masalah apa yang tengah dihadapi oleh Ken.

"Maira lagi?"gotcha, Ken menganggukan kepalanya namun tetap dalam posisi yang sama.

"Hah... kenapa lagi cewek SMA elo itu?" Gadis itu, Arin nampak jengah dengan masalah Ken yang hanya itu-itu saja dan tak pernah ada perubahan.

"Gue putus sama dia!"Ken bersuara perlahan, dari suaranya Arin tahu, pria dihadapannya ini sedang terluka.

"Are you kidding me, Ken?? Elo serius?? yang bener aja"entah dari mana dan kapan datangnya, pria itu tiba-tiba ada disamping Kenzou dan Arin.

pukk...

"Aduhh... sakit Rin!" Ares mengaduh saat penggaris panjang mendart tepat diatas kepalanya.

"Lo nggak liat dia lagi sedih??? Malah diajak becanda"

"Gue lagi nggak bercanda Arin cantik. Gue serius. Dia sama si Maira kan saling mencintai, kenapa harus putus??" cerocos Ares

"Hei, bro. ceritain gimana ceritanya elo bisa putus sama Maira? elo selingkuh.. Aww.." Penggaris kembali mendarat di kepala Ares, kali ini lebih keras lagi.

"Arinn... kenapa gue dipukul lagi sih?? Kalau gue jadi goblok, elu kudu tanggung jawab" Ares bersunggut-sunggut sambil mengelus puncak kepalanya yang kembali dipukul Arin.

"Elo lupa, kalo elo emang udah goblok dari sononya??" sinis Arin, "Dan Ken, cerita lah kenapa elo bisa putus?" Ken mengangkat kepalanya, matanya memerah bekas airmata. Arin dan Ares sampai terkejut melihat nya, 9 th bersahabat, baru kali ini mereka melihat seorang Kenzhou Alatas, putra tunggal Malik Alatas, pewaris utama ALATAS Corp, seorang cassanova dengan tingkat keplayboyannya mencapai 99%, MENANGIS. Ya, ini pertama kalinya Kenzhou menangis karena seorang wanita. Biasanya, cewek-cewek ganjen dan genit yang selalu menangis dan gigit jari karena di tolak Ken, mungkin sekarang jika mereka melihat Ken menangis mereka akan tertawa terbahak-bahak.

"Kemarin, Maira ngajak gue ketemuan di tempat biasa. Gue nggak menaruh curiga apapun sama dia. Hanya saja dia datang terlambat. Dia telat selama sejam. Pas dia udah dateng, gue tanya mau makan atau minum apa, dia hanya menggeleng dan menjawab bahwa dia hanya akan bicara sebentar. Tiba-tiba dia meminta untuk mengakhiri hubungan kami selama ini." Ken menarik nafasnya sejenak sebelum kembali memulai ceritannya. "Gue terkejut, dan gue tanya kenapa? Gue tanya, gue punya salah apa? Dan dia hanya bilang kalau gue nggak salah apa-apa, yang salah itu dia. Dia ingin melanjutkan kuliahnya di Paris, sambil meniti Karirnya sebagai model."

"Jadi model bukan halangan untuk tetap berhubungan kan?? Lagian Paris - Jakarta nggak sejauh itu juga kali Ken"

"Gue maunya juga begitu Rin, tapi dia kekeuh nggak mau. Dia nggak mau hubungan gue sama dia jadi semacam penghalang untuk karirnya dia. Dia bener-bener pengen fokus. Gue juga udah bilang, gue gak bakalan ganggu karir dia, gue gak bakalan sering hubungin dia biar dia fokus. Gue bahkan bilang gue bakal nungguin dia sampai dia balik. Tapi tetep aja dia mutusin buat akhirin semuanya" Kepala Kenzhou kembali tertunduk setelah menyelesaikan ceritanya. Rasanya sesak, dia nggak tahu harus gimana lagi. Dia begitu mencintai Maira dan nggak ingin terpisah dari wanita itu.

"Gue harus gimana Rin, Res?? Gue bingung. Gue cinta sama dia. Gue nggak bisa kehilangan dia" Arin mengusap kepala Kenzhou penuh kasih sayang, seperti seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya.

"Elo udah ngehubungin dia lagi??" Ken menggelengkan kepalanya. "Why??? Elo nggak coba buat tetep komunikasi??"

"Gue takut Rin. Gue takut dia akan semakin menjauh dari gue"

"Ken, kenapa elo nggak coba aja buat dateng kerumahnya, trus elo lamar dia... Auw.. Rin, apaan sih elo?? Udah 3X ya elo mukul gue. Sakit bangsat.. Aduhh" Sudah tiga kali kena pukul, kini mulut Ares bahkan kena tampar tangan lentik Arin.

"Mulutt... tolong di kondisikan ya bray.. dan ide elo nggak lucu." Arin melotot galak ke arah Ares

"Mohon maaf nih neng Arin, gue lagi nggak ngelawak. Jadi bagian mana yang menurut ngana lucu?? Gue serius, serius banget malah. Ken bisa nyoba dateng kerumah Maira, dan melamar Maira kepada kedua orang tuanya. Lagian, niat si ken ini baik. Bukan mau menghambat karir apa lagi pendidikan Maira. Niat Ken hanya ingin menjaga Maira dengan ikatan, kalau tidak bisa pernikahan setidaknya dengan pertunangan" kata Ares yakin.

"Tapi..."

"Elo yakin Res??" Ken mengangkat kepalanya dan bertanya dengan sedikit antusias

"Yakin!" Jawab Ares dengan penuh keyakinan.

"Kalau ditolak??? Bukannya tadi Ken bilang kalau dia nggak mau sebuah ikatan menghalangi karirnya" Arin menatap Ares dan Ken bergantian

"Pasti diterima!" yakin Ares kembali

"Dari mana elo tahu bakalan diterima Ress??? Apa sekarang elo mulai jadi cenayang yang bisa baca mas depan orang lain???"

"Gue yakin gue bakalan diterima karena kita saling mencintai Rin." Ken justru yang menjawab pertanyaan yang tadi diajukan Arin pada Ares.

"Hegh..." Arin mendengus sinis dan memandang tajam dua pria dihadapannya.

"Elo tadi bilang apa?? Cinta?" Kenzhou mengangguk

"Kalo emang dia cinta sama elo, dia nggak bakalan mutusin elo. Meski alasannya adalah pendidikan sekalipun. Kalo dia cinta sama elo, dia akan nerima tawaran elo untuk tetap berhubungan meski jarak jauh. Padahal seharusnya, LDR adalah solusi terbaik sebelum putus. Lagi pula, kalo elo nurutin bule Korea samping gue ini, elo mau kasih apa buat Maira. Kerja juga belum, mau ngelamar. Anak orang mau elo kasih makan batu? Yakin banget bakalan diterima oleh kedua orang tua Maira. Yang ada elo bakalan dilempar keluar rumah mereka sebelum mengutarakan niat elo itu." Arin menatap tajam mata merah Ken yang kembali menunduk, Ares juga hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Pria itu tidak berfikir hingga ke kedua orang tua dan lain-lain atau kemungkinan yang terjadi ketika memberi ide pada Ken.

"Gue bisa.."

"Bisa apa?? Minta uang sama Om Malik? Bisa bilang kalau elo adalah putra pertama pemilik ALATAS Corp, yang bakalan mewarisi separuh kekayaan mereka?C**ammon Ken, Orang tua Maira juga akan berpikir dua kali untuk memberikan anaknya ke elo. Seenggaknya elo harus membuktikan dulu pada Maira dan kedua orang tuanya kalau kau bisa berdiri sendiri. Tanpa embel-embel Alatas. Elo nggak malu sama Kei sama Rui. Adik kembar elo aja, udah bisa cari uang sendiri." Kenzhou semakin menunduk dalam.

"Ken, pikirin baik-baik. Gue tahu elo cinta sama dia dan elo nggak bisa kehilangan dia. Tapi gue yakin ada banyak cara selain ngelamar. Bukan apa-apa.. gue cuma takut elo sakit hati. Rasa sakitnya di putusin, dengan rasa sakitnya ditolak lamaran itu berbeda jauh. Dan elo Res.... hubungan cinta elo aja nggak pernah beres, ini lagi elo ngasih ide nggak kira-kira. Gue nggak mau Kenzhou patah untuk kesekian kalinya. Dan elo harusnya paham itu" Arin bangkit dari kursinya dan beranjak pergi.

"Elo mau kemana??" Ares menahan pergelangan tangan Arin.

"Keruangan Mr. Vinh, gue harus ngurus beberapa hal sebelum sidang tesis gue minggu depan. Juga mau ngebahas rencana program doktor gue setelah gue selesai." Arin meninggalkan Ken dan Ares yang masih dalam keadaan yang sama.

"Kayaknya Arin marah" Ares menggumam lirih, sangat lirih hingga terdengar seperti bisikan.

"Elo ngomong apa Res?" tanya Ken

"Hah...?? Nggak... gue nggak ngomong apa-apa kok"

To : Kuririn 💜

Kuririn, marah ya?? Maapinn.. Antares yak 😭

Ares mengirim pesan itu pada Arin, perasaannya tidak enak saat tadi tak sengaja melihat raut sedih dimata Arin. Tak berselang lama, balasan datang.

From : Kuririn 💜

Tenanglah! I'm okey. Tolong jaga Kenzhou sebentar ya.

To : Kuririn💜

Okay.. baby!

"Res..." Kenzhou memanggil Ares perlahan.

"Ehm..." Ares memasukkan ponselnya setelah selesai berbalas pesan dengan Arin.

"Kayaknya, gue emang harus nyoba ide elo?"

"Hahh??" Ares tersentak kaget "wahh...bahaya ini"

"Gue bakalan minta bokap buat ngelamar Maira buat gue. Gue nggak peduli bakalan diterima atau nggak. Setidaknya gue udah mencoba dan berusaha. Sehingga gue nggak kehilangan dia sia-sia"

"Ehmm...Ken, Elo kayaknya harus pikir-pikir lagi. Nanti kalau.."

"Gue udah benar-benar mantap. Elo kan tadi yang ngasih gue ide" Ken menyela perkataan Ares dan menatapnya tajam. Ares salah tingkah, dirinya merasa benar-benar telah salah memberi ide spontan tadi pada Ken. Sedangkan Ken adalah pria yang akan selalu kekeh dengan pendiriannya.

"Waduhh... Arin, gimana ini???"

...*******...

1st Chapternya... semoga suka ya guys 😊😊

Sakit

Malam ini keluarga Alatas sedang berkumpul di ruang keluarga. Bercanda bersama dan saling bertukar pikiran. Karui Alatas, si bungsu bercerita tentang kuliah dan usaha fashion pria yang baru dia rintis 6 bulan terakhir. Bisnis yang Rui bangun dengan modal sendiri dan usaha sendiri itu, kini mulai banyak digemari dan diminati. Keiko Alatas, satu-satunya putri dikeluarga Alatas, bercerita tentang pekerjaannya sebagai Model dan Aktris yang kian sukses. Entah sudah berapa brand yang sudah mengontraknya sebagai brand ambasador. Lalu, anak pertama mereka Kenzhou, sedari tadi hanya diam dan nampak merenung memikirkan sesuatu.

"Ken sayang, kamu baik-baik saja?? Mama lihat kamu seperti memikirkan sesuatu. Apa ada sesuatu yang sedang terjadi?" Rena, mengelus pundak Ken lembut. Dia merasa penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh putra sulungnya itu. Pasanlnya, sudah sejak pulang kuliah tadi siang dia tidak mau berbicara apapun.

"Ken baik-baik aja kok mah. Hanya..." menggantungkan ucapannya.

"Hanya???"kini giliran sang Ayah, Malik, yang bertanya pada putra sulungnya itu.

"Aku...aku ingin papa dan mama melamarkan seseorang untukku. Untuk ku jadikan pendamping hidupku." Setelah mengatakan itu, pundak Ken yang tadi tegang kini lebih rileks.

"Apa??"semua keluarga terkejut dengan ungkapan Ken yang terbilang mendadak dan tiba-tiba.

"Melamar? Melamar siapa?" Malik terlihat kaget dan tergagap. Pasalnya Malik tidak pernah tahu anaknya memiliki teman wanita atau dekat dengan seorang wanita kecuali Arin. mereka sudah bersahabat sejak usia 16 th.

"Dia pacar Ken, Pa"

"Pacar?? Emang sejak kapan kakak punya pacar? Perasaan cewek yang deket sama kakak itu cuma Kak Arin. Oh... apa jangan-jangan pacar kakak itu Kak Arin ya???" Kei menebak dengan antusias.

"Apakah itu benar Ken?? Pacar kamu itu Arin??" Rena memastikan. Wanita blasteran Jepang dengan 3 orang anak itu terdengar bersemangat. Suaranya terdengar antusias.

"Bukan ma, bukan Arin. Lagian aku sama Arin itu udah temenan lama, nggak mungkin lah aku pacaran sama dia. Namanya, Maira. Dia pacarku selama setahun belakangan ini. Aku cinta banget sama dia mah. Dan aku mau dia jadi pendamping hidupku." Ken kembali mengungkapkan niatnya kepada kedua orang tuanya yang masih terlihat shock, makin shock tepatnya. Bahkan Rui hanya bisa diam dengan tatapan dan rahang mengeras. Seolah tak setuju dengan niat sang kakak.

"Teman kuliahmu?" Ken menggeleng,

"Lalu??"

"Usianya baru 18th pa. Dia baru akan menyelesaikan SMA nya bulan depan ."

"Apa??" Ken kembali menggejutkan keluarganya. Malik tanpa mengurut keningnya, wajahnya terlihat lelah dan pusing. Rena apalagi, dia hanya memgelus dadanya pasrah

"Ya ampun kak... Kakak kenal dimana anak usia 18 tahun?? Kakak nggak nguntit cewek-cewek abg di sekolah mereka kan??" Kei begidik membayangkan kakaknya menguntit anak dibawah umur.

"Kakak masih normal Kei. Lagian cinta tidak mengenal usia." Jawab Ken

"Iya.. aku tahu kak, kalo cinta nggak mandang usia. Tapi yang bener aja, masa' kakak pacaran sama cewek 7 th lebih muda dari kakak. Kakak udah 25 th, dia 18 th. Cowok dewasa kayak kakak, pacaran sama cewek labil. Haduhh kak... . kenal dimana sih??? Perasaan tiap hari kakak itu kemana-mana cuma sama Bang Ares sama Kak Arin. Mana tu cewek lebih muda dari aku, masa' iya aku harus panggil kakak juga nanti??" Kei mulai nyerocos panjang lebar.

"Kakak kenal dia setahun yang lalu, pas di acara reunian. Kebetulan dia sekolah disekolah yang sama sama kakak. Dan kebetulan dia salah satu panitia, sedangkan aku adalah perwakilan para alumni, jadi kami sering berinteraksi. Dari perkenalan dan interaksi itu kami berdua dekat, saling bercerita, nyaman satu sama lain dan akhirnya kami memutuskan berpacaran. Setahun kami berpacaran,kemarin dia justru memutuskan untuk mengakhiri hubungan kamu. Dia akan menempuh pendidikan di Perancis dan juga menjalani karir disana. Dan aku tidak ingin kehilangan dia, aku ingin mengikatnya dalam ikatan pertunangan jika tidak bisa menikah sekarang" Jelas Ken

"Kalian sudah putus dan kakak masih punya niat untuk melamar dia. Kakak ini memang terlalu cinta atau malah terlalu bodoh" Rui berkata sarkatis dan terdengar meremehkan niat Ken.

"KARUI..!! Jaga ucapan kamu!!!" Malik menegur ucapan putra bungsunya. Rui memang pria yang cuek dan suka berbicara seenaknya. Bahkan dia sudah meninggalkan ruangan tanpa permisi. Rena hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Rui.

"Ken, melamar anak gadis orang itu tidak sembarangan. Kamu belum bekerja dan masih kuliah. Anak orang mau kamu hidupi pakai apa?? Biarpun hanya melamar dan bertunangan, kamu memiliki tanggung jawab besar kepada putri mereka. Itu kalau kamu diterima, kalau ditolak bagaimana? Ada satu resiko lagi yang harus kamu terima, yaitu Kecewa. Apa kamu siap untuk semua itu??Siap untuk ditolak dan kecewa? Apalagi kamu sudah putus dengannya, itu artinya dia tidak ingin memiliki hubungan lagi dengamu. Kenapa kamu punya keinginan nekad seperti itu?" Nasehat Rena

"Aku mencintainya Mah, aku nggak bisa hidup tanpa dia"

"Apa menurutmu menikah itu hanya soal Cinta, Ken?" tanya Malik. "Salah, jika itu yang ada di fikiranmu. Menikah itu artinya kamu memiliki tanggung jawab penuh atas calon istrimu nantinya. Jangankan bertanggung jawab atas gadis itu, lihatlah dirimu, mengurus dirimu sendiri saja kamu belum mampu. Uang bahkan kamu masih minta ke Papa. Maaf.. Ken. Untuk kali ini papa benar-benar tidak bisa membantumu." Ken tersentak, kepalanya mendadak sakit, ucapan papanya mendadak berputar dikepalanya. Seperti dejavu, Ken merasa papanya pernah berkata demikian.

"Akhhh...." Ken merintih merasakan sakit yang teramat sangat di kepalanya.

"Ken, kamu kenapa nak?"Nada bicara Rena nampak khawatir, sedang Ken terus saja memegang kepalanya yang berasa mau pecah.

"Akh...s...sakit.."

"Kei, ambilkan obat kakakmu. Cepat!" perintah Rena

"I... iya mah"

"Pah... cepat telpon dokter Firza!"

"Sabar mah... ini papah juga sedang menghubungi Firza.!" Malik sama paniknya, dia terus mencoba menghubungi Firza, dokter yang menangani Kenzhou.

"Mah...to..long..sakit..sakit mah" Ken terus merintih kesakitan didalam pelukan Rena.

"Sabar ya Ken. Sebentar lagi Firza pasti sampai. Keii... CEPATT DIMANA OBATNYAA!!" Rena berteriak memanggil Kei, yang sedari tadi belum juga turun.

"Iya mah... i.. ini mah!" Kei menyerahkan obatnya pada Rianti

"Minum dulu sayang" Ken meminum obatnya dengan bantuan Rena.

"Mah.. sakit." Airmata Ken menetes, rasa sakit dikepalanya membuat dia benar-benar ingin menangis.

"Pa gimana?? Sudah belum?? Kenapa lama sekali?"

"Firza nggak angkat telponnya ma. Kita bawa saja Ken ke Rumah Sakit ma. Biar papa siapkan mobil, mama sama Kei bantu Ken ya." Malik langsung bergegas menuju garasi untuk menyiapkan mobilnya.

"Ayo sayang.. kita kerumah sakit. Mama nggak tega liat kamu kesakitan kaya gini." Ken hanya pasrah, dia sudah tak sanggup berkata-kata. Meski sudah tak sesakit tadi, tapi kepalanya masih terasa berat.

...#########...

Bakal ada banyak kejutan dipart-part selanjutnya.

Vote, Like dan Commentnya..

Selamat menikmati..

Aleesha

Malam ini, untuk kesekian kalinya Arin duduk termanggu di luar ruang perawatan intensif (ICU) no 4 sebuah rumah sakit ternama di Jakarta. Matanya berkaca-kaca dan nampak lelah. Sekarang sudah jam 10 malam tapi dia belum berniat pergi dari tempat yang disediakan rumah sakit seperti sebuah ruang tamu untuk menjenguk ataupun menginap menemani pasien yang dirawat didalam ruangan intensif tersebut.

"Rin, balik yuk! Udah malam banget nih. Besok kita bisa balik lagi. Elo harus istirahat." Ares mengusap pelan rambut Arin,

"Res!"panggil Arin lirih

"Ehm??"

"Apa dia akan tidur seperti ini terus? Apa dia nggak bakalan bangun Res?" Airmata yang sedari dia tahan akhirnya menetes. Ares menggenggam tangan Arin, seolah memberi aliran kekuatan untuk sahabat baiknya itu.

"Rin, dia pasti akan bangun. Percaya sama gue. Sekarang kita pulang ya!" Arin mengangguk perlahan, lalu berdiri mendekati pintu ruang rawat dan menatap kedalam melalui kotak kaca yang kecil berukuran 10×35. Melihat seseorang dengan peralatan komplit diseluruh tubuhnya.

"Sayang, bunda pulang dulu ya nak. Aleesha cepat sembuh, bunda kangen nak!" Arin lalu berlalu bersama Ares, yang juga sempat membisikkan sebuah kata perlahan dan hanya dia yang bisa mendengarkannya.

kring..kring..kring...

Karui Calling

Ponsel Arin berdering sejangkah sebelum dia keluar dari ruangan, tertera nama Karui disana.

"Siapa?"

"Rui. Sebentar ya Res" Ares mengangguk.

"Speaker!" Arin menangguk memenuhi perintah Ares.

"Halo Rui, ada apa?"

"Kak Arin kenal yang namanya Maira??" Alis Arin dan Ares serempak mengerut. Terkejut sekaligus heran dengan pertanyaan spontan yang diajukan oleh Rui.

"Ya aku tau Maira, meski tak mengenal dekat. Dia pacarnya Ken. Memang ada apa?" tanya Arin

"Jadi cewek itu benaran pacar kak Ken?"

"Iya. Memangnya kenapa Ru? Dari nada bicara kamu, kok kamu kaya nggak suka gitu?" Arin kembali menggulang pertanyaannya pada Rui. Dia sedikit heran mendengar Karui bertanya dengan nada sedikit sarkas.

"Tadi Kak Ken minta mama sama papa buat ngelamar cewek yang namanya Maira itu. Tapi sepertinya ditolak Papa."

"Jadi dia benar-benar mengutarakan ide gila itu pada om Malik?" tanya Arin, terdengar seperti pertanyaan untuk dirinya sendiri

"Ide gila?Memang itu ide siapa?? ide kak Arin? Duh .. Kok Kak Arin biarin sih?? Lagian kenapa pas mereka mau pacaran nggak kak Arin larang aja sih?" tanya Karui dari sebelah sana.

"Bukan, itu ide Ares. Lagian ada hak apa, kakak ngelarang Kenzhou buat pacaran sama perempuan lain Ru???"

"Kak Arin kok ngomongnya gitu sih?? Kakak nggak ada niatan nyerah ditengah jalan kan?? Dan lagi, gimana ceritanya Bang Ares bisa ngasih ide konyol itu ke kak Ken?? Kalau kaya gini sekarang, Bang Ares sama aja bikin kak Arin patah hati" tanya Rui dengan nada shock

"I'm oke Ru.." sahut Arin lirih, entah didengar atau tidak.

"Hehe..Sorry Ru..gue spontan aja pas ngasih ide. Gue lupa kalau dia itu orangnya keras kepala. Kekeuh sama pendirian." sahut Ares

"Kak Arin sama Bang Ares?? Lagi dimana kalian??" bahasan tentang Maira tadi tiba-tiba beralih topik begitu Karui mendengar suara Ares.

"Rumah sakit" Arin menjawab lirih.

"Kakak di Rumah sakit? Gimana apa sudah ada kemajuan??" Suara Rui terdengar antusias, khawatir, dan juga berharap.

"Belum ada, Ru. Masih sama, Kakak takut Ru.. sangat-sangat takut"

"Arin..."

"Kak.. jangan berfikiran negatif. Kita harus yakin dia akan bangun. Ya nggak bang?" Rui dan Ares menyela ucapan Arin, mereka tidak ingin Arin terus merasa putus asa.

"Iya, Rin. Seperti yang gue bilang tadi, dia bakalan bangun" Ares menghapus airmata Arin dan memelukknya.

"Gue takut Res, gue takut Aleesha ninggalin gue. Dia alasan gue sekarang masih berdiri tegak Res. Kalau dia pergi gue nggak tahu harus gimana. Gue harus jelasin apa ke Papanya, kalau papanya kembali dan nanyain dia. Gue udah gagal ngelindungin Aleesha Res.. Papanya Leesha pasti marah banget sama gue. Gue nggak sanggup kalau harus kehilangan dua-duaya. Gue takut." Arin menangis sesengukan dalam dekapan Ares.

"Ssstttt... jangan berkata begitu. Dia akan kembali, percayalah. Dia nggak mungkin bakalan ninggalin bundanya sendirian."

"Kak, jangan nangis dong. Semangat. Aleesha pasti akan bangun, sebelum papanya kembali. Percaya sama Rui" Baik Ares maupun Rui, mereka bergantian terus menerus mengucapkan kata-kata motivasi untuk menyemangati Arin.

"Ru, gue mau nganter Arin dulu. Besok ada kuliah pagi. Elo kabarin gue kalau ada perkembangan soal rencana lamaran Kenzhou ya. Kalau masih bisa gue cegah, nanti gue coba cari ide yang lain."

"Oke bang. Gue titip kak Arin ya bang" pesan Rui

"Pasti, Ru. Elo jangan khawatir, abang bakal jagain Arin baik-baik."

"Oke, see you bang"

"See you Ru" Ares mematikan sambungan telponnya dengan Rui. Tangannya kembali mengelus puncak kepala Arin yang masih betah menangis di dekapan tubuhnya.

"Ssst...Udah dong Rin nangisnya. Kalau Aleesha tahu elo nangis kayak gini. Ntar gue yang bakal kena marah sama dia. Dia bakal mukulin gue pake boneka Gajahnya. Itu boneka kecil-kecil tapi sakit lho Rin kalo kena kepala.. Kadar kegantengan gue bisa luntur cuma gara-gara itu boneka gajah." Ares mencoba menghibur Arin lagi..Meski sebenarnya itu sia-sia. Karena yang bisa menghibur Arin adalah bangunnya Aleesha yang terbaring lemah didalam ruangan ICU itu.

"Hiks...gue kangen sama Aleesha, Res. Biasanya dia selalu manja-manjaan sama gue. Setahun Res.. udah setahun dia tidur terus. Apa dia nggak capek?? Apa badannya nggak sakit?? Apa dia nggak kangen sama gue??"

"Nggak cuma elo Rin, gue juga kangen banget sama dia.. Sekarang, kita serahkan semua sama Tuhan. Semoga Tuhan mengabulkan doa kita, dan membangunkan Leesha dari tidurnya" Ares mengusap punggung Arin pelan dan mengecup puncak kepala Arin dengan penuh sayang, airmatanya tak kuasa ikut menetes. Dia rapuh, sama seperti Arin. Jika ini tentang Aleesha. Gadis kecil berusia 3th, yang jadi semangat hidup Arin, sahabatnya.

"Kita pulang, ya! Elo harus istirahat, jangan sampai elo ikutan sakit." Arin hanya mengangguk lemah. Ares menuntunnya pelan keluar ruangan. Mengantarnya pulang untuk istirahat. Sekedar untuk melepas penat dan lelah. Meski hanya sementara. Karena Arin tidak akan pernah bisa tidur atau istirahat dengan tenang, sampai semua keadaan dalam hidupnya kembali normal. Sama seperti kehidupannya 3 th yang lalu. Kehidupan dimana kecelakaan itu belum terjadi. Kehidupan bahagia yang belum terenggut darinya.

Mereka berjalan masih dengan berpelukan. Bahkan Ares tak henti-hentinya mendaratkan ciuman di puncak kepala Arin sebagai bentuk penguatan. Namun mereka tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang menyaksikan keduanya dengan kening berkerut.

"Kenapa mereka ada disini?? Mereka ada hubungan apa? Kenapa Arin nangis?"

...########...

Jangan lupa like nya buat penulis baru ini ya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!