NovelToon NovelToon

Defying The Heavens

Prolog 00

Prolog

 

“Booooom!! Booooom!! Booooom!! Booooom!! Booooom!! Booooom!! Booooom!!”

Suara ledakan terdengar memecah keheningan dimensi. Di balik suara ledakan dengan debu beterbangan, samar-samar terlihat lima sosok pria tua dan satu wanita tua. Setiap dari mereka memuntahkan darah dari mulutnya. Di seberang mereka, satu sosok dari debu ledakan muncul wajah seorang pemuda dengan mata sengit memandang para tetua. Di belakangnya ada seorang wanita muda elegan yang bagai dewi memandang pertarungan mereka bertujuh dengan tampilan cemas.

“Ka..gen..dra....” Suara samar dari dewi elegan di belakang Kagendra dengan tampilan cemas.

Kagendra pun berbalik dan menampilkan senyum kepada wanita itu seolah–olah pertarungan hidup dan mati yang penuh ledakan hanya bagian dari permainannya.

Setelah itu wajahnya langsung berbalik memandang enam tetua di depannya dengan tampilan sengit.

“Kalian memainkan peran seorang dewa dengan layak enam senior dimensi dengan heroik datang kemari menyerangku untuk membalaskan masing–masing dendam keturunan kalian, tapi akhirnya apa? Hanya mati di sini! Karena aku Kagendra!”

“Kurang ajar kau! Dunia dimensi tujuh adalah rumahmu, tapi kau menghancurkan sembilan kerajaan penguasa masing-masing planet hanya karena seorang wanita! Kalau aku tak membalas dendam atas nama mereka, pantaskah aku masih dipanggil dewa yang agung?” Suara salah satu pria tua menggelegar marah.

“Kagendra kau kuat sangat menentang surga, kau memang layak sebagai penerus keluarga

Kerajaan Zen-ku, tapi apa? Hanya karena seorang wanita kau menghapus mereka dan menghancurkan keluargamu sendiri!” Wanita tua yang bagian dari tujuh dewa terhormat mengatakan dengan mata sengit.

“Aku tidak peduli!” Suara Kagendra yang terputus akhirnya dilanjutkan, “Aku hanya ingin hidup damai dengan wanitaku, tapi apa? Dengan tampilan malaikat tak bersalah kalian meminta jiwanya demi kehidupan dimensi ini, hah! Itu hanya alasan kalian sampah! Kalian hanya ingin menyerapnya demi ego bodoh kalian!”

“Jadi, kau sudah tau? Lalu apa kau pikir satu hidup wanitamu layak demi satu kehidupan satu dimensi tujuh kita? Kau me-“ tetua yang belum sempat menghentikan ucapanya terdiam memandang wajah Kagendra.

“Bahkan dengan satu juta kematianmu, tidak layak dengan satu helai rambutnya!” Kagendra yang mulai enggan berbicara menjawab tetua dengan lantang.

“Kau...!” Enam tetua yang sudah terluka parah berbicara hampir bersama-sama.

Salah satu tetua dengan wajah bengis berbicara, “Hahahah, karena kami tak bisa mendapatkan jiwanya, maka kita hanya bisa mati bersama bukan? Dendam kami tak akan padam tanpa kematianmu. Apa kau pikir kami ke sini tanpa persiapan jika tak bisa mengalahkanmu? Ahahah kau naif!”

Ekspresi Kagendra langsung berubah sengit, “Aku sudah tau, segel jiwa kan? Ahahah kalian menghabiskan sumber daya terakhir kalian demi membunuh kami. Tetua kau terlalu berlebihan kan? Hahaha lalu apa pemicunya? Jiwa kalian sendiri? Maka sekarang mati!” Selesai berbicara pedang Kagendra langsung menebas kekosongan di depanya ke arah enam tetua. Sebuah energi berbentuk [Kanuragan Naga Api Emas Perkasa] muncul meluncur ke arah enam tetua itu.

“Booooooooommm!!!” Ledakan dahsyat akhirnya terdengar.

Kagendra yang sudah menyelesaikan pertempuranya segera berbalik menuju wanita cantik di belakangnya dengan tersenyum teduh.

“Sudah selesai sayang. Mereka kehabisan tenaga dalam setelah menyusun segel jiwa di planet ini. Ini memang merupakan serangan putus asa.” Kagendra menyelesaikan kalimatnya dengan mengusap air mata sang wanita dengan lembut.

Wanita indah itu menutup matanya dan memegang tangan Kagendra dengan halus. Lalu dia membuka matanya dan menatapnya dengan menangis.

“Apa harus begini? Kapan kita akan bertemu lagi? Kau yakin?” Wanita itu berbicara dengan pelan dan terus mengusap-usap tangan Kagendra.

“Ya, harus begini. Ini segel jiwa, aku tak punya cara memecahkanya.” Kagendra tersenyum.

“Aku akan mengkompres jiwaku dengan mencadangkan pengetahuan bela diri dan metode kultivasi (Kanuragan Naga Api Emas Perkasa), sedangkan untukmu aku akan mencadangkan metode kultivasi (Kanuragan Satu Dunia), dan keterampilan sihir penyembuhanmu. Ingatan bela diri hanya akan kembali setelah memasuki ‘Alam Dasar’ atau setidaknya umurmu 6 tahun dan tak akan ada ingatan tentang cinta atau perasaan, termasuk kau juga akan melupakanku.” Wanita elegan itu memandang Kagendra dan mencengkram tangannya dengan ekpsrei kaget.

“Heh, sebentar aku jelaskan. Kau tak akan mengingatku selamanya, sedangkan untukku pada ‘Alam Sadar’ aku akan mengingat pengetahuan bela diriku. Selanjutnya, pada ‘Alam Raja’ aku akan mengingatmu dan hanya aku satu-satunya orang yang akan mencarimu dan mengembalikan ingatanmu.” Kagendra berbicara lagi dengan tanganya masih mengusap-usap pipi wanitanya seakan menunjukkan kasih sayang.

“Ngiiiiiiinnnnnggg...” Suara (segel jiwa) mulai beraktivasi dan terdengar memecah keintiman Kagendra dan wanitanya, seolah mengingatkan bahwa waktu mereka tak lama lagi. Wajah wanita itu berubah cemas. Dia segera menatap Kagendra.

“Baiklah aku mengerti aku akan lahir kembali tanpa mengingatmu dan ingatlah permintaanku. Kau boleh bermain dengan wanita lain, tapi jangan mencintainya. Ingatlah aku permasurimu dan aku tak akan memaafkan tentang adanya selir.” Wanita itu berbicara dengan wajah serius. Kagendra kaget dan segera tertawa.

“Dengan jiwaku apa kau pikir aku gampang tergoda? Tidakkah sampai sekarang hanya kau yang bisa menggodaku? Ahahaha, tapi sudahlah aku masih sangat bersemangat kau akan terlahir kembali. Bukankah kau akan perawan lagi? Aku akan melihat lagi kau merintih saat pertama kali bercinta ahahahaha.” Wanita itu tersipu, wajahnya merah semerah tomat. Ia menunduk malu dan mencubit tangan Kagendra.

“Jangan nakal, tapi aku harap kamu ingat janjimu.” Setelah berbicara wajahnya kembali menatap serius Kagendra.

“Ya\, pasti! Aku juga akan segera menemukanmu An********ya. Kau wanita milikku dan akan selalu menjadi milikku.” Selesai berbicara Kagendra langsung mencium bibir wanitanya. Serangan segera ditanggapi lidah wanitanya. Mereka mencium dengan intim. Tangan Kagendra mulai meluncur ke dalam baju wanitanya dan meremas bukit kembar kelincinya. Tubuh wanita itu bergetar\, matanya tertutup\, dan wajahnya bersemu merah. Segera cahaya putih mulai berkumpul di sekitar mereka dan terbang meninggalkan tubuh mereka.

 

 

Chapter 1

Chapter 1

Aku terbangun, Zen Kagendra

 

Di tengah aula ada seorang anak laki-laki berusia sekitar 6 tahun yang sedang bermeditasi. Aula ini cukup luas untuk puluhan orang dewasa. Jika mereka ingin duduk bermeditasi menyerap energi alam dan menjadikanya energi dalam mereka.

“Hari ini aku terbangun, sudah enam tahun lamanya jiwaku tertidur, tapi sudah berapa tahun sejak kejadian itu?”

“Tunggu, kejadian apa?? Kenapa aku tidak mengingatnya?”

Anak itu mengerutkan kening dan mencoba mencari di antara memori ingatanya. Dia sedikit berkeringat dan masih memejamkan matanya dan terus mencari. Kemudian, ia menghembuskan nafas panjang.

“Aku tidak ingat. Aku hanya tau ingatanku terkompresi dan akan teringat saat aku memasuki ‘Alam Raja’” Anak itu bertanya-tanya tentang apa yang terjadi, tapi dia masih sedikit bingung. Lalu dia menatap ke arah pintu karena terdengar ada langkah kaki yang memasuki aula.

“Tuan Muda Kagendra, sudah waktunya makan siang, Raja memanggil Anda. Silakan mengikuti saya.” Seorang pelayan wanita paruh baya tersenyum berbicara, meski dia tidak cantik, tapi pelayan itu masih wanita yang sedap di pandang.

“Emm” Kagendra mengangguk dan berdiri mengikuti pelayan itu.

Mereka berjalan dengan pelayan memimpin di depan. Setelah melewati beberapa lorong dan taman, Kagendra melihat ada pria paruh baya sedang duduk di meja makan di sebelah taman dengan senyum menyambut Kagendra. Kagendra terus memperhatikan keadaan sekitar dan melihat pria itu dengan senyum.

“Kagendra, kemari ayo makan!” Pria itu tersenyum dan suaranya penuh dengan kasih sayang.

“Ya, Ayah.” Jawab Kagendra dengan tersenyum. Meskipun dia baru ingat kisah masa lalunya, tapi ingatan dia tentang beberapa tahun ini masih jelas. Dia terlahir sebagai putra mahkota Kerajaan Zen. Ayahnya bernama Raja Zen Kuntara. Dia lahir di Kerajaan Zen dan terlahir dengan darah Kerajaan Zen. Keluarga Kerajaan Zen mempunyai ribuan anggota keluarga dan memfokuskan empat puluh persen  untuk pelatihan jalan bela diri dan sisanya mengurus usaha dagang yang membentang antarkerajaan sekitarnya.

Setelah melihat Zen Kagendra duduk di meja makan, pelayan yang menuntun Zen Kagendra segera meninggalkan mereka yang sedang makan siang. Zen Kagendra makan dengan lahap meski tubuhnya kecil, tapi dia merupakan anak yang sangat aktif. Menurut ayahnya, hal yang wajar jika ia makan hampir sama dengan porsi orang dewasa. Setelah mereka berdua makan, ayahnya terpikirkan sesuatu.

“Kagendra, bagaimana? Kau sudah mencapai ‘Alam Dasar’?” Ayahnya berbicara dengan senyum. Kagendra segera mengangguk untuk mengiyakan.

Ayahnya sejenak tertegun, “Bagus-bagus, mencapai ‘Alam Dasar’ pada usia 6 tahun dari semua sepupumu hanya kau satu-satunya yang bisa, dari semua sepupumu yang tercepat hanya ada Zen Ananta, anak pamanmu yang sebanding denganmu, tapi dia masih memasuki ‘Alam Dasar’ pada umur 7 tahun.” Ayahnya sangat riang saat berbicara. Dia benar-benar sangat bangga bahwa anaknya adalah jenius. Zen Kuntara masih terus tersenyum beberapa waktu hingga dia teringat sesuatu dan menatap Zen Kagendra.

“Aku akan memaksukanmu ke Perguruan Menggebrak Bumi, tapi persyaratnya agak ketat. Mereka hanya akan menerima ‘Alam Dasar’ tingkat 6 sebelum berusia 10 tahun. Bagaimana menurutmu? Tentu saja aku akan menyediakan semua sumber dayamu.”

Zen Kagendra menatap ayahnya dan tersenyum, “Aku mampu, tapi sebelum itu aku ingin mengetahui tentang dunia sekitar. Bisakah aku membaca buku-buku tentang dunia? Di mana aku bisa membacanya?” Zen Kagendra berbicara dengan wajah yang menggemaskan.

Ayahnya, Zen Kuntara termenung sejenak lalu segera menanggapi, “Ya tentu saja, kau bisa meminta pelayan untuk mengantarmu ke perpustakaan kerajaan. Di sana juga ada metode-metode bela diri, termasuk metode kultivasi.” Ayahnya sedikit kaget dengan putranya. Meskipun Zen Kagendra bisa berjalan saat umur delapan bulan yang merupakan hal yang menakjubkan untuk sebagian orang, tapi akan sangat aneh bila dia sudah ingin mengetahui hal-hal tentang dunia pada umur 6 tahun. Pada sewajarnya bocah berumur 6 tahun hanya akan bermain setiap hari tanpa memikirkan apa pun.

“Emm, aku akan pergi.” Zen Kagendra mengangguk, tapi sempat berpikir metode kultivasi? Memang ada kultivasi sebanding dengan Kanuragan Naga Api Emas Perkasa? Pikirnya dengan sedikit mengejek. Setelah berbicara dia segera melompat dari kursinya dan menuju ke arah pelayan untuk meminta diantar ke perpustakaan.

Setelah berjalan beberapa menit, dia melihat pintu besar yang bertuliskan “Perpustakaan” di atasnya. Sebelah samping kiri pintu ada pria tua yang menjaga pintu. Pria tua itu tersenyum saat Zen Kagendra datang. Segera Zen Kagendra menuju ke depan pria tua. Pria itu menggunakan pakaian lengan panjang dengan janggut putihnya dia tersenyum ke arah Zen Kagendra yang berada di depannya.

“Anda jarang sekali terlihat di sekitar perpustakaan, apa Anda akan bermain di sini hari ini? Di sini bukan tempat bermain.”

Pria tua itu salah satu dari petinggi di Kerajaan Zen. Dia bertugas sebagai penjaga perpustakaan, tentu saja bisa disebut petinggi karena tidak mungkin orang rendahan Kerajaan Zen diperbolehkan menjaga perpustakaan.

Zen Kagendra lalu tersenyum, “Aku ingin membaca buku pengetahuan tentang informasi dunia ini. Oh ya, ayah juga mengatakan untuk mempelajari keterampilan bela diri dan metode kultivasi. Di sebelah mana aku bisa membacanya?”

Pria tua itu sejenak melihat anak di depanya, lalu dia tertegun bahwa anak di depanya adalah “Alam Dasar” tingkat 1. Meskipun hanya kekuatan sepele, tapi jika itu dimiliki anak berumur 6 tahun itu tandanya dia anak jenius.

“Ahahahah Tuan Muda memang menakjubkan, berumur 6 tahun dan memiliki tingkat kultivasi ‘Alam Dasar’ tingkat 1 itu merupakan sebuah kehormatan untuk keluarga kerajaan. Silakan, saya tidak akan mengulur waktu lagi. Buku pengetahuan umum dunia ada di tingkat satu sebelah kanan, sedangkan untuk buku keterampilan bela diri dan metode kultivasi ada di lantai dua. Ada sedikit buku bela diri, saya yakin Anda akan cepat menemukan yang cocok untuk Anda dan tetap ingat semua buku tidak boleh di bawa keluar. Di lantai dua ada kamar kamar kecil, Anda bisa berlatih di dalam.”

Kagendra tersenyum dan mengangguk. Setelah itu dia langsung menuju sebelah kanan lantai satu perpustakaan. Dia melihat sekeliling dan segera memilih milih buku yang diinginkanya. Tak butuh waktu lama untuk dia menemukan bukunya.

Segera ia menuju meja dan mulai membaca. Dunia ini bernama benua Andalas. Benua dibagi menjadi sembilan provinsi dan puluhan kerajaan disetiap provinsi. Provinsi yang terkecil sampai terbesar bernama Provinsi Padi, Provinsi Besi, Provinsi Sunda Kecil, Provinsi Sunda, Provinsi Kencana, Provinsi Nusa, Provinsi Barus, Provinsi Kute, dan Provinsi Mulk. Kerajaan Zen sekarang berada di bagian utara Provinsi Besi yang merupakan urutan kedua dari yang terkecil. Meskipun Kerajaan Zen berada di provinsi kedua terkecil, itu bukan berarti lemah. Bila terjadi perang antara kerajaan dari provinsi Mulk dengan Kerajaan Zen, meski tidak sama-sama hancur, tapi Kerajaan Zen masih akan mampu membuat kerugian amat besar terhadap kerajaan dari Provinsi Mulk.

Setelah membolak-balik buku, Zen Kagendra tahu bahwa alam bela diri yang dikenal oleh dunia sekarang terdapat 7 tingkatan, yaitu:

1. Alam Dasar (10 tingkat)

2. Alam Prajurit (10 tingkat)

3. Alam Panglima (10 tingkat)

4. Alam Guru (8 tingkat)

5. Alam Guru Besar (8 tingkat)

6. Alam Raja (6 tingkat)

7. Alam Kaisar (6 tingkat)

“Alam Kaisar” di buku tersebut hanya mitos karena hampir tak satupun di dunia ini mampu menempuh “Alam Kaisar.” Dia juga segera mengerti bahwa ayahnya, Zen Kuntara berada di “Alam Guru” tingkat 1. Dia juga agak tertegun karena “Alam Guru” merupakan alam dengan strata tinggi di daerah sekitar. Artinya, kebanyakan orang sekitar bukan lawan ayahnya.

Dia terus membolak-balik buku dengan tanganya, sampai dia menyadari bahwa infomasi tentang dunia dalam buku-buku di perpustakaan masih terbatas. Dia masih tidak mengetahui apa tingkat kekuatanya sebelum bereinkarnasi. Dia bisa mendeskripsikan kekuatanya yang hanya dengan kibasan tangan bisa membelah lautan.

“Apa tingkat kekuatan itu? ‘Alam Kaisar’? Aku kira lebih tinggi, tapi kenapa aku tidak mengingatnya? Kenapa yang kuingat hanya cara bertempur dan metode kultivasi? Apa benar aku akan mengingatnya saat aku masuk ‘Alam Raja’?” Dia masih merenung muram dan tampak lesu, “’Alam Raja’? Bukankah itu alam puncak dunia ini? Sudahlah, abaikan. Selanjutnya, aku akan hanya perlu menjadi kuat dan berlatih.” Gumamnya.

Kagendra meletakkan kembali buku ke rak. Dia mulai berjalan ke lantai dua dan melihat area sekitar. Dia menatap rak metode kultivasi. Rak itu bertingkat tiga, yang paling bawah adalah keterampilan metode kultivasi kelas perunggu rendah & menengah, atasnya lagi metode kultivasi kelas perunggu atas, dan paling atas adalah metode kultivasi kelas perak rendah & menengah.

Metode kultivasi, keterampilan bela diri (jurus, teknik, sihir), dan senjata dibagi menjadi kelas perunggu, perak, emas, berlian dan setiap kelas dibagi menjadi rendah, menengah, dan atas. Bagi kerajaan setidaknya harus ada kelas perunggu karena untuk mendukung setiap generasi mendatang.

Zen Kagendra segera memilih buku buku kelas perak menengah dan disana hanya ada beberapa buku bernama metode “Kanuragan Mekar anggrek merah”, metode “Kanuragan petir langit”, metode “Kanuragan gemuruh angin”, metode “Kanuragan menara api”. Setiap metode bisa mengisi tenaga dalam pada tubuh, membuka, dan memperlancar 18 meridian.

Zen Kagendra kaget. Lalu bergumam, “Hanya 18? Sedangkan ‘Kanuragan Naga Api Emas Perkasa’ bisa membuka 52? Lalu tingkat apa itu? Berlian? Atau lebih tinggi? Cih, lalu siapa aku sebenarnya dikehidupan sebelumnya?”

Chapter 2 Berlatih

Chapter 2

Berlatih

 

Setelah membolak-balik halaman buku metode kultivasi, Zen Kagendra memutuskan untuk tidak memilih satupun alasanya karena metode kultivasi “Kanuragan Naga Api Emas Perkasa” yang ada di ingatanya jauh lebih baik daripada metode yang ada di perpustakaan.

“Selanjutnya, biar aku lihat rak-rak keterampilan bela diri di sini.”

Zen Kagendra segera menuju rak keterampilan bela diri, rak itu berada di sisi lain rak metode kultivasi. Di sana ada tiga rak berdiri dan masing-masing rak terdiri dari empat tingkat. Rak pertama adalah keterampilan bela diri teknik gerakan. Rak kedua adalah keterampilan teknik memperkuat tubuh, sedangkan rak ketiga adalah keterampilan beladiri jurus serangan.

“Em, tidak ada keterampilan bela diri sihir? Sepertinya memang langka, di ingatan masa laluku pun pendekar pengguna sihir juga langka.”

Zen Kagendra tidak memikirkanya lebih lanjut dan memulai dari rak pertama untuk memilih teknik gerakan. Segera dia menyapu pandanganya pada buku-buku di rak paling atas yaitu buku kelas perak menengah dan rendah. Dia membacanya satu persatu yang menarik perhatianya dan mulai membolak-balik halaman buku. Keterampilan “Teknik Gerakan Kaki Petir” merupakan keterampilan bela diri kelas perak rendah. Keterampilan teknik itu dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap pertama bergerak sepuluh langkah hanya dalam sekejap, tahap kedua bergerak dengan akselerasi bagai sambaran petir, ketiga berakselersi kapan pun bukan lagi hambatan, dan tahap empat merupakan puncak ketika berakselerasi akan menimbulkan suara-suara sambaran petir untuk menakuti lawan.

Keterampilan teknik gerakan “Teknik Bayangan Hantu” merupakan kelas perak menengah yang dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama bergerak ke sekitar akan semudah bagai hanya membutuhkan keinginan, tahap kedua akselerasi gerakan akan sulit dilihat oleh mata, dan tahap ketiga setiap gerakan akan berakselerasi bagai ledakan, tapi aura kultivator akan disenyapkan hingga sulit untuk dideteksi. Zen Kagendra merenungkan sejenak memikirkan antara dua keterampilan gerakan.

“Bukankah akan lebih baik teknik gerakan ‘Teknik Bayangan Hantu?’ Bila dikombinasikan dengan pengalaman bertarungku, aku kira cukup bagus.” Setelah memilih keterampilan teknik gerakan “Teknik Bayangan Hantu” dia menuju ke rak keterampilan perkuatan tubuh.

Di rak keterampilan teknik perkuatan tubuh hanya ada satu keterampilan kelas perunggu menengah dan satu keterampilan teknik kelas perak menengah. Tanpa membuka dan memeriksa keterampilan perunggu lebih lanjut, dia langsung membuka keterampilan perkuatan kelas perak menengah “Teknik 9 Dinding Tubuh Permata.” keterampilan ini dibagi menjadi 9 tahap, tahap pertama memperkuat kulit, tahap kedua memperkuat daging, tahap ketiga memperkuat tulang, tahap keempat kekuatan fisik akan bertambah dua setengah kali, tahap kelima tubuh akan tahan terhadap dingin yang ekstrim, tahap keenam tubuh akan tahan terhadap panas magma, tahap ketujuh tubuh akan tahan terhadap serangan senjata kelas perak atau sejenis, tahap kedelapan pemulihan tubuh akan tiga kali lebih cepat, tahap kesembilan tubuh akan sekuat permata untuk menahan setiap ledakan.

Zen Kagendra untuk sementara tertegun dan bergumam, “Bukankah ini berlebihan? Ini hanya keterampilan kelas perak menengah kan?” Saat memikirkanya dia hanya membolak-balik halaman buku. Tiba di halaman terakhir, dia menemukan potongan kertas yang di situ tertulis, “Buku adalah keterampilan kelas emas menengah, tapi selama ini tidak ada yang pernah menguasainya lebih dari tahap keempat, maka pada dasarnya buku akan dianggap sampah bila dikategorikan kelas emas menengah.”

Setelah membaca mata Zen Kagendra bersinar terang, dengan penuh kegembiraan dia segera mengambil buku itu dan menuju rak keterampilan tempur yang berada di sebelah rak keterampilan perkuatan tubuh. Pada rak keterampilan tempur jumlah buku-buku lebih banyak dari keterampilan gerakan dan keterampilan perkuatan tubuh. Segera Zen Kagendra tidak repot-repot melihat buku yang peringkat rendah dan dia langsung melihat keterampilan tempur kelas perak menengah dan rendah.

Keterampilan “Jurus Tinju Bara Api”, “Jurus Tinju Ledakan”, “Jurus Tendangan Bermata Tujuh”, “Jurus Tombak Penggebrak”, “Jurus Bayangan Panah”, dan “Jurus Mata Jiwa”.  Zen Kagendra terus mengacak-acak tumpukan buku. Pada tumpukan terakhir akhirnya dia melihat buku berjudul “Jurus Pedang Ankara”. Dia membuka dan membacanya. Pada buku itu tertulis bahwa keterampilan “Jurus Pedang Ankara” tidak memiliki batas akan berkembang berdasarkan keahlian pengguna. Setiap gerakan yang ditulis pada buku adalah gerakan awal yang setiap segmen bisa dikembangkan.

Mata Zen Kagendra cerah, “Bukankah ini cocok untukku? Tapi bukankah ini lebih cocok di sebut ‘Teknik’ daripada ‘Jurus’? Atau mungkin karena keterampilan ini lebih bebas digunakan untuk menyerang? Yah, mungkin itu.” Zen Kagendra terus membolak-balik halaman buku keterampilan “Jurus Pedang Ankara”.

“Beradasarkan ingatanku aku sangat kuat, tapi aku tidak punya ingatan keterampilan bela diri apapun selain metode kultivasi ‘Kanuragan Naga Api Emas Perkasa’. Jika keterampilan ini berdasarkan keahlianku aku bisa mengembangkanya ke tingkat yang sangat tinggi. Aku pilih ini.” Dia mengambil buku keterampilan tempur “Jurus Pedang Ankara”, “Teknik Bayangan Hantu”, dan memegangnya bersama “Teknik 9 Dinding Tubuh Permata”. Setelah memilih semua keterampilan, dia menuju kamar pelatihan di lantai dua dan segera mulai pelatihan tertutup.

Di dalam kamar pelatihan Zen Kagendra mulai pelatihan. Dia bersila dengan posisi meditasi dan mulai mengoperasikan “Kanuragan Naga Api Emas Perkasa,” Semua energi alam disekitarnya tersedot olehnya dalam kecepatan yang mengagumkan dan mengisi dantian yang kosong.

“Nguuuung.” Suara berdengung berasal dari dantian Zen Kagendra.

Energi alam mulai membanjiri dantian Zen Kagendra. Setiap energi yang masuk merambat ke meridian. Otot-otot Zen Kagendra mulai merekronstuksi setiap sel pada tubuhnya. Tulang-tulangnya mulai tersentuh energi emas. Meskipun dia masih dalam kondisi bermeditasi dan matanya masih tertutup, senyum di bibirnya tidak bisa disembunyikan.

Setiap energi emas merekonstruksi bagian tubuhnya, terutama tulang karena sesuai namanya metode kultivasi “Kanuragan Naga Api Emas Perkasa”. Energi yang masuk dalam tubuhnya akan diubah menjadi berwarna emas dan tulangnya direkronstruksi berubah menjadi tulang sekuat naga.

Beberapa jam berlalu hingga malam tiba Zen Kagendra masih pelatihan tertutup di kamar perpustakaan lantai dua. Sementara itu di luar perpustakaan, ayahnya Zen Kuntara sedang membuka pintu dan memasuki ruang perpustakaan.

“Raja apa yang bisa saya bantu?” Tanya pria tua penjaga perpustakaan

“Apa Kagendra kemari? Dia belum kembali ke kamarnya sejak siang tadi. Aku menyuruhnya membaca beberapa buku di perpustakaan.” Zen Kuntara bertanya dengan wajah cemas.

Pria tua tersenyum dan menjawab “Raja, Tuan Muda Zen Kagendra berada di kamar pelatihan lantai dua. Dia sudah di sana sejak siang tadi. Apa perlu saya memanggilnya untuk menghadap Raja?”

Zen Kuntara tertegun sejenak lalu berbicara, “Benarkah? Anak itu? Tidak perlu, biarkan saja dia di sana sampai dia bosan dengan pelatihanya. Jika Anda ingin beristirahat, Anda bisa bergantian dengan petinggi yang lain.”

“Baik Raja.” Pria tua itu menjawab sopan.

Zen Kuntara langsung berbalik meninggalkan pintu perpustakaan sambil berjalan dia bergumam, “Apakah anakku benar-benar jenius? Umurnya hanya berapa? Dia bahkan lebih rajin berlatih dari anak yang beberapa tahun lebih tua darinya.” Zen Kuntara menggeleng sambil tersenyum dan melanjutkan langkahnya meninggalkan perpustakaan.

Pada saat ini Zen Kagendra sudah mulai membuka matanya dan mengamati perubahan ekstrim pada tubuhnya. Dia tersenyum lalu bergumam, “Bagus, aku sudah mencapai ‘Alam Dasar’ tingkat 1 puncak hanya dengan sedikit usaha dan aku akan mencapai tingkat 2.” Dia benar-benar senang dengan perubahan kekuatanya.

“Tapi aku cukup kenyang untuk mengoperasikan ‘Kanuragan Naga Api Emas Perkasa’ lagi. Biarlah sementara aku coba untuk berlatih keterampilan ‘Teknik Bayangan Hantu’ dan ‘Jurus Pedang Ankara’” Zen Kagendra berbicara untuk dirinya sendiri.

Metode pelatihan untuk keterampilan bela diri sangat berbeda dengan keterampilan metode kultivasi, untuk metode kultivasi dia hanya perlu menyalurkan energi alam ke dantianya, sedangkan untuk keterampilan bela diri normalnya dia harus membuat gerakan-gerakan yang sesuai dengan buku keterampilan.

Bagi Zen Kagendra aturan itu tidak berlaku karena dia mempunyai kemampuan presepsi tajam dari ingatan kehidupan masa lalunya. Dia hanya perlu menyimulasikan semua gerakan ke dalam pikiranya. Kemudian, kemampuan itu akan diserap oleh otaknya dan otomatis disinkronkan dengan tubuhnya bila ia akan menggunakannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!