NovelToon NovelToon

Penikahan Rahasia Sepasang Anak SMA

Coming Home

WARNING!!

WAJIB LIKE DI SETIAP BAB!!

Happy reading😘😘

.

.

"Papi I'm coming home," teriak Ayura sesaat setelah keluar dari mobil yang di tumpanginya.

Ayura Kazumi Aditama anak kedua dari keluarga Aditama. Gadis dengan kulit putih bersih itu berlari menghampiri dan memeluk papinya yang sejak tadi sengaja berdiri di depan pintu utama rumah untuk menyambut kedatangan ke dua anak kesayangannya.

"Kangen.... " ucap Ayura begitu manja pada sang papi.

"Papi juga kangen kamu," sahut Genta Aditama balas memeluk putri bugsunya.

"Gak usah berlebihan deh Ra. Baru juga seminggu yang lalu ketemu papi," ucap Hiro yang kini sedang berjalan ke arah mereka dengan menarik dua buah koper berukuran cukup besar di tangannya.

"Kak Hiro apaan sih, orang Yura beneran kangen sama papi. Jangankan seminggu, sehari gak ketemu aja Yura udah kangen berat," sahut Ayura masih bergelayut manja di lengan papinya.

Kedua kakak beradik itu memang tinggal terpisah dengan papi nya hampir 2 tahun ini. Hiro dan Ayura memilih menuntut ilmu di negeri sakura dimana tempat mendiang ibunya dilahirkan.

"Kalau sehari kangen trus ngapain kamu ikut kakak tinggal di Tokyo selama hampir 2 tahun ini?" tanya Hiro sinis. "Papi gimana kabarnya sehat?" tanya Hiro pada papinya sambil memeluk sekilas.

"Yee... itu mah beda cerita. Yura kan disana sekolah, menuntut ilmu biar pinter. Lagian emang cuma kak Hiro doang yang mau pinter sendiri dengan sekolah disana?"

Hiro Kazuki Aditama usia berbeda 6 tahun dengan adiknya dan sekarang sedang melanjutkan S2 nya di Tokyo International University.

"Sudah-sudah kalian itu baru nyampe malah ribut. Mending sekarang kalian masuk dan istirahat. Pasti capek kan tujuh jam lebih diperjalanan," ucap Genta memotong perdebatan sepasang anak kesayangannya.

"Halah kamu mah ikut kakak ke Tokyo biar bisa liatin bunga sakura tiap musim semi," ucap Hiro yang kini masih ingin melanjutkan perdebatan mereka.

"Hiro udah jangan dilanjut lagi, sekarang kalian masuk," sahut Genta tegas dan mau tidak mau Ayura dan Hiro mengikuti langkah papinya yang kini sudah masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

Suasana rumah terlihat sedikit ramai. Banyak orang yang tidak Ayura kenal sibuk berlalu lalang hingga membuat rasa ingin tahunya meronta-ronta. Apalagi saat tadi dia mengambil minum di dapur, Ayura melihat halaman belakang rumah, dimana kolam renang dan taman yang cukup besar sudah dihias dengan bunga-bunga segar.

"Papi ngadain pesta? Kok halaman belakang udah disulap jadi kayak tempat pesta," tanya Ayura setelah mendudukan tubuhnya di sofa samping papinya setelah tadi sempat melihat-lihat suasana halaman belakang rumahnya.

"Iya sayang, ini pesta untuk kamu," ucap Genta pada sang putri.

"Ya ampun papi, Yura gak nyangka papi sweet banget nyampe ngadain pesta buat nyambut kedatangan putri papi yang paling cantik ini. Padahal kan Yura disini cuma buat liburan aja," sahut Ayura langsung memeluk lengan papinya dengan manja.

"Cihh,, dasar bocah," decih Hiro saat melihat kelakuan manja adik satu-satunya itu.

"Yura sayang, papi mau ngomong sesuatu ke Yura boleh?" tanya Genta tiba-tiba dengan mode serius.

"Boleh dong, gak ada larangan untuk papi Yura yang gantengnya melebihi Lee Min-Ho ini untuk ngomong apapun ke Yura," jawab Ayura yang masih bermanja-manja dengan papinya. Ibu Genta memang asli korea jadi jangan heran jika wajah Ayura dan Hiro lebih condong ke wajah-wajah korea karena ternyata gen dari papinya lebih kuat.

"Apa papi boleh minta sesuatu ke Yura?" tanya Genta lagi.

"Boleh papi boleh. Asal jangan minta duit. Soalnya Yura gak punya," jawab Ayura sambil terkekeh.

"Ngak sayang papi gak minta uang kamu. Uang papi juga masih banyak banget. Kalau Yura hitung semalaman juga gak bakalan selesai," sahut Genta sambil terkekeh. Dia yang awalnya ingin berbicara serius justru ikut terbawa suasana tidak jelas karena putrinya.

Celoteh-celotehan absrud inilah yang selalu di rindukan oleh Genta semenjak dua tahun lalu, saat Ayura memutuskan untuk menyusul kakaknya ke negara Jepang dan memilih untuk menuntut ilmu disana dibanding tinggal berdua bersama papinya. Alasannya pun cukup masuk akal, yaitu karena papinya sering pergi ke luar kota atau bahkan ke luar negeri dan akhirnya membuat Ayura kesepian.

"Yura juga gak mau kali ngitungin duit papi, kecuali duitnya dikasih ke Yura baru deh Yura dengan senang hati ngitungnya."

"Dasar mata duitan," sahut Hiro yang sejak tadi pandangan matanya fokus pada ponsel namun tetap ikut menyimak pembicaraan dua orang kesayangannya.

"Bukan mata duitan kakakku yang ganteng. Tapi ini namanya realistis. Karena sekarang apa-apa harus pakai duit. DUIT," ucap Ayura dengan menekan kata duit dikalimat yang dia ucapkan.

"Kalian ini malah mulai debat lagi debat lagi. Kalau gini kapan papi ngomongnya?" tanya Genta. Bukan sesuatu yang aneh jika kedua anaknya itu selalu berdebat saat sedang bersama. Dan itu bukan berarti mereka tidak saling menyayangi. Karena pada kenyataannya Ayura sangat dimanja oleh kakak laki-lakinya itu.

"Aduh.. aduh.. papi aku jangan ngambek dong. Nanti gantengnya ilang loh. Kan sayang kalau duit papi harus dipakai untuk operasi plastik cuma buat memperbaiki wajah papi yang jelek gara-gara ngambek. Mending duitnya dikasihin ke Yura. Iya gak kak?" ucap Ayuna meminta persetujuan kakaknya sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya ke arah papi Genta.

Sedangkan Hiro hanya cuek dan tidak lagi memperdulikan ucapan adiknya yang menurutnya tidak penting sama sekali.

"Udah jangan bercanda mulu. Sekarang papi beneran mau ngomong serius sama kamu," ucap papi Genta dengan tegas.

"Iya pi..... papi mau ngomong apa?" tanya Ayura dengan mode serius karena melihat wajah papinya yang sudah Ayura pastikan tidak bisa lagi di ajak bercanda.

"Yura nanti malam bukan pesta penyambutan kedatangan kalian berdua. Tapi nanti malam adalah acara pertunangan kamu dengan - "

"Bhuahhahah ...... " seketika tawa Ayura pecah hingga suara tawanya pun memenuhi seisi ruang keluarga bahkan sebelum Genta menyelesaikan ucapannya. "Papi bercanda ya, mana ada Yura tunangan malam ini. Pacar aja Yura gak punya, masa iya malem ini tunangan," sahut Ayura masih diiringi dengan sisa tawanya dan gelengan kepala.

"Papi serius Yura," ujar papi Genta dan dapat Ayura lihat jika tidak ada kebohongan dimata pria paruh baya yang menyandang status sebagai papi kandungnya itu.

"Kakak,, ini prank kan. Papi sama kak Hiro lagi ngeprank Yura kan?" tanya Ayura pada sang kakak yang sejak tadi tidak memberi respon apapun atas ucapan sang papi.

"Kakak jawab Yura," pekik Ayura kesal karena tidak mendapat sahutan dari kakaknya.

"Bener Ra, malam ini pertunangan kamu dengan Fano. Kalian bahkan sudah di jodohkan oleh mami sejak kamu masih kecil," sahut Hiro yang kini sudah mengalihkan pandangan matnya ke arah Ayura.

*Duuaar**r*...

Bagai di sambar petir disiang bolong. Ayura hanya bisa diam mematung mendapati kenyataan jika malam ini dia harus bertunangan. Bahkan entah dengan siapa Ayura sendiri tak tau.

Grafano Arriel Darmawangsa

"Papi Yura gak mau tunangan sama orang yang gak Yura kenal," ucap Ayura sambil merengek pada papi Genta dengan memasang wajah memelas.

Tunangan? Itu bahkan belum ada di planning Ayura untuk lima tahun kedepan. Dan sekarang dengan mudahnya papi Genta menyuruhnya untuk bertunangan dengan pria yang bahkan belum dia kenal. Hah.. apa kata dunia jika seorang F-girl seperti dirinya harus bertunangan dengan pria asing. Bisa-bisa langsung bubar pertenakan buaya yang selama ini Ayura bangun.

"Kamu nanti juga akan mengenalnya sayang. Dia teman kakakmu saat SMA. Kamu pasti udah pernah ketemu karena dia pernah dateng kesini saat kakakmu masih SMA," ucap papi Genta menjelaskan.

"Temen kak Hiro? Yang mana? Ganteng gak?" tanya Ayura tiba-tiba menjadi penasaran.

"Ganteng sayang. Ganteng banget. Lagian mana mungkin papa cari calon suami yang jelek untuk putri papa yang cantik ini," jawab papi Genta meyakinkan. "Kalau gak percaya minta kakakmu buat tunjukin foto Fano," ucap papi Genta memberi saran.

"Emang bener kak calon tunangan aku ganteng?" tanya Ayura lagi tapi kini pada sang kakak laki-laki.

"Hmmm.... " sahut Hiro dengan deheman. Dia memang sangat tahu jika adiknya itu pemuja good looking. Jadi saat papi Genta memberi tahu jika Ayura akan dijodohkan dengan Grafano Arriel Darmawangsa sahabat SMAnya, membuat Hiro yakin jika tidak akan susah untuk membujuk adiknya agar mau menerima pertunangannya malam ini.

"Tapi tunggu dulu deh pi. Yura kan masih kecil. Yura gak mau di jodohin," ucap Ayura kembali menolak perjodohannya.

"Usia kamu sudah tujuh belas tahun lebih Yura. Bahkan beberapa bulan lagi kamu ulang tahun ke delapan belad. Kamu bukan anak kecil lagi, inget kamu itu udah punya KTP," sahut papi Genta mengingatkan.

"Tapi Yura gak mau papi," ucap Ayura memohon. "Yura masih pengen kayak yang lain menikmati masa-masa remaja Yura," ucapnya kemudian.

"Kamu masih bisa menikmati masa-masa remaja kamu Yura. Ini cuma pertunangan. Karena pernikahan kamu akan di adakan setelah kamu lulus SMA. Itu artinya masih ada waktu satu tahun lebih. Kamu masih punya cukup banyak waktu untuk bersenang-senang menikmati masa remajamu."

"Tapi kenapa harus Yura sih pi? Anak papi kan dua. Kenapa gak kak Hiro aja yang di jodohin. Kak Hiro kan lebih tua dari Yura dan belum bertunangan apalagi menikah. Bahkan sebentar lagi udah mau lulus magister. Kak Hiro udah cocok baget jadi suami idaman. Sedangkan Yura? SMA aja belum lulus, gimana bisa jadi istri idaman?" ucap Ayura memberi papi Genta pilihan agar kakaknya yang di jodohkan.

"Keluarga Darmawangsa hanya memiliki dua anak laki-laki Yura. Kamu pikir mereka mau menjodohkan putra mereka dengan kakakmu. Yang benar saja kamu itu," sahut papi Genta sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi Yura tetep gak mau pi. Gimana kalau papi nikah lagi terus buatin Ayura adik perempuan, biar nanti adik Yura yang di jodohin. Ehh.. tapi kelamaan juga kalau nunggu adik Yura gede," ucap Ayura dan kembali memikirkan ide lain. "Emm.. kalau gak, mending sekarang papi adopsi anak cewek aja. Mumpung sekarang masih sore," ucap Ayura kembali memberikan sebuah ide yang tak masuk akal.

Genta kembali menggelengkan kepala sambil memijat dahinya, dia merasa pusing saat mendengar ide tak wajar dari putrinya. "Maafin papi sayang, tapi ini semua permintaan terakhir mendiang mamimu. Jadi papi mohon kamu mau ya kabulin permintaan mamimu."

"Tapi sekarang mami udah gak ada pi," ucap Ayura lirih.

"Yura... mamimu memang sudah pergi ninggalin kita tapi bukan berarti kamu melepas baktimu padanya," ucap papi Genta tegas. "Dan mau tidak mau nanti malam kamu harus bertunangan dengan Fano." Papi Genta berdiri dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan ke dua anaknya.

"Papi.. " panggil Ayura sambil berteriak. "Papi maafin Yura. Tapi tolong dengerin Yura. Ayura gak mau dijodohin," teriak Ayura frustasi namun tidak di gubris sama sekali oleh papi Genta.

Hiro yang sejak tadi diam menyimak perdebatan antara papi dan adiknya pun kini merasa tak tega melihat adiknya yang sudah terlihat sangat tertekan. Dia berjalan mendekati adiknya dan langsung memeluknya.

"Yura gak mau tunangan kak. Yura gak mau," ucap Ayura dengan suara parau karena tiba-tiba dia mulai mengeluarkan bulir kristal dari kedua sudut matanya.

Hiro mengusap punggung Ayura dengan lembut berharap bisa memberi ketenangan untuk adiknya.

"Yura mau dengerin saran kakak?" tanya Hiro sesaat setelah merasa Ayura mulai tenang. Ayura menganggukan kepalanya dan bersiap mendengar saran dari kakak kesayangannya.

"Kamu terima ya perjodohan ini ya," ucap Hiro pelan.

"Kakak kok ngomong gitu?" Seketika itu juga Ayura langsung melepas pelukan Hiro dan menatap wajah sang kakak. "Kak Hiro udah gak sayang sama Yura lagi?" tanya Ayura lirih.

"Justru karena kakak sayang Ayura. Kakak udah kenal betul siapa Fano. Dia orang yang baik. Kakak yakin dia laki-laki yang tepat untuk kamu," ucap Hiro menjelaskan tentang calon tunangan adiknya.

"Tapi Yura gak mau kak," ucap Ayura lirih dan masih kekeh tidak mau di jodohkan.

"Dia ganteng loh. Sesuai tipe idaman kamu," ujar Hiro kembali membujuk adiknya.

"Mau seganteng Cha Eun Woo kalau aku gak mau ya gak mau," sahut Ayura tegas. "Kalian udah gak sayang lagi sama Yura," ucap Ayura dan kembali menangisi nasibnya.

"Tapi Ra, ini permintaan terakhir mami sebelum meninggal," ucap Hiro lirih.

"Yura gak mau kak. Ayura masih pengen sekolah. Ayura juga pengen kuliah seperti kakak. Yura masih pengen seneng-seneng sama temen-temen Yura. Tapi kenapa? Kenapa papi dan kak Hiro gak mau ngertiin keinginan Yura," ucap Ayura yang sudah mulai kesal. Dia bangkit dari duduknya dan berlari ke arah tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Bahkan teriakan kakaknya yang terus memanggil namanya, dia abaikan.

Brakk...

Ayura membanting pintu kamarnya karena begitu kesal. Dia berjalan menuju ranjang dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang miliknya.

Ayura membalikan tubuhnya dan tengkurap. Dia membenamkan wajahnya di bantal dan membekap mulutnya lalu berteriak sekencang-kencangnya.

"Aaahhhhh.......... "

Ya.. itu adalah salah satu kebiasaan Ayura. Dia lebih suka meluapkan kekesalannya dengan berteriak karena setelah melakukan hal itu membuat perasaannya menjadi lebih lega.

"Maafin Yura mi. Tapi Yura gak mau dijodohin. Apalagi harus bertunangan dengan orang yang gak Ayura kenal. Yura benar-benar minta maaf jika kali ini harus ngecewain mami," ucap Ayura lirih. Dan kali ini dia kembali menangis. Cengeng? Tentu saja tidak. Karena Ayura hanya akan menangis saat dia mengecewakan keluarganya. Apalagi sekarang bukan hanya papi dan kakaknya yang akan kecewa. Tapi juga mendiang maminya, sang pencetus perjodohan.

Mencetus Sebuah Ide

Ayura mendudukan tubuhnya di atas ranjang setelah puas menangisi nasibnya yang malam ini harus bertunangan. Lagi dan lagi kata bertunangan sungguh membuat Ayura sangat kesal.

"Ini itu udah abad kedua puluh satu. Teknologi udah semakin canggih. Dan gue bisa dengan mudah cari pasangan di dunia maya sana. Bahkan sudah cukup banyak aplikasi pencari jodoh yang di buat dan bisa di akses dengan sangat mudah. Tapi ini kenapa bisa-bisanya papi jodohin gue segala. Trus dengan seenak hatinya nyuruh gue tunangan malam ini juga sama orang yang sama sekali gak gue kenal. Apa papi kira ini zaman Siti Nurbaya? Huh... " dengus Ayura dengan kesal.

"Gak boleh. Ini gak boleh di biarin. Ini namanya melangar hak asasi manusia. Dan gue sebagai warga masyarakat yang baik harus menghentikan pertunangan tak masuk akal ini sekarang juga," ucap Ayura dengan berapi-api penuh semangat. "Tapi gue harus gimana ya?" gumam Ayura dan seketika itu tubuhnya kembali lemas saat otaknya yang kelewat cerdas tidak bisa memberikan ide sama sekali.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Ayura yang tengah fokus memikirkan cara untuk membuat acara pertunangannya gagal.

"Eisshh... siapa sih ganggu aja," gumam Ayura kesal. Dengan malas dia turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamarnya.

"Siapa?" tanya Ayura sebelum akhirnya memutar gagang pintu lalu menarik dan membuka pintu kamarnya. Dilihatnya seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah bi Sari sang asisten rumah tangga di kediamannya.

"Ada apa Bi?" tanya Ayura to the poin. Dia masih begitu sibuk memikirkan cara untuk menggagalkan acara nanti malam dan saat ini bi Sari dengan wajah tanpa rasa bersalah berdiri di depannya dengan tersenyum lebar.

Hah... sebenarnya tak ada yang salah dengan senyum bi Sari, hanya saja karena mood Ayura yang sedang down membuat dia kesal saat ada orang lain yang terlihat bahagia disaat dirinya begitu menderita.

"Maaf nona. Bibi hanya mau nganter koper milik nona Yura saja," ucap bi Sari sambil melirik koper ditangannya.

"Ya udah Bi bawa masuk aja. Dan tolong sekalian rapiin di lemari ya," pinta Ayura pada bi Sari.

Ayura kembali masuk ke kamar diikuti bi Sari di belakangnya. "Yura mau mandi dulu Bi, nanti kalau Bi Sari udah selesai boleh kalau mau langsung keluar," ucap Ayura lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi di sudut kamarnya.

Ayura mulai mengisi bathub dengan air hangat hingga penuh lalu menambahkan beberapa tetes essential oil beraroma lavender kesukaannya.

Ayura masuk kedalam bathub dan menengelamkan tubuhnya hingga ke leher. Ayura sedikit memijat tubuhnya yang terasa pegal karena perjalan dari Tokyo ke Jakarta yang memakan waktu cukup lama.

Ayura menghirup lebih dalam aromaterapy yang dihasilkan dari *essential oi*l dan berhasil membuatnya merasa lebih rileks. Cukup lama Ayura berendam sambil memikirkan cara untuk menggagalkan pesta pertunangannya. Hingga pada akhirnya usahanya pun tak sia-sia. Karena berkat aroma lavender berhasil membuat otaknya rileks dan saat ini bisa mencetus sebuah ide cemerlang.

Ayura segera bangkit dari bathub dan membilas tubuhnya dengan kucuran air shower. Dan setelah memakai bathrobe, Ayura langsung keluar dari kamar mandi dan berjalan cepat menuju walk-in closet untuk berganti pakaian.

"Nona sudah selesai mandinya?" tanya bi Sari saat Ayura hampir masuk ke dalam walk-in closet.

"Haisshh... Bi Sari ngagetin Yura aja." Ayura mengelus dadanya karena tidak menyangka jika bi Sari masih berada di dalam kamarnya. "Kenapa Bibi masih disini?" tanya Ayura heran, apalagi saat melihat disebelah asisten rumah tangganya itu berdiri dua orang wanita cantik yang sama sekali tidak Ayura kenali. "Dan siapa mereka?" tanya Ayura sambil menujuk wanita yang sejak tadi tersenyum kearahnya.

"Maaf nona saya di suruh tuan Genta untuk mengantar mereka. Dan kedua wanita cantik ini adalah MUA yang akan membantu nona bersiap-siap untuk acara pertunangan nanti malam," ucap bi Sari menjelaskan.

Ayura menghela nafas panjang. Jika dia menolak mentah-mentah kedua wanita didepannya ini bisa-bisa rencananya untuk menggagalkan acara pertunangan malam ini akan gagal.

"Acaranya jam berapa?" tanya Ayura.

"Jam delapan malam nona. Kita masih punya waktu dua jam untuk bersiap-siap," jawab salah satu dari wanita cantik yang bertugas membantunya bersiap.

"Baiklah. Selesaikan dalam waktu satu jam atau gue gak mau dirias sama sekali," sahut Ayura lalu berjalan menuju meja riasnya.

"Tapi nona......" ucap mereka ragu.

"Cepat," potong Ayura dengan cukup tegas.

Kesal? tentu saja kedua wanita itu kesal. Bagaimana tidak, wanita di depannya hanya seorang gadis remaja namun dengan seenak jidatnya memberi perintah. Tapi apa boleh buat. Mereka kesini untuk bekerja, jika tidak menurut pada sang pemberi job bisa-bisa mereka pulang tanpa dibayar sepeserpun.

"Kalian dengar tidak sih, aku bilang cepat," ucap Ayura mulai kesal. Bagaimana tidak waktu tinggal dua jam lagi tapi kedua wanita itu justru masih berdiri di tempatnya tanpa melakukan apapun.

'Ini kalau mereka lama bisa-bisa gagal rencana gue,' batin Ayura.

Kedua MUA yang bertugas merias El pun berjalan mendekat dan mulai melakukan tugas mereka masing-masing.

"Kalau begitu Bibi kembali kebelakang dulu Non. Kalau nona Ayura butuh sesuatu boleh langsung panggil saja," ucap bi Sari bersiap keluar dari kamar Ayura.

"Tunggu Bi," cegah Ayura saat bi Sari sudah membuka pintu kamarnya.

Bi Sari membalikan badan dan menatap ke arah nonanya. "Ada yang bisa Bibi bantu non?"

"Ada Bi ada... " sahut Ayura cepat. "Tolong bawakan semua sprei milik Yura kesini Bi," pinta Ayura pada bi Sari.

"Baik non," jawab bi Sari. Ya walaupun dia merasa aneh dengan permintaan Ayura. Tapi dia tetap berjaln ke walk-in closet dan membuka sebuah lemari yang berisi cukup banyak sprei dengan berbagai motif dan warna yang beraneka ragam. Lalu membawanya ke nonanya.

"Ini mau di taruh mana non sprei-spreinya?" tanya bi Sari yang baru kembali dengan setumpuk sprei di tangannya.

"Taruh ranjang Bi, tapi sebelum itu tolong Bibi ikat dan kaitkan setiap sprei ke sprei yang lainnya. Tolong di buat jadi kayak tali panjang gitu Bi," ucap Ayura sambil menatap bi Sari dari balik cermin.

"Hah... ? Memang buat apa non sprei dibuat jadi tali panjang," tanya bi Sari heran.

"Sudah Bi Sari gak usah banyak tanya. Atau Ayura gak bakalan mau lanjutin riasnya dan bakalan ngikat sprei-sprei itu sendiri," ucap Ayura sedikit mengancam. Dan mau tak mau akhirnya bi Sari pun melakukan perintah nonanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!