Prolog
Namanya Raisa Ekasuci, anak pertama dari tiga bersaudara. Hidup di lingkungan serba sederhana. Mempunyai orang tua yang terlalu over protective, dan selalu mengatur hidupnya membuat dia jenuh.
Seringkali Raisa merasa bosan, karena terus hidup dengan banyak aturan. Padahal dia juga ingin bebas seperti teman sebaya lainnya. Berpergian dan bermain bersama-sama dengan teman-temannya. Merasa bosan akhirnya Raisa mencari cara untuk keluar rumah setiap harinya yaitu mempunyai seorang pacar. Yang mungkin Raisa belum paham tentang pacaran, walaupun usianya sudah beranjak remaja.
Faisal Irawan seorang laki-laki dengan usia lima tahun lebih tua dari Raisa. Dia adalah orang yang di buat alasan oleh Raisa untuk dapat keluar dari rumah.
Jika Raisa merasa suntuk dan bosan di rumah, dia selalu beralasan ingin menemui Faisal.
Hanya Faisal, laki-laki yang berani berkunjung ke rumah Raisa. Padahal pemuda di daerah rumah Raisa, sangat ingin sekali berkenalan dengannya. Namun karena melihat wajah ayahnya yang kelihatan garang, para pemuda di kampung Raisa jadi pesimis dan takut.
Faisal pemuda yang di kenal Raisa, saat main ke rumah temannya. Saat Raisa bermain ke rumah Lina, kebetulan berpapasan dengan Faisal.
Sejak saat itu, Faisal sering mengirim pesan dan salam kepada temannya.
Raisa kini, sudah menyelesaikan pendidikan jenjang SMA. Dia bahagia, karena akan melamar pekerjaan, dan mempunyai penghasilan sendiri. Dengan begitu, dia bisa bebas berpergian kemana saja.
Awal kisah
Saat pulang sekolah, Raisa di jemput oleh Faisal.
" Selamat, ya! Kamu, sudah lulus sekolah," ucap Faisal yang menjemput Raisa di sekolah.
Faisal sudah mengenal Raisa sejak setahun silam. Usianya lebih tua lima tahun dari Raisa.
Raisa dekat dengan Faisal, karena pernah bermain ke rumah temannya yang bernama Lina.
Mulai dari menyampaikan salam, lalu akhirnya Raisa menerima cintanya.
Raisa tidak benar-benar serius, karena dia menganggap Faisal hanya sebagai teman dekatnya.
Namun berbeda dengan Faisal, mungkin sudah cukup matang di usianya yang ke dua puluh tiga tahun . Faisal sudah jatuh hati, pada Raisa sejak pertama kali bertemu.
Raisa di ajak oleh Faisal, ke sebuah danau yang sangat terkenal di tempatnya. Biasanya banyak para pemuda-pemudi, saling bercengkrama dan mengobrol di pinggiran danau.
Kali ini wajah Faisal nampak serius, dan tidak seperti biasanya.
" Sa, aku ingin berbicara sesuatu yang penting." Faisal menatap Raisa sambil memegang kedua tangannya.
" Kamu, mau ngomong apa?" tanya Raisa yang juga menatap mata Faisal.
" Aku, ingin melamar mu," ucap Faisal dengan nada ragu. Namun memberanikan diri, melamar Raisa.
" Tapi, aku baru saja lulus sekolah. Dan ingin bekerja." Raisa menatap sendu ke arah Faisal.
" Aku sudah meminta ibuku, untuk datang ke rumahmu, besok!" Faisal membalas tatapan Raisa.
Raisa sangat terkejut, mendengar penuturan Faisal.
" Kenapa kamu, begitu terburu-buru sekali?" tanya Raisa seraya menyipitkan kedua matanya.
" Aku benar-benar mencintai mu, Sa!" ucap Faisal penuh penegasan.
Suasana hening, Faisal melamarnya begitu cepat. Sedangkan Raisa belum merasakan kuliah ataupun bekerja.
Raisa ingin menolak, namun dia urungkan karena melihat keseriusan di mata Faisal.
Raisa berharap setelah menikah, Faisal dapat membuatnya hidup bebas dan bahagia.
Raisa memang sering mengeluhkan kepada Faisal, perihal dirinya yang tidak suka di atur-atur oleh ayahnya. Dan membuatnya tidak betah di rumah, dan Raisa sering berkunjung ke rumah Faisal karena ingin menenangkan pikirannya.
'Tapi aku ingin merasakan bekerja, seperti teman-temanku yang lain. Juga ingin melanjutkan kuliah.' Raisa berucap dalam hatinya.
" Bagaimana?"
" Apakah kamu, bersedia?" tanya Faisal dengan pandangan yang serius menatap lekat ke arah Raisa.
Setelah berpikir panjang, Raisa pun menyetujui. Dia berpikir, jika usai menikah dapat bekerja.
" Baiklah, aku menerima lamaran mu," ucap Raisa sedikit ragu.
Sungguh amat pendek pikiran Raisa, dia tidak memikirkan kehidupan rumah tangga yang akan rumit. Yang Raisa tahu, setelah menikah dia akan terbebas dari aturan-aturan di rumahnya.
Sebenarnya Raisa, masih ingin menikmati masa mudanya. Bermain bersama teman-temannya, namun orang tua yang selalu cerewet dan mengekangnya, membuat dia berada di dalam penjara.
Menjelang sore, Raisa di antar oleh Faisal ke rumahnya. Kedua orang tua Raisa, sudah sangat mengenal Faisal. Walaupun belum mempunyai pekerjaan tetap, kedua orang tua Raisa tidak mempermasalahkan. Karena yang mereka lihat, Faisal sangat rajin dalam bekerja, walaupun masih serabutan. Dan belum ada lelaki yang berani, untuk datang ke rumah mereka selain Faisal.
Sore itu Faisal berbicara pada kedua orang tua Raisa, kalau besok ibunya akan datang melamar Raisa.
Sungguh sangat terkejut kedua orang tua Raisa, namun mereka masih memegang prinsip. Jika anak gadis sudah di lamar, maka tidak boleh di tolak. Mereka takut jika menolak, maka anak perempuan mereka tidak akan laku lagi.
Kedua orang tua Raisa pun menyetujui lamaran Faisal, dan besok mereka akan menunggu orang tua Faisal berkunjung ke rumahnya.
****
Hari yang bahagia, bagi pasangan muda mudi yang akan melangkah ke jenjang pernikahan.
Bagi Raisa, dia akan terbebas dari aturan-aturan keluarga. Sesudah menikah nanti, dia akan bekerja. Dan bebas bepergian kemana saja tanpa ada yang melarangnya.
Dua pasang pengantin itu, telah mengikat janji suci. Sang ayah telah menyerahkan anak gadisnya, pada lelaki yang kini menjadi suaminya.
Acara pun usai, Raisa di bawa oleh Faisal ke rumahnya. Kamarnya sudah di persiapkan oleh Faisal dengan rapi. Harapan Raisa, mereka akan tinggal berdua dan bahagia. Tetapi Faisal masih tinggal bersama ibu dan adiknya, serta kakaknya yang sudah menikah dan memiliki anak.
Harapan bisa bebas, bagai burung terbang pun kandas.
Saat pagi hari adalah waktu nya Faisal melakukan pekerjaannya, yaitu mengantarkan koran ke rumah langganan nya.
Raisa yang memang tidak pernah bangun pagi di rumahnya, kini harus di gedor-gedor oleh sang pemilik rumah.
Raisa yang masih lelah karena usai pesta pernikahan nya, dia urungkan untuk bangun dari tidurnya.
Bunyi motor yang di kendarai Faisal, terdengar di depan rumah. Raisa masih asyik tertidur lelap, karena lelah semalam dia harus melakukan malam pertama.
Faisal pun membersihkan diri, dan akan masuk ke dalam kamarnya. Namun terdengar nada panggilan untuk Faisal, suara itu berasal dari kamar sebelah.
" Sal ..." Ibunya memanggil nya dari arah kamar.
Faisal langsung menghampiri kamar ibunya. Raisa mengetahui Faisal sudah pulang, langsung bangun dari tempat tidurnya.
Raisa langsung merapikan kasur, yang berantakan. Karena sisa malam pertama, mereka semalam.
Beberapa menit kemudian, Faisal pun masuk ke dalam kamarnya.
" Kamu sudah bangun?" Faisal melihat Raisa sedang merapikan tempat tidur.
" Sudah," jawab Raisa yang masih bingung dengan apa yang harus di kerjakan.
" Kamu bisa masak?" tanya Faisal yang sudah duduk berhadapan dengan Raisa.
Raisa hanya menggelengkan kepalanya, karena dia tidak pernah melakukan hal itu.
Kesehariannya, Raisa hanya membantu ibunya berdagang. Dan yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah ibunya. Karena dia selalu di suruh berdagang sayur, setiap pulang sekolah. Hal itu yang membuat Raisa, merasa jenuh.
Setiap temannya mengajak jalan-jalan, alasan Raisa adalah harus menjaga warung sayur ibunya. Dan pekerjaan itu yang membuat Raisa merasa bosan.
" Baiklah, akan aku ajarkan," ucap Faisal yang langsung menuntun tangan Raisa.
Faisal mengerti dengan kekurangan Raisa, karena dirinya adalah tempat curhat Raisa.
Ibunya mengeluh padanya, kalau Raisa harus bisa mengurus dirinya dengan baik.
Mereka langsung menuju dapur, untuk masak sarapan.
Silakan like tulisan ku ya.
" Sal, gak salah kamu yang masak?" Maria menyindir Faisal seraya melirik ke arah Raisa.
Dia berjalan ke arah kamar ibunya, sambil membawa anak-anak nya.
" Raisa belum bisa masak, Kak!" kata Faisal menjawab pertanyaan Maria.
" Memang gak pernah di ajarin di rumahnya?" Maria masih menyindir Raisa seraya menyandarkan tubuhnya di depan kamar ibunya.
Raisa hanya terdiam, dia tidak meladeni sindiran kakak iparnya. Dia masih sibuk melihat Faisal menggoyangkan sodet ke atas wajan yang berisi nasi goreng.
" Sreng, sreng ...."
Suaranya terdengar nyaring, sepertinya Faisal sedikit kesal dengan sindiran kakaknya. Dia merasa tak enak hati pada Raisa.
Namun hatinya lega, karena sepertinya Raisa tidak menghiraukan sindiran kakaknya.
" Wah, jadi cewek kok gak bisa masak." Maria meninggikan suaranya, karena dia mulai kesal sindiran nya tak di hiraukan oleh Raisa.
Raisa mulai merasa kesal, dan akhirnya dia menimpali.
" Eh, maksudnya apa sih ?" Raisa teramat kesal, mendengar celotehan kakak iparnya.
" Emang gak pernah diajarin di rumah, ya?" Maria terus mengejek dengan nada sindiran.
" Sudah Kak, sebaiknya kamu ke kamar ibu sana. Jangan gangguin kami." Faisal mencoba menengahi.
Maria langsung menuju kamar ibunya, dengan membawa anak yang di gendong dan di tuntun.
" Maafkan kak Maria, ya!" pinta Faisal.
Raisa hanya mendengus kesal, sambil memalingkan wajahnya. Lalu Raisa langsung pergi menuju kamarnya.
Faisal mulai menaruh nasi goreng di piring, lalu membawanya ke kamar.
" Widih, masak gak nawar-nawarin?" teriak Maria dari arah kamar ibunya.
" Masih banyak tuh, di penggorengan." Sahut Faisal dengan suara jengkel dari arah kamarnya.
" Sebaiknya, kita ngontrak aja." Raisa merengek dengan wajahnya yang cemberut.
" Maaf, Sa! Aku belum bisa," jawab Faisal menolak.
" Kenapa?" tanya Raisa dengan wajah nya yang kesal.
" Karena aku anak laki satu-satunya, sedangkan ibuku sudah tidak adalagi yang mencarikan nafkah." Faisal memberikan alasan.
" Tapi kakakmu banyak, mereka bisa patungan memberikan uang pada ibumu tiap bulan," ucap Raisa sambil memandang Faisal.
" Maafkan aku, Sa! Aku harap kamu bisa bersabar, ya!" ucap Faisal seraya mengelus lengan Raisa.
" Baiklah, aku akan mencoba bertahan. Tapi lain kali, aku akan melawan kalau mereka bertindak semena-mena," ancam Raisa dalam hatinya.
" Aku boleh kerja?" pinta Raisa dengan wajah yang mengiba.
" Sebaiknya kamu di rumah saja, temani ibu dan bantu dia mengerjakan pekerjaan rumah."
" Oh iya, sebaiknya kamu sehabis sholat subuh, jangan tidur lagi. Kamu bisa belajar masak, untuk menghidangkan menu sarapan untuk ku, " sambung Faisal yang baru saja di beri saran oleh ibunya.
Raisa hanya melirik kesal, rupanya kehidupan rumah tangga tak seindah dalam bayangan nya.
Siang harinya, Faisal mulai menyalakan aplikasi ojek online. Raisa baru saja selesai mencuci baju, dan mandi. Ketika akan menuju kamarnya, dia melihat lantai dengan makanan ringan yang berserakan. Di tambah mainan yang berantakan, dan ada tumpahan air.
Sepertinya ulah anak dari Maria, memang sudah kebiasaan dia dengan kehidupan joroknya.
Raisa tak memperdulikan rumah yang berantakan, toh bukan dia yang membuat ulah.
Raisa masuk hanya memakai handuk, yang membalut tubuhnya.
" Wah, seger banget lihatnya." Faisal memuji Raisa yang baru saja selesai mandi. Dia menyandarkan badannya di headboard tempat tidur.
" Ih apaan sih, tuh ruang tamu berantakan. Aku capek habis nyuci." Raisa kesal sambil mencari pakaian dalamnya di dalam lemari.
" Nanti juga di bersihkan sama kak Maria," kata Faisal dengan santai nya.
Selesai memakai baju, Raisa langsung keluar kamar dan hendak menjemur baju yang sudah di cucinya.
Tiba-tiba ada kakak yang paling tua, datang, dengan seenaknya memakai sendal masuk ke dalam rumah.
" Bu, rumah jember banget sih. Gak ada orang apa?" sindirnya saat berpapasan dengan Raisa, lalu dia masuk ke dalam kamar ibunya.
Raisa hanya mendengus kesal, mendengar perkataan dari kakak iparnya yang bernama Ratih.
" Hadeh, uda tua tapi gak punya otak. Masuk rumah pake sendal." Raisa menggerutu sambil mengambil cucian di kamar mandi.
Raisa menjemur cuciannya, dan Faisal sudah berdiri di depan pintu.
" Sa, aku dapat order," ucap Faisal yang sudah memakai jaket ojek online.
" Ya sudah, kamu jalan aja, " kata Raisa sambil memeras baju yang masih basah.
" Kamu, gak apa-apakan? Gak usah di ambil hati ya!" kata Faisal sambil memperhatikan wajah istrinya. Kemudian dia langsung mengulur kan tangannya.
Lalu Raisa pun mencium punggung tangan Faisal.
" Hati-hati." Raisa mengiringi kepergian Faisal dengan wajah tersenyum.
Lalu Faisal melajukan motornya, menuju rumah customer nya.
Raisa melanjutkan lagi menjemur cuciannya, setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia membawa ember kosong menuju kamar mandi.
" Maria, rapikan ruang tamu!" perintah ibu Faisal yang bernama Soleha, dan biasanya di panggil dengan Bu Leha. Maria berada di dalam kamarnya, dan memerintahkan nya untuk membersihkan ruang tamu.
" Ah, kan sekarang udah ada yang ngerapihin," balasnya langsung keluar kamar, dan membawa anak-anak nya pergi dari rumah ibunya.
Raisa kesal mendengar jawaban dari Maria, segera dia langsung masuk ke dalam kamarnya.
***
Raisa mendengar ada suara, yang sedang membersihkan ruang tamu.
" Ah, sepertinya si comel itu sedang membersihkan ruang tamu," gumam Raisa dalam hatinya, lalu dia melanjutkan pekerjaannya di dalam kamar. Merapikan baju-baju yang masih ada di dalam tasnya.
Tiba-tiba terdengar ada suara celetukan dari Ratih, kakak tertua dari Faisal.
" Bu, mantu baru ngapain aja di rumah?" Ratih berteriak hingga terdengar jelas di telinga Raisa.
" Ini ulah anak Maria, biasanya mereka habis bermain langsung di tinggal." bu Leha berucap dengan suara yang parau.
" Tapi Ibu sudah tua, masa iya dia gak mau bantuin?" Ratih terus memojokkan Raisa.
" Sudah Ratih, ibu masih bisa mengerjakan nya sendiri," sahut bu Leha.
Raisa mendengus kesal, mendengar perkataan kakak tertua Faisal. Ingin rasanya dia melawan, namun dia tidak ingin mencari keributan. Sementara ini dia akan tahan, kalau sudah benar-benar menyakiti hatinya baru Raisa akan melawan.
Raisa kembali melanjutkan pekerjaannya, merapikan baju.
" Kenapa sikap mereka berubah seratus delapan puluh derajat, ya?" Raisa menggerutu dalam hatinya. " Padahal dulu, mereka baik-baik saja memperlakukan ku. Kenapa sekarang mereka memperlakukan seperti seolah-olah aku pembantunya?" gumamnya begitu kesal.
Selesai merapikan baju, Raisa pun keluar dari kamarnya. Dia melihat ruang tamu, yang sudah tertata rapi dan bersih. Kemudian dia langsung menuju dapur, perutnya terasa sangat lapar.
Dilihatnya tidak ada lauk, ataupun nasi yang sudah masak. Namun piring kotor, sudah berserakan di wastafel. Padahal tadi pagi, Faisal sudah membersihkan nya.
Geram sekali Raisa melihat dapur, yang berantakan. Ingin rasanya dia berteriak, dan marah-marah. Namun lagi-lagi Faisal mengingatkan, untuk tidak membuat keributan.
Akhirnya dia mencuci piring, yang tertumpuk di wastafel.
Selesai mencuci piring, dia melihat ke arah tempat penyimpanan beras. Tak ada sedikitpun sisa beras di sana.
Raisa lupa untuk meminta uang pada Faisal, sedangkan dia tidak memegang uang sepeser pun. Perutnya sangat lapar, tak ada makanan yang tersaji di dapur.
Akhirnya dia berbaring di tempat tidur, menunggu suaminya pulang ke rumah.
Silakan like dan yang banyak ya, biar terus update.
Raisa mencoba mengetuk pintu bu Leha, barangkali mertuanya bisa meminjamkan uang untuk nya membeli nasi padang.
" Tok, tok, tok ...."
Raisa mengetuk pintu kamar mertuanya, namun tak ada jawaban. Lalu dia melihat ada gembok, yang melingkari kunci pintu kamarnya.
Rupanya mertuanya sedang pergi, dan dia tidak pamit kepada Raisa kalau mau pergi.
Seperti tak di anggap saja di rumah itu, Raisa semakin kesal. Dia tidak tahu apa yang akan di perbuat nya di rumah itu.
Akhirnya dia masuk ke dalam kamarnya, dan merebahkan tubuhnya di kasur. Menunggu kepulangan Faisal yang sedang mencari nafkah. Dengan perut yang kosong keroncongan, berharap ada yang mengirimkan makanan.
"Brrm, brrm ..." Terdengar suara motor Faisal, yang berhenti di depan rumah.
" Assalamualaikum." Faisal memberikan salam.
Karena tidak ada yang menjawab salam nya, akhirnya Faisal masuk ke dalam rumah.
" Raisa ..., " panggil Faisal dari arah depan pintu kamar.
Lalu Faisal masuk ke dalam kamarnya, melihat Raisa yang tertidur, Faisal pun mendekat.
Faisal melihat keringat dingin, mengucur di kening Raisa.
" Raisa ...," Panggil Faisal seraya mengusap keringat yang membasahi kening Raisa, " kamu sakit?" tanyanya yang melihat kedua mata Raisa sudah terbuka.
" Kamu sudah pulang?" Raisa bangun dengan suara yang lemas
" Kamu sakit?" Faisal mengulang pertanyaan nya.
" Aku lapar," ucapnya sambil memegang perutnya yang sudah sakit.
" Memang ibu tidak masak?" tanya Faisal.
" Enggak tahu, ibu kamu pergi sejak tadi, " ucap Raisa dengan tubuh nya yang lemas, " aku memeriksa dapur, tidak ada makanan dan juga beras."
" Ya sudah, kamu mau makan apa?" Faisal langsung membangunkan Raisa.
" Perutku sudah sakit, sebaiknya beli bubur ayam saja," kata Raisa yang sudah bersandar, di headboard tempat tidur.
Kemudian Faisal langsung bergegas pergi, untuk membelikan bubur ayam.
Raisa yang sudah terkulai lemas, dia langsung menuju dapur untuk membuat teh manis panas.
Ternyata tidak ada air di termos, lalu Raisa pun memasak sedikit air di ketel uap. Sembari menunggu air yang di masak, Raisa menuangkan gula dan menaruh teh di gelas.
Tiba-tiba ada suara berisik, dari arah pintu depan. Suara anak kecil dan bu Leha, yang sudah masuk ke dalam rumah.
" Eh Sal, kamu sudah pulang?" Maria menegur Faisal yang sedang memarkirkan motornya.
" Sudah," jawab Faisal yang sudah mematikan mesin motor nya.
" Bawa apaan tuh?" Maria melihat ada bungkusan sterofom di motor Faisal.
" Bubur ayam," jawab Faisal yang akan masuk ke dalam rumah.
" Bubur ayam, buat siapa?" tanyanya sembari mengekori Faisal masuk ke dalam rumah.
" Buat Raisa," jawab Faisal.
" Ya elah buang-buang duit aja, bukannya dia masak malah jajan mulu kerjaannya," celetuk Maria yang sudah masuk ke dalam kamar ibunya.
Raisa mendengar sindiran dari Maria, dia sudah sangat geram dengan sindiran nya.
Setelah air matang, Raisa langsung menuangkannya air panas ke dalam gelas. Dan membawa dua gelas teh manis panas, ke dalam kamarnya.
" Kakakmu pintar sekali, memancing di air keruh." Raisa terlihat kesal sambil menaruh gelas ke atas meja.
" Kamu yang sabar, ya. Nanti aku akan menegurnya," ucap Faisal sambil menaruh bungkusan berisi bubur ayam ke atas meja.
" Aku capek, dengerin semua sindiran kakak-kakak mu. Aku mau pulang aja." Raisa merengek sambil menangis, tak tahan mendengar semua sindiran kakaknya Faisal.
Faisal pun mendekati Raisa, dia memeluk erat tubuh Raisa. Mencoba menenangkan istrinya yang sedang sensitif.
" Maafkan aku, ibuku sangat membutuhkan ku. Karena aku adalah anak laki satu-satunya, aku mohon kau bisa mengerti, " ucapnya menenangkan sambil mengelus punggung Raisa.
Raisa hanya bisa meneteskan air matanya, dia mencoba menegarkan dirinya.
Selesai menuangkan isi hatinya, Raisa pun berhenti menangis. Faisal langsung membuka sterofom yang berisi bubur ayam. Lalu Faisal menyuapi Raisa, mereka pun makan bersama.
" Sal, kalau beli makanan bagi-bagi dong! Jangan makan sendiri aja," teriak Maria yang suaranya terdengar dari arah ruang tamu.
" Beli aja sendiri, kan punya duit." Faisal membalas teriakan nya.
" Oh gitu ya, lebih sayang istri daripada sodara sendiri. Inget dulu kamu siapa yang ngurusin?" Maria membalas dengan mengungkit kehidupan masa lalunya.
" Yang dulu, jangan di ungkit-ungkit, " jawab Faisal.
Karena sudah tidak di landeni oleh Faisal, akhirnya diapun pulang ke rumah nya.
" Tuh kan, kalau gak di ladeni dia pulang sendiri, " ucap Faisal menghibur Raisa.
Raisa pun tersenyum, lalu meneruskan lagi makan bubur ayam nya.
Sudah larut malam, para penghuni rumah semua sudah tertidur lelap.
☀️☀️☀️
Waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi, Faisal terbangun dari tidurnya. Dia membangun kan Raisa untuk mandi wajib, karena semalam mereka habis melakukan hubungan intim suami istri.
" Bisa, masakan aku air panas?" Raisa merajuk, masih terbaring di tempat tidur.
Faisal keluar dari kamarnya dan menuju dapur, lalu menadahkan air di panci untuk memasak air panas untuk mandi Raisa.
Selesai menyalakan kompor dan menaruh panci, Faisal langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Faisal pun keluar dari kamar mandi dan mengambil air wudhu, untuk melaksanakan solat subuh.
" Sa, airnya sudah aku masak," lapor Faisal." Coba kamu cek, sudah panas belum?" tanya Faisal.
Raisa pun keluar dari kamarnya, dan melihat air yang sudah di masak oleh Faisal.
Ternyata sudah mendidih, dan Raisa mematikan kompor lalu menuju kamar mandi. Dia menuangkan ke ember yang kosong, lalu sisanya langsung mengisi dengan air dingin. Setelah air sudah siap, Raisa pun mandi.
Selesai mandi, Raisa langsung menuju kamarnya. Namun saat ingin menuju pintu, dia mendengar percakapan antara Faisal dan bu Leha.
" Bu, kemarin Faisal sudah memberikan uang untuk membeli beras. Tapi kok berasnya gak ada?" Faisal bertanya pada ibunya.
" Memangnya, kamu sudah cek?" balas bu Leha menjawab pertanyaan anaknya.
" Kemarin Raisa ingin masak nasi, tapi tidak ada beras untuk di masak, " sahut Faisal.
" Dia mengadu apalagi, sama kamu?" tanyanya dengan nada ketus.
" Dia tidak mengadu Bu, hanya bertanya soal beras. Karena aku sudah memberi Ibu uang untuk beli beras, sedang Raisa tidak aku berikan uang. Kemarin dia kelaparan, karena di rumah tidak ada makanan." Faisal menjelaskan.
" Ya sudah, biar dia aja yang masak."
" Ya sudah, nanti biar Faisal suruh Raisa saja yang masak. Ibu gak usah kerja lagi, ya." Faisal menegaskan.
Karena mendengar Faisal ingin keluar dari kamar, Raisa langsung masuk ke dalam kamarnya.
Lalu dia mengenakan baju, dan mukenanya untuk melaksanakan solat subuh.
Faisal pun masuk ke dalam kamar, dan merapikan dirinya karena ingin berangkat mengantarkan koran.
Faisal pun pamit pada Raisa, usai dia melaksanakan solat subuh.
" Sa, aku jalan dulu. Ini ada sedikit uang buat kamu masak, pulang nanti aku ingin makan nasi goreng, ya! " Faisal berpesan seraya memberikan uang lima puluh ribu pada Raisa.
" Iya, " jawab Raisa sambil mencium tangan suaminya.
Raisa berdiri di depan pintu, dia mengawal kepergian Faisal yang akan mencari nafkah.
Setelah Faisal pergi, dia langsung ke dapur melihat stok bahan makanan.
"Sepertinya memang tidak ada apa-apa, selama ini Faisal memberikan ibunya uang, kenapa tidak di belikan stok dapur ya?" Raisa miris melihat tidak ada stok apapun di dapur.
Lalu Raisa keluar rumah, mencari warung yang sudah buka.
-
Silakan Like cerita ku ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!