...LIKE DULU DONG!!!!...
...~...
Prolog
Gadis, itulah namanya. Usia yang baru genap 18 tahun itu duduk lemas di depan pusaran kedua orang tuanya disertai isak tangis memilukan, karena beberapa jam lalu kedua orang tuanya ikut terjebak dalam musibah kecelakaan beruntun yang mana menewaskan kedua orang tua Gadis.
Dimana kedua orang tuanya itu hendak menyebrang jalan dengan menuntun gerobak jualannya.
Naas saat kedua orang tua Gadis hendak ingin menghindar, alangkah terkejutnya kedua orang tua Gadis tersenggol pintu mobil si pengendara mobil ugal-ugalan tersebut.
Semua warga yang menyaksikan kecelakaan itu sangat terkejut karena secepat kilat tak bisa dihindari, ada beberapa warga juga yang merekam kejadian tersebut melalui ponsel pintar mereka, ada pula yang ingin menolong tapi si pengendara mobil ugal-ugalan tersebut sangat mengkhawatirkan. Takut-takut nyawa mereka yang melayang, dapat dipastikan si pengendara dalam kondisi terpengaruh oleh minum minuman keras.
Tabrakan pun tak bisa dielakkan lagi, gerobak tersebut terseret jauh hingga berkilo-kilo dan sedangkan kedua orang tua gadis sudah terbujur kaku dengan cairan bening berwarna merah yang terus menerus mengalir, detak jantung pun sudah tak berdetak alias meninggal di tempat kejadian, dan itu tak jauh berbeda dengan si pengendara ugal-ugalan itu ia juga menabrak pengendara sepeda motor dari arah berlawanan dan akhirnya ia menabrak pengendara mobil angkutan umum yang tengah terparkir.
Jangan tanya si pengendara mobil ugal-ugalan itu, ia pingsan dan segera warga menolong semua korban, tidak ketinggalan salah satu warga tersebut menelfon pihak berwajib untuk diusut perkara hukum tersebut.
Kedua orang tua Gadis cukup dikenal warga, karena sering berkeliling menjajakan jualannya seperti buah-buahan alakadarnya.
Seorang dari mereka pun berlari untuk memberikan informasi mengenai kecelakaan tersebut kepada sang anak.
Dan maka disinilah sang putri, yang tak lain Gadis.
Gadis masih setia duduk di depan pusaran kedua orang tuanya, matanya masih mengeluarkan air mata bahkan matanya sudah bengkak dengan hidung yang sudah berwarna merah, Gadis masih terdengar terisak-isak walau sudah tidak dengan teriakan diawal ia mendapatkan kabar bahwa kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan parahnya sudah tidak bernyawa di tempat kejadian.
"A-ayah, I-ibu...kenapa kalian ninggalin Gadis sendirian, Gadis takut, Gadis gak bisa hidup tanpa kalian, Gadis Gadis." gadis akhirnya mengeluarkan suara yang amat menyayat hati, ia bingung di dunia ini hanya punya Ayah juga Ibunya, karena Gadis anak tunggal ia tidak memiliki adik atau kaka, bahkan sanak saudara dari Ayah juga Ibunya tidak ia ketahui.
Miris
"Ayah.... Gadis harus apa? Gadis bingung, rasanya dunia ini gak adil, kenapa harus Gadis yang mengalami ini semua, kenapa? hiks hiks."
Tiba-tiba terdengar suara tapak kaki.
Tap
Tap
Tap
"Gadis." panggil seseorang.
"Sha.."
"Gadis...sabar ya cantik, mungkin ini sudah suratan yang Maha Kuasa, kita sebagai umatnya harus ikhlas dan tabah menerima ini semua."
Ya, seseorang yang datang itu ialah Shaybila sahabat dekat Gadis dari sekolah dasar hingga saat ini mereka sudah lulus sekolah menengah atas, ya walau Shaybila atau sering disapa Sha oleh Gadis ini merupakan sosok sahabat Gadis yang penuh misteri tapi ia baik kepada Gadis.
Semoga saja.
"Udah, ah jangan nangis nanti makin jelek tuh muka, udah mau gelap ih, lu gak takut apa ini mana di tempat penuh uka-uka gua takut Dis, yuk ah balik!!"
"Iya, bentar mau pamit sama Ayah sama Ibu dulu, Ayah Ibu...Gadis pamit pulang dulu, Ayah juga Ibu semoga ditempatkan di sisi Maha Kuasa. Amin. Gadis usahain bakal sempatin buat nengokin Ayah dan Ibu, tapi Gadis harus cara uang buat nafkahi Gadis supaya gadis bisa mewujudkan semua keinginan Ayah dan Ibu yang belum terwujud. Malam Ayah Ibu, Gadis pulang." Gadis pun menyempatkan mencium nisan kedua orang tuanya sebelum pulang.
...~...
Rumah kediaman Gadis yang cukup memprihatinkan dengan atap yang sudah terbuka, jika hujan akan bocor dan membasahi lantai juga pintu yang sudah tidak ada daun pintu hanya ditutup dengan diganjal oleh pahatan kayu sebagai penguncinya, bisa dikata tidak layak di huni.
"Dis, lu harus tabah dan ceria jangan murung nanti nyokab bokap lu sedih, sekarang tujuan utama lu itu harus mewujudkan impian bokap nyokap lu yang belum tercapai, kata lain lu harus cari cuan, ayo dong senyum gak enak gua liat muka manyun lu, gua jadi asem liatnya, ah!!"
"Iya, ini aku senyum."
"Nah, kan cantik temen gua ini, sini peluk dulu." Shaybila pun merentangkan kedua tangannya, akhirnya mereka berdua pun berpelukan, Shaybila tau jika sahabatnya ini benar-benar terpukul dengan apa yang ia alami beberapa jam, tapi ia juga tidak tega jika sahabatnya ini ia jerumuskan ke hal-hal negatif tapi hanya ini jalan satu-satunya ia mendapatkan uang untuk mewujudkan impian yang belum terealisasikan oleh kedua orang tua sahabatnya ini.
Ya, Shaybila sudah bertekad, tetapi ia akan carikan yang memiliki sifat baik dan tidak akan membuat sahabatnya terluka atau pun dalam bahaya.
"Sha, bantu aku cari kerja, oiya kamu kan udah kerja tuh dan aku liat kamu udah jauh berbeda dari Shaybila dulu yang masih cupu sekarang kamu udah modis dan cantik, apalagi barang-barang yang kamu kenakan pasti mahal." Seketika Shaybila sedikit gugup mendengar semua yang keluar dari bibir mungkin sahabatnya.
"Oh My God, gua harus apa ini, iya sih barang-barang yang ada gua pake ini mahal-mahal semua tapi lu bakal kaget Dis, kalo lu tau gua kerja yang mana membuat masa depan gua ancur seancur-ancurnya dan gak bakal ada laki-laki yang mau sama gua, tapi toh gua begini buat hidup juga buat nenek kakek gua hidup, ya walau gua takut di alam sana kedua orang tua gua yang nanggung semua kelakuan gua." Shaybila hanya bisa bergumam dalam hatinya.
'Ish, kenapa melamun kamu Sha, bisa kan..ayolah bantu aku cari kerja supaya aku bisa bertahan hidup, oke oke." Rayu Gadis dengan bergelayut manja di lengan Shaybila.
"Mmm, gimana ya Dis tapi gua takut nanti lu tolak ini kerjaan udah gua lakuin udah hampir 6 bulan semenjak kita lulus sekolah menengah atas, tapi gua gak yakin lu bakalan mau ikut kerja sama gua.'
"Memang kerja kamu apa? Sampai aku bakalan nolak kerjaan dari kamu?"
Shaybila pun membisikkan pekerjaan apa yang ia lakoni.
"APAAAAH!!!" Gadis pun terkejut tanpa sadar meninggikan intonasi nada berbicaranya.
"Hah, udah gua bilang pasti lu gak bakal mau sama kerjaan gua, ini risikonya bakal...ah sudahlah lu cari kerja lain aja, gua gak mau sahabat gua yang cantik, imut, kulit putih, rambut panjang hitam legam, juga berlesung pipi eh lupa ketinggalan tingginya gak sampe pundak gua hahahaha." Shaybila sengaja memberikan candaan tersebut untuk mengalihkan pikiran sahabatnya untuk mencari kerja di tempat ia bekerja.
"Ish, gak lucu tau...tapi...aku mau coba kalo cocok aku lanjut kalo gak cocok aku cari yang lain, boleh kan, Sha?" Seketika Shaybila terkejut dengan ucapan sahabatnya, yang mana sahabatnya ingin mencoba pekerjaan tersebut, ia hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Oke, tapi besok malam jam setengah 10 gua jemput lu, tapi kalo kerja disana lu harus dandan cantik juga berpenampilan layaknya, lu paham kan, Dis?" Masih setia melihat reaksi sahabatnya.
"Aduh, kalo itu aku gak bisa dandan dan tampil kayak kamu, Sha. Kamu kan tau baju aku hanya pakaian rumahan."
"Oke, gua dandanin lu plus gua bakal bawain baju yang sesuai dengan kerjaan gua, tapi lu gak boleh rewel kalo gua bawain dan gua bakalan ke rumah lu aja deh lebih awal, gimana?"
"Makasih ya, Shabi ku" Peluk Gadis pada sahabatnya, ia tidak tahu bahwa sahabatnya masih tidak rela jika Gadis bekerja di tempat ia bekerja, bukannya ia iri dengan kecantikan sang sahabat, melainkan ia tidak rela sahabatnya itu terjerumus ke hal-hal yang dapat melukai batin dan juga psikis seorang Gadis yang mana anak yatim piatu.
"My God, maafin bukan maksud hati jerumusin dia tapi dia yang mau, gua harus apa." Shaybila hanya bisa pasrah berkeluh kesah dalam hatinya
"Yaudah, gua pulang dulu ya, jangan lupa tutup semua pintu sama jendela jangan kasih cela orang untuk buat jahat ke lu, kan lu sendirian di rumah, nih gua kasih hape gua buat lu, ya walau hape lama gua yang ketinggalan jaman tapi masih buat nelfon itu juga udah gua isiin pulsa dan ada nomor gua simpan kalo lu ada yang ganggu malem-malem, lu tinggal call me babby, hahaha" Shaybila pun menyerahkan ponsel lamanya dengan disertai candaan.
"Makasih, Shabi ku ini aja aku seneng banget dapat hape dari kamu, kamu memang sahabat baik aku, muaaach."
"Iya-iya, gua masih normal jangan cium-cium, gua pulang ya, by by."
"Hati-hati." Gadis pun mengantar Shaybila sampai sahabatnya menaiki sepeda motornya, hingga bayangan sahabatnya menghilang Gadis barulah ia masuk rumah.
Gadis pun sudah memastikan pintu serta jendela rumahnya terkunci barulah ia masuk ke kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di kasur yang sudah tipis.
"Ayah, Ibu semoga kalian dapat memaafkan Gadis dengan jalan pilihan Gadis, tapi itu juga kalo Gadis cocok, maafin Gadis..Tuhan semoga besok menjadi hari yang bisa aku lewati dengan baik. Amin."
Gadis pun sedikit demi sedikit menutup matanya dan terlelap dengan bergulung dibawah selimut.
...LIKE DULU DONG!!!!...
...~...
Pagi hari pun tiba, bulan pun sudah berganti dengan cahaya matahari yang menerangi dunia. Saat ini Gadis sudah mandi juga terlihat cantik ia bergegas untuk memasak sesuai bahan-bahan yang ada di dapur rumahnya, untungnya masih ada beras satu gelas yang bisa ia masak juga satu buah butir telur serta tidak ketinggalan beberapa buah cabai serta sayuran hijau.
Gadis langsung bergegas untuk mengeksekusinya menjadi makanan enak walau dengan bahan yang minim.
Tidak lebih dari satu jam akhirnya masakan Gadis sudah matang.
"Syukurlah, masakan aku hari ini enak banget, nikmat mana lagi yang kau dustakan Gadis, mandi udah masak udah, mmm kayaknya aku mau beres-beres kamar Ayah Ibu supaya gak berdebu juga semua aja deh aku bersihin supaya nyaman."
Gadis pun segera masuk ke dalam kamar mendiang kedua orang tuanya, dengan semangat ia membersihkan dari menyapu lantai kamar mendiang orang tuanya, mengepel, merapihkan baju-baju di lemari, meja rias peninggalan Ibunya.
Hampir berjam-jam Gadis membersihkan semua sudut rumah, ya diawali dengan kamar kedua orang tuanya, ia juga tidak lupa untuk menyapu teras rumah yang terkesan kecil dan sedikit di tanami kembang mendiang sang Ayah.
"Semoga Ayah Ibu disana bahagia. Amin."
Akhirnya semua pekerjaan sudah ia selesaikan dengan bersih, saatnya ia sarapan tapi lebih tepatnya sarapan pagi yang terlambat.
...~...
BAR REFAELI
Seorang perempuan tengah duduk di sofa dengan pakaian yang minim terkesan kurang bahan tengah menenggak habis minum keras berwarna bening yang memabukkan.
"Shi* gua harus apa Nin, sahabat gua minta kerjaan dan dia malah minta tolong gua yang cariin, dia malah mau kerja yang gua lakoni."
Ya, perempuan itu Shaybila ia tengah berada di sofa bar tempat ia bekerja hanya untuk memenangkan fikirannya yang kalut akan keputusan sahabatnya untuk bekerja sebagai "PENGHANGAT RANJANG" untuk para laki-laki hidung belang mau pun laki-laki yang tidak puas dengan pelayanan dari sang istri "SAH"
Shaybila tengah duduk di sofa dengan disuguhkan minuman keras juga fikirannya yang pusing setengah mati. Ia juga tengah ditemani temen satu kerjanya untuk mendengarkan juga memberi ia solusi.
"Emang gak lu kasih tau beg*, kerjaan lu apaan."
"Bangsa*t...gua udah ngomong lah, mana mau gua jerumusin temen gua ke tempat biada* ini, ngotak kalo ngomong."
"Santai njin*, ya udah lu bawa aja sahabat lu itu kesini, eh eh tunggu gua mau liat sahabat lu deh, ada kan fotonya."
"Ngapain sih nye* lu mau liat foto sahabat gua."
"Ish, udah mana gua mau liat."
"Sabar kali, nih nih foto sahabat gua."
"Gila.... cantik banget anjin* ini mah bakalan jadi santapan para bos-bos dompet tebel, njin* gua denger "BOS MISTERIUS" malam ini bakalan main ke surga ini."
"Beg* surga darimana, emang lu udah mat* nye*." Kekehnya dengan menoyor kepala teman satu kerja yang bernama Nindia.
"Hahaha, ya surga lah njin*, ah ah ah."
"Bangsa*, itu surga yang nikmat, hahahah."
"Terus jadi gimana Bil, lu bakalan tetep bawa sahabat lu kesini nanti malam?"
Ya, kalau di tempat kerja Shaybila mengaku nama dia Nabila atau teman satu profesinya atau para pelanggannya memangil dengan sapaan Bila.
"Haah, tetep dia dari tadi udah ngirimin gua pesan terus, gua jadi gak enak kalo gak nepatin janji ke dia, semoga malam ini dia gak cocok dengan suasana yang kata lu surga ini, mana ini malam minggu ditambah si "BOS MISTERIUS" segala datang, perasaan gua gak enak."
"Udah bawa aja semoga malam ini suasana kondusif, gua juga lagi cape tiap malam ada aja yang minta surga gua."
"Akh beg* surga mulu omongan lu, pusing gua."
Hahaha
Seketika mereka berdua hanya bisa tertawa, walau di dalam benak Shaybila ia merutuki kebodohannya kemarin dengan berdandan dengan semua barang-barang yang ia gunakan bernilai mahal dan dilihat oleh Gadis.
"Lu sih beg* Sha kenapa kemaren pas datengin Gadis di pemakaman segala pake acara dandan menor kayak mau kerja ke surga, akh pusing gua. Om Tante maafin Shaybila, bukan mau jerumusin putri semata wayang Om Tante ke dunia gelap tapi ini murni kemauan Gadis, sekali lagi maafin Shaybila, Om Tante." hanya bisa bergumam dalam hati seorang Shaybila yang terkesan galak juga judes.
"Udah ah, gua balik ke rumah mau mandi terus bawain peralatan makeup sama baju buat sahabat gua, lu kabarin gua ya Nin, kalo bener tuh si "BOS MISTERIUS" beneran dateng gua nanti malem lewat pintu rahasia, biar langsung ketemu mamih."
"Oke, asal besok-besok lu traktir gua makan sop buntut yang endees gendes, oke!"
"Ah elah, segala ada embel-embelnya lagi, iya-iya, tapi inget satu porsi aja gua tau lu kalo udah makan tuh sop kayak keseta*nan gak inget uang."
Ya, Nindia suka sekali sop buntut yang pernah dibawakan oleh Shaybila saat ia sakit.
"Tenang, bangsa* gua tau kok takaran gua makan, hahaha."
"Ngomong noh di panta* sapi, dahlah gua balik."
Nindia hanya bisa mengerucutkan bibirnya atas ucapan sang temen, tapi ia tidak memasukan kedalam hati atas ucapan temen satu kerajanya itu, ia tahu pasti watak Shaybila yang galak dan judes, tapi hatinya baik pada sahabat juga temen satu profesinya.
...~...
Rumah Gadis
Beberapa jam lalu Shaybila sudah datang dengan peralatan tempurnya untuk mengubah Gadis untuk lebih cantik lagi.
Tinggal membersihkan sapuan bedak yang tidak rapi menggunakan kuas untuk menghasilkan dandanan yang siapa saja melihat tampilan Gadis akan melamun dan menginginkan untuk menjadi penghangatnya.
"Astaga, cantik lu tambah cantik, Dis. Gua gak rela ah bawa lu ke tempat kerja gua."
Shaybila lesu dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang Gadis.
"Kok gitu." Wajah Gadis seketika sedih.
"Gua gak rela nanti lu dilirik laki-laki hidung belang."
"Kan memang itu calon kerjaan aku, Sha."
"Bukan gitu, Dis."
"Astaga nih sahabat gua polos banget sih, gua jadi serba salah." gumam Shaybila dalam hatinya
Menjeda perkataannya lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar "Bukannya gua iri sama kecantikan yang lu punya, tapi gua gak rela Gadis sahabat gua bakalan rusak karena ulah gua, hiks hiks." Air mata Shaybila pun lolos begitu saja tanpa diminta.
"Jangan nangis, Sha. Ini udah keputusan aku, kamu gak salah, aku yang mau pokoknya aku bakalan nanggung semua konsekuensinya gak bakal nyalahin kamu, aku butuh uang bahan-bahan makan di dapur habis aku butuh uang untuk beli itu semua."
"Kamu butuh bahan makan, yaudah aku beliin, lu gak usah kerja di tempat biasa* kayak gua, Dis. Bukannya gua ngerendahin atau apa ini gua ada uang, ya walau gak banyak tapi bisa buat seminggu lu makan, gua janji bakal bantuin lu dalam materi, tapi plis lu urungkan niat lu buat kerja di tempat biada* kayak gua, yah!" Dengan mengeluarkan uang dari dalam tas Shaybila lalu menyodorkan kedalam genggaman tangan Gadis, tapi Gadis menggeleng-gelengkan kepalanya tanda ia tidak mau.
"Gak, Sha. Aku masih sehat masih bisa kerja, maaf bukannya nolak tapi aku juga tau kamu harus menafkahi Kakek juga Nenek kamu, aku gak mau egois, plis yah kali ini aja aku minta tolong ke kamu, aku janji bakalan langsung bilang ke kamu, kalo aku udah gak nyaman disana minta pulang sama kamu, yah yah yah, pliiis." Pinta Gadis dengan sepenuh hati.
"Haaah." Sudah banyak Shaybila menghembuskan nafasnya dengan kasar tapi ia pun tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu "Oke, tapi bener ya lu harus ngomong ke gua, kalo lu udah gak nyaman atau lu ngerasa gak cocok lama-lama disana."
"Iya-iya, makasih Shabi ku." Gadis memeluk Shaybila dengan erat.
"Astaga, apakah ini bener yang gua lakuin, semoga nanti malam dia gak cocok dan gak nyaman deh, supaya dia gak ikut terjerumus kedalam dunia yang buat masa depan ancur." Hanya bisa terus dan terus bergumam dalam hatinya saja Shaybila.
"Ya udah kita berangkat."
"Astaga, Dis kenapa lu semangat banget, sih!!"
"Hehe, aku kan mau kerja buat menuhin perut aku." Sambil mengelus perutnya.
"Tunggu, tapi udah matiin kompor tutup jendela sama pintu belakang, belum?"
"Udah semua, Sha."
"Oke, nih kamu pake masker dulu supaya gak ada tetangga yang ngenalin kamu, sama nih gua semprotin parfum biar lu gak bau minyak goreng aja, hahahah."
"Kamu bisa aja, Sha."
Gadis tidak tersinggung dengan ucapan Shaybila sahabatnya, pada kenyataannya ia tidak pernah memakai ataupun membeli parfum, makan sehari sekali saja sudah bersyukur.
Mereka pun akhirnya berangkat dengan menggunakan sepeda motor yang dikendarai oleh Shaybila dan dibelakang Gadis dengan memeluk erat sahabatnya itu.
...LIKE DULU DONG!!!!...
...~~~~...
BB Group
Di sebuah ruangan yang berada di lantai 15. Seorang laki-laki tinggi, tampan, putih juga disertai sorot mata hitam legam yang tajam tengah sibuk dengan berkas-berkas dokumen yang sedang ia baca teliti.
Seakan bosan dengan aktivitas yang monoton, karena sudah beberapa minggu ini ia tidak berkunjung ke sebuah bar yang tidak terlalu mewah dan besar, itu juga seakan itu hanya bar ala orang yang berkunjung dengan dompet tipis, tapi jangan khawatir walau bar yang sering laki-laki itu kunjungi jauh dari kata mewah jangan tanya pelayanan serta pekerjanya.
Número uno
"Kenapa gak selesai juga ini dokumen." Sejenak ia letakkan kembali berkas dokumen itu lalu tak lama ia menekan tombol pada telepon yang ada di samping meja kerjanya.
"Roy, segera ke ruangan!" Tanpa menunggu jawaban dari si penerima telpon ia segera mematikannya begitu saja.
Tok
Tok
Tok
"Masuk!"
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda Bos?" Tanya dengan menundukkan wajahnya kepada si Tuan Muda Bos nya.
"Duduk lah."
"Terima kasih, Tuan Muda Boss."
Roy sudah duduk di sofa yang ditunjuk oleh Tuan Muda Bos nya dengan duduk dengan tegap dan tatapan mata yang fokus menghadap si Tuan Muda Bos.
"Kamu sudah dapatkan informasi yang aku minta beberapa hari lalu, Roy?" Dengan melonggarkan paksa dasi yang ia kenakan seakan mencekik lehernya beberapa jam lalu.
"Apakah mengenai asal-usul dari perempuan pemilik Bar Rafaeli, Tuan Muda Bos?"
"That's right, bagaimana sudah ada titik terang? Saya tidak mau lama menunggu, sudah muak saya perempuan seperti dia tidak layak menjadi Mamih dari bar itu, dari penampilan yang bisa ku lihat dia dari keluarga yang berada."
"Sudah saya kirim melalu surel, Tuan Muda Bos. Sepertinya semua yang Tuan Muda Bos ucapakan itu benar adanya."
"Baik, duduklah dulu kau, Roy." Menjeda perkataannya sebelum melanjutkannya kembali "Buatlah minuman yang kau mau, aku akan membaca ini terlebih dahulu."
"Baik, Tuan Muda Bos."
Segera si Tuan Muda Bos itu membuka laptop dan membaca surel yang sudah dikirimkan oleh Roy sang asisten pribadinya bisa juga sebagai bodyguard, Sekretaris si Tuan Muda Bos berbeda di kantor ataupun untuk mendampingi ia di saat sedang melakukan hal yang "Menyenangkan".
"Kerja bagus, jadi begitu ceritanya tidak menyangka, akan ku cari sampai tuntas sampai ke akar, aku ingin mendapatkannya melihat dari si Mamih yang begitu cantik pasti putrinya bisa dipastikan tidak kalah cantik." Si Tuan Muda Bos hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan ia sudah bertekad.
"Apalagi yang mau si Tuan Muda Bos lakukan, gak kebayang semua penuh kejutan, aku hanya bisa diam dan mengikuti semua keinginannya." Asisten Roy hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah si Tuan Muda Bos.
"Good job, Roy! Akan ku beri kau uang jajan tambahan buat mu, karena sudah mengerjakan tugas yang ku suruh."
Segera berdiri ia menghampiri asistennya duduk di sofa tunggal lainnya, ia sudah terlebih dahulu menyampirkan jas di kursi kebesarannya lalu dasi yang ia lepas dan buang sembarang tidak ketinggalan kemeja yang ia lipat asal.
"Tuan Muda Bos, kenapa berpenampilan seperti ini? Apakah masalah ada yang mengganjal di fikiran? Asisten itu bertanya dengan hati-hati takut si Tuan Muda Bos marah.
"Pusing aku, Roy."
"Saya harus berbuat apa supaya pusing, Tuan Muda Bos hilang?"
"Aku ingin berpesta di Bar Rafaeli, sepertinya menyenangkan, apalagi ini malam minggu pasti Mamih Veliz sudah banyak pekerja baru, aku lagi ingin berpesta yang menyenangkan, Roy."
"Baik, Tuan Muda Bos. Apa saya hubungi terlebih dahulu Mamih Veliz, supaya Bar Rafaeli di kosongkan?"
"Tidak perlu, kau ini masih kaku aja. Kau tau, Roy!? Aku ingin berbaur dan melihat-lihat para jalan" murahan itu dengan bebas."
"Baik."
"Kau tunggulah aku untuk mandi, aku sedang malas pulang ke Mansion jadi ku putuskan mandi disini, dan suruh Bibi Nam kirim satu set baju yang biasa aku kenakan untuk pergi tempat menyenangkan itu, Roy!"
"Baik, Tuan Muda Bos."
Hendak membuka daun pintu, alangkah terkejutnya ia mendengar penuturan si Tuan Muda Bos nya itu.
"Bilang jangan pakai lama titik."
Asisten Roy hanya bisa menghembuskan nafasnya dan menganggukkan kepalanya.
...~...
BAR RAFAELI
"Sha...Shaybila." Panggil Gadis kepada sahabatnya itu yang sudah lebih dahulu masuk.
"Ish, aku ditinggalin. Mana ini heels tinggi banget, apa jadinya ya kalo aku lempar ke orang pasti dia bakalan berdarah, hahaha."
Gadis dengan fikiran polosnya.
"Astaga, nih bocah kemana dah?"
Shaybila mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan sahabatnya itu.
"Astaga, tuh bocah dari tadi gak jalan masih aja di deket motor gua, dia emang mau jagain tuh motor gua."
Akhirnya Shaybila menghampiri kembali sahabatnya yang masih ketawa sendiri.
"Dis, kenapa deh lu ketawa-ketawa gitu, jangan bilang lu kemasukan uka-uka lagi?"
"Sembarangan." Reflek Gadis memukul lengan sahabatnya itu.
"Sakit, Dis." Keluhnya dengan mengelus-elus lengannya yang sudah nampak kemerahan dengan disertai 5 jari tercetak jelas di kulit putih Shaybila.
"Maaf yah, Shabi ku. Lagian kamu ada-ada aja bilang aku kemasukan uka-uka."
"Iya, dimaapin. Terus kenapa ketawa?"
"Ini." Jawabannya dengan menunjuk heels yang ia kenakan.
"Itu heels, kenapa? Jangan buat aku kesel deh, Dis?"
"Iya-iya, ini heelsnya tinggi juga lancip kalo aku lempar ke muka orang pasti muka mereka berdarah apalagi kalo kena mata dan menacap di mata, hehehe."
Sungguh ucapan yang terlontar dari bibir kecil itu amatlah menyeramkan.
"Ikh, apa-apa si lu, Dis. Masih aja mikirin yang aneh-aneh, udah ah lama-lama gak masuk-masuk kita kedalam, inget lu harus terus di deket gua, jangan kemana-mana, paham?"
"Siap, Shabi ku."
Mereka pun masuk kedalam Bar, dengan sedikit drama si Gadis yang polos nan menggemaskan.
...~...
"Mih, kenalin ini Gadis sahabat aku, dia mau kerja disini, boleh?"
Sejenak perempuan yang sudah tidak muda lagi itu menatap kearah Gadis, Gadis yang ditatap itu hanya bisa tersenyum gugup karena merasa tidak nyaman ditatap dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Cs kita masih ada, Bila. Mamih lagi gak butuh cs dulu."
CS itu cleaning service atau office boy atau office girl.
Gadis hanya bisa diem, entah ia salah mendengar atau apa sang Mamih bicara dengan siapa yang ia panggil dengan nama Bila
"Siapa yang dipanggil Bila, penasaran disini hanya ada aku juga Shaybila, akh ini pasti aku salah denger aja." Gadis hanya bisa bermonolong dalam hatinya.
"Bukan, Mih. Dia mau kerja kayak Bila, Penghangat ranjang para laki-laki hidung belang."
"Apaah!"
Si Mamih dibuat terkejut atas ucapan Shaybila alias Nabila alias Bila.
"Kenapa, Mih?"
"Kalian duduk dulu dan kamu Bila diem dulu, oke."
Shaybila juga Gadis masih berdiri dihadapan sang Mamih, belum sama sekali dipersilahkan duduk oleh sang Mamih.
Shaybila alias Nabila alias Bila pun mengunci rapat mulutnya.
Mamih pun mendekati dua perempuan tersebut dan ia duduk tepat di samping Gadis, alangkah terkejutnya Gadis dengan kedatangan si Mamih di sampingnya.
"Mamih mau tanya kamu seumuran dengan Bila?"
"Astaga gua lupa bilangin Gadis kalo nama gua kalo disini Nabila atau Bila, pasti tuh bocah cengo." Gumam Shaybila dalam hatinya.
"Mamih, maaf tanpa mengurangi kesopanan, sebenarnya nama Bila bukan Nabila tapi Shaybila Aurora Ritzg."
"Astaga, kamu ini Bila nama bagus-bagus segala di ganti, maaf ya Gadis pasti kamu bingung yah, memang sahabat kamu ini ruar biasa anehnya. Oke, kamu paham kan kalo sahabat kamu ini disini di panggil Nabila atau Bila, jadi kamu beneran sahabat dia dan mau jadi kerja disini yang mana dapat menghancurkan masa depan kamu, sayang."
Mamih pun mengelus surai lembut rambut hitam legam Gadis.
"Bener aku sahabat Shaybila, Tante."
Sang Mamih memberikan instruksi supaya Gadis menghentikan ucapannya.
"Panggil Mamih aja, sayang."
"Iya, Mih. Umur 18 tahun dan juga aku hanya beda empat bulan sama Shaybila, aku mau kerja disini supaya aku bisa beli kebutuhan sehari-hari, karena di dapur rumah semua kebutuhan pangan Gadis semua habis, Mih."
Gadis menjawab pertanyaan dengan sangat polosnya.
"Oh God, masih ada perempuan seperti Gadis ini yang sangat polos, aku tidak tega ia bekerja disini, ditambah lagi pasti ia masih culun-culunnya dalam hal berbau penghangat ranjang." Mamih menyayangkan semua ucapan Gadis, yang mana dapat menghancurkan masa depannya kelak.
"Astaga, sahabat gua kenapa polos bener sih, gua jadi tambah bersalah sama Om Tante." Tak kalah dari si Mamih, Shaybila pun berkaca-kaca mendengar semua ucapan yang keluar dari bibir kecil sahabatnya itu.
"Kalo menurut Mamih, kamu gak cocok kerja disini, Dis!"
"Aku gak diterima, Mih!?" Mata Gadis sudah berkaca-kaca mendengar jawaban si Mamih.
"Bukan gitu." Mamih pun memeluk dan mengelus punggung Gadis yang sudah mengeluarkan isak tangisnya dan mengambil nafas untuk dapat menjelaskan dengan baik pada Gadis. "Kamu pasti masih segel dan belum paham masalah penghangat ranjang juga bagaimana melayani para laki-laki hidung belang layaknya suami istri, Mamih gak mau menambah dosa lagi, sudah cukup Mamih menjerumuskan para perempuan masih bersegel di daerah ini."
Ya, si Mamih adalah Mamih yang baik hati iya tidak serta merta menjadi pekerja Penghangat ranjang dan menduduki posisi sebagai Mamih, banyak misteri tersimpan rapi.
"Tapi aku mau kerja." Gadis masih kekeh untuk bekerja.
"Bagaimana kalo Gadis kerjanya bagian keuangan Mamih, ya walau Bar Mamih gak sebesar dan semewah Bar pada umumnya, tapi Mamih jamin semua keuangan disini layak untuk menghidupi makan selama beberapa hari. Kamu kerjanya mulai besok dan hanya kerja di rumah dan biar Bila yang mengirim semua nota dan keperluan keuangan ke kamu, supaya kamu gak usah kesini, tempat ini gak cocok sama Gadis yang cantik, imut ini. Betul gak, Bil?"
"Betul banget, Mih. Aku dukung keputusan Mamih." Shaybila bernafas lega akhirnya sang Mamih dapat berfikir bijak untuk masa depan Gadis.
"Akh, akhirnya Mamih orang yang baik dan bijak, gak semua Mamih kayak Mamih Veliz, akh... rasanya tambah ngefans sama Mamih Veliz."
"Kamu tadi berangkat sama siapa Gadis?"
"Shaybila, Mih."
"Iya, dia dateng sama aku, Mih."
"Yaudah, Shaybila antar Gadis pulang kamu gak usah kerja malam ini."
"Gak usah, Mih. Gadis disini aja mau nemenin Sha."
"Disini bahaya, sayang. Kamu ada saran, Bila?"
"Gimana kalo Gadis nunggu aku di gudang penyimpanan minuman, Mih."
"Kamu ini kasih saran aneh-aneh aja, yang ada Gadis takut."
Tempat penyimpanan minum minuman keras tertutup dan sangatlah dingin, bisa dibayangkan jika Gadis berada didalam sana.
"Oke, Gadis di loker para cs gak apa kan, sayang?"
"Tapi..." belum melanjutkan ucapannya sudah dipotong oleh Shaybila.
"Udah nurut aja, atau gua gak mau temenin lu lagi!" Sarkas Shaybila, seketika Gadis pun mengiyakan.
Mereka pun akhirnya keluar dari ruangan sang Mamih guna mengantar Gadis ke loker para cs bersama Shaybila.
...~...
Parkiran Bar Rafaeli
"Tuan Muda Bos." Panggil asisten Roy pada majikannya.
"Mmm, ada apa"
"Kita sudah sampai, peralatan yang dibutuhkan oleh Tuan Muda Bos sudah ada di kotak hitam itu." Asisten Roy menunjuk arah kotak ia sebutkan.
"Kau ini benar-benar tau apa yang ku mau dan selalu sangat teliti dalam segala tindakan, aku suka itu, ingat kalo didalam kamu panggil aku Bos jangan ada embel-embel kata tuan muda."
"Baik."
Segera si Tuan Muda Bos menggunakan yang katanya peralatan yang dibutuhkan, entah apa isinya.
Asisten Roy sudah ingin keluar dari mobil, tetapi ia masih melihat sang majikan masih sibuk dengan aktivitasnya, entah itu sedang berbuat apa.
Dengan sabar ia menanti sang majikan, sekiranya sudah siap barulah ia keluar dari mobil dengan sigap membukakan pintu mobil untuk majikannya, jangan lupakan 5 bodyguard mengikut mereka dari jarak aman supaya tidak terlalu mencolok dan menakut-nakuti para pengunjung bar tersebut.
Sedangkan Mamih Veliz, Shaybila juga Gadis sudah berada diantara pengunjung dengan sesekali mengeluarkan canda tawa, yang mana senyum Gadis membuat laki-laki dengan mata tajam nan tampan memperhatikan si Gadis yang tertawa hingga menampilkan lubang kecil di kedua pipi kanan dan kiri Gadis.
"So sexy, so hot." Ucapnya disertai seringai devil.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!