❤️❤️❤️
Siang itu, di sebuah perusahaan mall besar bernama Mall Giant, tepatnya di ibu kota. Terlihat seorang pria tampan bertubuh tegap di ikuti oleh beberapa orang di belakangnya, sedang berjalan menuju ke arah lift.
"Apa jadwal ku hari ini Andre?" tanya Bryan Alvaro Aditama, CEO Aditama Grup.
"Siang ini bapak ada pertemuan dengan Ceo Pardian Grup, sore ini bapak ada pertemuan dengan fashion desainer dari Amerika," jawab pria berpakaian rapi disebelah Bryan.
"Kosongkan jadwalku malam ini!" ujar nya pada pria itu.
"Baik presdir" jawabnya patuh.
DUkK!
"Aduh!"
Seorang anak perempuan yang berlari tiba-tiba menabrak Bryan dan terjatuh di depannya.
"Kenapa bisa ada anak kecil sendirian disini?" tanya Bryan heran melihat ada anak perempuan berjalan sendirian.
"Seperti nya aku menabrak tembok, keras sekali." Keluh anak perempuan itu sambil memegang keningnya.
"Kamu sembarangan bicara, aku bukan tembok! "Bryan kesal ketika anak perempuan itu mengatai nya tembok.
Kenapa anak ini terlihat tidak asing? apa aku pernah bertemu dengannya.
Bryan melihat anak perempuan yang ada di depannya itu dengan seksama. Dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya.
Andre sekretaris Bryan membantu anak perempuan itu berdiri. Tak lama kemudian, datanglah seorang wanita dewasa menggandeng tangan seorang anak laki-laki.
"Mama?" Anak perempuan itu berlari menghampiri wanita dewasa dan anak laki-laki yang usianya tak terlihat jauh berbeda dengannya itu.
"Naina ! kamu anak nakal, kemana saja kamu? mama dan aku sudah mencari mu dari tadi," kata anak laki-laki itu kesal sambil memukul pelan tangan Naina.
"Kakak, mama!" Naina memeluk ibu dan kakak laki-laki nya, dengan memasang senyum ceria.
"Kamu dari mana saja sayang, mama nyari kamu dari tadi?" Alma memeluk anak perempuan nya itu dengan cemas.
Deg, Bryan tersentak melihat wanita yang sedang menggandeng kedua anak kecil itu.
Alma?
"Andre, apa yang aku lihat ini bukan mimpi?" tanya Bryan tak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.
"Tidak pak, saya juga melihatnya " Andre terpana melihat pemandangan yang ada di depannya. Itu benar-benar Bu Alma.
Dia benar-benar Alma? Alma-ku? kenapa dia membawa 2 anak? siapa anak-anak itu?
"Pak, kalau saya boleh berkomentar sedikit. Anak laki-laki yang sedang bersama Bu Alma, sangat mirip dengan bapak!" Andre melihat ke arah anak laki-laki disebelah Alma.
"Kamu benar Andre." Bryan membenarkan perkataan sekretaris nya itu.
Wanita yang meninggalkan ku selama 6 tahun, yang kucari selama ini. Dia, muncul di depanku hari ini dan membawa dua orang anak.
Bryan berlari menghampiri Alma dan kedua anak itu. Hatinya berdebar-debar saat melihat wanita yang ia cintai ada di hadapan nya. Bryan memegang tangan Alma dan menatap Alma dengan penuh kerinduan.
"Almahyra !"
"Bryan?"
Alma juga tidak kalah kagetnya dengan Bryan yang melihatnya. Wanita itu tercengang melihat pria yang ada di depannya itu.
Mereka saling bertatapan, kedua anak itu melihat Alma dan Bryan dengan penuh kebingungan dan rasa heran.
"Ma, siapa dia? kenapa dia mirip dengan kakak?" kata Naina dengan wajah nya yang polos.
"Naina, kamu jangan bicara sembarangan. Mana ada di dunia ini yang setampan aku," kata anak laki-laki itu percaya diri.
"Seperti nya banyak yang harus kita bicarakan Alma." ucap Bryan tegas.
"Saya tidak ada yang perlu dibicarakan dengan anda. Saya juga tidak kenal dengan anda! " ucap Alma formal dengan nada yang sedikit sarkastik.
Anak laki-laki itu melihat Bryan, ia mengakui bahwa Bryan memang sedikit mirip dengannya. Tapi, bagaimana bisa?
Wanita itu menepis tangan Bryan dengan mata yang penuh kekesalan. Kedua anak yang ada disisi mereka bingung melihatnya.
Pria ini, yang sudah menodai kesetiaan dan kesucian ku. Kenapa bisa muncul di depanku? kenapa kita harus bertemu lagi? seharusnya aku tidak pernah memberikan hatiku padamu, karena pada akhirnya aku lah yang terluka.
****
7 tahun yang lalu
Hari pernikahan seharusnya menjadi hari yang membahagiakan untuk setiap orang yang akan melangsungkan nya.
Namun, seperti nya ini berbeda dengan apa yang akan dialami oleh Almahyra, Seorang gadis dari kalangan biasa, mahasiswi semester 7 jurusan administrasi perkantoran, yang akan menikah karena perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orang tua mereka. Gadis itu, memiliki tinggi sekitar 165 cm, wajah yang mungil, hidung yang mancung, kulit putih, rambut hitam, panjang sampai ke pinggangnya, bola mata nya berwarna coklat muda.
Gadis yang baru berusia 20 tahun itu, akan menikah dengan seorang pria yang 8 tahun lebih tua darinya, yaitu Bryan Alvaro Aditama, CEO dari Aditama Grup. Pria tampan blasteran itu, memiliki tinggi 180 cm bak model, kulit putih, hidung mancung, tubuh kekar. Siapapun wanita yang melihatnya pasti akan terpesona oleh ketampanan nya.
Sebelum upacara pernikahan akan dilangsungkan, Bryan menemui Alma yang serang duduk di pelaminan, disana adalah tempat biasanya pengantin akan duduk.
Saat melihat sosok Bryan dihadapannya, Alma langsung beranjak dari tempat duduknya, ia sedikit terkejut saat melihat pria bertubuh kekar di depannya itu memakai setelan jas berwarna putih, Alma mengakui ketampanan pria yang ada di depannya itu, tentu saja dalam hatinya.
Bryan juga sama terkejutnya, hanya saja ia bisa menjaga ketenangan di wajahnya.
Melihat nya memakai gaun seperti ini, rasanya aneh juga. Karena aku biasa melihatnya memakai baju casual dan dia terlihat kampungan sebelumnya. kata Brian dalam hatinya, sambil melihat Alma dari atas ke bawah.
" Pak Bryan, ada apa kemari?" tanya Alma ragu-ragu, seperti nya gadis itu gugup.
" Apa aku tidak boleh menemui calon pengantin ku?" nada bicara Bryan terdengar sarkastik, ia bahkan tak tersenyum sama sekali.
" Maafkan saya pak " Alma menunduk
" Kamu ingat tidak sih perjanjian kita? apa harus selalu aku ingatkan?"
" Per-perjanjian?" Alma sedikit mengangkat kepalanya. Alma terpana melihat Bryan sudah berdiri dekat di depannya. " Pak Bryan.."
Tanpa ragu Bryan memegang pinggul calon istrinya itu. Membuat wajah mereka berdekatan, Alma tercengang dibuatnya. Kedua mata nya membulat menatap wajah Bryan.
" Meskipun kamu cuma jadi istriku selama 3 tahun, tapi ingatlah baik-baik. Kamu menyandang nama Bryan Alvaro aditama. Maka kamu harus bertingkah selayaknya istri keluarga Aditama. Paham?"
Bryan mengangkat dagu Alma, kata-kata nya itu terdengar dingin, belum lagi wajahnya terlihat datar.
Kata-kata dingin itu begitu menusuk bagi Alma yang tidak pernah bertemu dengan orang sedingin dan sekasar Bryan. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan pria seperti Bryan, wajahnya saja yang tampan, tapi sikapnya benar-benar tidak bisa ditebak. Yang jelas, ia mendengar dari gosip, kalau calon suaminya ini adalah playboy yang suka bermain wanita.
Bryan mendorong Alma, gadis itu hampir saja terjatuh. Untungnya Alma bisa menjaga keseimbangan dirinya dengan baik. Bryan terlihat sinis saat menatap calon istrinya itu, jelas tidak ada cinta di antara mereka. Begitu pula yang dirasakan oleh Alma. Alma hanya menjalankan amanat kakek Bryan, bahwa salah satu anak dari Aditama sudah dijodohkan dengan Almahyra, cucu dari sahabat kakek Bryan.
Dan Bryan adalah satu satunya cucu laki-laki dari keluarga Aditama. Maka ia lah yang harus menikah dengan Alma. Tidak masalah bagi Alma yang harus menikah dengan seseorang karena Alma adalah anak yang patuh kepada kedua orang tuanya.
Selama 3 tahun, aku harus Hidup dengan pria dingin ini? apa aku bisa?
" Apa kamu lihat-lihat? sudah paham atau belum?" tanya Bryan sinis
Aku lihat-lihat karena aku punya mata. Dasar menyebalkan. Tentu saja kata-kata ini hanya diucapkan Alma di dalam hatinya.
" Saya paham pak " jawab Alma singkat
" Di depan orang banyak jangan panggil aku bapak, tapi kakak. Apalagi di depan kakek, kita harus berakting sebagus mungkin. "
Geli banget, aku harus manggil dia kakak? om kali bukan kakak.
Alma memutar matanya, ia malas mendengarkan ceramah dari Bryan. Tapi jika persoalan nya tentang kakek Bryan atau orang tua Bryan , Alma selalu menurut tanpa membantah. Berbeda dengan Bryan, ia adalah tipe anak pembangkang. Pertanyaan nya bagaimana Bryan yang pembangkang bisa setuju menikah dengan Alma?
Kalau bukan karena diancam tidak akan diberi warisan, aku mana mau nikah sama bocah kampungan ini. batin Bryan kesal sendiri.
" Iya saya mengerti pak. "
" Ya, memang kamu harus patuh. "
Dasar tirani kejam.
" Oh ya pak, bagaimana penampilan saya? apa saya tidak akan membuat malu bapak?" Alma tersenyum seperti berharap akan di puji oleh Bryan
" Cantik "
" Saya cantik? benarkah?" Alma senang, pertama kalinya ia mendapatkan pujian dari Bryan. Karena selama ia magang dan bekerja di kantor Aditama, ia tak pernah mendengar Bryan memuji orang lain.
" PFutt.. Haha.. aku bukan memuji wajahmu atau tubuhmu. Kau sama sekali tidak cantik, gaun mu saja yang cantik " Bryan tertawa mengejek Alma.
" A-Apa?" Alma terlihat kesal dengan calon suaminya itu.
Apa dia tertawa? apa di mengejekku? Tuhan benar-benar tidak adil ya, masa wajah nya itu tetap tampan meskipun sedang mengejek orang lain? Btw, ini pertama kalinya aku melihat tirani ini tertawa?
" Pokoknya, selama 3 tahun ini aku minta bantuannya. "
" Ya pak, saya juga mohon bantuannya " Alma tersenyum ramah pada Bryan.
" Kalian ada disini rupanya, sebentar lagi upacara nya akan dimulai. " kata seorang wanita cantik dengan wajah ramahnya. Ia adalah Laura, kakak Bryan.
" Wah, Al. Ini pertama kalinya kakak lihat kamu pakai gaun, biasanya kamu suka pake celana jeans, ternyata kamu cantik juga ya " Laura melihat calon adik iparnya itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya, tampaknya Laura juga takjub dengan penampilan Alma yang dibalut oleh gaun pengantin berwarna putih.
" Hehe, kakak ngejek aku ya?" Alma nyengir
" Ngejek apanya? seriusan, kamu cantik banget Al. Iya kan Bryan?" Laura mengalihkan matanya pada Bryan.
Bryan bergumam dan mengatakan " cantik "
" Tuh kan Bryan juga bilang kamu cantik " Laura tersenyum tulus pada Alma
" Aku tidak bilang dia cantik, yah lumayan lah " elak Bryan
Laura terkekeh sendiri melihat kelakuan adiknya itu. Dalam hatinya ia berharap agar Bryan bisa berubah setelah menikah dengan Alma. Laura berharap dan yakin pada Alma, bahwa Alma bisa membawa perubahan untuk Bryan. Menghilangkan julukan Brengsek yang selalu melekat pada adik nya itu.
" Hey, Bryan ! awas ya kalau kamu berani menyakiti hati adik kesayangan kakak ini. Kamu mati di tangan kakak ! " Laura mengancam Bryan dan memegang bahu Alma.
" Jadi sekarang adik kakak itu dia? bukan aku?" tanya Bryan
Keributan kakak adik itu berakhir saat kedatangan Delia ( ibu Bryan ) yang memberitahukan bahwa pernikahan antara Bryan dan Alma akan segera dimulai.
Tuan Hardi, kakek dari Bryan lah yang menjadi wali untuk menuntun Alma di hari pernikahan nya. Karena Alma sudah kehilangan kedua orang tuanya saat usianya 16 tahun.
Pernikahan berlangsung khidmat, dan diakhiri dengan prosesi tukar cincin. Semua tamu yang hadir memberikan selamat dengan tepuk tangan yang riuh. Pernikahan yang dilakukan dengan tema outdoor itu berlangsung meriah.
Pak Hardi menangis setelah pesta pernikahan itu, pria tua itu menangis bahagia karena sudah melaksanakan amanat dari sahabatnya yang sudah tiada untuk menikahkan kedua cucu mereka. Begitu pula dengan janjinya pada sahabatnya itu, yang tak lain adalah kakek Alma.
Pria tua itu bersyukur, masih diberikan kehidupan untuk melihat cucu nya Bryan menikah dengan Alma. Dengan membawa harapan yang sama dengan Laura, bahwa Alma bisa merubah sikap Bryan. Dan Bryan akan berubah setelah menikah.
Bryan mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan kerja nya, saat Bryan sedang sibuk di dengan para tamu. Alma duduk sendiri di belakang pelaminan, ia lelah terus berjabatan tangan dengan para tamu. Terlebih lagi dengan memakai gaun pernikahan yang bergelombang ditubuhnya, membuatnya kegerahan.
" Huu.. apa pernikahan orang kaya memang seperti ini? banyak sekali tamu yang datang. " Alma menghela napasnya
Sembari duduk rebahan sejenak untuk menghilangkan lelahnya ,ia memikirkan kejadian besar yang baru saja menimpanya. Dalam hatinya ada rasa bersyukur mendapatkan keluarga mertua yang baik, dan ia merasa sial mendapatkan suami yang menyebalkan dan kasar.
Tuhan, apa pilihanku untuk menikah itu salah? ini tidak salah kan? ini amanat alm. kakek. Pilihan kakek menikah kan ku dan cucu kakek Hardi pasti pilihan yang baik kan? Kakek yang sudah ada di atas sana aku minta maaf, sebenarnya aku tidak benar-benar menikah dengan tirani menyebalkan itu, kami hanya menikah kontrak. Aku berdosa kakek.
Berkali-kali Alma meminta maaf pada kakeknya yang sudah lama tiada, karena ia melakukan pernikahan kontrak dengan Bryan.
" kamu disini rupanya, nak " terlihat senyuman di wajah pak Hardi yang keriput itu.
" Kakek?" Alma langsung berdiri saat melihat pak Hardi menghampiri nya.
" Duduk saja nak, kakek mau bicara sama kamu " Pak Hardi tersenyum ramah pada cucu menantunya itu.
" Kakek juga duduk, tidak baik loh kek berdiri lama-lama " Alma dengan sopan nya mempersilahkan Pak Hardi untuk duduk di sebelahnya.
Pak Hardi pun duduk di sebelah Alma. Pria tua itu mulai berbicara pada Alma. Pertama-tama ia mengucapkan terimakasih kepada Alma yang sudah menerima keluarga Aditama sebagai keluarga nya. Terutama untuk menikah dengan Bryan.
" Saya yang harusnya berterimakasih pada keluarga Aditama. Terutama pada kakek, yang sudah menerima saya masuk ke dalam keluarga Aditama. Saya kan hanya anak yatim piatu, tanpa orang tua tanpa saudara, dan saya juga tidak kaya seperti keluarga Aditama "
Alma sadar diri bahwa secara status sosial, ia memang seharusnya tidak bisa masuk dalam kriteria menantu keluarga besar, dan konglomerat seperti keluarga Aditama.
" Jangan bilang begitu nak, kami justru beruntung karena kamu bersedia menikah dengan Bryan. Tolong jangan bicara formal dengan kakek ya, sekarang kakek adalah keluarga mu kan?" Pak Hardi tersenyum tulus pada Alma, seolah ia menganggap Alma adalah cucunya sendiri.
Bagaimana bisa orang baik seperti kakek Hardi, punya cucu seperti pak Bryan?
Kakek itu mengatakan kepada Alma untuk bisa bersabar dengan semua tingkah Bryan. Ia juga tak segan mengatakan harapannya pada Alma agar Alma bisa menjaga cucu nya dan mengarahkan cucunya ke arah yang lebih baik dalam hal karakter.
" Tapi kek, aku tidak bisa. "
" kamu adalah istrinya sekarang, kakek percaya kamu bisa merubah Bryan. " Pak Hardi memegang tangan cucu menantu nya, matanya menaruh harapan penuh pada Alma
" Aku akan mencoba, kek " Alma tidak tega menghilangkan senyuman di wajah kakek itu, jika ia mengatakan tidak bisa maka Pak Hardi akan sedih. Hati kecil nya tidak tega melihat kakek sedih, ia jadi teringat kakek nya sendiri.
" Kamu disini rupanya, aku cari kamu dari tadi tau !" ujar Bryan membentak Alma.
BUK
Pukulan dari tongkat yang dibawa oleh Pak Hardi mendarat di punggung lebar Bryan.
" Sakit kakek !"
" Anak nakal ! beraninya kamu bentak bentak istri kamu !"
" Aku minta maaf, aku lagi capek. Jadi tanpa sadar aku marah marah. Alma sayang, maaf ya "
Dalam sekejap wajah dingin Bryan berubah menjadi wajah manis dan ramah. Disertai dengan senyuman di bibirnya. Alma menahan tawa, berusaha mempertahankan ketenangan nya. Alma tak menyangka bahwa dari mulut Bryan yang biasanya selalu terdengar pedas bisa keluar kata-kata manis dan menggelikan.
Dia pasti sedang menertawakan ku di dalam hatinya. Awas saja kau bocah.
Apa aku tidak salah dengar? tirani ini bilang sayang? bilang maaf? apa matahari terbit dari Utara?
Pak Hardi tersenyum senang melihat Bryan tersenyum pada istrinya itu.
...---****---...
.
.
Di hadapan kakeknya Bryan berakting sealami mungkin, mempertahankan raut wajahnya yang ramah di depan Alma juga. Agar sang kakek percaya kalau ia akan memperlakukan Alma dengan baik. Bryan bahkan merangkul bahu Alma, untuk menunjukkan kerukunan mereka di depan Pak Hardi.
" Nah begitu dong, kalian harus akur. Kalian ini pengantin baru. Pengantin baru tidak boleh bertengkar ya " Pak Hardi tersenyum senang
" Iya kek, kami baik-baik saja. Apa kakek tidak lihat, kami akur seperti ini?" Alma tersenyum
Di dalam kontrak dia sendiri yang bilang tidak ada kontak fisik. Kenapa dia memeluk ku?
" Benar kakek, kakek tidak usah cemas. Bryan akan menjaga Alma dengan baik " Bryan memasang senyum palsunya demi menyenangkan hati kakek nya itu.
Sabar Bryan, harus tahan sebentar.
" Ternyata kalian ada disini, kakek juga ada disini?" Laura tersenyum melihat kakek nya juga ada disana.
Disebelah Laura ada Delia sang ibu, dan seorang pria menggandeng tangan nya. Ia adalah Jason, suami Laura. Jason Macmille adalah CEO dari hotel Macmille. Salah satu hotel terbesar dan termewah di negara Indonesia.
" Ayah, aku sudah mencari ayah kemana-mana ternyata ayah ada disini " kata Ny. Delia pada Pak Hardi
" Iya, ayah sedang bicara dengan cucu menantu ku yang cantik " Pak Hardi menunjukkan kasih sayang nya pada Alma dengan mengelus rambut Alma.
" Cantik apanya? mau dipoles bagaimana pun wajahnya tetap saja terlihat kampungan. " kata Ny. Delia sambil melirik sinis pada menantu perempuan nya itu.
Bryan sama sekali tidak membela Alma saat gadis itu di hina oleh ibunya. Dia hanya diam saja. Alma juga tidak bicara apa-apa, membuat Bryan keheranan karena Alma yang ia tahu adalah gadis cerewet. Tapi kali ini Alma tak bergeming sama sekali.
Jika pak Hardi tidak segan menunjukkan kasih sayangnya pada Alma, maka Ny. Delia bersikap sama. Ibu mertua Alma itu juga tidak ragu menunjukkan ketidaksukaan nya pada Alma yang berasal dari keluarga miskin dan anak yatim piatu. Kalau bukan karena diancam tidak mendapatkan warisan, Ny. Delia tidak Sudi menikahkan anaknya dengan Alma.
Alma juga sudah tau bahwa ibu mertuanya tidak menyukai nya. Tapi, ia tidak peduli tentang itu. Karena ia juga tidak berharap untuk disukai oleh Ny. Delia, bagaimana pun juga pernikahan nya dan Bryan adalah pernikahan kontrak.
" Delia ! jaga mulutmu itu " Pak Hardi marah mendengar Ny. Delia menghina Alma secara terang-terangan, di depan Jason dan Laura pula. Pak Hardi sungguh malu akibat tindakan menantu perempuan nya itu.
" Ma, mama ga boleh bilang gitu dong" Laura juga ikut menasehati mama nya.
" Tidak papa kakek " Alma tersenyum, memegang tangan sang kakek, seraya meredakan amarah nya.
Ny. Delia menunjukkan tatapan sinis nya pada Alma. Namun Alma, membalas tatapan itu dengan senyuman ramah.
Semoga saja, pernikahan ini tidak akan menjadi neraka untukku. Kakek, doakan aku.
Setelah pesta pernikahan usai. Alma yang masih memakai gaun pengantin nya, dan juga Bryan yang masih memakai setelan jas nya, masuk ke salah satu kamar mewah VVIP di hotel Macmille.
Alma dan Bryan terkejut saat mereka membuka pintu kamar itu. Terlihat banyak kelopak bunga mawar yang bertebaran di kamar itu, bahkan sampai ke sudut sudutnya. Belum lagi ranjang kamar itu dihias dengan kelopak bunga berbentuk hati di atas selimut.
Apa kamar di hotel semuanya memang seperti ini? sangat luas dan besar. Bahkan kontrakan ku tidak sebesar ini.
Alma terpana melihat kamar yang begitu luas. Ini pertama kalinya ia menginap di kamar hotel.
" Hey ! masuk ! kamu mau terus berdiri disitu?" Bryan setengah berteriak pada Alma yang masih berdiri di dekat pintu.
" I-iya pak " jawab Alma sambil berjalan ke arah Bryan yang sudah rebahan di tempat tidur itu.
Kenapa dia sudah ada di tempat tidur? aku tidak melihatnya?
Bryan terlihat sangat lelah, ia menarik tali dasi dan melonggarkan nya, Bryan juga membuka jas yang membuatnya sesak itu dan membuka kancing bagian atas bajunya itu.
Alma sempat terpesona melihat perangai Bryan saat melonggarkan dasinya. Terlihat sedikit otot dada nya, dan tangan kokohnya. Gadis polos itu termangu melihat ketampanan wajah Bryan, apalagi saat Bryan menaikkan sedikit rambutnya.
Kenapa tuhan menciptakan iblis setampan ini? jangan tertipu Alma ! jangan terpesona padanya, seberapa tampannya dia. Dia itu iblis, iblis. Kamu harus ingat itu.
Alma berusaha menyadarkan dirinya untuk tidak terpesona dengan ketampanan Bryan. Dengan menepuk-nepuk pipinya, menyadarkan nya dari kenyataan, bahwa wajah tampan itu bukan segalanya.
Alma mendekati Bryan yang duduk di sudut tempat tidur, sambil merokok.
" Pak Bryan, maaf saya mau tanya. Apa malam ini kita akan tidur disini?" tanya Alma ragu-ragu.
" Kita? tenang saja, malam ini kamar ini milikmu" Bryan tersenyum menyeringai, dari mulutnya mengeluarkan asap dari rokok yang baru saja ia hisap.
kenapa sih dia selalu saja tersenyum seperti itu? senyuman yang tidak normal.
" Maksud bapak, apa ya?" tanya Alma tak mengerti apa maksud perkataan Bryan barusan.
" Malam ini aku tidur di kamar lain. Ah, sebelum itu mari kita bahas surat kontrak dulu "
" Bukankah sudah selesai dibahas, pak?"
" Ada beberapa poin yang mau ku tambahkan, sebaiknya kau tidak banyak bicara, bocah " entah kenapa setiap bicara dengan Alma, Bryan selalu saja naik pitam.
" Saya bukan bocah, usia saya 20 tahun pak " Alma terdengar kesal
" maksudmu 20 tahun itu bukan bocah? lalu apa aku harus menyebut kamu seorang gadis? jangan bercanda " Bryan tersenyum sinis, sambil membuka salah satu laci yang ada di dekat tempat tidur nya. Bryan mengeluarkan map berwarna merah.
Alma sudah bisa menebak apa isi map berwarna merah itu.
SRAK
Bryan membuka map berwarna merah itu, terlihat jelas sebuah surat yang sudah ditandatangani dan di cap resmi oleh kedua belah pihak. Tertera jelas di bagian paling atas kertas itu ada tulisan " Surat perjanjian pernikahan kontrak "
" Ini salinan perjanjian nya, kau bisa menyimpannya " Bryan memberikan selembar kertas salinan surat perjanjian kontrak nikah mereka pada Alma
" kenapa saya menyimpan salinan nya dan bukan yang asli?" Alma mengambil kertas itu dari tangan Bryan, ia merasa heran.
" Kamu lupa ya? disini aku kan bos nya " Bryan tersenyum lagi, senyum yang dingin seperti biasanya.
" Ya, bapak bos nya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa " Alma duduk di kursi yang ada di dekat laci itu.
Siapa yang memohon meminta ku menikah denganmu? bukankah itu kamu? masih mengaku dirimu itu bos? dasar. Kalau bukan karena kakek, mana mau aku menikah dengan tirani macam kamu.
Bryan terlihat menulis sesuatu di surat kontrak yang asli. Alma penasaran dengan apa yang pria itu tulis disana.
Bryan mengatakan bahwa ia menambahkan sedikit poin dalam surat perjanjian kontrak mereka. Dan inilah hasil perundingan mereka setelah setengah jam membahas dan merubah isi surat itu.
" Bagaimana ? apa kamu sepakat? tentu saja harus sepakat " Bryan melirik sinis ke arah Alma
" Sepakat "
" Kamu sepakat karena kompensasi uang nya cukup besar kan? wanita semuanya memang mata duitan ya " gumam Bryan merendahkan Alma
" Ya, hidup kan harus realistis pak, saya harus hidup, saya butuh uang. Setelah saya berpisah bapak, saya harus tetap melanjutkan hidup saya " Alma tersenyum percaya diri
" Baiklah baiklah. Aku juga tidak ingin tau, kamu bacakan saja apa poin poin di dalam kontrak. Aku mau dengar sekali lagi " Bryan menyilangkan tangannya di dada, terlihat wajahnya yang judes tanpa senyuman itu sedang menatap tajam pada Alma.
Sepertinya Alma juga sudah terbiasa dengan tatapan Bryan padanya, karena mereka juga sudah sering bertemu di kantor. Bryan selalu menunjukkan wajah judes dan dingin nya pada semua orang.
Alma langsung saja membacakan poin poin yang ada di surat yang ia pegang itu.
Poin 1. Kedua belah pihak dilarang untuk mencampuri urusan pribadi masing-masing
poin 2. Saat datang keluarga Aditama, pihak A dan pihak B harus terlihat mesra dan akur.
poin 3. Merahasiakan pernikahan dari rekan kerja di perusahaan
poin 4. jika pihak A ( Bryan ) menyentuh tubuh pihak B ( Alma ) maka 30 % saham pihak A akan di berikan kepada pihak B
poin 5. Hubungan dengan lawan jenis tidak dilarang, asalkan tidak boleh ketahuan oleh pihak keluarga Aditama
poin 6. Pihak B wajib menuruti semua keinginan pihak A
poin 7. saling menghargai kehidupan pribadi masing-masing
BLA BLA BLA
Dan masih banyak lagi poin poin di dalam surat perjanjian itu. Mereka berdua akhirnya mencapai kesepakatan.
" Pak, jika nanti saya ada yang ingin ditambah kan lagi di dalam poin nya. Apa saya bisa?"
" Tentu saja, tapi dengan persetujuan ku. Kalau aku tidak setuju dengan poin yang kamu ajukan, maka kamu tidak bisa " Bryan kembali merebahkan badannya di ranjang empuk itu.
Iya lah, kamu kan bos nya. Dasar bos tiran. Tentu saja kata-kata itu hanya diucapkan oleh Alma di dalam hatinya.
Tok
Tok
Tok
" Bocah, buka pintunya !" ujar Bryan memerintah
Bocah? aku punya nama, kenapa dia tidak memanggil namaku dengan benar.
" Baik pak " jawab Alma dengan memaksakan senyuman di depannya
Wajahnya saja yang tampan, tapi sikapnya tidak ada tampan tampan nya tuh.
Alma membuka pintu kamar itu, terlihat seorang wanita sedang berdiri disana, ia berpakaian seksi, hingga buah dada nya terlihat, memakai rok pendek, dan riasan menor di wajahnya.
" Hai sayang, aku datang " wanita itu tidak mempedulikan Alma yang membuka pintu, tapi melihat ke arah Bryan yang sedang rebahan di kasur.
Dengan senyuman sinis nya, wanita itu masuk menerobos dan mendorong sedikit bahu Alma. Banyak pertanyaan di kepala nya saat itu tentang wanita yang ada di depannya ini.
" sayang, aku kangen "
Wanita yang tidak diketahui namanya oleh Alma itu, masuk ke dalam kamar dan berlari menghampiri Bryan. Lalu memeluk Bryan, bukan itu saja, bahkan wanita itu mencium Bryan tanpa malu-malu di depan Alma.
" aku udah nunggu kamu dari tadi, sayang "Bryan membalas ciuman wanita itu dan memeluknya dengan mesra.
" Iya sayang, aku juga nunggu kamu dari tadi. "
Alma memalingkan wajahnya seperti tidak mau melihat kemesraan Bryan dan wanita asing itu.
Mereka yang ciuman, kenapa aku yang malu? harusnya mereka dong yang malu?
" Sayang, jadi anak ini istri kamu?" tanya wanita itu, sambil melirik ke arah Alma yang masih memakai gaun pengantin.
" Iya gitu deh. Hey bocah, ngapain kamu masih disitu?" tanya Bryan sinis
Alma berdiri mematung, ia terlihat bingung. Hatinya bertanya-tanya apakah benar rumor diluar sana tentang suaminya yang playboy dan suka berhubungan dengan sembarang wanita? dan jawaban jelasnya tepat dihadapan nya.
" Kamu tidur di ruang tamu yang sebelah, di sana ada ranjang. " ujar Bryan
" Maaf pak, seperti nya saya akan tidur di kamar lain. "
" Berani ya kamu ngelawan aku?"
Bryan mendekati Alma dan mengangkat dagu gadis itu dan memegang tangannya dengan kasar. Alma terlihat kesal dengan perilaku kasar Bryan padanya.
" Kenapa kau melotot padaku?" tanya Bryan
" Kalau bapak mau main sama Tante menor itu, jangan bawa-bawa saya. Saya tidak mau jadi kotor "
" Apa? Tante menor?" tanya si wanita asing itu kaget, ia tak terima dipanggil Tante.
Astaga, apa yang kulakukan? kenapa kata-kata itu bisa keluar dari mulutku begitu saja?
" Kamu lupa ya poin nomor 6 dari surat perjanjian kita? kamu harus menuruti perintah ku !"
" Bapak juga harus ingat poin nomor 7, bapak harus menghargai keinginan saya juga. Dan saya tidak mau tidur sekamar dengan anda juga Tante menor itu. " terang Alma menatap tajam pada Bryan
" Kamu berani ya menatapku seperti ini? kalau kamu keluar dari sini kakek dan yang lainnya akan curiga pada kita. Apa kau bodoh?" tanya Bryan yang masih memegang tangan Alma.
Ini salahmu sendiri, kenapa membawa malah perempuan di malam pernikahan mu di kamar pengantin mu pula? dasar manusia gak ada akhlak.
" Bryan sayang, udahlah. Biarin aja anak itu pergi "
" Iya, saya tidak akan ganggu kalian kok " Alma berusaha tersenyum
Bryan menggendong paksa Alma di bahunya, dan membawa gadis itu ke ruang tamu yang ada di kamar hotel itu. Bryan melempar Alma ke sofa yang ada disana.
BRUK
" Ah ! sakit !" Alma memegang punggungnya
" Sudah untung kamu ku lempar ke sofa empuk ini, dan tidak ku lempar ke jalanan. Diam dan patuh saja berada di kamar ini sampai besok pagi !" teriak Bryan, jarinya menunjuk pada Alma.
Jadi aku harus disini dan mendengar kalian bercinta? ini benar-benar gila. Pria ini benar-benar buruk, berbanding terbalik dengan wajahnya.
Alma terdiam dan menahan amarah, ia tak dapat berbuat apa-apa selain bersabar. Mengeluh pun hanya bisa ia lakukan di dalam hatinya.
Malam itu hati Alma di penuhi rasa amarah, meskipun ia dan Bryan hanya menikah kontrak, tetap saja ia marah dengan perilaku Bryan yang semena-mena padanya.
Suara suara desahan dan erangan yang keras, bergema di sepanjang kamar itu.
" Ah Bryan sayang, pelan-pelan dong "
" AKHh !! "
" Kamu hebat sayang.. Uhhh.. "
Ternyata Bryan sudah benar-benar gila, di malam pernikahan nya ia malah bermain dengan wanita lain bahkan sampai pagi.
" Keterlaluan sekali, dasar penjahat wanita " Alma mendengus kesal. Ia tak bisa tidur karena suara Bryan dan wanita asing itu yang keras.
...---****---...
Bagaimana readers? seru ga ceritanya? jangan lupa udah baca like dan komen nya ya 🙂 supaya cerita ini tetap berlanjut dan berkembang, dan menambah semangat author dalam menulis 🙏😊
☀️☀️☀️
.
.
Sinar mentari masuk melalui celah jendela kamar hotel, membuat Bryan dan wanita yang ia tiduri tadi malam terbangun karena cahayanya.
Ternyata itu adalah ulah Alma yang dengan sengaja membuka tirai jendela kamar hotel itu. Dalam hatinya Alma merasa sangat kesal melihat pemandangan Bryan dan wanita asing yang tidur dengannya berpelukan mesra.
Menjijikan sekali pria yang ku nikahi ini. Dia yang terburuk. Aku tidak boleh jatuh cinta pada pria seperti ini, dia adalah contoh kalau memilih pasangan jangan hanya dilihat wajahnya saja. Jika aku jadi wanita yang mencintai nya, aku pasti sakit hati melihatnya bersama wanita lain seperti ini. Untunglah aku bukan wanita itu. Alma bergidik ngeri melihat kelakukan Bryan.
Bryan yang bangun lebih dulu melihat tatapan Alma yang tajam. Setelah membangunkan Bryan, Alma dengan mata panda nya berjalan menuju keluar pintu kamar itu.
" Mau kemana kamu dengan pakaian begitu?" tanya Bryan dengan nada yang dingin seperti biasanya
" Saya mau ke kampus " jawab Alma cuek
" Naik apa kamu kesana?" tanya Bryan
" Bus " jawab Alma malas
Cepatlah bertanya nya, aku malas melihat mu.
Bryan mengambil dompetnya, dan membuka isi dompetnya. Ada beberapa uang seratus ribuan didalam sana. Ia mengambil semua uang cash nya yang ada di dalam dompetnya, dan meletakkan nya di meja.
" Pergi naik taksi. Ambil uangnya !" seru Bryan yang tidak memakai baju.
Dia kira, aku pengemis apa?
" Tidak perlu, saya biasa naik bus. "
Alma tersenyum sinis dan langsung pergi begitu saja tanpa mempedulikan panggilan Bryan yang berulang kali memanggilnya dengan kata bocah. Alma sudah keluar dari kamar itu, sementara Bryan dan wanita itu masih di dalam kamar.
" Hey, Clara bangun !" Bryan menggoyang-goyangkan tubuh wanita asing yang tidur tanpa busana disampingnya itu.
" Clara? siapa Clara? sayang, aku Milena " jawab Milena sambil mengusap-usap matanya, wanita itu kelihatan masih mengantuk. Di dada dan lehernya terlihat banyak tanda merah.
" Mau Clara atau Milena, terserah ! segeralah bangun dan pergi dari sini !" ujar Bryan sambil membuka selimut yang menutupi tubuh Milena dengan kesal
" Sayang kamu kenapa sih tiba-tiba marah? apa semalam pelayanan ku kurang memuaskan ?" tanya Milena dengan tangan genitnya yang menyentuh otot otot dada milik Bryan
" Hentikan itu ! ini bayaran mu, dan pergilah " Bryan beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di sofa, pria itu menyerahkan sebuah kertas pada Milena.
Milena mengambil kertas berukuran kecil berbentuk persegi panjang itu dan tersenyum senang " 600 juta "
" Sayang kamu memang yang terbaik " Milena tersenyum dan mencium pipi Bryan.
Milena segera memakai bajunya dan pergi meninggalkan Bryan sendirian di kamar itu. Bryan mengambil rokok nya, sambil menghisap rokok. Pria itu terlihat begitu kesal, entah kenapa perasaan nya tidak karuan.
" Kenapa aku kesal melihat bocah itu marah? kenapa juga dia harus marah? menyebalkan, ini sangat menganggu. Beraninya dia mengabaikan ku " gerutu Bryan kesal
Hal yang sama di rasakan oleh Alma, bukan hanya Bryan saja yang kesal dengan tingkah Alma yang cuek dan mengabaikan nya. Seperti nya perasaan Alma lebih kesal lagi.
Di halte bus...
" Ya, benar ! aku memang istri kontrak nya, pernikahan kami memang pernikahan kontrak. Tapi seharusnya dia menghargai ku sebagai seorang wanita. Apalagi aku masih perawan, kenapa aku harus mendengarkan suamiku dan wanita lain melakukan itu di kamar pengantin ku? ini sungguh tidak masuk akal..Apa? barusan aku bilang dia suamiku? aku sudah gila. Dasar presiden direktur gila ! penjahat wanita. Ahhhh.. menyebalkan !!!"
" Cewek itu gila ya? dari tadi terus ngedumel gak jelas " kata seorang wanita yang berdiri tak jauh dari Alma berdiri.
" Kayanya beneran deh dia stress " timpal seorang pria yang ada disampingnya.
Dari tadi orang-orang melihat nya dengan tatapan curiga dan waspada. Sejak tadi Alma memang bertingkah aneh dengan menendang nendang tong sampah, ia melakukan itu karena sudah kelewat kesal dengan Bryan.
Alma yang sedang kesal tak sengaja menendang botol kaleng yang ada di depannya.
PLETAK
" Auch "
" suara apa itu? apa kaleng yang aku tendang mengenai sesuatu?" gumam Alma yang melihat ke sekeliling nya.
Alma kaget saat melihat di sebelah kirinya ada seorang pria yang sedang memegang kepalanya. Sudah bisa ditebak bahwa kaleng itu mengenai kepala pria itu, melihat kaleng itu ada di depan nya. Alma segera menghampiri pria itu.
" Ma-maafkan saya, saya tidak sengaja. Kamu gak apa-apa?" Alma melihat pria itu dengan rasa bersalah, ia sengaja memanggil pria itu dengan kata kamu, karena ia merasa kalau pria itu seumuran dengannya.
" Kamu kalau lagi kesel sama orang hati hati dong, jangan sampai ngerugiin orang "
" Ya, saya kan sudah minta maaf. Saya tidak sengaja. "
"Ya sudah, gak papa. Lain kali gak boleh kayak gitu. Sampah tuh harusnya dibuang ke tempat sampah, bukan ditendang tendang. Ok? " Pria itu mengambil kaleng yang ada di depannya dan melempar nya ke tempat sampah
Alma kaget saat melihat kening pria yang berkulit putih itu berdarah dan sedikit tergores.
" Itu.. kepala mu berdarah? aduh bagaimana ini?" Alma panik
Beberapa menit kemudian, Alma selesai mengobati luka di kening pria yang ia tak tau namanya itu. Terakhir ia menempel plester di keningnya, sambil meminta izin dengan sopan untuk menyentuh kening pria itu.
Amarah pria itu terlihat mereda melihat tingkah Alma yang polos. Tanpa sadar pria itu memperhatikan wajah gadis yang ada di depannya.
Bibir yang sudah merah tanpa pemerah bibir, hidung mancung, kulit putih bersih tanpa bedak, kecantikan yang natural. Tidak seperti wanita zaman sekarang yang banyak dipoles oleh make up tebal.
" Sudah selesai " Alma tersenyum
" Leo, nama ku Leo " kata Leo yang tiba-tiba mengenalkan dirinya.
" Saya Almahyra "
" Nama yang bagus " Leo sedikit tersenyum
Gadis itu merasa keheranan, tadi pria yang di depannya itu kelihatan galak dan judes. Tapi sekarang pria itu terlihat ramah dan bersahabat. Leo berterimakasih karena Alma sudah mengobati keningnya yang terluka, Leo keheranan dengan Alma yang membawa kotak obat kemana-mana.
Tanpa ragu Alma mengatakan alasan nya pada Leo kenapa ia selalu membawa kotak obat kemana-mana, itu adalah kebiasaan nya sejak usianya 6 tahun , mendiang kakek nya selalu mengingatkan nya untuk bisa menjaga diri sendiri dan belajar mengobati diri sendiri. Leo tersenyum mendengar kan cerita kecil, dari Alma.
Tak lama kemudian Leo berpamitan pada Alma karena ia harus segera pergi ke suatu tempat dan sudah terlambat. Dan kebetulan bus yang ditunggu Alma juga sudah datang.
" Kalau begitu saya juga permisi, sekali saya minta maaf kak "
" Tidak apa-apa. Oh ya Alma, apa kamu percaya takdir?"
" Saya percaya " jawab Alma yakin
" Aku juga, dan aku rasa takdir kita tidak berhenti sampai disini. " Leo tersenyum ramah pada Alma, lalu naik ke dalam taksi.
Kita akan bertemu lagi.
Alma tertegun mendengar kata-kata Juna yang tak ia mengerti. Dengan wajah polosnya, ia membalas senyuman juga. " Apa maksudnya ya?"
Gadis itu menaiki bus yang sudah menunggunya di sana. Sekilas terlihat mobil yang Bryan kendarai keluar dari parkiran hotel, dari jendela mobilnya ia melihat Alma masuk ke dalam bus.
" Siapa cowok itu? apa dia pacarnya? masa sih si kampungan itu punya pacar? bodoh amat, apa urusanku dengannya? " gumam Bryan berfikir, ternyata Bryan melihat Juna yang sedang mengobrol dengan Alma di depan halte bus itu.
Bryan mengendarai mobil mewah nya dengan cepat, karena ia juga sudah terlambat untuk berangkat ke kantor. Meskipun baru kemarin Bryan menikah dengan Alma, tapi Presdir yang gila bekerja dan gila wanita itu, tidak mengambil cuti sehari pun.
" Selamat pagi Pak Presdir " sapa beberapa karyawan yang sedang lalu lalang, tak jauh dari ruangan tempat Bryan bekerja.
Seperti biasanya, Bryan tak membalas sapaan mereka padanya. Bryan berlalu begitu saja dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Melihat tanda merah di leher Bryan, membuat para karyawan yang melihatnya bergosip sedikit.
" Wah wah kalian lihat itu, walaupun gosipnya pak Bryan sudah menikah. Tapi dia masih tetap sama ya "
" Ya, aku pikir dia akan berubah." kata seorang karyawan wanita
" Ngomong-ngomong apa kalian tau siapa istri pak presdir?" tanya seorang wanita penasaran
" Kami tidak tau, pernikahan mereka di lakukan secara tertutup. Bahkan para wartawan saja tidak boleh masuk ke dalam pesta, dan katanya tamu undangan juga hanya orang-orang terdekat saja "
" Menurutmu kenapa Presdir tidak mempublikasikan nya ya?"
" Entahlah, siapapun istrinya pasti dia orang yang hebat kan. Wanita elegan, cantik, lemah lembut, yang cocok dengan Pak Bryan. Pastinya istrinya itu berasal dari keluarga kaya juga "
Namun kenyataan yang dipikirkan karyawan nya itu jauh dari fakta aslinya. Alma istri presdir mereka hanyalah seorang gadis sederhana, berasal dari keluarga yang biasa saja, jauh dari kata kaya.
🍂🍂🍂
Di ruangan kerja Bryan.
" Apa agenda ku hari ini?"
" Seharusnya sekarang bapak sedang cuti menikah " jawab Andre, seorang sekretaris sekaligus orang kepercayaan Bryan.
" Jadi, maksudnya hari ini aku tidak ada kerjaan?" Bryan menatap tajam pada Andre
" A-ada pak, maksud saya yang tidak ada itu adalah pertemuan "
" Oh begitu. Apa rumahku sudah selesai di renovasi?" Bryan menanyakan rumah yang akan di tempati oleh nya dan Alma nantinya.
" Sudah selesai pak "
Bukankah baru kemarin Presdir menikah, kenapa hari ini beliau masih pergi ke kantor? apa benar pak presdir tidak bahagia dengan pernikahannya?
Andre yang sudah 7 tahun menjadi sekretaris Bryan, sudah mengetahui seluk beluk sifat Bryan. Bryan yang suka bermain-main dengan wanita tiba-tiba menikah? tentu saja menjadi pertanyaan besar bagi semua orang terdekat nya, akan tetapi tidak ada yang dirahasiakan Bryan pada Andre. Bahkan pernikahan kontrak yang ia jalani dengan Alma, juga diketahui oleh Andre.
" Pindahkan barang barang ku yang ada di rumah utama ke rumah pribadi ku, dan juga beli beberapa pakaian wanita "
" Pakaian wanita? untuk siapa pak?".
" Tentu saja untuk istri baruku. "
Istri? Apa maksudnya nona Alma kan?
Bryan terlihat kesal saat teringat Alma yang memakai pakaian sederhana, terlebih lagi celana jeans.
" Tidak masuk akal bukan? statusnya sekarang dan sampai 3 tahun adalah istri Bryan Alvaro Aditama, dan dia memakai pakaian seperti pemulung? mau ditaruh dimana muka ku?" gerutu Bryan kesal
" saya mengerti, saya akan melaksanakan semua perintah bapak "
" Ah ya, dan awasi kegiatan nya. Kirim seseorang untuk menata matai nya saat di kampus "
" Baik pak, tapi hanya itu saja?"
" Maksud mu apa HAH?" suara Bryan mulai meninggi
" Maksud saya, apa bapak tidak akan menyuruh orang untuk melindungi nona muda ?" tanya Andre
" Untuk apa aku melakukan itu?! cukup awasi saja dia ! kalau kamu bertanya lagi, mati lah kamu !" teriak Bryan kesal.
Andre menganggukkan kepalanya, mengiyakan semua kata-kata Bryan.
Astaga apa yang terjadi, apa nona muda membuat Presdir marah?
🍂🍂🍂
Alma sudah sampai di kampusnya, gadis itu segera berlari masuk ke dalam kelasnya. Dalam hatinya ia merasa lega, karena kelas bimbingan nya belum dimulai. Terlihat ada beberapa orang yang ada disana, duduk di kursi.
" Syukurlah aku tidak terlambat.. huufft "
Tak lama kemudian seorang gadis duduk di dekat Alma dan memberitahunya bahwa akan dosen pembimbing skripsi mereka akan diganti.
" Seriusan? diganti? kenapa? aku udah nyaman banget sama Bu Liana " tanya Alma heran
" Katanya Bu Liana gak ngambil tugas jadi dosen pembimbing lagi, beliau kan mau cuti lahiran " terang Mia, teman dekat Alma di kampus
" Terus siapa ganti nya?" tanya Alma
" Katanya ada dosen baru, mungkin kita bakal dibimbing sama dia " jawab Mia
Siapa ya? dosen baru? gumam Alma dalam hatinya.
Semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kelas itu, duduk terdiam di kursi mereka masing masing. Saat melihat seorang pria bertubuh tegap, tinggi dan tampan sedang berdiri di depan kelas, bersama dengan seorang wanita paruh baya disampingnya.
" Selamat pagi semuanya " Kata Bu Mery ( salah satu dosen di kampus itu, dosen matematika statistik )
" Pagi Bu " jawab mahasiswa mahasiswi dengan serempak.
Semua mahasiswi yang ada disana fokus pada pria yang berdiri disebelah Bu Mery, wajahnya terlihat ramah dan bersahabat.
Alma terkejut melihat plester yang di pakai oleh pria itu, dia adalah Leo. Pria yang ia temui di halte bus tadi pagi. " Dia kan kakak yang tadi di halte bus?"
" Pasti kalian bertanya-tanya siapa pria yang ada di samping saya ini kan. Silahkan perkenalkan diri anda pak " kata Bu Mery ramah
" Terimakasih Bu Mery. Perkenalan nama saya Leonardo, dipanggil biasa di panggil Leo. Saya adalah dosen matematika statistik yang akan menggantikan Bu Mery untuk mengajar kalian. " Leo tersenyum kepada para mahasiswa dan mahasiswi nya.
Dia dosen?
Psst psst..
Begitu Leo memperkenalkan dirinya, terdengar riuh dari mahasiswa mahasiswi yang ada di dalam kelas itu. Leo menjadi topik hangat di kelas nya bahkan di seluruh kampus itu.
Terutama dikalangan para gadis, wajahnya yang tampan, kulit putih bersih, saat tersenyum terlihat lesung di pipi nya, hidup mancung, mata berwarna biru. Terlihat jelas dia bukan warga lokal asli, tapi blasteran.
Saat kelas mereka selesai, Mia mengajak Alma pergi ke kantin untuk makan bersama. Kebetulan sekali Alma belum sarapan, jadi ia pun ikut dengan Mia ke kantin.
" Gila, gila ! ganteng banget dah tuh pak dosen. Masih muda, pinter, lulusan Harvard university pula. Ya kan Al?"
" Kamu semangat banget deh ngomongin pak Leo " Alma hanya terfokus pada berkas-berkas yang ada di meja.
" Habisnya dia ganteng, baik, dan pinter. Ah, dan bukan aku saja yang ngomongin dia. Semua orang di kampus juga " Mia meneguk jus jeruk lewat sedotan.
" Iya itu semua nya benar "
Apa ini kebetulan ya? kenapa aku bisa ketemu dia lagi?
Saat itu Alma tidak tahu bahwa pria bernama Leo, tidak hanya bertemu dengannya secara kebetulan. Tapi sudah ditakdirkan oleh Tuhan.
...---***---...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!