NovelToon NovelToon

Dokter Arkana

Episode 1

Disebuah rumah sakit terkenal yang berada dipusat kota. Seorang dokter bedah yang sangat terkenal dengan kejeniusan ya sedang melakukan operasi darurat di ruang OT.

"Pisau bedah" Mintanya.

"Ini dok" Berikan sang perawat.

Sedangkan di ruangan sang presdir mereka sedang membicarakan Haris yang sedang melaksanakan operasi yang tak lain adalah istri dari seorang konglomerat besar di kota itu.

"Bagaimana ini? jika operasinya tidak berjalan dengan lancar apa dia akan menarik saham dari rumah sakit ini?" Khawatir Steven yang tak lain adalah adiknya Hermawan.

"Aku yakin Haris pasti bisa menyelamatkan nyawanya" Angguk Hermawan.

"Aku juga berharap semoga Haris bisa menyelamatkan ya" Sambung Agung sebagai rekan Hermawan dan Steven.

Tok.. Tok..

"Masuk" Jawab Hermawan.

"Dok.. Tuan Agus ada diluar" Beritahu sekretaris Hermawan.

"Suruh dia masuk".

"Baik dok" Angguknya langsung memberitahu Agus.

Begitu Agus memasuki ruangan Hermawan, "Silahkan duduk tuan Agus" Senyum Hermawan menyuruh Agus duduk.

"Terima kasih" Duduknya diatas sofa.

"Bawakan kopi 1 lagi" Ucap Hermawan kepada sang sekretaris.

"Baik dok".

Dengan wajah santai Hermawan tertawa melihat Agus, "Tidak usah khawatir tuan, dokter yang menangani istri tuan adalah dokter yang sangat hebat" Puji ya.

"Mmmmm.. Saya harap juga seperti itu" Angguk ya.

Kemudian sang sekretaris membawa secangkir kopi kembali, "Kopi ya tuan".

"Terima kasih" Terima Agus.

"Sama-sama tuan" Lalu ia langsung keluar dari ruangan itu.

"Kalau dia berhasil menyelamatkan istri saya, saya akan merekrut dia".

"Apa?" Kaget Hermawan.

"Iya".

"Maksudnya? kami sama sekali tidak mengerti tuan?".

"Sebenarnya saya memiliki rumah sakit militer yang ada di perbatasan" Jawab Agus meminum teh ya. "Kalau kalian menyerahkan dia, saya akan memberikan saham saya lagi menjadi 75% bagaimana?".

"Haahhhh? 75%?".

"Mmmmmmm".

"Hahahhahah" Tawa mereka bertiga langsung. "Baiklah.. Kami akan memberikan ya kepada mu tuan Agus" Setuju mereka.

"Nanti sekretaris saya yang akan mengurusnya".

"Iya tuan.. Terima kasih banyak" Senyum Hermawan sangat lebar. "75% bukanlah nilai yang kecil, dan diluar sana masih banyak yang jauh lebih hebat dari Haris" Batin Hermawan.

.

40 menit telah berlalu, Haris langsung keluar dari dalam ruangan operasi, "Bagaimana Haris? apa operasinya berjalan dengan lancar?" Tanya Hermawan.

"Iya dok" Senyum Haris melihat Agus.

"Aakkhhhh.. Syukurlah" Legah Agus mengusap wajahnya.

Begitu juga dengan Hermawan, Steven dan juga Agung langsung tersenyum senang. "Dokter Haris tidak mungkin mengecewakan kita tuan" Ucap Hermawan melihat Agus.

"Iya" Senang Agus.

"Sepertinya istri tuan telah dibawa keruang inap".

"Mmmmmmm" Agus segera pergi keruangan presiden sweet yang kemarin ia pesan untuk sang istri tercinta.

"Kalau gitu saya permisi dulu dok" Tunduk Haris.

"Mmmmmmm" Angguk Hermawan.

Haris pun segera pergi dari hadapan mereka menuju ruangan ya. "Aakkhhh" Lelah Haris menyandarkan kepalanya. Kemudian Haris mengeluarkan ponselnya dari dalam laci meja ya.

DDDRRRTTTT.. DDDRRRTTT..

"Hallo sayang" Senyum Haris dengan lebar.

"Apa operasinya berjalan lancar?" Tanya Marisa istri tercinta ya Haris.

"Iya sayang" Angguk Haris.

"Syukurlah" Senyum Marisa sangat lebar.

"Kamu sedang apa sayang?".

"Aku sedang melipat pakaian anak kita Haris".

"Kamu jangan terlalu capek sayang, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan mu dan juga calon anak kita" Ingatkan Haris.

"Kamu tidak usah khawatir Haris, aku dan calon anak kita baik-baik saj.. Aakkhhhh".

"Kamu kenapa sayang?" Khawatir Haris.

"Tidak apa-apa Haris, anak kita tiba-tiba saja menendang" Senyum Marisa mengelus perut buncitnya.

Haris pun ikut tersenyum mendengar cerita sang istri tercinta, "Apa kamu sudah makan sayang?".

"Sudah Haris".

"Pulang kerja nanti kamu mau dibawa apa?".

"Mmmmm.. Ayam goreng".

"Baiklah, nanti aku akan membawanya".

"Mmmmmm".

"Kalau gitu aku kerja dulu ya sayang".

"Iya Haris".

"Uuummmaahhhh" Cium Haris sebelum mematikan ponselnya.

"Hahahhaha" Tawa Marisa dari sebrang sana.

Tuuttt..

Setelah itu Haris kembali bekerja.

.

Dirumah, Marisa selalu sendiri jika Haris berangkat bekerja. "Sayang.. Suatu saat nanti kamu harus menjadi seperti papa kamu yah" Senyum Marisa mengelus perutnya.

Mendengar perkataan Marisa sang calon buah hati mereka pun langsung menendang perutnya, "Aakkhhh.. Hahahha ternyata kamu mendengar mama sayang" Tawa Marisa sangat bahagia. Kemudian Marisa melihat foto pernikahan mereka, "Semoga suatu saat nanti anak kita akan seperti kamu Haris".

Lalu Marisa melanjutkan pekerjaan ya yang sempat tertunda tadi.

Tok.. Tok..

"Siapa?" Tanya Marisa menghentikan pekerjaan ya lagi.

"Ini mama Risa" Jawab sang mama.

"Mama" Bangkit Marisa membuka pintu untuk sang mama.

Ceklek..

"Mama" Peluk Marisa dengan sayang.

"Hahahhahah" Tawanya membalas pelukan Marisa.

"Mama bawa apa?" Tanya ya melihat bekal yang ada ditangan kanan sang mama.

"Mmmmm.. Tadi dirumah mama masakin makanan enak untuk putri tercinta mama dan juga menantu mama, apa Haris dirumah?".

"Haris belum pulang kerja ma, ayok masuk ma".

"Iya sayang" Masuknya kedalam rumah kecil yang sengaja Marisa mau.

"Duduk Ma".

"Mmmmm" Duduknya diatas sofa. "Ini sayang" Berinya dihadapan Marisa.

"Terima kasih ya ma" Terima Marisa lalu menaruhnya didalam kulkas pendingin makanan. "Mama mau minum apa?".

"Apa yang ada ajah sayang".

"Iya ma" Marisa segera membuatkan minuman segar yang ada didalam kulkasnya. Setelah itu ia membawanya. "Kami hanya punya ini mah" Berikan Marisa.

"Tidak apa-apa sayang" Minumnya. "Aakkhhh.. Kamu masih saja pintar buat minuman segar seperti ini sayang".

"Hehehehe" Tawa Marisa.

"Apa kabar dengan kandungan kamu sayang?".

"Kandungan Risa baik-baik saja Ma, dan calon bayi Risa sudah mulai aktif nendang ma kalau Risa mengajak ngobrol".

"Hahahah.. Pintarnya enggak jauh beda dari Haris ya sayang".

"Iya ma.. Risa yakin calon bayi kami nanti pasti seperti Haris".

"Amin sayang".

.

Dirumah sakit Haris sedang sibuk dengan pekerjaan, "Dok.. Dokter" Teriak salah satu pasien ya yang sedang menahan sakit.

"Tunggu sebentar ya buk, dokternya lagi memeriksa pasie lainnya" Ucap sang perawat.

"Tolong periksa ibu saya duluan suster, kasihan ibu saya" Mohon sang putri.

"Maaf mbak, saya tidak bisa apa-apa, semua sudah bergiliran".

"Aarrrkkhhhh.. dokter tolong saya" Teriaknya lagi.

Haris pun yang mendengarnya langsung melihat kearah yang empunya suara, "Tolong ibu saya duluan dok, ibu saya sangat membutuhkan pertolongan dokter" Mohon sang putri menghampiri Haris.

"Tunggu sebentar yah" Ucap Haris meninggalkan pasien tersebut.

"Tapi saya dok".

"Maaf ya buk, Pasien yang di ujung sana dari tadi teriak kesakitan".

"Kenapa bisa begitu, bukankah saya duluan yang tiba disini?" Marahnya kepada sang perawat.

"Saya harap ibu bersabar sebentar yah, dokter Haris pasti akan memeriksa ibu, atau saya memanggil dokter yang lainnya?".

"Saya tidak butuh dokter yang lain, saya mau dokter Haris yang menangani saya" Tolaknya.

"Kalau gitu ibu harus menunggu dokter Haris selesai" Ucapnya langsung meninggalkan pasien tersebut.

Episode 2

"Tolong saya dok.. Tolong saya dok" Tangis ya begitu Haris mendatangi si pasien tersebut.

"Tunggu sebentar ya buk" Haris langsung memeriksanya. "Dia hanya usus buntu saja, tapi dia harus di operasi malam ini juga" Batin ya setelah Haris memeriksanya. "Hhhrrrmmm".

"Bagaimana ibu saya dok?".

"Usus buntu, pasien harus segera di operasi sore ini juga".

"Apa?".

"Mmmmmm".

"Kalau gitu ibu saya langsung di operasi saja dok, saya mohon dok".

"Baiklah.. Sus siapkan ruang operasi".

"Baik dok".

"Silahkan isi data pasien disana" Tunjuk Haris.

"Iya dok, terima kasih banyak" Perginya meninggalkan Haris.

Sedangkan sang mama masih terbaring sambil menahan rasa sakit, "Tunggu sebentar" Kemudian Haris menemui dokter yang berjaga disana.

Lalu sang suster menghampirinya kembali, "Apa data ya sudah di isi buk?" Tanya ya.

"Sudah sus, anak saya sudah pergi mengisinya".

"Kalau gitu kita langsung saja ke ruang operasi" ia segera mendorong bet ya.

"Anak saya sudah datang sus".

"Mari ikut saya mbak".

"Iya sus".

Sesampainya mereka di depan ruang operasi, tidak menunggu beberapa lama kemudian Haris telah berjalan di lorong rumah sakit dengan pakaian medis ya, "Apa ibu sudah siap?" Tanya Haris.

"Mmmmmm" Angguknya.

"Saya mohon dok, tolong selamatkan ibu saya".

"Iya, kami akan melakukan yang terbaik" Senyumnya. "Ayok sus".

"Iya dok".

Didalam ruang operasi, "Ibu bisa menghitung mundur" Suruh Haris sebelum suster menyuntik obat bius.

"Baik dok" Ia pun langsung menghitung mundur dari 3 sampai 1.

Setelah itu operasi segera berjalan selama 40 menit lamanya.

.

Diruangan ya Hermawan sedang bersiap untuk pulang kerumah ya.

Tok.. Tok..

"Masuk" Jawab Hermawan.

Ceklek..

"Ada apa Steven?" Tanya ya melihat Steven.

"Apa kamu ingin pulang?".

"Mmmmmm.. Apa kamu belum mau pulang?".

"Sebentar lagi".

"Lalu ada apa kamu datang kemari?".

"Aku dengar rumah sakit militer milik tuan Agus sedang dalam bahaya" Beritahu Steven.

"Maksud kamu?".

"Disana sedang ada perang, apa kamu yakin?" Bisiknya.

"Apa?".

"Ssshhhuueettt.. Makanya tuan Agus sampai mau memberikan saham ya samapi 75% semua itu ya karna itu".

"Mmmmmm" Angguk Hermawan. "Tapi tidak apalah, yang penting kita mendapatkan saham itu" Senyum Hermawan.

"Kalau itu saya setuju" Senang Steven juga. "Jadi kapan Haris akan di pindahkan? setau ku istri Haris sedang hamil besar dan tidak mungkin Haris akan membawa ya kesana".

"Minggu depan tuan agus akan membawanya, soal istrinya aku juga tidak tau" Jawab Hermawan. "Kalau gitu aku pulang dulu, istri ku sedang menunggu ku dirumah".

"Mmmmmm" Angguk Steven ikut keluar.

.

Setelah Haris selesai operasi, ia pun langsung keluar dari dalam untuk menemui keluarga sang pasien. "Dokter" Hampiri mereka yang sudah bertambah banyak.

"Pasien tidak apa-apa, dan sekarang pasien telah dipindahkan keruang ICU" Beritahu Haris tersenyum ramah.

"Aakkhhhh" Legah mereka semua menghela nafas. "Terima kasih dokter terima kasih banyak".

"Iya, kalau gitu saya permisi dulu".

"Iya dok" Angguk mereka.

.

Sekarang telah menunjukkan pukul 18.23 malam, "Ternyata sudah jam 6 lewat" Gumam Haris mendudukan diri diatas kursinya. "Aakkhh" Lalu Haris menghela nafas panjang kemudian ia melihat foto pernikahan ya dengan Marisa yang sengaja ia pajang di atas meja. "Hheemmmm😊" Senyumnya. Setelah itu Haris bangkit berdiri dari atas kursinya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

15 menit kemudian Haris langsung keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian santainya.

Tok.. Tok..

"Masuk" Jawab Haris.

Ceklek..

"Apa kamu mau pulang?".

"Rencana tadi mau langsung pulang dok" Senyum Haris melihat Steven. "Silahkan duduk dok".

"Terima kasih" Duduk Steven diatas sofa sederhana yang ada didalam ruangan Haris.

"Apa dokter mau minum kopi?".

"Boleh" Angguk Steven.

"Tunggu sebentar dok" Haris segera membuatkan dua kopi untuk dirinya dan juga untuk Steven. Setelah selesai Haris kembali menghampiri Steven, "Inih dok" Berinya.

"Mmmmmm" Terima Steven. "Duduklah".

"Iya dok" Duduknya dihadapan Steven.

"Bisakah kita mengobrol sebentar? ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan mu".

"Ada hal penting apa itu dok?".

"Begini Haris.. Apa kamu masih mengingat tuan Agus?".

"Mmmmmm" Angguk Haris.

"Tuan Agus kemarin merekrut mu sebagai salah satu dokter di rumah sakit ya tuan Agus karna kamu telah berhasil menyelamatkan istri tercinta ya".

"Lalu?".

"Kami akan setuju jika kamu setuju pergi kesana, tetapi kami telah membuat perjanjian dengan tuan Agus selama 1 bulan, jika kamu bertahan disana selama 1 bulan tersebut maka kami tidak akan menarik mu kembali. Apa kamu bersedia pergi kesana? kami harap kamu bersedia pergi kesana, soal istri mu jangan khawatirkan biar kami yang akan mengurusnya, Aakkhh.. dan aku dengar istri mu lagi hamil 7 bulan?".

"Iya dok" Angguk Haris. "Tapi saya harus meminta izin dulu dengan istri saya dok".

"Baiklah, saya harap kamu setuju" Ucap Steven bangkit berdiri dari atas sofa.

"Iya dok" Angguk Haris.

Setelah Steven keluar dari ruangan ya, Haris pun kembali duduk sambil mengusap wajahnya. "Aakkhhh.. Apa yang harus aku katakan kepada Marisa" Gumam ya.

.

Diluar rumah, Marisa sedang menunggu kepulangan Haris. "Kenapa Haris belum pulang yah? padahal ini sudah hampir jam 9 malam".

Tin.. Tin..

Mendengar suara mobil itu, Marisa langsung tersenyum lebar, "Haris".

Begitu Haris keluar dari dalam mobil, "Sayang" Senyum Haris merentangkan kedua tangannya.

"Haris" Teriak Marisa langsung memeluk tubuh sang suami. "Kamu kenapa pulang malam? aku sangat merindukan mu" Rengek Marisa didalam pelukan ya.

"Maafkan aku sayang, tadi jadwal operasi ku sangat banyak" Jawab Haris mencium kepala Marisa.

"Terus.. Apa kamu membawa ayam goreng ya?".

"Tentu saja sayang. Tunggu sebentar" Haris mengambil ya dari dalam mobil, "Inih".

"Yee.. Terima kasih suami ku, uummaahhh".

"Hahahhaha" Tawa Haris melihat Marisa. "Ayok sayang.. Diluar dingin".

"Mmmmmmm" Angguk Marisa membawa ayam goreng ya. "Oohh iya.. Tadi mama kemari".

"Ngapain?" Tanya Haris meletakkan jas ya.

"Mama cuman membawa bekal saja untuk kita berdua".

"Mmmmmm" Gumam ya menghampiri Marisa ke meja makan. "Sepertinya sangat enak sayang".

"Iya, duduklah" Marisa segera membuatkan makan malam untuk ya dan juga Haris. "Gimana? enak kan?".

"Masakan mama enggak ada dua ya sayang" Jawab Haris sangat menikmati masakan sang mertua.

"Hehehehe" Tawa Marisa. "Ayam goreng ya juga sangat enak sayang".

Selesai Makan malam Haris mengajak Marisa mengobrol sebentar diruang tamu, "Ada apa Haris?".

"Sayang".

"Mmmmmm".

Dengan tenang Haris menarik nafas panjang, "Sayang.. Rumah sakit lain merekrut ku selama satu bulan bekerja sebagai dokter bedah" Ucap Haris melihat Marisa.

"Lalu?".

"Aku harus meninggalkan mu selama 1 bulan sayang".

"Tidak bisakah kamu menolak ya? aku takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan dengan ku Ris dan juga bayi kita" Sedih Marisa.

"Tidak akan ada terjadi apa-apa dengan mu sayang, aku akan meminta izin kepada mama agar kamu bisa tinggal disana".

"Hhhmmsss" Dengus Marisa melihat Haris. "Ya sudah terserah kamu saja, tapi hanya 1 bulan saja".

"Iya sayang" Senyum Haris langsung memeluk Marisa.

Episode 3

1 minggu kemudian, Haris kini sedang berada di dalam rumah sang ibu mertua, "Ma.. Pa.. Haris titip Marisa ya ma".

"Iya Haris.. Selama kamu pergi mama dan papa akan menjaga Marisa dan juga calon bayi kalian".

"Iya ma, terima kasih banyak" Senyum Haris melihat Marisa.

"Ya sudah.. Pergilah Haris jangan khawatirkan Marisa, sebentar lagi jadwal pesawat mu akan terbang" Ucap sang papa mertua.

"Iya pa" Haris segera bangkit berdiri dari atas sofa. "Aku berangkat ya sayang".

"Haris" Rengek Marisa melihat sang suami.

Dengan gemas Haris langsung memeluk Marisa, "Aku hanya pergi tuk sementara sayang".

"Tapi tetap saja aku belum siap berpisah dengan mu Haris".

Kemudian sang mama menarik tubuh Marisa, "Sudah sayang nanti Haris ketinggalan pesawat".

"Ma" Sedih Marisa.

"Kalau gitu Haris berangkat dulu Ma Pa" Pamit ya sebelum keluar dari dalam rumah.

"Iya Haris.. Setibanya nanti disana jangan lupa beritahu kami".

"Iya Pa" Haris pun langsung keluar dari dalam rumah.

Begitu Haris pergi dari hadapan mereka semua, "Ma.. Risa masuk kamar dulu yah".

"Sayang" Sedihnya melihat putri tercinta.

"Risa baik-baik saja kok ma, mama enggak usah khawatir".

"Iya sayang" Angguk ya. Kemudian Marisa pergi meninggalkan pasangan suami istri itu. "Pah".

"Sudahlah Ma.. Biarkan Marisa sendiri".

"Hhhmmsss" Dengus ya.

Dibalik pintu kamar Marisa tak henti-hentinya menangis, "Hiks.. Hiks.. Sebenarnya hati ku sangat berat sekali untuk membiarkan mu pergi Haris, hiks.. hiks.. Tolong kuat kan mama sayang" Dengan sedih Marisa mengelus perutnya.

.

Di bandara Haris telah ditunggui oleh Agus, Hermawan dan juga Steven.

"Haris" Panggil Hermawan.

"Maaf kalau saya terlambat dok" Ucap Haris menghampiri mereka.

"Tidak apa-apa dokter Haris" Senyum Agus.

"Apa kamu sudah siap?" Tanya steven.

"Sudah dok" Jawab Haris.

"Kalau gitu kami berangkat dulu".

"Iya tuan, semoga perjalan kalian baik-baik saja. Kalau ada apa-apa jangan lupa memberi tahu kami tuan".

"Mmmmmm" Angguk Agus langsung pergi dari hadapan Hermawan dan Steven bersama dengan Haris.

Seperginya Haris dan Agus dari hadapan mereka. Hermawan dan Steven segera pergi meninggalkan bandara internasional tersebut.

.

4 jam perjalan menuju rumah sakit Agus, kini mereka telah tiba disana. "Hahaha.. Ini adalah rumah sakit saya dokter Haris" Beritahu Agus membawa ya masuk kedalam IGD.

Melihat Agus yang baru datang, para staf dan dokter yang bertugas disana langsung menyambut sang empunya rumah sakit. "Tuan Agus" Sapa mereka dengan sopan.

"Iya, apa kabar kalian semua?".

"Baik tuan, bagaimana dengan istri tuan? apa beliau baik-baik saja?".

"Mmmmm.. Istri saya sudah baik-baik saja berkat dokter Haris. Kenalkan dia adalah dokter baru disini nama ya Haris" Senyum Agus.

"Hallo dokter Haris" Sapa mereka sangat ramah.

"Aakkhh iya" Tunduk Haris tak kalah ramah dengan mereka. "Saya harap selama 1 bulan ke depan ya kita semua bisa bekerja sama dengan baik".

"Iya dok" Angguk mereka.

Kemudian Agus mengajak Haris berjalan-jalan mengelilingi rumah sakit tersebut, hingga kini mereka berdua tengah berada di atas atap rumah sakit. "Aakkhhhh" Hela Agus menatap lurus. "Rumah sakit peninggalan kedua orang tua ku".

"Mmmmmm" Angguk Haris mendudukan diri diatas kursi yang ada disana.

"Papa dulu seorang TNI, dan rumah sakit ini dibangun memang khusus untuk para tentara. Kamu lihat perumahan yang ada disana?".

"Iya".

"Itu adalah perumahan tentara".

"Oohh..".

"Dan lokasi kita ini berada di perbatasan, jika terjadi sesuatu dengan mereka maka rumah sakit ini akan penuh".

"Pantas saja saya tadi melihat rumah sakit ini sangat sepi".

"Stop" Teriak Agus.

"A-ada apa?" Kaget Haris melihat Agus.

"Hentikan, kamu tidak boleh mengatakan seperti".

"Kenapa?".

"Sebentar lagi rumah sakit akan ter..sial. Kamu lihat itu" Tunjuk Agus melihat ambulan yang baru datang.

"Iya".

"Ayok.. Mereka membutuhkan mu" Lari Agus dari atas atap gedung tersebut.

Melihat itu Haris semakin dibuat tambah bingung meskipun ia tetap turun mengikuti Agus.

.

Setibanya mereka di ruang IGD Haris dibuat melongo dengan apa yang baru ia lihat. "Apa yang kamu lihat Haris, ayok bantu mereka" Teriak Agus membantu sedikit demi sedikit.

"Ba-baik" Jawab Haris langsung membantu para perawat. "Apa yang terjadi? kenapa mereka bisa terluka seperti ini?" Tanya Haris kepada sang perawat.

"Ini luka bom dok" Jawab sang suster.

"Bom?" Kaget Haris melihat sang suster.

"Kita tidak punya banyak waktu lagi dok" Ujar sang perawat mengingatkan Haris.

"Aakkhhh.. Iya" Haris kembali fokus menangani pasien itu.

.

Setelah selesai menangani beberapa pasien tersebut, "Terima kasih dokter Haris, dokter memang benar-benar hebat" Jempol para perawat melihat Haris dan dokter lainnya.

"Iya, sama-sama" Senyum Haris dengan senang hati. Lalu Agus menghampiri Haris.

"Terima kasih telah bekerja dengan bagus" Senang Agus menepuk pundak Haris. "Apa kamu sudah menghubungi istri mu?".

"Belum tuan, saya tadi belum sempat memberi kabar istri ku".

"Ya sudah.. Kamu boleh menghubungi istri mu agar dia tidak khawatir".

"Iya tuan" Angguk Haris segera pergi dari ruangan IGD.

"Dokter Haris?".

"Iya" Angguk Haris.

"Ayok ikut saya dok" Bawanya kedalam kamar yang di sediakan untuk Haris.

Ceklek..

"Ini kamar ya dok, dan barang-barang dokter telah saya masukan kedalam".

"Terima kasih banyak" Senyum Haris dengan ramah.

"Sama-sama dok" Perginya meninggalkan Haris.

Lalu Haris langsung masuk kedalam kamar tersebut, "Aakkhh" Duduknya diatas kursi yang disediakan. Setelah itu Haris mengeluarkan ponselnya dan segera men-video call istri tercinta.

DDDRRRTTT.. DDDRRRTTT..

"Haris" Jawab Marisa dengan wajah berseri-seri.

"Sayang" Senyum Haris.

"Kenapa kamu baru menghubungi ku?".

"Maafkan aku sayang, tadi pasien sangat banyak sekali" Kemudian Haris memperhatikan mata sembap Marisa. "Ada apa dengan kedua mata mu sayang? apa kamu menangis?".

"Mmmmmm" Gumam Marisa mengerucutkan bibirnya.

"Sayang.. Tolong jangan buat aku khawatir disini. Aku enggak mau kamu kenapa-napa dan juga bayi kita".

"Istri mana sih yang enggak sedih kalau ditinggal sama suami? apalagi di tugaskan sangat jauh".

"Aku mengerti sayang, tolong jangan sedih" Bujuk Haris melihat Marisa yang sudah berkaca-kaca. "Maafkan aku yah, kalau kamu sedih bayi kita juga akan ikut sedih".

"Tau aakkhhh" Kesal Marisa membuang wajahnya.

"Sayang" Panggil Haris. "Sayang" Panggilnya lagi dengan sayang. "I miss you istri ku sayang".

Marisa pun langsung melihat layar ponselnya, "I miss you too suami ku" Balas Marisa.

"Ayok dong tersenyum sayang, smile😊".

"Enggak aakkhh.. Lagi enggak mood".

"Ayolah sayang, aku mau malam ini hanya senyuman mu saja yang ada dalam bayangan ku".

"Baiklah" Marisa pun menunjukkan senyum manisnya kepada suami tercinta.

"Gitukan cantik sayang" Puji Haris.

"Tentu saja aku cantik"..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!