Di tengah sebuah stadion terdapat Panggung yang begitu megah dimana Sebuah final pertandingan game terbaik dunia saat ini tengah berlangsung. Ribuan penonton memadati stadion memberi semangat pada dua tim yang mereka jagokan. Sementara itu para pemain dari kedua belah pihak begitu serius bermain demi memenangkan Civilization of Warlord ke4 ini.
<
Suara host yang begitu bersemangat menyampaikan apa yang saat ini terjadi pada pertandingan. Seketika suara sorakan dari pendukung Tim biru membuat stadion bergetar hebat. Tidak ingin kalah, pendukung dari Tim merah pun terus memberikan semangat berharap Tim tercinta mereka dapat mengendalikan keadaan. Namun sebenarnya pertandingan ini sudah sejak awal telah ditentukan siapa pemenangnya.
“Sialan!.”
Terdengar umpatan salah satu pemain di pihak tim merah. Kirana adalah satu-satunya gamer perempuan yang berada di atas panggung megah itu, bukan hanya pemain biasa dia justru ketua Tim merah dan pendiri dari guild Nusa62. Guild terbaik yang mewakili Indonesia pada turnamen ini.
Sebuah pasukan berisi seratus ribu prajurit yang dipimpin oleh komandan terbaik milik Kirana keluar dari kota miliknya. Tujuan pasukan itu adalah untuk menyerang kota utama yang telah diduduki oleh pihak biru.
<
Seperti yang dikatakan oleh sang host. Tiga pasukan yang masing-masing adalah milik dari pemimpin Guild MYTHlord menghadang jalan pasukan Kirana, pertempuran pun terjadi antara 100 ribu melawan 300 ribu prajurit. Jumlah yang tidak seimbang itu tentu membuat jumlah pasukan Kirana menurun dengan cepat.
<
Kirana melirik kearah anggota Tim merah namun tidak ada satupun dari mereka yang berani menatap gadis itu, mereka seolah membuang wajah dan tidak peduli dengan perjuangan pemimpin mereka untuk memenangkan pertandingan ini.
“Sudahlah, kau tidak bisa mengalahkan mereka sendirian.” ucap salah satu rekan Kirana.
“Kau benar… andai saja teman-temanku yang sesungguhnya adalah disini.” balas gadis itu yang seketika membuat semua pemain dari Nusa62 terdiam. Hingga akhirnya manajer guild menyuruh mereka semua untuk bersikap wajar.
“Rei, kau sungguh ingin tetap seperti ini?.” tanya Kirana pada seseorang di sampingnya.
“Um… maaf kapten aku harus melindungi kota ketiga.” balas pemuda itu tampa sedikitpun menatap lawan bicaranya. Sebenarnya dia bisa saja mengirimkan salah satu pasukan yang dia miliki namun dia tidak melakukannya.
“Cih…” Kirana hanya bisa mendecakkan lidah untuk menunjuk kekecewaannya pada pemuda itu. Pada akhirnya karena tidak ingin pasukannya dihabisi Kirana memutuskan untuk menarik mundur, namun ketiga pasukan milik pemimpin tim biru tetap mengejar pasukan Kirana yang telah kehilangan setengah pasukannya.
“Hahaha… hari ini aku akan memusnahkan seluruh pasukan srikandi.” Goldfingers pimpinan dari guild MYTHlord begitu senang melihat pasukan Kirana yang mulai kualahan dan mencoba untuk mundur.
Melihat jika pasukan dari Kirana tengah terdesak membuat penonton dapat mengira jika pertandingan ini kan segera berakhir. Namun wajah dari gadis itu memperlihatkan tekad yang masih belum hilang.
“Gold, aku sudah bilang dipertandingan kita sebelumnya jika jangan hanya fokus pada satu hal di medan perang.” setelah mengucapkan monolog itu Kirana menggerakkan dua pasukan miliknya yang sebelumnya telah dia gerakkan secara diam-diam dan menunggu didalam hutan, sementara pasukan yang sebelum hanyalah sebuah umpan untuk menarik ke-tiga pasukan Goldfingers kedalam jebakan. Melihat dua pasukan bantuan dari Kirana membuat senyum di wajah pemimpin MYTHlord itu memudar. Dalam hitungan detik seluruh pasukan Goldfingers dikepung olah pasukan Kirana.
“Sialan, kalian berdua bantu aku!.” perintah Goldfingers pada dua rekannya yang sedang berusaha merebut kota milik pihak merah, mengikuti perintah pemimpin, mereka segera mengerahkan pasukan untuk menyelematkan Goldfingers dari sergapan. Tindakan ini membuat dua kota yang dimiliki oleh pihak Nusa62 terbebas dari gempuran musuh, yang seharusnya mereka jadikan kesempatan untuk merka menyerbu kota utama. Namun tidak ada satupun pasukan yang keluar seolah mereka sengaja tidak mengambil kesempatan ini.
Dua pasukan bantuan untuk menolong Goldfingers datang, namun jumlah mereka yang tidak terlalu banyak dikarenakan terkikis dari penyerangan kota sebelumnya membuat mereka harus mati-matian berhadapan dengan 3 pasukan utama Kirana.
<
Penonton langganan menggila setelah melihat pertempuran yang barusan mereka lihat, baik pendukung Nusa62 atau MYTHlord keduanya sangat menikmati pertempuran tersebut. Namun wajah Kirana tidak menunjukkan kegembiraan samasekali, dia terdiam melihat pasukan yang tersisa dari miliknya hanya satu komandan dengan sepuluh ribu prajurit. Dalam kondisi seperti ini pemain manapun akan memilih untuk kembali ke kota untuk mengisi kembali pasukan, namun itu jika ada rekan yang mau melanjutkan peran untuk menyerang kota utama.
Gadis itu kembali menatap seluruh anggota tim merah, namun kembali tidak ada seorang pun dari mereka yang mau membalas tatapan itu. Menyadari jika tidak ada satupun rekan yang akan membantunya, Kiran akhirnya memilih untuk menggerakkan pasukan terakhir ke arah kota.
“Buahaha… kau sudah gila, menyerang kota utama dengan pasukan sekecil itu.” komentar sini kembali di ucapkan oleh pemuda yang sebelumnya. Namanya Aldi seorang pemain baru yang direkomendasikan oleh manajer guild. Namun Kirana tidak menanggapi perkataan Andi, dia terus mengerahkan pasukan miliknya menuju kota utama.
Para penonton yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi melihat tindakan Kirana penuh keheranan. Hal ini membuat manajer guild Nusa62 cemas jika rencana untuk sengaja kalah dipertandingan final akan diketahui publik.
“Kirana cukup!, Jangan lupa kesepakatan kita.” perintah lelaki botak itu sambil mencengkram pundak Kiran. Mendapat teguran dari manajer guild membuat Kirana menoleh kearahnya dengan tatapan tajam, melihat itu seketika manajer tersentak kaget dan memilih untuk mundur.
Kirana menatap manajer dengan penuh jijik seolah melihat seonggok sampah. Lalu melihat pria itu yang tidak akan lagi mengganggu permainannya, Kirana kembali memusatkan perhatian pada permainan. Dalam sekejap mata gadis itu terbelalak saat melihat apa yang menghalangi pasukan miliknya menuju kota utama.
10 komandan dengan total 1 juta pasukan bergerak dari kota-kota yang telah dikuasai oleh MYTHlord untuk menghadapi 10 ribu pasukan sang Srikandi. Kirana pun terpaksa menghentikan pasukannya ditengah jalan.
Dalam sekejap pemandangan itu membuat seluruh stadion hening. Mereka sangat penasaran dengan apa yang akan dipilih oleh Kirana, mundur untuk mengisi kembali pasukan dan membuat rencana namun itu akan memberikan kesempatan untuk Goldfingers bangkit lagi. Atau terus maju yang hasilnya sudah pasti hanyalah kemusnahan seluruh prajurit yang dia miliki.
Seolah meyakinkan dirinya, Kirana memejamkan mata sambil menarik nafas dalam-dalam. Kemudian pilihan yang dia ambil adalah…..
“Ini adalah terakhir kali aku memainkan game ini, jadi buat sehebat mungkin.”
“Kogeki!!!.”
Tanpa keraguan Kirana mengirim semua pasukan miliknya ke medan perang….
Aku masih teringat jelas saat itu, saat ketika ayahku mengenalkan aku pada dunia menakjubkan yang disebut dengan ‘Game’.
Saat itu aku tidak sengaja menemukan katak hitam yang tersimpan didalam kardus di gudang. Di dalam kardus itu bukan hanya berisi kotak hitam tadi melainkan ada puluhan piringan bergambar aneka ragam dan sangat menarik perhatianku. Seketika aku membawa seluruh kotak kepada ayahku.
“Oh, kira kau telah menemukan harta Karun ayah.” ucapnya dengan kebahagiaan dan wajah yang dipenuhi nostalgia.
“Apa kira ingin bermain game?.” tawar ayahku sambil melihat-lihat beberapa piringan di dalam kotak.
“Game?, Apa itu permainan yang ada di komputer paman?.” aku kembali teringat dengan pamanku yang bermain game tembak menembak di laptopnya. Aku pernah diajari oleh paman namun memainkan game bertipe kompetisi benar-benar sulit.
“Yah, bisa dibilang seperti itu, tapi ini berbeda.” ayah kemudian mengambil kotak hitam yang aku bawa bersama kardus tadi.
“Ini dinamakan Console game, alat untuk bermain game di masa lalu.”
Ayahku begitu antusias memperlihatkan benda dengan logo PS2 itu padaku. Kemudian kami pun bermain bersama, berbagai permainan kami coba hingga tidak terasa waktu cepat berlalu, pada akhirnya kami berhenti ketika kemarahan ibuku membuat telinga kami berdua memerah.
Sejak saat itu aku terus bermain game konsol, aku begitu jatuh cinta dengan beragam cerita dan keunikan masing-masing permainan. Sangat berbeda dengan online yang sebelumnya paman tunjukkan padaku.
Diantara 50 CD game yang ayah berikan padaku, ada beberapa game yang benar-benar aku sukai dan salah satunya adalah kisah tentang romansa 3 kerajaan. Seri kelima adalah sebuah mahakarya namun seri ketujuh dan kedelapan merupakan permainan yang harus menggunakan konsol lain. Sedangkan seri keenam adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah ada.
Aku terus bermain game konsol dalam waktu yang lama, aku tidak peduli jika orang yang aku sukai di sekolah berkencan dengan teman baikku, tapi aku akan menangis seharian jika ada kerusakan pada konsol pemberian ayahku ini.
Aku juga sering menabung hanya untuk membeli CD game langka yang dijual dengan harga fantastis, itu dikarenakan memang saat ini game untuk konsol PlayStation memang sudah tidak diproduksi lagi.
Namun pada akhirnya aku harus meninggalkan alat yang telah menemaniku hampir 10 tahun. Konsol itu telah rusak, aku yang telah belajar untuk memperbaikinya pun tidak mengerti apa yang salah, seolah kotak hitam itu mengatakan jika inilah saatnya kami berpisah. Pada akhirnya aku merelakan kotak hitam yang telah menemaniku bahkan dimasa tersulit ketika kedua orang tua meninggal, untuk beristirahat dengan damai.
-TOMAT
(Tapi bohong :')
***
Kerinci~ Kerinci~ Kerinci~
Bell pintu berbunyi menandakan seseorang telah memasuki caffe ini. Lalu Kirana segera mengalihkan perhatian dari artikel berita yang dia lihat pada layar laptop lalu menatap pengunjung yang baru memasuki tokonya.
“Selamat datang.” sapa perempuan itu dengan ramah menyambut kedatangan tamu pertamanya hari ini.
Di depan pintu ada sepasang suami istri yang sudah berumur. Keduanya saling bergandengan satu sama lain saat berjalan seolah seperti sepasang muda-mudi yang saling berpacaran.
“Nek Tris dam kakek dirman, kalian terlihat mesra seperti biasa.” ucap perempuan itu menyambut kedatangan pelanggan tetap tokonya.
“Mesra apanya, kalo dia tidak dipegangi bisa bisa anak tetangga yang baru 12 tahun mungkin hilang dia cilik.” balas nenek-nenek itu dengan candaan gelap.
“Hus, jaga bicaramu kau pikir aku pedo fil!.” kakek itupun tidak terima dengan lelucon yang dikatakan istrinya. Melihat kedekatan keduanya membuat Kirana tersenyum cerah, hingga akhirnya kedua suami istri itu pun memesan secangkir kopi hitam beserta beragam kue.
“Pesanan yang sama setiap kali kakek nenek kemari,” ucapnya sambil mencatat pesanan.
Sudah setengah tahun Kirana meninggalkan profesinya sebagai gamer profesional. Saat ini dia sedang bekerja part time di kedai kopi milik bibinya.
Setelah kematian kedua orang tuanya, Kirana memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Walaupun paman dan bibinya sempat khawatir dengan masa depan gadis itu, tapi setelah melihat bakat yang dimiliki Kirana keduanya yang sekarang menjadi orang tua pengganti pun merasa jika Kirana dapat memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya sendirilah.
***
Waktu terus berjalan, kedai kopi yang buka sari jam enam pagi telah dikunjungi oleh puluhan pelanggan hingga sore hari. Kemudian saat jam menunjukkan jam tida sore sekumpulan gadis berseragam sekolah memasuki kedai.
“Kira-ne… aku pulang!.” suara seorang gadi yang begitu enerjik terdengar di seluruh kedai membuat keadaan sedikit ribut. Namun seakan sudah terbiasa tidak adak ada satupun pengunjung kedai yang protes.
“Slamat datang Anie.” balas Kirana yang telah mengantarkan pesanan salah satu pelanggan.
Anie Febriani 17 tahun anak pertama pamanku, dia satu tahun lebih muda dariku sehingga kedekatan kami seolah kakak dan adik sedarah. Dia memiliki perawakan periang atau lebih tepatnya hiper aktif. Setelah masuk kedalam kedai Anie segera mengambil kursi di depan dan segera meminta jus buah lalu disusul dengan 3 temannya yang mengikutinya.
“Sore Bella, apa Anie memaksamu lagi ikut bersamanya?.” ketika Kirana menyuguhkan minuman yang dipesan Anie, dia bertanya pada salah satu teman sepupunya itu.
“Eh.. ummm..” gadis berambut hitam lebat itu terlihat begitu kikuk.
“Umm… ka...kapucino please…” bukannya menjawab pertanyaan Kirana, gadis itu justru langsung memesan. Seolah dia takut jika akan diusir jika tidak memesan apapun. Melihat perilaku gadis bernama Bella itu membuat Kirana tertawa kecil.
“Oh my my (Ara Ara), apakah aku begitu menyeramk untukmu?.” ucapnya sambil mengusap rambut Bella agar gadis itu menjadi sedikit tenang.
Sikap penakut Bella bukan tanpa alasan, itu adalah sebuah trauma masa lalu dimana gadis itu pernah diculik. Dua tahun lalu Bella dan keluarganya pindah ke daerah sekitar kedai berharap gadis itu dapat memulihkan kondisi metalnya di lingkungan baru.
Merasakan belaian lembut di kepalanya membuat Bella agak tenang hingga akhirnya gadis itu dapat melihat wajah Kirana tanpa rasa takut lagi.
Sementara itu gadis terakhir terus memperhatikan smartphone ditangannya tanpa peduli dengan lingkungan sekitar.
“Maaf nona, tidak diperbolehkan menggunakan handphone sebelum mengucapkan salam.” ucap Kirana sambil merebut ponsel gadis itu.
“Ah… ah... maaf kak, aku tadi telalu fokus hingga tidak sadar jika sudah sampai di kedai.” dengan sangat terkejut gadis itu mohon untuk dikembalikan smartphone miliknya.
Jesika, gadis berkacamata yang terlihat seperti kutu buku, wajahnya yang terlihat tegas bagaikan seorang ketua kelas yang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan.
“Tidak biasanya kau begitu lekat dengan smartphone mu, memangnya apa yang kau lihat.”
Merasa penasehat Kirana kemudian melihat smartphone m8lik Jesika, namun yang dia lihat sungguh mengejutkan hingga membuat gadis itu terbatuk-batuk. Anie pun ikut penasaran setelah melihat Kirana yang menjadi seperti itu, dua seketika merebut gadget itu dari tangan Kirana. Bukan hanya Anie, Bella pun ikut melirik apa yang sebenarnya ada di layar smartphone milik Jesika, dan hasilnya keduanya pun menjadi begitu tercengang.
“Pantas saja kamu begitu lekat dengan smartphone, ternyata ini yang kau tonton.” ucap Anie dengan wajah seolah mengerti.
“Yah, diusia Jesika memang dudah sewajarnya tertarik dengan hal seperti itu.” lanjut Kirana.
Sementara itu Bella tidak mengatakan apapun, namun wajahnya begitu merah dan matanya terus berputar-putar.
“Apaan sih?. aku cuman nonton ulasan tentang game terbaru kok.” merasa ada yang aneh Jesika mengambil smartphone miliknya dari Anie, dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat sebuah video terlarang sedang diputar di sana.
“Ti… tidak aku tidak mungkin melihat hal seperti ini!.” dengan panik gadis yang merupakan ketua OSIS di sekolahnya itu berusaha membantah.
“Apa yang kau katakan?, Itu sudah jelas ada di smartphone mu.” perkataan Anie membuat Jesika tidak dapat mengelak, gadis itu pun hampir menangis karena takut teman-temannya mengaggap dia sebagai gadis aneh.
Tidak tega melihat Jesika, akhirnya Kirana mengakui jika sebenarnya dialah yang mengirim video itu pada Jesika.
“Well…. Itu sebenarnya adalah video yang didapat dari paman untuk mengajarkan Anie tentang pergaulan bebas. Dia tidak berani menyerahkan secara langsung karena takut dibunuh oleh bibi, jadi dia memintaku untuk melakukannya.”
Mendengar penjelasan Kirana membuat ketiganya terdiam karena tidak mengerti satu hal pun yang dikatakan gadis itu.
***
“Jadi apa yang kau lihat sehingga begitu serius.” Kirana kembali memulai pembicaraan ketika menyuguhkan kue tiramisu sebagai permintaan maaf atas kejahilannya pada Jesika. Sementara itu wajah Bella begitu senang setelah meminum capuccino yang dia pesan.
“Um… ini adalah tentang perilisan game Civilization of Warlord versi VR yang akan diluncurkan 3 hari lagi.” balas Jesika sambil menunjukkan layar smartphone milik tepat di depan wajah Kirana seolah ingin menunjukkan jika dia tidak sedang menonton video terlarang.
“Oh…. Okey....” sontak Kirana terkejut dengan tindakan Jesika hingga membuatnya mundur beberapa langkah.
Sementara itu Anie melihat ekspresi lain diwajah sepupunya itu selain keterkejutan, ekspresi seorang sedang mengenang masa lalu.
“Apa kak kira nggak ada niat buat mencoba game ini?, walaupun ini adalah versi reality virtual CoW (Civilization of Warlord). Tapi para Beta tester bilang game ini benar-benar berbeda dari versi PC bahkan Mobile.”
Anie mengetahui masa lalu kelsm Kirana dan game CoW, tragedi yang menyebabkan sepupunya tidak memiliki keinginan untuk memainkan game manapun. Mendengar pertanyaan Anie membuat dua sahabatnya ikut menata Kirana seolah menunggu jawaban.
“Em… entahlah, saat ini aku sangat sibuk. Terlebih helem Vgear masihlah terlalu mahal untuk orang yang tinggal sendirian sepertiku.” ucap Kirana memberikan alasan. Namun Anie justru sangat bersemangat mendengar alasan itu.
“Jika hanya itu alasannya maka aku akan meminta ayah untuk membelikan….”
Bletak!!!!
“Huyaaaaa!!!!.”
Sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya, sebuah jitakan dari Kirana menghantam kepalanya dengan keras.
“Jangan pernah berpikir untuk meminta paman untuk membelikan benda tidak berguna super mahal itu untukku!.”
“Ta… tapi aku ingin bermain game bareng kakak lagi.” wajah Anie terlihat sedih hingga air mata mulai membasahi pipinya, entah Itu karena rasa sakit di kepalanya atau dia memsng sungguh ingin memainkan game itu bersama Kirana.
“Hah… dasar.” gumam Kirana melihat tingkah kekanak-kanakan sepupunya itu.
***
Malam telah tiba, kedai kopi itu akan tetap buka hingga tengah malam namun waktu bekerja Kirana telah usai, dia sekarang digantikan oleh paman dan bibinya.
“Paman ada apa dengan wajahmu?, Apa sesuatu terjadi dengan mu dan bibi?.”
Kirana bertanya setelah melihat cap telapak tangan pada pipi adik dari almarhum ayahnya.
“Haaa…. Yah, ini adalah kenang-kenangan dari perang dunia ke13 yang aku alami.” jawaban yang tidak mungkin dapat dimengerti.
“Benarkah?, Apa penyebab perang itu?.”
“Yah itu sangat sepele, hanya sebuah miss komunikasi kecil saja dengan sang ratu nera.….”
Ketika paman ingin mengakhiri kalimatnya, tiba-tiba pintu kedai terbuka lalu muncul seorang wanita begitu cantik karena memiliki baby face yang membuatnya terlihat lebih muda dri usianya yang sesungguhnya, ditunjang dengan tinggi badan yang lebih pendek membuat Orang yang baru pertama kali melihatnya tidak akan Mengira jika dua telah memilih 2 orang anak.
“Ratu apa.” ucap bibi yang baru saja masuk kedai dengan tatapan tajam pada suaminya.
Merasakan jika perang dunia ke 14 akan segera terjadi, aku segera berniat meninggalkan medan perang.
“Hoaaammm… aku sudah begitu mengantuk karena bekerja seharian, kupikir akan langsung tertidur saat sampai rumah.” dengan alasan ingin segera beristirahat aku segera kabur dari kedai. Dari belakang aku dapat merasakan tatapan paman yang meminta pertolongan, namun maaf aku tidak ingin terlibat dengan perkelahian antar suami istri karena aku tidak memiliki pengalaman tentang hal itu.
Tapi sebelum aku keluar dari kedai, bibi mengatakan jika ada paket yang datang untuk. Namun aku tidak merasa akan ada paket yang datang hari ini. Merasa penasaran aku pun segera pulang untuk melihat paket yang dikatakan sudah datang dari tadi siang.
Chp 001 end.
Kirana keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk menyelimuti tubuhnya. Gadis itu merasa kembali segar setelah membersihkan diri seusai bekerja. Kemudian setelah mengenakan pakaian dia segera menuju ruang makan untuk menyantap makan malam yang sebelumnya dia persiapkan. Sambil ditemani televisi Kirana menikmati makan malamnya dalam kesendirian.
Namun perhatiannya saat menonton televisi terpecah ketika acara yang dia tonton memasukkan jeda iklan komersil, salah satu dari periklanan itu adalah tentang game terbaru yang sebelumnya dibicarakan oleh Anie dan dua temannya.
Setelah jeda iklan berakhir acara yang sebelum di tonton oleh Kirana kembali dimulai, namun perhatian gadis itu tidak lagi tertuju pada layar kaca melati pada sebuah kotak kardus dengan logo tali terlilit.
Terlilit games, sebuah perusahaan game yang telah melahirkan banyak game terkenal, dan Salah satunya adalah Civilization of Warlord. Game yang pernah menjadi nomor satu selama 5 tahun berturut-turut. Namun di tahun keenam game itu mulai ditinggalkan. Banyak faktor yang disebut-sebut sebagai penyebab CoW mulai ditinggalkan. Mulai dari maraknya perbuatan curang para hacker, perilaku pemain high spender (sultan player) yang membully pemain free to play, dan yang paling diyakini menjadi penyebab terbesar dari turunnya tingkat popularitas game CoW adalah beragam rumor buruk yang terjadi pada final keempat game tersebut.
“Aku penasaran apa yang dilakukan guild Nusa sekarang, apa mungkin mereka juga akan memainkan game ini?.”
Setelah memutuskan untuk keluar dari guild yang telah dia bangun dari nol, Kirana tidak pernah sekalipun mendapat kabar apapun dari mereka. Mantan rekan dan manajer yang dulu bekerja bersamanya tidak sekalipun menghubunginya sejak saat itu. Yang dia tahu setelah pertandingan final dan keluarnya Kirana, guild telah berganti nama menjadi NEOnusa.
“Mereka yang mengkhianati ku, jadi sudah sewajarnya aku memilih untuk pergi.” dikarenakan sudah tidak merasa nyaman dikelilingi oleh orang-orang yang siap menikam dirinya dari belakang, Kirana merasa pilihannya untuk meninggalkan guild Nusa memanglah tepat.
Menyelesaikan makan malamnya lalu membersihkan peralatan makan yang dia gunakan, Kirana melihat jika jam masih menunjukkan tujuh malam, gadis itu berpikir untuk bersantai sejenak sebelum tidur. Menyalakan laptop lalu melihat Twiti untuk melihat apa yang sedang menjadi topik panas hari ini.
#2daygotonewCoW
#3daygotonewCoW
#newfituronCoW
#CoWVRversion
#CoWbetateaster
#wathsrikandiplayingCoWagain
………
…..
..
“Apa-apaan 10 hastag teratas semua tentang CoW.” merasa kesal Kirana segera menutup laptopnya.
“Dunia tidak sedamai itu hingga semua orang hanya memikirkan tentang permainan.”
Mencoba menghilangkan kekesalannya Kirana mencoba keluar rumah, namun dia baru menyadari jika hujan yang begitu lebat tengah mengguyur diluar. Perhatiannya kemudian teralihkan pada rumah tetangga yang berada tetap didepan rumahnya, itu adalah rumah dari pamannya sendiri. Kirana melihat penerangan di salah satu ruangan yang merupakan kamar sepupunya masih menyala.
“Anie masih terbangun kah, Apa mungkin dia sedang melakukan Livestream?.” Kiran segera membuka lagi laptopnya dan melihat Channel Utub sepupunya. Dan ternyata benar Anie sedang melakukan Livestream. Kirana memutuskan untuk menonton channel Anie yang sedang bermain game fps. Hingga 3 jam kemudian Anie mengakhiri siarannya.
***
Hari berikutnya.
Kirana bangun begitu pagi bahkan sebelum matahari terbit. Setelah mandi untuk mengusir kantuk, gadis itu segera bergegas menuju kedai untuk membantu paman dan bibinya. Pagi hari adalah waktu tersibuk kedai ini karena roti panggang yang dijual di sini begitu diminati. Anie juga terlihat ikut membantu mempersiapkan pembukaan kedai, namun dia terlihat masih mengantuk mungkin karena begadang semalaman saat Livestream.
Setelah membuat ratusan roti dari jam 4 pagi, akhirnya tepat jam 5:30 kedai dibuka. Di luar beberapa pelanggan telah mengantri, seperti hari biasanya toko begitu sibuk hingga dua jam berikutnya kami bisa beristirahat. Anie sudah berangkat ke sekolah beberapa menit lalu, sementara itu paman dan bibi pulang untuk beristirahat karena telah terjaga semalaman. Hanya tersisa Kirana di dalam kedai, menikmati waktu tenangnya dengan secangkir kopi dan Croissant yang dia buat sendiri.
Namun tidak lama kemudian sepasang kakek-nenek yang sudah menjadi langganan kedai datang bersama seorang pemuda. Melihat pemuda itu Kiran seketika menatapnya dengan waspada.
“Terimakasih anak muda, jika bukan karena mu mungkin kami akan dirampok oleh mereka.” ucap kakek dirman.
Dari percakapan ke-tiga seperti mereka hampir saja dicelakai oleh beberapa preman, namun beruntung pemuda itu menolong keduanya.
***
Kedua pasangan itu kemudian memilih duduk didekat konter agar lebih aman, sementara pemuda yang datang bersama mereka memiliki menikmati teh tepat di depan Kirana.
“Pertanyaan, kenapa sebagian besar cerita tentang transmigrasi ke dunia lain selalu menghadirkan cerita tentang tokoh utama yang diberikan kekuatan begitu besar, atau sering disebut dengan OP (overpower)?.”
Sambil menikmati teh dan kue tart yang dia pesan, pemuda dengan rambut kuning natural yang menunjuk jika dia bikan berasal dari Asia itu bertanya pada Kirana.
“Itu sederhana.” balas gadis yang megikat rambut hitam panjangnya seperti ekor kuda.
“Hemm…” dengan penasaran pemuda itu menanti jawabannya.
“Dikarenakan sebagian besar tokoh utama yang dikirim ke dunia lain adalah warga biasa seperti anak sekolah atau pekerja kantoran. Orang-orang seperti itu lebih banyak hidup dalam kedamaian. Kemudian tiba-tiba mereka dilempar ke dunia yang sangat berbeda dimana yang kuat akan memangsa mereka yang lemah. Mustahil main karakter seperti mereka akan bertahan di dunia baru. Mengetahui fakta ini, Entitas apapun yang telah membawa sang tokoh utama tentu memberikan kekuatan untuk bertahan hidup. ”
Sambil mengelap cangkir kopi yang telah ia cuci, Kirana menjawab panjang lebar tentang cerita bergenre ‘isekai’ yang dia tahu.
“Hemm… itu alasan yang masuk akal. Tapi secara pribadi aku lebih suka dengan cerita dimana main karakter berjuang dari bawah, memulai dari nol hingga menjadi kuat untuk mencapai tujuannya dikirim ke dunia baru, bersama dengan kawan dan persaudara yang dia dapat selama jalannya cerita. Bukanlah itu sangat epik?.”
Pemuda itu mengakhiri perkataan untuk meminum teh yang mulai dingin.
“Ya mungkin karena kau adalah seorang psikopath.”
“Bruuuuuhh!!!.”
Namun balasan dari Kiran seketika membuat pemuda itu menyemburkan teh yang dia minum.
“Wut??. Kenapa kau sampai berpikir seperti itu?.”
Tanpa menjawab Kirana hanya memberikan tisu padanya. Kemudian setelah merapikan meja yang basah, Kiran melanjutkan obrolan.
“Zero to Hero, sebagian besar kisah itu menceritakan tentang penderita sang tokoh utama. Dan kau tahu orang-orang seperti apa yang suka melihat penderita orang lain?.”
“Ugh…. Jelas…. Jelas itu sangat berbeda!.” pemuda itu dengan panik menyangka pandangan Kirana tentang penikmat cerita fantasi klasik. Namun gadis itu seolah tidak peduli.
“Sangat mainstream, entah sejak berapa abad cerita dengan konsep sama dibuat.”
First kill
“Ugh…”
“Sebagian besar tokoh pada cerita seperti itu hanyalah bocah cengeng.”
Dobel kill
“Arrrgghh...”
“Jika karakter utama semakin banyak berbicara maka menambah kerusakan pukulan.”
Triple kill
“Gohook!!.”
“Dan kekuatan terbesar yang mereka miliki hanyalah keluarga, cinta dan pertemanan. Sangat konyol.”
Penta kill
“Co.... cotomate! (tunggu), aku tidak akan bertahan jika dihantam dengan Savage.”
Seolah dihujani tembakan bertubi-tubi membuat pemuda itu tidak dapat membalas perkataan Kirana. Untuk beberapa saat dia terdiam dengan kepalanya yang diletakkan di atas meja, seluruh hit poin yang dia miliki telah terkuras habis.
Senyum kecil merekah di bibir Kirana saat melih rival masa lalunya seperti itu. Namu detik berikutnya senyum itu memudar, tatapan tajam itu kembali hingga atmosfer didalam ruangan itu mulai berubah.
“Jadi angin apa yang membuat ketua guild MYTHlord, sang Goldfingers datang ke kedai kecil ini?.”
Menyadari jika waktu beramah-tamah telah berakhir, pemuda berambut kuning itupun memperbaiki posisi duduknya. Wajah tampan khas Eropa yang dapat membuat wanita manapun berteriak histeris saat berpapasan dengannya, namun bagi Kirana dia hanyalah orang yang membuatnya harus mengakhiri karirnya sebagai pro gamer.
“Aku menginginkan pertandingan ulang.”
Perkataan Goldfingers seketika membuat amarah Kirana dapat terlihat jelas.
“Pertandingan ulang kau bilang?, Apa yang ingin kau rebut lagi dariku. Aku telah memberikan semu yang aku miliki atas kekalahan ku di pertandingan terakhir.”
“Tidak. Aku tidak akan mengakui pertandingan itu, terlebih hal yang paling aku inginkan belum juga aku dapatkan.”
Seolah ingin menunjukkan keseriusannya, Goldfingers menatap tajam Kirana.
“Aku menginginkan mu!”
Melihat tatapan itu Kirana sontak menutupi dadanya.
“Mesum!.” balas gadis itu dengan wajah mulai memerah.
“Eh… bukan, bukan itu yang aku maksud.” Goldfingers dengan panik mencoba agar Kirana tidak salah paham dengan keinginannya untuk membawa gadis itu sebagai anggota tim MYTHlord.
“Haaahh…. anak muda jaman sekarang benar-benar sangat berani.”
“Itu mengingatkanku pada saat seusai mereka.”
Terdengar percakapan kedua pasangan yang dari tadi hanya menonton.
Chp 002 end.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!