NovelToon NovelToon

Mama'S Twin

Prolog

Julicia Sanders adalah sekretaris pribadi Dario Axton CEO sebuah perusahaan besar berlabel internasional. Ia satu-satunya pewaris perusahaan.

Sebuah hal tak terduga terjadi malam itu ketika Dario mabuk. Julie yang ternoda dan ketakutan berusaha kabur. Dario mencarinya karena merasa melakukan kesalahan dan ingin menebusnya.

Betapa terkejutnya Dario saat gadis yatim piatu itu hamil. Ia senang juga. Selama ini 7 tahun pernikahannya dengan Celia Adams tak bisa menghasilkan keturunan. Puluhan dokter mereka kunjungi. Celia yang tidak subur selalu memanipulasi hasilnya. Ia selalu menyalahkan Dario agar tetap bercitra baik di depan mertuanya, Nyonya Sanio.

Dario diam-diam pergi ke rumah sakit dimana Anna Tomya yang merupakan teman kuliahnya bekerja sebagai obgyn. Ia diperiksa dan hasilnya berbeda seperti yang selama ini diberitahukan. Ia subur dan tidak ada masalah kemandulan.

Dario yang kalut dan mabuk meniduri Julie yang tak berdaya. Ia tak pernah selingkuh ataupun menghianati istrinya. Tapi malam itu sebuah kecelakaan besar terjadi.

Dario merawat Julie di apartemen pribadinya secara sembunyi-sembunyi dari istri dan Ibunya. Ia ingin anak itu. Julie merasa takut suatu saat Dario mengambil anaknya dan membuang dirinya begitu saja.

Awalnya Julie berusaha menolak dan ingin kabur Dari Dario. Tapi Dario terus meyakinkannya. Ia amat senang akan punya anak kandung. Apalagi dokter bilang anak di kandungan Julie kembar. Ia ingin menangis saking bahagianya.

Julie merasa tak nyaman. Ia takut dan merasa terancam. Celia bukan orang yang bisa diremehkan. Ia bisa saja menyingkirkan Julie dan anaknya dengan cara yang kejam. Ia takut suatu hari nanti Dario akan membongkar semuanya. Ia terus memikirkan jalan keluarnya. Ia harus lebih cerdik dan pintar agar tak kalah nantinya. ini semua demi putri kembarnya.

Julie mencari cara agar Dario tak bisa seenaknya. Ia membuat bayi kembarnya yang telah lahir menjadi selebriti cilik berkat sosial media yang dibuatnya. Kini mereka terkenal sebagai ibu dan anak kembar yang manis. Seluruh kota, bahkan negara itu mengidolakanya. Julie merasa misinya berhasil. Setelah dikenali sedemikian rupa, Dario tak bisa seenaknya saja mengambil putrinya, Brenda dan Bertha.

Brenda dan Bertha tumbuh dengan menggemaskan setiap harinya. Julie sengaja membiarkan orang-orang tahu identitas aslinya. Untuk berjaga-jaga kalau Celia suatu hari akan menyakitinya atau anaknya, banyak yang bersimpati dan membelanya.

Brenda dan Bertha dijuluki bayi Genius. Mereka tumbuh dengan cerdas dan menggemaskan. Iklan brand-brand ternama ia bintangi bersama Julie yang memang cantik. Namanya makin populer.

Dario merasa frustasi. Ia tak bisa menunjukkan dirinya sebagai orang tua si kembar di hadaoan publik. Sedangkan Nyonya Sanio terus menyalahkannya karena tak bisa punya anak.

Kisah panjang dan rumit makin menjadi saat pernikahan Dario dan Celia di ujung kehancuran karena Celia berselingkuh dan tak mau dicerai. Ia bersandiwara di depan Nyonya Sanio dan mertuanya itu menjadi sangat menyayanginya.

Masalah lain juga muncul saat cinta pertama Julie datang. Devano Shimmar muncul lagi saat Julie mulai populer dan ingin kembali mendapatkan hatinya. Julie mulai bimbang. Kehadiran Devano juga membuat Dario geram. Masalahnya, Devan adalah CEO perusahaan pesaingnya. Konflik makin memanas.

Bagaimana akhirnya Dario mengungkap semua kebohongan itu dan mengungkap bahwa putri kembar Julie adalah darah dagingnya? Dan bagaimana kerumitan kisah cinta itu menjadi lebih pelik? Simak terus ya akan update setiap hari.

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...Hallo, ini novel kedua Author di Noveltoon. Mohon dukungannya dengan meninggalkan jejak berupa review, like dan komentar juga kritik dan saran ya....

...Terimakasih banyak semua.😍😘...

Nah, yang ini novel pertama Author. Wajib baca juga ya pokoknya. Jangan lupa tinggalkan jejak juga ya. Satu dukungan sangat berarti untuk Author. Terimakasih banyak.

Kenyataan Pahit

Julie menatap alat tes kehamilan itu dengan wajah pucat dan tangan gemetar. Hasilnya postif. Bahkan ia sudah mengeceknya dengan alat lain berkali-kali, tapi hasilnya tetaplah sama.

Sudah dua bulan ini, smenjak kejadian itu, ia cuti dari kantor dengan alasan kesehatan. Ia menghabiskan waktunya di Rumah Asuh Angels Wings, tempat sahabat masa kecilnya bekerja.

Athena Morin adalah sahabatnya di panti asuhan. Mereka sama-sama dibuang dan tak punya orang tua. Persahabatan itu terjalin dari mereka kecil hingga mereka kuliah dan dinyatakan bebas dan dewasa untuk menjalani hidup sendiri.

Athena ingin mengabdi di Rumah Asuh. Ia ingin membantu anak-anak yang bernasib sama dengan dirinya agar mencapai hidup yang lebih baik.

Selepas kuliah, Julicia Sanders memilih untuk melamar di perusahaan Axton Group. Karirnya makin naik sampai akhirnya ia dipercaya sebagai sekretaris pribadi Dario Axton.

Dario adalah CEO tampan idaman para gadis-gadis di kantor. Sayangnya ia sudah beristri. Istrinya, Celia Adams adalah nyonya yang kejam dan semena-mena. Kehadirannya di kantor saja sudah cukup membuat gadis-gadis itu menciut nyalinya. Sayangnya, pernikahan mereka yang sudah memasuki tahun ke 7 belum dikaruniai anak.

Dario dan dirinya telah meeting di luar kota hari itu karena ada konferensi bisnis besar-besaran. Hotel penuh dan satu kamar tersisa. Dario meminta Julie untuk menginap di hotel saja. Ia akan menginap di rumah Alfonso, teman sekolahnya dulu yang kebetulan punya apartemen di sekitar situ.

Malam itu, Dario menerima telepon Anna Tomya, teman kuliahnya yang merupakan dokter kandungan. Ia diberitahukan bahwa hasil tes kesuburannya baik dan tak ada masalah.

Dario begitu marah. Benar dugaanya selama ini. Celia, istrinya membohonginya. Puluhan dokter spesialis di berbagai kota meraka kunjungi. Hasilnya selalu Dario yang dinyatakan mandul. Rupanya benar, Celia memanipulasi hasilnya agar tetap disayangi mertuanya, Nyonya Sanio.

Dario mabuk malam itu. Alfonso tak kalah mabuk. Pesta para pebisnis itu berlangsung kacau. Salah satu sopir perusahaan mengantarnya kembali ke hotel karena Dario tak ingat apapun dan Alfonso malah pulang lebih dulu.

Dario masuk ke kamar hotel lalu mengamati ranjangnya. Seorang perempuan cantik dengan gaun tidur menggoda tidur pulas di sana. Bukan, dia bukan istrinya. Dia adalah Julie sekretarisnya.

Julie yang manis dan cekatan. Ia salah satu orang kepercayaannya. Dario menaruh hati diam-diam pada gadis itu. Ia tentu saja tak berbuat apapun karena ia sudah beristri.

Tapi malam itu lain. Ia begitu marah karena selama ini dituduh mandul istrinya. Ia membuka baju dan tersenyum ke arah Julie yang tertidur pulas. Ia mendekatinya dan berbisik.

"Julie, saya tidak mandul kan. Saya bisa punya anak. Saya akan memberimu anak dan kebahagiaan," katanya sambil setengah tersadar.

Julie yang semula tertidur pulas terkejut dan syok. Tubuh itu sudah berada di atas tubuhnya. Ia berusaha lari dan melawan. Tapi tenaganya sia-sia. Dario begitu kuat dan badannya besar. Julie hanya bisa menangis pasrah.

Setelah peristiwa itu Julie ketakutan. Dilihatnya kain seprei hotel yang berlumuran darah. Ia amat pucat dan takut. Dario tertidur pulas karena pengaruh minuman itu. Julie mengemasi barang-barangnya dan kabur.

Rumah Asuh dan Athena yang menyelamatkan kewarasannya. Ia mematikan ponselnya berminggu-minggu setelah mengirim email surat cuti ke kantor. Ia bahkan mengganti nomornya karena begitu takut.

Alat tes itu membuatnya kembali depresi. Athena tak tahu apa-apa. Ia memeluk Julie dan menenangkannya. Ia sahabat lamanya, tapi ia tahu batas untuk bertanya soal siapa yang menghamilinya.

Athena berjanji akan membantunya. Julie menyusun rencana. Ia kembali ke apartemnanya dan bermaksud hendak mengemasi barang-barangnya untuk pindah ke rumah asuh.

Dario mencari keberadaan Julie sejak hari itu. Ia menyadari bahwa ia melakukan suatu kesalahan. Julie pergi darinya saat konferensi bisnis belum berakhir. Seprei putih yang berdarah itu membuatnya cemas. Apakah Julie baik-baik saja?

Apartemen Julie kosong. Berminggu-minggu orang suruhan Dario memata-matai apartemen itu. Sampai akhirnya hari itu ada kabar bahwa Julie kembali. Dario bergegas menuju ke sana.

Pintu itu diketuk dengan keras. Julia yang berjuang menghadapi rasa mual dan badannya yang gemetar berusaha mencari tahu siapa yang bertamu ke tempatnya.

Ia makin pucat pasi. Ternyata Dario menemukannya. Ia pikir ia akan cepat berkemas dan pergi. Tapi Dario lebih dulu menemukannya.

"Julie, buka pintunya. Saya tahu kamu di dalam sana. Buka pintunya Julie." Dario mengetuk berkali-kali.

Julia duduk di belakang pintu dengan ketakutan. Air mata mengucur dari sudut matanya.

Dario tampak putus asa. Ia kembali mengetuk.

"Julie, saya kasih kamu satu menit. Kalau kamu tidak membuka pintu, saya akan suruh orang saya mendobraknya. Bahkan saya bisa melakukannya sendiri. Julie, saya mohon," kata Dario dengan tak sabar.

Julie mencoba berdiri. Ia ingin membuka sedikit saja. Tapi Dario mendorong pintu dengan merasa agar ia bisa masuk. Julie yang lemah jatuh tersungkur.

Dario menolongnya dengan cemas.

"Julie, kamu pucat. Kamu sakit? Saya mencoba menghubungi nomor kamu tapi tidak bisa. Sudah hampir dua bulan kamu menghilang."

"Saya tidak apa-apa. Saya akan segera kirim surat pengunduran diri saya. Maaf selama ini saya memang tidak mau dihubungi siapapun," jawabnya dengan mulut bergetar.

Mereka masih terduduk bersimpuh di lantai. Dario memegang wajah gadis itu agar mau menatapnya. Wajahnya pucat dan terlihat sakit. Ia juga barusan terlihat habis menangis.

"Julie, tolong jelaskan sama saya apa yang terjadi pada kamu dan saya malam itu. Saya tahu kamu kabur karena takut sama saya, kan? Dengar, saya mabuk dan saya salah. Saya minta maaf, Julie," katanya lirih dengan nada sungguh-sungguh.

Julie menggeleng cepat. "Tidak ada apa-apa yang terjadi. Saya memang sudah lama memutuskan untuk resign dari pekerjaan karena saya sakit," kata Julie beralasan.

"Bohong. Kamu sebelumnya tidak sakit dan tidak ada masalah apapun. Jujur dengan saya. Apa yang terjadi?" Tanyanya sekali lagi. Kali ini ia memegang pundak gadis itu.

Julie menggeleng lagi. Ia ingin berdiri dan mendorong Dario untuk keluar dari apartemennya. Tapi badannya begitu lemah. Ia goyah dan menabrak meja di belakangnya.

Dario kembali menolongnya dan menopang tubuhnya. Belanjaan di kantong itu berhamburan keluar. Aneka buah dan sekotak susu hamil berhamburan ke lantai. Dario menatap sekotak susu itu dengan terkejut.

"Julie, kamu hamil?" serunya tak percaya. Ia goncang-goncangkan pundak Julie. Julie terdiam, pandangannya mulai tampak kabur, suara di sekitarnya seakan menjauh.

Julie merasa tak tahan lagi. Ia pingsan di pelukan Dario.

...----------------...

Mau lanjut nggak nih? Tinggalkan komentar yuk.

Tertangkap Basah

Dario menggendong Julie yang pingsan menuju ranjangnya. Ia menepuk-nepuk pipi Julie dengan pelan, berusaha membangunkannya.

Dario pergi ke dapur dan mengambil segelas air. Ia kembali dengan cepat.

Julie terbangun tapi kepalanya masih terasa sakit. Dario membantunya bangun dan memberinya segelas air. Julie terbaring lagi.

"Saya panggil Dokter," kata Dario cepat lalu meraih ponsel di saku celananya.

Julie meraih tangan Dario dengan tak kalah cepat. "Jangan telepon atau panggil siapapun," pintanya dengan suara lirih.

Dario meletakkan ponselnya di meja lalu beralih memandangi Julie dengan tatapan iba sekaligus cemas.

"Jujur sama saya, Julie," kata Dario terus mendesaknya.

" Ya, saya jujur," jawab Julie masih mengelak. Saat ini hanya ingin sendiri saja. Ia begitu tak ingin berdebat ataupun bahkan sekedar berbicara dengan Dario.

"Kamu tidak pernah punya pacar. Kamu hampir 15 jam sama saya seharian, kadang lebih. Kamu kerja ikut saya kemana-mana. Pulang diantar sopir dan begitu terus setahun terakhir ini. Saya tahu kamu bohong," kata Dario menatapnya dengan tajam.

"Saya punya pacar. Bapak saja yang tidak tahu," katanya berkelit. Julie memegangi kepalanya yang makin pusing.

Dario menghela nafas panjang. Ia melihat sekeliling apartemen itu. Tempat yang kecil tapi cukup rapi. Pandangan matanya tertuju pada barang-barang di kotak dan koper yang terbuka berisi pakaian. Ia beralih memandang Julie lagi dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kamu mau pindah?" Tanyanya heran.

Julie tak menjawab. Matanya setengah terpejam sambil tangannya memegangi perutnya. Rasa mualnya datang lagi.

Julie bergegas ke kamar mandi tanpa memperdulikan Dario. Rasa mual itu hanya perasaan saja. Tak ada setetespun yang bisa dimuntahkan. Ia merasa lelah dan sensitif. Dario membantunya memegangi lengannya. Julie menampiknya. Ia berjalan lagi menuju ranjangnya lalu duduk di tepinya dengan lemas.

Dario mengambil air putih di gelas lagi. Julie menerimanya dan meminumnya. Dario berjongkok di depan kakinya. Julie merasa tak nyaman.

"Jawab saya, Julie. Berapa bulan kamu hamil?" Dario bergerak memegang perut Julie yang terasa sedikit membuncit. Julie lagi-lagi menampiknya.

Ia ingin mendorong pria itu keluar apartemennya. Kehadirannya membuatnya makin mual, tak nyaman dan kesal. Entah mengapa.

"Kalau benar itu anak saya, berarti setelah kejadian malam itu, seharusnya dua bulan," kata Dario. Ia masih berlutut di bawah, memandangi Julie dengan tatapannya yang teduh. Julie merasa muak.

"Tidak ada yang terjadi malam itu," kata Julie dengan singkat dan ketus.

"Saya melihat darah di ranjang dan kamu pergi, barang-barang milik kamu juga tidak ada dan kamu tidak muncul di kantor dari detik itu sampai sekarang," kata Dario tegas. Matanya menatap langsung ke arah Julie.

"Saya hanya tidak enak badan dan kembali ke kota dengan taksi," jawabnya sambil menatap ke arah lain.

"Saya lihat CCTV hotel. Saya masuk kamar dengan mabuk dan kamu keluar tak lama setelahnya. Tengah malam, Julie. Kamu tahu kan besoknya konferensi itu masih berlangsung. Saya kenal kamu, kamu profesional. Kamu tidak pernah meninggalkan pekerjaan kamu begitu saja. Pasti saya berbuat sesuatu dan kamu pergi meninggalkan saya. Itu anak saya kan?" Katanya sekali lagi. Digenggamnya tangan Julie. Julie masih tak ingin memandang ke arahnya.

"Julie, saya ingin bertanggungjawab. Kamu tahu  kan saya tidak punya anak? Saya sangat senang bisa punya anak," katanya serius.

Julie mendengus dengan sebal mendengarnya.

"Maaf, maksud saya bukan dengan cara yang seperti ini. Tapi sudah terlanjur terjadi, saya akan menikahi kamu dan membesarkan anak itu," katanya dengan mantap.

Julie merasa sangat terkejut mendengarnya. Ia melepaskan tangannya dari genggaman Dario.

"Sudah saya bilang ini bukan anak Bapak dan Bapak tak perlu bertanggung jawab atau melakukan apapun. Tolong pergi dari apartemen saya atau saya panggil polisi," katanya dengan mulut bergetar.

"Itu anak saya," tegas Dario.

"Bukan," jawab Julie. Matanya sekarang berkaca-kaca. Ingin rasanya Julie memukuli lelaki itu. Hidupnya hancur karenanya.

"Buktikan di rumah sakit. Kita tes DNA janin itu," kata Dario tegas.

Julie tak tahan lagi. Ya, tentu saja ia tak bisa apa-apa. Rumah sakit pasti akan menunjukkan fakta sebenarnya kalau bayi yang dikandungnya adalah darah daging Dario. Ia tak pernah punya pacar dan tak pernah melakukan hubungan intim dengan siapapun. Tapi Dario yang merengut semua darinya.

Julie menggeleng. Ia kumpulkan tenaganya kuat-kuat. Ia berdiri. Dario ikut berdiri. Julie mendorong Dario keluar pintu apartemennya dan menguncinya. Dario mengetuk-ketuk pintunya, memanggil-manggil namanya dengan putus asa.

Julie terduduk di lantai di balik pintu itu sambil menangis sejadi-jadinya. Ia mengadu mengapa nasibnya seburuk ini.

Dario tak menyerah begitu saja. Ia menunggu di depan pintu. Lorong apartemen itu kebetulan sepi. Balkon menghadap ke bawah. Ia menengok ke bawah dan melihat mobilnya terparkir di situ. Ia buru-buru pergi tadi dan pergi tanpa sopir.

Ia pura-pura pergi menuruni tangga. lalu ia melepas sepatunya dan kembali mengendap-endap lalu duduk di depan pintu tertutup itu.

Didengarnya gadis itu menangis tersedu-sedu. Ia mendengarnya tanpa bisa berbuat apa-apa. Jelas-jelas ia ditolak.

Dario sangat yakin sekarang. Gadis itu benar hamil dan anak yang dikandungnya adalah anaknya.

Apa yang bisa ia lakukan sekarang. Tak ada. mungkin Julie butuh waktu sendiri. Tapi ia tak bisa meninggalkannya sendirian juga. Bagaimana kalau Julie kabur. Jelas-jelas ia tadi melihat tumpukan barang-barang dalam kotak dan kopernya yang berisi baju. Julie pasti ingin lari.

Dario merasa putus asa. Ponselnya tertinggal di dalam. Tadi sewaktu Julie melarangnya menelpon dokter, ponsel itu ia taruh di atas ranjangnya.

Dario berpikir keras. Jarak apartemen dari kantornya cukup dekat. Ia memperhitungkan perjalanan dan waktu yang diperlukan Julie untuk lari. Ia sedang hamil. Ia tak bisa pindah sendiri.

Dario lari turun. Ia mengendarai mobilnya dengan cepat seperti orang kesetanan. Ia tiba di gedung tinggi itu. Ia meminta anak buahnya mengawasi Julie di gedung tinggalnya. Ia memberi alamat lengkapnya dan memintanya menahannya kalau ia akan pergi.

Dario naik ke lantai atas, tempat kantornya berada. Ia menunggu lift terbuka dengan tak sabar. Ia masuk dengan cepat.

Dario keluar dari lift dan lari menuju meja kerjanya. Di sana ada ponselnya yang satu lagi. Dario bergegas menelpon ponselnya sendiri yang tertinggal di apartemen Julie.

Dario meminta semua orang di lift menyingkir dan ia bergegas turun. Pandangan matanya tajam dan terlihat cemas. Nada sambung teleponnya berbunyi, tapi tak diangkat.

Dario mengemudikan mobilnya lagi menuju ke apartemen. Lututnya terasa lemas. Bagimana kalau gadis itu menghilang lagi?

...----------------...

Jangan lupa tinggalkan jejak ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!