...🦚Perkenalan🦚...
-Tokoh utama wanita
Farhana Sri Cempaka Indah (Hana)
Berusia 19 tahun
Tinggi badan 157 cm
Berat badan 42 kg
Kulit berwarna putih
Rambut hitam lurus
Alis agak besar
Mata hitam sayu
Hidung mancung
Bibir kecil
Anak dari bapak Bima dan ibu Nuraeni.
-Tokoh utama pria
Muhammad Hatim Husni Abdurahman (Hatim)
Berusia 23 tahun
Tinggi badan 175 cm
Berat badan 48 kg
Kulit berwarna sawo matang
Rambut hitam
Beralis besar
Mata hitam sinis
Hidung mancung
Anak dari Almarhum Ustadz Yasa Abdurahman dan Ustadzah Nurul Al-Habsyi
...{Pinjam fotonya kak Aidar}...
...🙏🙏🙏...
-Sahabat
Ros
Maya
Rika
Riska
Naya
Indri
Erni
-Ustadz
Ahmad
Rahmat
Asep
Roni
-Ustadzah
Zahra
Dawa
Putri
Alvi
Bismillaahir-rahmaanir-rohiim
1.Wal-fajr
2.Wa layaalin 'asyr
3.Wasy-Syaf'i wal-watr
4.Wal-laili izaa yasr
5.Hal fii zaalika qosamul lizii hijr
6.A lam taro kaifa fa'ala robbuka bi'ad
7.Iroma zaatil-imaad
8.Allati lam yukhlaq misluhaa fil-bilaad
9.Wa samuudallaziina jaabush-shokhro bil-waad
10.Wa fir'auna zil-autad
11.allazina thoghou fil-bilad
12.Fa aksaruu fiihal-fasaad
13.Fa shobba 'alaihim robbuka sautho 'azaab
14.Inna robbaka labil-mirshood
15.Fa ammal-ingsaanu izaa mabtalaahu robbuhuu fa akromahuu wa na' 'amahuu fa yaquulu robbiii akroman
16.Wa ammaaa izaa mabtalaahu fa qodaro 'alaihi rizqohuu fa yaquulu robbii ahaanan
17.kallaa bal laa tukrimuunal-yatim
18.Wa laa tahaaadhdhuuna 'alaa tho'aamil-miskiin
19.Wa ta'kuluunat-turoosa aklal lammaa
20.Wa tuhibbuunal-maala hubbang jammaa
21.Kallaaa izaa dukkatil-ardhu dakkang dakka
22.Wa jaaa'a robbuka wal-malaku shoffang shoffa
23.Wa jiii'a yauma 'izim bijahannama yauma 'iziy yatazakkarul-ingsaanu wa annaa lahuz-zikroo
23.Yaquulu yaa laitanii qoddamtu lihayaati
24.Fa yauma 'izil laa yu 'azzibu 'azaabahuu ahad
25.Yaaa auyatuhan-nafsul-muthma'innah
26.Wa laa yuusiqu wasaaqohuu ahad
27.Yaaa ayyatuhan-nafsul-muthna'innah
28.Irji'iii ilaa robbiki roodhiyatan mardhiyyah
29.Fadkhuli fii 'ibaadii
30.Wadkhulii jannatii
shadaqallahul adzim
Para santri berhenti membaca juz ama karena sang guru yaitu seorang ustad muda yang sering di sebut kang Hatim sudah duduk di kursi pengajar.
Sudah menjadi kebiasaan jika sebelum mulai mengaji,para santri membaca surat surat pendek terlebih dahulu.
Jika yang akan mengajar mereka Ustadzah,maka para santri tidak akan menggunakan cadarnya.Tapi karena kali ini Ustadz yang mengajar,apa lagi ustadznya masih muda,jadi para santri di wajibkan untuk menggunakan cadar.
"Al-Fatihah!" kata kang Hatim yang merupakan guru mereka dengan suara berat penuh wibawa setelah selesai membaca tawasul.
Para santri membaca surat Al-Fatihah setelah di suruh oleh kang Hatim.
"Hana,hadir semua?" tanya kang Hatim pada rois santri.Rois itu jika di sekolah sama dengan ketua murid.
"Tidak kang,Lilis dan Maryam tidak hadir karena sakit!" jawab Hana dan di jawab 'Hm' saja oleh kang Hatim.
Walaupun wajahnya dingin,namun pesona kedinginan nya dapat membuat para santri terpesona.
"Jurumiyah!" kata kang Hatim sambil membuka sebuah kitab kuning agak tipis namun sudah lecet karena sering di buka dan tutup.
"Bab harap atap?" tanya kang Hatim.
"Iya kang!" jawab Hana.
"Bismillaahir-rahmaanir-rohiim......
Setelah mengaji sampai pukul sebelas siang,yang di mulai dari sesudah sholat subuh,sekarang waktunya istirahat.
Waktu itu di gunakan para santri.Ada yang di gunakan untuk makan atau jajan,ada juga yang di gunakan untuk nyuci baju,ada juga yang di gunakan untuk mengobrol,ada juga yang di gunakan untuk menghapal.
"Teh Hana,di panggil sama kang Hatim,di tunggu di ruangannya!" kata Erni kepada Hana yang sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menghafal nadzom maqsud.
"Baik,terima kasih Ni!" jawab Hana.Erni pun mengangguk dan langsung pergi.
Kang Hatim mau apa ya? Tanya Hana dalam hatinya.
Hana pun berjalan ke arah ruangan kang Hatim yang terletak di dekat taman yang ada di pesantren itu.
Tok tok tok
"Assalamualaikum!" kata Hana setelah sampai di depan pintu ruangan kang Hatim.
"Waalaikumusalam,masuk!" jawab kang Hatim dari dalam.
Hana pun masuk dengan jantung yang berdetak kencang.Memang bukan hanya kali ini dia masuk ke ruangan ini.Namun,biasanya jika dia masuk ke ruangan ini dia sendiri yang datang karena ada yang ingin di laporkan tentang kehadiran.
Beda halnya dengan sekarang ini.Dia datang bukan karena ada keperluan.Namun,dia datang karena di panggil,seperti melakukan kesalahan.
Di dalam ruangan kang Hatim,sudah ada Ustadzah Alvi kakak kang Hatim.
Kang Hatim mempunyai empat kakak perempuan,yaitu Ustadzah Zahra sebagai kakak pertama,Ustadzah Dawa kakak kedua.Ustadzah Putri kakak ke tiga.Dan Ustadzah Alvi kakak ke empat.
Semua kakak kakaknya sudah menikah dengan seorang ustadz.Dan para suami kakak kakak kang Hatim juga bersatu membangun sebuah pesantren khusus laki laki yang terletak di kampung sebelah.
Awalnya kang Hatim juga ingin mengajar di pesantren yang khsus laki laki,namun di cegah oleh ibunya karena santri laki laki banyak ngeyel saat di ajari.Sedangkan kang Hatim mudah emosi,jadi sang ibu takut jika malah terjadi perkelahian antara guru dan murid.
Hana mencium tangan Ustadzah Alvi yang suka di sebut Teh Alvi.
"Apa kabar Hana?" tanya Teh Alvi basa basi.
"Alhamdulillah baik Teh,Teteh apa kabar?" jawab dan tanya balik Hana.
"Alhamdulillah teteh juga baik,silahkan duduk!" kata Teh Alvi ramah.Sedangkan kang Hatim hanya memasang muka datar.
Hana duduk berhadapan dengan teh Alvi dan kang Hatim.Jantungnya tidak berhenti berdetak dengan kencang walaupun ada teh Alvi di dalam ruangan.
Teh Alvi terkenal akan kecantikan dan kebaikannya kepada semua orang.Hingga di idolakan semua santri.
"Hana,tolong data nama orang tua semua santri dan tuliskan alamatnya juga.Jika ada,tulis nomor teleponnya juga!" kata kang Hatim.
"Baik kang!" jawab Hana sambil menunduk.
"Harus selesai hari ini juga.Nanti,sebelum ngaji malam,setorkan pada saya!" kata Kang Hatim.
"B-Baik kang!" jawab Hana.
"Kamu boleh pergi!" kata kang Hatim.
"B-Baik kang,Teh saya permisi,Assalamualaikum!" kata Hana.
"Waalaikumusalam!" jawab kang Hatim dan Teh Alvi sambil tersenyum.
Hana pun pergi dengan jalan mundur sampai pintu sambil menunduk sopan.
"Bagus bukan rencana kakak cantikmu ini?" tanya Teh Alvi setelah Hana pergi.
"Iya,tapi apa dia mau?" jawab kang Hatim.
"Aku yang jamin!" kata teh Alvi.
"Semoga saja!" kata kang Hatim.
"Kang,ini dataan nama nama orang tua santri dan alamatnya,sebagian ada juga yang dengan nomor teleponnya!" kata Hana sambil menyerahkan map merah.
"Saya cek dulu!" kata kang Hatim sambil membuka map merah itu.
"Silahkan!" jawab Hana menunduk dan hanya di jawab hm oleh kang Hatim.
Hana memperhatikan wajah kang Hatim yang sedang fokus membaca isi dataan para santri itu.
Dia memang tampan! gumam Hana dalam hatinya.
"Kenapa kamu memandang saya seperti itu?" tanya kang Hatim yang melihat Hana memandang wajahnya dengan fokus.
"Ah emh,anu itu eh tidak apa apa kang!" kata Hana gelagapan karena kang Hatim membuyarkan lamunannya.
Pipi di balik cadar milik Hana memerah karena malu.
"Kamu boleh pergi!" kata kang Hatim.
"B-ba-baik kang,saya permisi!" kata Hana pamit.Dia tidak mengucapkan salam kepada kang Hatim karena bukan makhrom nya.
Ma**tanya lebih cantik saat melamun! gumam kang Hatim saat Hana sudah hilang dari pandangannya.
"Kenapa senyum senyum?" tanya Ustadzah Dawa yang tiba tiba masuk ke ruangan kang Hatim.
"Ah apa? tidak kok,kenapa Eteh gak salam dulu?" tanya balik kang Hatim yang kaget karena kakak tergalaknya tiba tiba sudah ada di depan mata.
"Aku sudah mengucapkan salam sampai tiga kali,namun kau tidak menjawabnya.Kau malah senyum senyum sendiri!" jawab Teh Dawa atau Ustadzah Dawa.
"Hheh maaf Teh!" kata kang Hatim.
"Hheh hheh,gimana? dapat atau tidak?" tanya teh Dawa.
"Dapat teh,nih!" jawab kang Hatim sambil mengacungkan kertas isi map merah yang di berikan Hana.
"Sini!" kata Teh Dawa menamprakan tangannya.Kang Hatim pun memberikan kertas itu.
Teh Dawa membaca isi kertas itu dengan seksama.Hingga akhirnya dia mengangguk angguk mengerti.
"Jadi,dia anak dari usahawan terkenal?" tanya Teh Dawa.
"Iya Teh,aku jadi tidak yakin!" jawab kang Hatim.
"Kenapa? karena kita tidak punya harta?" tanya teh Dawa.
"Iya Teh,aku takut kalau orang tuanya mau anaknya nikah sama pengusaha,bukan seorang santri!" jawab kang Hatim.
"Apa kamu tahu suami Zahra? suaminya itu anak dari seorang pengusaha! kamu tahu itu kan? tapi dia mau mau saja menikah sama Zahra yang hanya anak dari ustadzah!" kata Teh Dawa.
"Semoga begitu Teh!" kata Kang Hatim.
"Jangan kecil hati,semua kakak kakakmu dan ibumu mendukungmu!" kata teh Dawa.
"Kenapa sih,aku harus cepat cepat nikah?" tanya kang Hatim.
"Aku,Teh Zahra dan putri menikah di usia yang sama,yaitu di usia delapan belas tahun.Bahkan umi menikah di usia lima belas tahun.Tadinya,aku akan menjodohkan mu di usia delapan belas juga,namun waktu itu kau belum cukup ilmu dan belum dewasa.Mungkin ini saatnya!" jawab Teh Dawa.
"Terus kenapa aku harus nikah dengan wanita itu? apa dia cantik?" tanya kang Hatim.
"Apa kamu belum melihat wajahnya?" tanya balik teh Dawa.
"Belum,aku ingin melihatnya!" jawab kang Hatim.
"Belum saatnya!" kata teh Dawa dan pergi begitu saja dari ruangan adiknya.
Allahuakbar Allahuakbar
Adzan maghrib pun berkumandang.Kang Hatim buru buru membereskan ruangannya dan pergi ke mesjid.
Setiap berjamaah pasti kang Hatim yang menjadi imam sholat,karena tidak ada laki laki lain.
Saudara perempuan kang Hatim juga ada yang tinggal di pesantren baitussalam awal yang khusus laki laki,ada juga yang tinggal di baitussalam sani yang khsus wanita.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!