Jesslyn angelica Carolles.
Seorang wanita yang berparas sangat cantik, dengan tubuhnya yang jenjang, matanya yang kecoklatan, rambut panjang yang indah, bak seorang dewi yunani, yang mampu membuat para lelaki takjub, ketika memandang dan menatapnya, dan membuat para pria sangat ingin sekali untuk memiliki wanita itu.
Jesslyn lahir di Negara Rusia. Dia terlahir dari keluarga kaya raya, putri dari pemilik perusahaan C.L.F, sekaligus keluarga mafia nomber satu di Rusia.
Jesslyn memiliki sifat dingin dan keras kepala. Dia memiliki sebuah hobi yang begitu mahal, yaitu balapan.
Dia terlahir dari sang ibu yang bernama Veronica Carolles. dan ayahnya yang bernama Anthony Carolles.
Jesslyn juga memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayangi dirinya, yaitu Andrean Carolles. Seorang pria berwajah tampan dengan perawakan kekar, dan rambut hitamnya. Layak di sebut sebagai seorang pria yang mampu menggetarkan para ribuan hati wanita yang memandangnya.
Jesslyn dan Andrean, terpaut usia empat tahun.
Sedari sejak kecil, mereka berdua sudah dididik dengan sangat keras, oleh sang ayah secara langsung.
Entah itu dalam hal pengetahuan, etika, tatak rama, terutama keterampilan dalam bidang bisnis dan seni bela diri.
Anthony sangat ketat dan tegas terhadap kedua anaknya, terutama dalam hal sebuah pendidikan, dan pengetahuan, Anthony tidak pernah tanggung- tanggung terhadap kedua anaknya, untuk turun secara langsung mengawasi perkembangan mereka berdua.
Karana Antony sangat sadar betul, kedua anaknya yang akan menjadi penerus perusahaannya kelak dikemudian hari.
Sedari kecil, Jesslyn sudah memperlihatkan bakat dan minatnya terhadap bidang seni, terutama seni design.
Hingga suatu hari, ketika ia telah menginjak usia remaja, jesslyn dikirim oleh Ayahnya yaitu Anthony, ke sebuah Universitas terbesar yang ada di Kanada.
Berbeda dengan sang Kaka yaitu Andrean, ia justru menyelesaikan studi akhirnya di Amerika, dan ia sedikit mendapatkan kebebasannya dalam bersosialisasi di lingkungannya.
Kedua orang tuanya, akhirnya memutuskan untuk tinggal di Kanada bersama sang putri, yaitu Jesslyn, hanya untuk memberikan sebuah pengawasan yang lebih ketat terhadap dirinya.
Disisi lain sang ayah yaitu Anthony, juga memanggil beberapa profesor terbaik di Kanada untuk menjadi guru les putri nya.
Bahkan Anthony sendirilah yang mengajarkan secara langsung, soal bela diri terhadap kedua anaknya.
Ketika waktu senggang, jesslyn sering kali menghabiskan waktunya sendirian didalam kamar, hanya untuk menggambar beberapa design baju dan perhiasan yang ia sukai.
Ia sengaja sembunyi-sembunyi, agar tidak mencolok perhatian ayahnya.
*******
Tok-tok-tok
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia yang mendengar suara ketukan pintu, ia sontak bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan mendekat ke arah pintu kamarnya.
Ia pun segera bergegas membukakan pintu kamarnya. "Iya bu."
Sahut Jesslyn seraya menatap wajah ibunya dengan sedikit rasa takut diwajahnya.
"Sayang, apa yang sedang kamu lakukan.?" Ujar Veronica bertanya kepadanya, seraya menatap ke arah belakangnya, dengan pemandangan sebuah kertas-kertas yang berserakan di atas meja belajarnya.
Pada awalnya, ia hanya berniat untuk mengajak putrinya makan malam, ketika melihat wajah putrinya dengan ekspresi gugup, ia tidak bisa untuk tidak bertanya, dan memastikan apa yang tengah ia lakukan.
Jesslyn hanya bisa menjawab lirih, seraya tersenyum tipis dengan ekspresi wajahnya yang ragu. "Itu... aku hanya sedang menggambar saja, ada apa ibu.?"
Lanjutnya bertanya kepada sang ibu, berharap ia segera meninggalkan kamarnya, dan tidak bertanya lebih detail lagi.
Akan tetapi, tanpa menjawab, sang ibu langsung melangkah masuk kedalam kamarnya, seraya ia melihat-lihat beberapa dari hasil gambar miliknya yang tengah berserakan di atas meja belajarnya.
"Sayang, apa kamu mau menjadi seorang fashion designer.?" Ujar Veronica bertanya, seraya mengambil salah satu kertas berisi gambar desain dan menatapnya dalam seraya mengerutkan dahinya.
Jesslyn hanya bisa terdiam menunduk tanpa menjawab pertanyaan dari sang ibu, ia menggigit bibirnya seperti sedang ragu, ia takut kalau Ibunya tidak akan mengijinkan dirinya, mengenai hal apa yang dia sukai.
Saat itu, Veronica melihat ekspresi wajah putrinya yang sedang bingung, dan seperti terlihat ragu untuk berbicara.
"Sayang, ibu tidak akan marah, kalau kamu suka, ibu bisa mengajari kamu fashion design dengan benar."
Mendengar ucapan ibunya, Jesslyn sontak terkejut, dan seketika menatap wajah sang ibu dengan sangat dalam, dan fikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. "Mengajariku.?"
"Ya, tentu saja."
Ucap ibunya menjawab dengan santai.
Jesslyn hanya bisa bertanya- tanya dalam hatinya, ia semakin bingung dengan apa yang diucapkan oleh sang ibu.
"Tunggu! apakah yang dimaksudkan ibu adalah, ibu akan meminta ayah untuk membawakan seorang guru les lagi kerumah? t**idak, biarkanlah aku bernapas sedikit tuhan.!"
Sebenernya ia sangat kesal dengan kesehariannya, yang hanya dipenuhi dengan bermacam-macam mata pelajaran disetiap waktu yang ia lalui, tidak bisa keluar rumah, tidak bisa memiliki teman, ia hanya dituntut untuk selalu berfokus terhadap semua materi dan pelajaran yang Ayahnya berikan.
Ia pun hanya bisa menghela napas dalam yang berat, serta raut wajahnya yang seketika menghitam, ia berpikir hari-harinya akan semakin berat lagi.
Bertahun-tahun lamanya, dirinya hanya bisa terkurung dikediamannya, dengan segudang materi, dan berbagai latihan pisik, tanpa bisa melakukan hal-hal layaknya seperti remaja lain seusianya.
Saat itu Veronica melihat dengan sangat jelas, seperti apa raut wajah dari putrinya, ia sontak tidak bisa menahan gelak tawanya sendiri, menyadari hal apa saja yang tengah dipikirkan oleh putrinya.
"Sayang, apakah kamu bosan dengan keseharian kamu selama ini.?"
Veronica sebenarnya tahu, kalau putrinya itu sering sekali mengeluh kepada kakak laki-lakinya, kalau selama ini, dia sangat jenuh dan bosan dengan kesehariannya sendiri.
"Bu, bukankah ayah terlalu keras kepadaku.?"
"Kakak saja punya waktu buat pergi keluar bersama teman-temannya, sangat berbeda sekali denganku."
Ia terus ngedumel dengan jengah, seraya disertai helaan napas dalam panjang yang berat berkali-kali.
"Sayang, status Ayahmu tidaklah sederhana, statusnya sangat rumit,"
Ujar Veronica sedikit memberi penjelasan.
"Ayahmu melakukannya demi kebaikanmu, dia ingin melindungimu, menjagamu, dan memberikan yang terbaik untukmu, untuk anak-anaknya, ayahmu hanya tidak ingin terutama kalau putri dia satu-satunya terjadi sesuatu yang tidak ia harap---"
"Tapi bu---"
Jesslyn sontak langsung memotong pembicaraan ibunya, "Karna status ayah yang tidak sederhana itu, aku tidak bisa hidup layaknya manusia normal bu.!"
"Antara aku dan dunia selalu ada pembatas dinding yang tinggi dan tebal."
Sedetik kemudian ia terdiam dan menunduk dengan raut wajahnya yang sangat suram.
Sebenernya Veronica sangat mengerti dengan perasaan putrinya, hanya saja, Antony juga suaminya sangat benar dalam sebuah hal mendidik, menurut anggapannya sendiri.
Berbeda dengan anak laki-lakinya, Andrean diijinkan untuk studi diluar Rusia, membiarkannya mengenal dunia yang luas, sedangkan ia sendiri terkurung seperti merpati dalam sangkar yang sama sekali tak berdaya.
Betapa menyedihkannya, bahkan seperti seorang simpanan pun mendapatkan sebuah kebebasan dalam hidupnya.
Semua yang Anthony lakukan itu, semata-mata hanya untuk melindungi kedua anaknya agar tetap aman terutama putrinya.
Veronica hanya bisa membelai atas kepala putrinya dengan lembut seraya menghela napas dalam.
"Hem, begini saja, bagaimana kalau ibu sendiri yang mengajarimu fashion designer? tanpa harus meminta ayahmu membawakan guru les lagi."
"Apa.?"
Seketika ia terperangah kaget dengan apa yang didengarnya.
Bersambung....
Selama ini, Veronica tidak pernah menceritakan perjalanan hidupnya kepada kedua anaknya, ia bahkan tidak pernah mengungkit seperti apa ia dan Anthony bertemu satu sama lain.
Ia selama ini memutuskan apa yang telah terjadi dimasa lalu, biarlah menjadi pengalaman pribadinya dalam perjalanan hidupnya dengan Anthony.
Anak-anaknya cukup tahu saja kalau ibunya bahagia, hidup dengan tenang dan damai, sebagai seorang istri dari lelaki yang sangat ia cintai, yang menyandang sebuah gelar mafia terkenal yang kejam, dalam hal memutuskan dan menyelesaikan semua masalah yang ia hadapi.
Anak-anaknya cukup tahu, bahwa ibunya menikmati sebuah kehidupan yang seperti ia inginkan, berdiri disamping Anthony yang kekayaannya tidak terbatas, walaupun keluarga Carolles tidak mempublikasikan semua hasil kekayaannya kepada dunia, karna bisnis Anthony tidak semua untuk diketahui oleh dunia luar.
Dunia hanya cukup mengetahui kekayaannya dalam sebuah bisnis perusahaannya saja.
Akan tetapi, Karna Veronica melihat Jesslyn yang begitu tertarik dan sangat berbakat dengan sebuah fashion designer, menurutnya, mungkin sudah waktunya ia menceritakan sedikit perjalanan hidupnya kepada putrinya tersebut
Walaupun, ada beberapa hal yang tidak ingin ia bahas, karna menurutnya belum waktunya untuk Jesslyn mengetahui seluruh alur cerita hidup yang ia alami.
Mungkin suatu saat ketika putrinya benar-benar mengerti tentang dunia, dan berpikir sangat dewasa, dan mengeri arti sebuah perjalanan hidup, ia akan menceritakan lika-liku perjalanan hidup yang ia alami bersama sang suami.
"Nanti, suatu hari ibu akan menceritakan semuanya kepadamu, ketika waktunya sudah cukup tepat untukmu."
Ucap Veronica kepada putrinya.
"Maksud ibu, sekarang aku belum dewasa.?"
"Dimata ibu, walaupun kamu sudah beranjak dewasa, tapi tetaplah kamu seorang bocah kecil kesayangan ibu.!"
"Manusia mempunyai waktu yang tepat untuk mengetahui segala sesuatu."
"Akan tetapi, untuk sekarang, itu belum saatnya sayang.!"
"Ibu hanya akan menceritakan sedikit tentang ibu, dan fashion designer saja.!"
Ucapnya seraya mengelus kepala putrinya seraya tersenyum tipis.
"Baiklah, apapun yang ibu ceritakan.!"
Veronica yang hanya melihat bahwa putrinya baru memasuki usia dewasa saja, wajar kalau dia tertarik dengan suatu hal yang ia sukai.
Ia hanya berharap, suatu saat nanti, putrinya tidak akan salah mengambil sebuah keputusan dalam hidupnya.
"Jesslyn, ibu akan menceritakan sedikit pengalaman karir ibu kepadamu." Ujar Veronica sedikit tegas, "Apa kamu mau mendengar hal itu.?"
"Mungkin bisa membantu untuk menjawab sedikit kebingungan kamu, terutama tentang fashion designer, yakin mau mendengarnya.?"
Ujar Veronica kepada putrinya memegang kedua tangannya, seraya ia mengedipkan sebelah matanya.
Jesslyn yang mendengar perkataan ibunya langsung mengangguk tanpa ragu, terpancar jelas ia sangat ingin mengetahui sedikit kisah cerita sang ibu.
"Iya, aku mau mendengarnya bu." Sahut Jesslyn dengan mata yang berbinar-binar.
"Kalau begitu, ayo ikut Ibu keruangan krja ibu.!" Ajak Veronica kepada putrinya, seraya ia menarik lembut kedua tangan putrinya, berjalan memasuki ruangan yang ada dilantai empat kediamannya.
Jesslyn pun mengikuti langkah kaki ibunya dengan patuh dan penuh semangat, karna slama ini, anak-anaknya tidak pernah diijinkan untuk memasuki ruangan kerja ibunya oleh Anthony.
"Bu, apa tidak apa-apa? bukankah ayah melarang aku dan Andrean untuk melihat ruangan kerja pribadi ibu.?"
Jesslyn sadar betul Ayahnya tidak pernah mengijinkan mereka, walau hanya untuk mendekati ruangan kerja pribadi milik ibunya, apa lagi memasuki ruangan tersebut.
"Tidak apa-apa, ibu yang akan menjelaskannya nanti kepada Ayahmu."
Selama ini, Anthony punya alasannya sendiri melarang kedua anaknya, terutama putrinya.
"Baiklah." Sahut Jesslyn.
Mereka berdua pun memasuki sebuah ruangan kerja pribadi, yang tertata dengan sangat rapih.
Jesslyn saat itu langsung terpaku seketika takjub, melihat sebuah hasil karya designer terkenal yang tengah berada dihadapannya.
Disana juga terdapat beberapa rancangan fashion design yang belum selesai.
Jesslyn sontak melihat kearah ibunya berada, berusaha meyakinkan dirinya sendiri, kalau ibunya bukanlah seorang designer yang terkenal dan misterius itu.
Veronica yang melihat ekspresi ragu wajah putrinya, ia hanya bisa terkekeh dengan tawanya.
"Jesslyn, ada apa dengan ekspresi kamu itu.?" Veronica bertanya kepada putrinya sembari menunjukkan ekspresi wajahnya yang mengejek.
"Apa ibumu ini begitu tidak meyakinkan, untuk menjadi orang terkenal.?"
Ucap Veronica tambahnya seraya menunjuk wajahnya sendiri.
"Tidak bu, bukan begitu."
Jesslyn menjawab dengan nada manja dan mengayun-ayunkan salah satu tangan ibunya, mencoba agar ibunya tidak tersinggung.
"Bu, apakah benar.?"
"Tentu saja.!"
Jawabnya dengan cepat, sembari mengibaskan rambutnya sendiri dengan rasa percaya diri yang tinggi.
"Memangnya cuma ayahmu saja yang hebat dan terkenal...."
"Ya, ya, ya, ibu hebat, ibu yang terbaik."
Jesslyn menjawab seraya memberikan jempol dan memicingkan ujung bibirny, mengejek sang ibu yang sedang menyombongkan dirinya sendiri.
Jesslyn sontak seketika menggerutu didalam hatinya sendiri.
"Ya, Ayah memang sangat hebat, ia hebat dalam hal menindas ku, *m*emberiku segunung pelajaran setiap harinya, yang bahkan sama sekali tidak pernah ada habisnya...."
"Bahkan melatihku beladiri *setiap hari, sehingga membuat tulang-tulangku berasa seperti mau patah semua."
"Apa hebatnya Ayah coba? tidak ada yang bisa dibanggakan sama sekali*."
Jesslyn tanpa henti mengutuk ayahnya sendiri didalam hatinya dengan sedikit kesal.
Veronica yang sudah mengerti apa yg sedang dipikirkan putrinya, ia mencoba membuyarkan lamunan Jesslyn. "Walaupun ayahmu begitu, tapi dia hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua, ayahmu ingin, agar kalian berdua bisa melindungi diri sendiri suatu hari nanti.!"
Tegas Veronica kepada putrinya.
Anthony dan Veronica hanya tidak ingin, bahwa putrinya akan mengikuti jejak ibunya sebagai designer, yang hal itu akan membuat perhatian semua orang tertuju kepadanya.
Mereka sadar, ketika seseorang muncul didunia entertainment, taruhannya adalah kehilangan privasi mereka sendiri.
Kesimpulannya, Anthony dan Veronica tidak ingin kedua anaknya berada dalam bahaya terutama putrinya.
Karna dengan status Anthony, mereka akan menjadi kelemahan bagi Anthony dihadapan semua musuh-musuhnya.
Akan tetapi, Veronica juga tidak bisa terus melarang dan mengekang keinginan dan impian anak-anaknya sendiri.
Veronica menghela napas panjang, lalu ia menatap wajah putrinya.
"Jesslyn, ibu akan mengajarkanmu dengan baik tentang fashion designer, tapi, kamu harus berjanji, untuk bisa melindungi dirimu sendiri, pelajaran yang ayahmu berikan kepadamu, itu semua untuk kebaikan mu.!"
Ucap Veronica dengan tegas.
Jesslyn pun akhirnya mulai mengerti dengan apa yang dimaksud ucapan ibunya, yang dengan memasang ekpresi wajah seserius itu.
Terdapat sebuah makna yang sangat besar, dan rasa kekhawatiran yang dalam dengan kata-kata ibunya.
"Iya bu, aku janji."
"Baiklah, mulai besok, Ibu akan mulai mengajarkanmu." Ucap Veronica seraya tersenyum tipis diujung bibibinya.
Tanpa menjawab, Jesslyn hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Kalau begitu, ayo kita turun untuk makan malam.!" Ajak Veronica kepada Jesslyn.
Veronica membawa jesslyn untuk makan malam, karna memang putrinya sedari tadi terus berada dikamarnya, sampai ia melupakan jam makan malamnya sendiri.
\*\*\*\*\*
Dimeja makan, Pukul 09.30
"Bu, apa kita tidak menunggu ayah.?"
Anthony yang saat itu akan pulang larut malam, karna banyak sekali pekerjaan yang belum terselesaikan, dan harus secepatnya ia bereskan.
"Tidak perlu, ayahmu masih banyak pekerjaan yang belum selesai dikantornya, ibu sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya makanan.!"
"Oh, baiklah."
Bersambung.....
Setiap enam bulan sekali, Anthony selalu mengadakan tes untuk kedua anaknya, yang seperti biasanya ia selalu adakan di Rusia dikediaman pribadi utamanya.
Tidak lain adalah untuk melihat bakat dari kedua anak-anaknya, dalam hal bidang ilmu kemampuan beladiri, memanah, berkuda, berburu, menembak, dan cara menggunakan pedang.
Semua hal tentang kemampuan beladiri, ia ajarkan dengan sangat ketat kepada kedua anaknya, terutama putrinya, karna seorang wanita, menurutnya sangat rentan terhadap keselamatan mereka sendiri.
Tidak jarang pelajaran yang ia dapatkan lebih keras dari pada Andrean kakaknya.
Kali ini, Anthony mengambil sebuah keputusan besar, yaitu untuk mengijinkan Jesslyn keluar dari tekanannya sendiri, melihat Jesslyn yang sudah tumbuh dengan dewasa, ia perlu membiarkannya sedikit melihat-lihat luasnya dunia, dan kerasnya dunia ini kepada mereka, terutama kepada yang lemah, dan tidak memiliki kemampuan apapun, mereka hanya bisa menjadi mangsa yang kuat.
Karna itulah, slama ini Jesslyn tidak pernah diijinkan keluar dari kediamannya oleh Anthony, kecuali ke Universitasnya.
Hanya dengan lulus tes kali ini yang bisa membuat Jesslyn agak terbebas, untuk memiliki kelonggaran ketatnya hidup yang ia jalani.
Berbeda dengan kakaknya, Andrean sudah lolos beberapa kali tes terlebih dahulu, karna memang usia mereka terpaut empat tahun lebih tua.
Dan Andrean sedikitnya membuat Anthony berpikir bahwa anak lelakinya memiliki kedewasaan dalam memutuskan sebuah keputusannya sendiri.
Walau sedikit mendapatkan kelonggaran dalam hal lingkungan dan pergaulannya, tetapi tidak membuat Andrean berleha-leha dalam segala pendidikan dan pembelajaran yang ia dapatkan.
Bahkan sering sekali Andrean sangat bekerja dengan keras tentang pisiknya dan pelatihan-pelatihan beladirinya, sehingga membuat Anthony melonggarkan sedikit waktunya dan tekanannya terhadap Andrean.
Setelah ia mengalami sebuah guncangan hebat dalam hidupnya, ia baru sadar kemampuannya masih sangat jauh, kehidupan dunia keji yang tanpa sengaja pernah ia lihat, begitu sangat keras dan menakutkan baginya.
Hanya yang berkemampuan tinggi, yang bisa melindungi dirinya sendiri, tanpa menunggu bantuan dari orang lain, terutama ayahnya.
\*\*\*\*\*\*\*\*
Pagi hari, pukul 08.30 Kanada
Anthony yang sedang duduk diruangan kerja pribadi miliknya, yang ada dikediamannya, tengah terdiam merenung, dan sesekali ia mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja, ia sedang berpikir panjang untuk masa depan putrinya, takut-takut ia salah langkah dalam hal mengambil sebuah keputusan, berkali-kali ia menghela napas panjang yang sangat berat.
"Andrean, pulanglah besok ke Rusia.!"
Ucap Anthony yang seketika langsung melakukan panggilan telepon kepada Andrean, sementara Andrean saat itu memang tengah berada di Amerika.
"Ada apa, ayah.?"
Ia bertanya diujung telepon kepada Anthony dengan bingung.
Sebenernya Andrean sangat tahu dengan jelas, kalau lusa adalah, hari dimana diadakannya sebuah tes untuk adiknya, yang selalu diadakan setiap enam bulan sekali.
Akan tetapi Andrean berpikir, Itu adalah tes untuk adiknya, bukanlah untuk dirinya.
"Lalu untuk apa aku menghadiri acara itu, bukankah itu sudah hal yang biasa Ayah lakukan.?' Ucapnya dalam hati sedikit berfikir.
"Lusa adalah tes untuk adikmu." Sahut Anthony tegas.
"Aku tahu itu Ayah, memangnya semua itu apa hubungannya denganku.?" Jawab Andrean diujung teleponnya dengan sangat santai.
"Kamu akan pulang atau tidak.?"
Tanya Anthony tegas dengan sedikit nada suaranya yang agak kesal.
Mendengar suara ayahnya yang agak meninggi, Andrean malah berpikir ingin secara sengaja untuk membuat ayahnya jengkel dan kesal, menurutnya, itu hal yang menyenangkan ketika mendengar ayahnya yang frustasi dengan tingkah lakunya.
"Tidak, aku sedang sangat sibuk, di kantor sedang banyak sekali pekerjaan yang harus aku urus dan aku selesaikan secepatnya."
Ujar Andrean membantah ayahnya dengan menggerakkan dahinya sendiri.
"Haih...." Anthony sesaat menarik napas sangat panjang dan berat, "Apa menurutmu ayah tidak tahu.?" Ujar Anthony pada intinya.
Karna memang sebenarnya Anthony tahu, kalau pekerjaan Andrean di kantor sedang sangat longgar, secara Anthony selalu tahu apa yang dilakukan oleh anak-anaknya.
Ia secara khusus mengirimkan beberapa anak buah kepercayaannya untuk mengawasi gerak-gerik putranya yang sedikit bersikap playboy itu.
"Baiklah, baiklah, aku tahu ayah tahu segalanya."
Andrean sudah bisa menebak dengan kebiasaan Ayahnya sendiri, yang tidak akan melewatkan hal sekecil apapun.
"Aku tidak akan pulang, kecuali... ayah memberi tahukan aku ada apa.!" Tegas Andrean dengan nada ngeyelnya.
"Setelah tes awalnya Jesslyn selesai, kamu akan jadi lawan tanding adikmu, untuk penentuan tes.!" Ucap Anthony santai dengan nada memerintah.
"Apa.?"
Andrean kaget mendengar ucapan Ayahnya. "Yah, apa kau serius.?"
"Jesslyn itu perempuan, dia juga belum terlalu dewasa." Sambung Andrean menegaskan Ayahnya.
"Memangnya siapa yang bilang bahwa adikmu bukanlah perempuan."
Jawab Anthony dengan nada nyeleneh diujung teleponnya.
"Yah, bukan itu yang aku maksud."
Jawab Andrean dengan suara ngegasnya yang meninggi.
"Apa kamu meragukan kemampuan Adikmu.?"
Jawab Anthony cepat dengan nada suara sinis dan meremehkan dirinya.
Sebenernya Anthony melihat kemampuan putrinya meningkat pesat selama satu tahun terakhir ini, dan Jesslyn ia slalu merengek kepada Ibunya, kalau dia ingin mendapatkan sedikit kebebasan seperti layaknya anak muda seusianya.
"Baiklah, baiklah."
Andrean menjawab sambil menarik napas panjang, ia hanya bisa pasrah dengan keputusan ayahnya sendiri, kemudian ia menutup sambungan teleponnya.
\*\*\*\*\*\*
Malam hari
Tok, tok, tok.
Jesslyn mengetuk pintu ruangan kerja pribadi ayahnya. "Yah, ini Jesslyn."
"Masuklah.!" Ujar Anthony menjawab dari dalam ruangannya.
Pintu terbuka, Jesslyn melangkah masuk mendekati arah tempat duduk dimana ayahnya berada.
"Duduklah.!"
"Yah, ada apa? tadi ibu bilang ayah memanggilku.?" Tanya Jesslyn kepada ayahnya, ia bertanya-tanya didalam hatinya sendiri dengan gundah.
"Ini pasti tentang tes lusa, atau, apakah aku membuat sebuah kesalahan *dimata a*yah.?"
Sebenernya Anthony bukanlah tipe ayah yang sangat galak, mungkin bisa dibilang lebih tepatnya tegas saja, hanya saja, saat itu jesslyn melihat raut wajah ayahnya yang sedang serius, membuat ia berpikir yang tidak-tidak.
"Lusa adalah tes seperti biasa untukmu.! " Ucap Anthony dengan nada serius.
"Ya, aku tahu."
Ujar Jesslyn menjawab dengan cepat.
"Memangnya apa bedanya? lulus tes juga, tetep saja aku tidak bisa kemana-mana." Pungkasnya dalam hati Jesslyn.
Sebenernya Jesslyn sudah lulus tes dari ayahnya 2x, akan tetapi, menurutnya, kemampuannya masih kurang, karna antara latihan dan pertarungan yang sesungguhnya sangatlah jauh berbeda.
"Kalau kamu lulus tes kali ini, Ayah akan mengijinkanmu melakukan apapun yang kau mau, tapi---" Sebelum Anthony selesai bicara, Jesslyn sudah terlebih dahulu berteriak dan memeluk erat tubuh ayahnya.
"A A A A A H H H H, ye, benarkah.?" Jesslyn dengan raut wajahnya yang sumbringah.
"Hem... dengarkan dulu ayah sampai selesai bicara.!" Ujar Anthony menjawab dengan nada memerintah, sembari memicingkan ujung bibir dan matanya.
"Hehe, baiklah."
Jesslyn segera kembali ketempat duduknya, dan bersikap patuh, seperti seekor kucing yang akan mendapatkan ikan.
"Asal, kamu tidak melebihi batas.!" Sambung ucapan Anthony.
"Iya Ayah, aku tahu, aku bisa menjaga diriku sendiri." Ucap jesslyn menjawab dengan sangat yakin.
"Baiklah, kembalilah kekamar kamu.!" Ujar Anthony
Jesslyn hanya menganggukkan kepalanya.
ia berjalan keluar dari ruangan ayahnya, akan tetapi, sebelum ia melangkah jauh, ayahnya berbicara kembali. "Oh iya Jesslyn, tes kali ini agak berbeda, ayah hanya mengingatkan kamu saja."
Sambung Anthony dengan suara dan wajahnya yang mengejek putrinya.
Jesslyn menatap ayahnya seraya mendengus kecil, dan memicingkan ujung bibirnya. "Berbeda? memang apanya yang berbeda, aku ini sudah terbiasa ditindas oleh ayah, Huh."
Jesslyn menjawab dan berbicara sendiri sambil berjalan semakin menjauh dari ruangan ayahnya tersebut, akan tetapi ayahnya masih bisa mendengar ucapan putrinya itu.
Sementara Anthony hanya bisa tersenyum tipis, dan menggelengkan kepalanya, mendengar ucapan dari putrinya yang samar-samar.
.......
.......
.......
.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!