Seseorang terbangun dari tidurnya.
ia mematikan alarm ketika Alarm itu bunyi untuk membangunkan.
Bahkan teriakan ibunya membangunkan pun tak pernah ia dengar.
Sesekali ia menggeliat dalam tidurnya.
Setelah Alarm tak berbunyi lagi. ia mulai bangun, duduk bersandar. untuk mengumpulkan nyawanya.
Dan di lihatnya sebuah jam sudah menunjukkan pukul 06:30, seketika matanya melotot karena saat ini ia harus cepat masuk kerja.
Terbiritlah ia masuk kamar mandi untuk membersihkan diri, dengan gerakan cepat tanpa embel nyanyi nyanyi ia sudah menyelesaikan semuanya.
Setelah keluar kamar ia buru buru menyalami ibunya yang sedang menghidangkan sarapan.
"Dhila... Sarapan dulu nak!"
Ibu Dhila menyuruhnya sarapan.
"Tidak Ma... Dhila sudah terlambat. Dhila pamit.. Assalamu'alaikum"
Dhila berteriak dari Depan pintu, sambil bergegas menancapkan gas motor matic nya.
"Duuh jangan sampai aku terlambat.."
Dhila Bergumam di dalam hatinya.
Ya inilah Dhila, yang nama panjang nya Nadhila Sahila Puteri.
Gadis yang selalu terlambat dalam masuk kerja, terlambat bukan karena jalanan macet, atau karena urusan apa, tapi karena tidurnya yang susah di bangunkan.
Kini Dhila telah sampai Di depan gerbang perusahaan nya , perusahaan yang bertuliskan PUTRA JAYA GROUP. Perusahaan itu berkecimpung dalam banyak bidang Dari mulai Bidang fashion, food, drink, bahkan Hotel.
Nadhila merupakan karyawan yang berada di Divisi keuangan.
"Hah... Akhirnya nyampe juga"
Nafas Nadhila kini terengah-engah, sesampainya di Depan Loby kantor.
Kini ia bergegas menuju lift untuk menuju lantai tiga, ketika di pintu lift di pencetlah tombol tiga.
Dan tiba lah Nadhila ke ruangan nya.
Tapi hening rasa nya ruangan itu, Nadhila pun menduduki kursi kerja nya,sambil terus melirik meja kerja rekan nya yang masih pada kosong.
"Masa iya aku kepagian tiba di kantor,,"
Nadhila bergumam dengan rasa heran nya.
Tiba-tiba Datang pak Tio, yang jabatannya sebagai Sekretaris Direktur untuk menemui Nadhila.
"Dhila, kenapa kamu masih di sini? yang lain sedang menunggu kamu di ruang meeting,!"
Tio bertanya dengan geleng-geleng kepala karena bisa bisa nya Nadhila santai duduk di ruangannya, sedangkan yang lain sedang menunggu nya.
"Apa Pak Tio,,, ya Ampun kok aku bisa lupa kalau hari ini ada meeting sama direktur"
Nadhila merasa kaget karena lupa, bahwa pagi itu Nadhila harus meeting.
Di bawalah berkas file yang sudah di dalam map, dengan berjalan tergesa gesa.
Brakk...
Pintu ruang meeting Nadhila buka.
Sontak semua mata yang ada di ruang meeting berarah menatapnya.
"Mohon maaf saya terlambat"..
Ucap Nadhila dengan sedikit membungkuk sopan.
dan duduklah ia di kursi yang sudah tersedia.
Untung Direktur yang saat ini menjabat pak Wijaya langsung. Dia terkenal baik dan juga ramah.
asal kinerja karyawan nya bisa di andalkan
Tapi tidak dengan anaknya, yang berwajah dingin dan disiplin dalam waktu, anaknya kini ia masih berada di luar Negeri yang mengurus perusahaan cabang lainnya.
ya Begitulah Perusahaan Putra Jaya Group ini ia mendirikan sampai ke luar negeri.
Meeting pun selesai dengan cepat, karena tidak terlalu banyak masalah.
"Dhila.... Dhila... kamu kapan gak akan terlambat terus"
Rere menggoda Nadhila seperti biasanya.
"Hehe... gak tau Re, gue juga bingung"
Nadhila menimpali ucapan Rere dengan menyengir kuda.
Dan mereka pun bekerja seperti biasanya.
Kini tiba saatnya waktu istirahat, waktu semua karyawan mengisi perutnya untuk energi bekerja.
Nadhila dan Rere pun pergi makan ke kantin seperti biasanya.
"Dhila, Lu mau pesan apa.? Gue pesenin sekalian ni.." Rere bertanya
"Gue lagi kepengen Bakso deh, Tapi sambelnya dikit yaa.." Ucap Nadhila
"Tumben lu, biasanya banyakin sambelnya" Rere berujar kembali
"Ah iyaa,, dari pagi gue belum makan Re.." Alasan Nadhila
Dan Rere pun pergi menuju penjual yang berada di depan.
Disana walaupun di sediakan makan gratis, tapi masih boleh pedagang berjualan.
Rere pun datang dengan pesanan Nadhila.
Seketika mereka pun makan dengan lahap.
Setelah usai makan siang.
"Re Gue ke mushola dulu yaa..."
Nadhila pamit untuk menunaikan shalat dzuhur.
dan berlalu.
Ketika di depan Mushola Nadhila berpapasan dengan Tio yang sebagai Sekretaris Direktur.
Tapi Nadhila tidak melihatnya. dia pergi berlalu menuju tempat berwudhu.
Beda dengan Tio, ia merasa kagum melihatnya.
Karena setiap waktu beribadah Tio selalu bertemu Nadhila di depan mushola.
Tio pun tersenyum, dan berlalu masuk ke mushola.
Begitupun Nadhila yang selesai dengan wudhu nya mulai masuk untuk berjamaah shalat dzuhur.
Kini Nadhila Sudah berkutat dengan pekerjaannya.
Wajahnya serius menatap layar komputer yang ada di depannya. setelah merasa selesai dengan isi berkasnya ia akan beranjak untuk menyerahkan hasilnya ke meja manager keuangan nya.
tok tok tok...
Nadhila mengetuk pintu.
Setelah mendengar Suara untuk menyuruh nya Masuk, Nadhila baru bisa masuk ke ruangan.
"Pak ini berkas laporan ke uangan yang hari kemarin.."
Nadhila menyerahkan map ke meja sang manager. dengan masih berdiri takutnya ada yang keliru dalam pengerjaan nya
"Iya taro saja di situ" Ucap sang manager yang bernama Gilang.
Dan mulai di lihatnya, dan dibuka untuk di periksa berkas yang Nadhila simpan.
"Ok, Tak ada masalah"
Ucap Gilang dengan merapihkan berkas tersebut.
"Terima kasih pak. saya undur pamit"
Nadhila berujar seraya pamit.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 16:00 Wib.
Saatnya Waktu karyawan pulang. Beda dengan yang berlembur akan bertambah lagi jam kerjanya.
"Eh Dhila, Lu mau lembur?"
Tanya Rere kepada Nadhila.
Ya hanya Rere teman yang sangat dekat dengan Nadhila.
"Gak tahu deh, Gue nanya bu Siska dulu"
Nadhila beranjak menuju ke meja Bu Siska yang menjabat sebagai kepala Divisi nya.
"Bu Siska hari ini lembur tidak?"
Ucap Nadhila
"Oh iya Lembur Dhila... dan juga Rere"
"kalau Ricky boleh saja pulang"
Kata bu Siska menegaskan.
Ada salah satu rekan kerjanya yang bernama Ricky di dalam ruangan itu.
Ricky pun ingin berlalu pergi tapi mata nya sedikit melirik ke arah Nadhila dan tersenyum, begitupun Nadhila membalas tersenyum balik.
"Dhila... kayanya Cogan satu satunya di ruangan ini naksir eluu deh"
Rere ternyata memperhatikan antara Ricky yang tadi tersenyum kepada Nadhila.
"Ah itu perasaan kamu saja..."
Nadhila masih dengan fokus pada pekerjaannya.
"Kalau beneran gimana Dhil...?"
Ucap Rere
"yaa gak gimana gimana... udah ah, aku ijin ke mushola dulu"
Nadhila sambil bergegas pergi dari ruangan nya untuk menuju mushola.
Ketika asyik berjalan, ada yang memanggil Nadhila.
"Dhila..."
ternyata yang manggil adalah Tio.
"Eh pak Tio, iya ada apa?"
Nadhila menghentikan langkahnya.
"Kita bareng, kamu mau ke mushola kan?"
Tio mengajak bareng Nadhila
"ah iya pak, silahkan.."
Nadhila pun tak menolak, malah dengan sopan menyuruh Tio berjalan duluan.
"Kalau aku duluan itu bukan barengan Nadhila,,,"
Tio menimpali
"Sini, kamu berjalan di samping saya. baru itu barengan."
Tio berucap kembali.
"Ah i iyaa pak..."
Nadhila pun menurut, dengan perasaan cemas karena baru kali ini ia berjalan bareng tepatnya berjalan di samping Tio sang Sekretaris yang tampan.
Sesampai di mushola, Nadhila dan Tio bergegas ke tempat Wudhu masing masing sesuai jenis kelamin nya.
Dan setelah itu Nadhila,Tio, beserta karyawan lainnya melaksanakan shalat berjamaah.
Kini Nadhila sudah selesai dengan rutinitasnya hari ini. Ia beranjak melangkah bersama Rere untuk keluar Gedung kantor nya.
"Re, kamu mau nebeng lagi?"
Nadhila menawari Rere.
"Gak deh Dhil,, ini hari sudah gelap liat deh jam udah setengah enam, kalau lhu nganterin dulu gue lhu takut kemalaman nyampe rumah. Gue udah pesen taksi online koq.."
Ucap Rere
"Ya udah Gue pamit duluan yaa.... byee Rere"
Nadhila pergi dengan motornya.
Tak lama ia pun tiba di rumah tepat pukul 18:00 Wib.
Di parkirkan motornya di depan teras rumah, sambil duduk di kursi depan rumahnya Nadhila membuka sepatu.
Lalu masuk ke rumah yang tidak di kunci ibu nya.
"Assalamu'alaikum... Ibu, Dhila sudah pulang..."
Nadhila sambil meraih botol air mineral di dalam kulkas dan duduk untuk meminumnya.
Datanglah Ibu Nadhila dari arah dapur.
Ternyata ia baru saja selesai memasak untuk makan malamnya.
"Wa'alaikum salam... kamu lembur nak?"
Ibu Nadhila dengan menata makanan di atas meja.
"Iya bu, Nadhila barusan lembur Satu jam" Ucapnya.
"Kalau gitu Nadhila mau mandi, terus shalat magrib dulu ya buu...." Tambah Nadhila.
"Iyaa nak..." kata ibu Nadhila.
Nadhila baru saja selesai dengan mandi begitu juga dengan shalat magrib nya.
Nadhila kini sudah duduk di meja makan, dan juga ibu nya.
"Buu... Nadhila Lapar banget." Ucap Nadhila dengan mulai menyendok makanan nya, dan makan dengan begitu lahap.
"iya sayang makan yang banyak yaa,,, kamu sudah bekerja keras untuk ibu. kamu pasti lelah nak.."
tukas Ibu Nadhila dengan Lirih merasa sedih, karena hanya Nadhila yang menjadi tulang punggungnya.
"ih ibu bicara apa. enggak kok, Dhila gak lelah... malahan Dhila senang bisa bekerja, Dhila bisa nabung, bisa beli keperluan rumah, Dhila udah terbiasa koq buu..."
Ucap Nadhila disela mengunyah makanannya.
"Terima kasih sayang. memang kamu anak yang baik, selalu membuat ibu bangga. karena kamulah satu-satunya harapan ibu"
Ucap Ibu Nadhila dengan sedih dan memeluk Nadhila.
"Iya ibu, udah... jangan sedih. do'ain aja Nadhila supaya sehat terus buu... mending sekarang ibu makan juga"
Nadhila pun memeluk erat ibunya, dan mulai mengambilkan makanan ke piring milik ibunya.
"Iyaa nak... " Ucap Ibu Nadhila dengan bahagia.
Nadhila kini telah berbaring di atas kasurnya yang berukuran standar.
Shalat isya pun sudah ia laksanakan.
Dia sekarang sedang menatap layar laptop nya untuk menonton Drama korea seperti biasa, yaa gara gara menonton Drama korea ini lah yang membuat bangun nya sering terlambat.
"Waduuh... udah jam dua pagi aja"
Ucap Nadhila sambil sesekali menguap, tapi tetap anteng dengan layar laptop nya.
Sampai tak terasa Nadhila ketiduran dengan Layar laptop pun masih menyala.
Terdengar suara adzan Shubuh berkumandang.
Nadhila menggeliat bangun.
Dan ia pun bangkit menuju Kamar mandi untuk berwudhu.
Setelah itu ia menunaikan shalat shubuhnya.
Dengan masih mata mengantuk, Nadhila bergegas untuk tidur kembali.
"Lumayan Satu jam cukup buat tidur lagi.."
Dan Nadhila pun terlelap.
drttt.... drttt....
Suara Alarm menunjukan pukul 05:30.
Nadhila tidak terbangun, masih dengan terlelap dalam tidurnya.
Seketika itu ibunya masuk ke kamar, untuk membangunkan Nadhila.
Dengan lembut ibu nya mulai membangunkan.
"Dhil... Dhila... bangun sayang. Nanti kamu terlambat lagi nak..."
"Hemmm.."
"Dhila,,, Ayo bangun."
"Hemmm.. "
Seketika ibunya mulai gemas, dengan anak gadisnya.
"Naaadhiiilaaaa Banguuuuun..." Ibu Nadhila berteriak.
"Haaah Apa bu..." Akhirnya Nadhila terbangun dengan cepat berdiri karena kaget.
... Bersambung........................
Setelah bangun nya Nadhila dengan Penuh Drama.
Nadhila kini duduk di meja Makan dengan Wajah cemberut. ia melirik jam tangannya baru saja menunjukan pukul 06:00.
Datang lah sang ibu menyodorkan Sarapan berupa Nasi goreng,dan segelas susu.
"Dhila, ayo makan. Ibu sengaja membuat Nasi goreng special buat kamu. "
Ibu Nadhila yang kini telah duduk di sebelah Nadhila.
"iya bu.." Ucap Nadhila dengan wajahnya yang masih cemberut.
"Loh koq, wajah mu cemberut gituu nak?"
Ibu Nadhila bertanya, ia belum paham apa yang membuat wajah anaknya cemberut.
"Ini menurut Nadhila masih pagi buu..."
Nadhila dengan mulai menyendok makanan nya.
Ibu Nadhila geleng -geleng kepalanya.
"Itu toh yang membuat wajah mu cemberut. Dhila,,, masih pagi gimana harusnya kamu lebih semangat, ibu sengaja bangunkan kamu agar kamu tidak kesiangan. kalau kamu ke siangan kamu sendiri kan yang repot?"
"iya deh bu Nadhila mengerti."
Nadhila langsung meneguk segelas susu yang tadi ibunya buatkan.
"Udah selesai aja kamu makan nak,,?"
Ibu Nadhila heran, karena Nadhila begitu cepat menyelesaikan sarapannya.
"Udah kenyang bu, kalau begitu Nadhila pamit berangkat kerja ya. Assalamu'alaikum".
Nadhila menyalami ibunya.
Nadhila kini melajukan motornya dengan santai.
tadi ia berangkat sekitar pukul 06:15 dari rumahnya, ia berpikir akan cepat sampai tiba di kantornya tepat pukul 06:45, karena dari rumah Nadhila ke kantornya memakan waktu sekitar tiga pulih menitan.
Namun tiba-tiba Ban depan Motor Nadhila bocor.
Seketika itu Nadhila berhenti, menepikan dulu motornya ke pinggir jalan. dengan di edarkan nya pandangan Nadhila mencari siapa tahu ada bengkel yang mulai buka.
Tapi nihil ia tak menemukan.
Di doronglah Motornya pelan pelan,
"aah... percuma juga dari rumah berangkat pagi,"
Nadhila mendumel dalam hatinya.
Kini Keringatnya mulai bercucuran, dengan nafasnya yang mulai ngos-ngosan.
Nadhila berhenti sejenak.
Lalu di dorong lagi Motor nya yang mogok itu, karena Ban nya yang bocor.
Sudah hampir memakan waktu lima belas menit Nadhila mendorong motornya.
Tiba-Tiba ketika Nadhila berjalan di dekat yang ada genangan airnya, sebuah mobil melintas cepat.
dan Byuuur........ Air genangan itu tepat pada wajah Nadhila. seketika Nadhila melotot dan mengelap mukanya dengan tangannya. sambil terus melihat ke arah mobil yang tadi melintasinya.
Di lihatnya mobil itu terhenti berada tidak jauh dari Nadhila berdiri.
Nadhila kini menghampirinya dengan cepat, sambil mendorong motornya.
Ketika Nadhila sampai. turunlah seseorang dari mobilnya itu.
"Nadhila... Saya mohon maaf. saya tadi tak berniat melintaskan mobil saya ke genangan air itu, namun tadi ada mobil yang menyela mobil saya dengan kencang. Maafkan saya"
Ternyata yang keluar dari mobil itu adalah Tio sang Sekretaris.
"Oh i iya pak. tidak apa-apa" ucap Nadhila.
hemmm... padahal tadi aku mau memarahinya, tapi kalau sudah tahu Pak Tio. aku mana bisa.
Ucap Nadhila di dalam hatinya.
"Tio apakah urusan mu sudah selesai?"
Teriak seseorang yang berada di jok penumpang mobil Tio.
"Nadhila sekali lagi saya mohon maaf. Saya pamit duluan"
Tio meminta maaf lagi, dan berpamitan.
Nadhila pun mengangguk.
Setibanya Tio masuk ke dalam mobilnya, dan langsung menancapkan gasnya, sebelum itu Tio memberikan bunyi klakson tanda ia menyapa Nadhila.
"Kamu kenal wanita itu?"
Tanya seseorang yang duduk di jok belakang.
"iya saya kenal, pak..".Ucap Tio.
Dan tak ada lagi perbincangan antara Tio dan seseorang yang duduk di belakangnya.
Kini Mobil Tio sudah masuk ke dalam gerbang perusahaan.
Begitu pun Nadhila yang sudah sampai dengan Nafas yang masih ngos-ngosan, dan dilirik jam tangannya sudah menunjukan pukul 07:55, itu berarti lima menit lagi masuk kerja di mulai.
"Eh Dhila... Lhu kaya udah lari maraton aja?"
Rere menanyakan keadaan Nadhila yang sedang ngos-ngosan ketika sampai ke dalam ruangannya.
"Gue bukan lari maraton lagi, tapi gue abis di kejar-kejar Anjing.."
kata Nadhila yang nafasnya masih saja memburu.
Rere baru saja udah mangap untuk bicara,
"Kalian sekarang juga kumpul ke Aula gedung" Ucap Gilang sang manager yang dengan datang tiba-tiba.
"Iya pak" Ucap Nadhila,Rere, juga Ricky serempak.
Setelah itu mereka semua pergi ke arah Ruangan Aula gedung. Aula gedung itu biasanya di pakai untuk acara resmi perusahaan.
"Bu Siska, sebenarnya ada acara apa ini?" Rere mulai bertanya ke pada bu Siska, karena merasa penasaran.
"Sepertinya acara penyambutan Direktur baru deh, soalnya yang aku dengar Pak Wijaya akan menetap di Jerman"
Bu Siska seraya merapihkan rambutnya.
"ooh begitu yaaa..." Rere manggut manggut.
"Kira kira siapa ya Direktur Barunya?" Rere semakin penasaran.
"Anak pak Wijaya, yang pernah di bahas waktu meeting" Ucap Bu siska.
Kini semua Karyawan yang berada di gedung itu sudah kumpul di ruang Aula yang luas.
Acara mulai di buka. yang pertama merupakan acara sambutan dari sang pemilik perusahaan Putra Jaya Group yakni pak Wijaya. Suara tepukan tangan gemuruh ketika Pak Wijaya mengucapkan banyak terima kasih atas kerja keras semua karyawannya.
Tepukan tangan bergemuruh lagi terdengar ketika sang pembawa acara menyambut ke datangan sang pewaris tunggal Putra Jaya Group, yang kini lelaki itu berdiri dengan berwajah dingin namun Tetap tampan.
ia mulai memperkenalkan dirinya.
"Selamat Pagi semuanya. Perkenalkan Nama saya Hessel Wiliam Wijaya, dari mulai hari ini saya akan menggantikan posisi Direktur utama Putra Jaya Group cabang kota y. mohon dengan senang hati dan semangat bantu saya untuk memberikan yang terbaik terhadap perusahaan. karena tanpa kalian perusahaan tidak akan berdiri. Sekian sambutan dari saya. terima kasih"
Begitulah sambutan kata yang Hessel sampaikan.
Berbagai bisikan dari karyawan wanita mulai terdengar
"iih gila, anak pak wijaya ganteng banget..."
"iya gue meleleh di buatnya"
"nanti kita coba caper sama dia, siapa tahu naksir"
Nadhila yang mendengarkannya telinga nya terasa panas, apalagi orang yang saat ini tengah di bicarakannya apa mungkin terasa terbakar begitu menurut Nadhila.
Nadhila sedang duduk di kursi kerjanya.
"Dhila... anak Pak Wijaya ganteng banget ya,," Rere yang seakan sedang membayangkan wajah Direktur baru itu.
Nadhila pun hanya mengangguk membenarkan apa yang di ucapkan Rere temannya.
"Aduuh... jadi betah deh Gue caranya,kalau di kantor ini banyak yang bening.." ucap Rere
Nadhila malah mengerutkan dahinya seolah tak mengerti apa yang di maksud Rere.
"iya yang bening Dhil, Ganteng deh kalau lu gak ngerti.
Dari kemarin kan ada pak Tio si sekretaris, terus si Ricky di ruangan kita, Duuh sekarang nambah yang Lebih Ganteng Direktur kita langsung."
Nadhila malah geleng geleng
"Udah deh Re... otak kamu tuh Cowok semua tau gak?"
Rere hanya nyengir,,,
Sementara itu Pak Gilang selaku Manager datang, memberikan pengumuman akan di lakukan Mutasian jabatan, karena ini keinginan dari sang Direktur yang baru. namun yang di butuhkan hanya satu untuk posisi sekretaris.
Rere mencoba bertanya."Pak bukan nya posisi sekretaris sudah ada?"
"iya, itu Pak Tio Sekretaris sekaligus menjadi Asisten pribadi sang Direktur. tapi Direktur ingin di tambah lagi untuk Sekretaris yang mencakup masalah jam kantor saja." ucap Pak Gilang menegaskan.
Sekarang Bu Siska mulai bertanya."Lalu menurut bapak siapa yang pantas menduduki posisi Sekretaris itu?"
"Sebenarnya nama kalian sudah saya ajukan kepada beliau. tapi hanya satu dari antara kalian yang akan terpilih. Beliau sendiri yang memilihnya. namanya ada di amplop ini" kata Pak Gilang. dan di buka amplop itu tertera jelas terpampang Nama Nadhila Sahila Puteri.
"Loh koq nama aku yang di pilih yaa.." Nadhila seakan heran, Direktur baru itu memilihnya.
"Semua ada alasan nya kenapa beliau memilih kamu, nanti tanyakan langsung saja kepada beliau" Ucap pak Gilang.
"Wah siap-siap Lu Dhil,,, disiplin waktu. jangan sampai terlambat kalau jadi sekretaris" Celetuk Rere seraya sengaja menggoda Nadhila.
Semua tertawa, bahkan Pak Gilang juga karena sudah mereka ketahui kalau Nadhila sering terlambat.
."Ya sudah. persiapkan diri kamu Nadhila, Nanti kamu ruangan nya akan bersebelahan dengan ruangan pak Tio." Pak Gilang berucap dengan masih sedikit tawa yang tersisa.
"Ya sudah, saya kembali ke ruangan saya" Ucap pak Gilang dengan berlalu.
"Ciyeee..." Rere menaik-naikan alisnya ke arah Nadhila.
Nadhila tak mengerti "Apa sih Re,,?"
"Asyik deh lu jadi sekretaris, bakal sering-sering liat Duo Ganteng " ucap Rere.
Nadhila diam saja. seakan tak menanggapi ucapan Rere.
"Sudah Re, kamu jangan godain terus Nadhila. mending sana pergi makan. udah waktu istirahat ni." ujar Bu Siska .
"Eh iya bu.."
"Nadhila ayooo..." Rere yang mencoba menarik tangan Nadhila.
Nadhila menggeleng."Kamu aja Re, Gue rasanya gak mood pergi ke kantin deh. gue pengen tidur aja".
Rere seakan mengerti " ya udah Dhil,, atau lu mau gue bungkusin aja makanannya?"
Nadhila kini mengangguk.
Rere pun berlalu pergi ke kantin. Sementara itu Nadhila mulai memejamkan matanya.
Ternyata sedari tadi Ricky ada di ruangan. ia melihat heran ke arah Nadhila kenapa ada di dalam ruangan. biasanya Nadhila bila waktu istirahat suka bergegas ke kantin.
Ricky mulai perlahan mendekati Nadhila, di tariknya kursi kosong yang ada tak jauh dari tempat duduk Nadhila. Ricky pun tersenyum melihat Nadhila yang sedang tertidur. Di raih ponselnya yang berada dalam saku celananya. niat ingin memotret momen Nadhila tertidur, mendengar langkah yang terdengar mendekatinya niatnya ia urungkan, kini ponselnya ia sentuh ke aplikasi Game online.
Dan benar saja orang yang melangkah ternyata Rere.
"Eh Rick... Lu di sini juga?
"iya Re. Gue di sini biasanya kalau waktu istirahat"Jawab Ricky.
Kini Rere pandangannya beralih ke arah Nadhila yang tertidur dengan beralaskan lengannya."Pantes aja senyap,"
"Dhil bangun lu.. Ni gue bawa yang elu suruh"
Nadhila tak bergeming. ia seakan nyaman dengan tidurnya.
Rere mencoba mencari akal lagi," Dhila,,, Bangun Lu ngences."
Tetap saja Nadhila masih saja terpejam.
Ricky hanya tersenyum melihat tingkah Rere yang terus mencoba berusaha membangunkan Nadhila.
"Wah Rick, Lu parah malah terus senyum-senyum liat gue yang kesusahan bangunin si Nadhila." Ucap Rere.
Ricky tetap tersenyum."Terus Lu butuh bantuan gue?"
Rere pun mengangguk."ya gue butuh bantuan Lu.."
Suara Adzan dzuhur mulai berkumandang. Tiba tiba Nadhila dengan cepat terbangun. dengan merentangkan ke dua tangannya,"Hooaammm... Loh Ricky, Rere. ehmmm... gue pergi ke mushola dulu." Nadhila berlari menuju mushola.
Ketika itu kebetulan Tio sang Sekretaris baru saja keluar dari ruangannya. dan melihat Nadhila melintasinya.
"Nadhila... apa kamu mau pergi ke mushola?" Tanya Tio.
"Ah iya pak, maaf saya duluan pak.." Ucap Nadhila seakan menghindar.
Tio hanya tersenyum ke arah perginya Nadhila.
Cewek sholehah. Gumam Tio dalam hati.
Dan Tio pun pergi menyusul.
Bersambung......
Ke esokan harinya Nadhila sudah duduk di meja makan hendak sarapan.
Ibu Nadhila di buat kaget karena tak seperti biasanya dia Sepagi ini sudah bangun bahkan sudah duduk di meja makan.
"Dhila,, apa ibu tak salah lihat, ini beneran kamu nak?" Ibu Nadhila bertanya seraya menggoda sang anak.
"iya ini emang Dhila, ibu... emang ada apa?" Nadhila yang menatap sang ibu yang sedang bingung..
"ibu heran aja, apa yang membuat mu bangun sepagi ini?. padahal baru saja ibu ingin hendak masuk ke kamar mu,untuk ngebangunin kamu." Tanya sang ibu.
"Tentu ada alasan nya bu, tadi Nadhila sengaja pas abis shalat shubuh Dhila gak tidur lagi, langsung mandi dan ya sekarang Nadhila duduk di sini." Ujar Nadhila.
"Dan apa yang membuat mu semangat seperti ini,?" Tanya sang ibu lagi.
"Nadhila, mulai hari ini jadi sekretaris Direktur bu. jadi Nadhila sengaja gak mau telat ke kantor, kalau telat gak lucu kan bu.. ini hari pertama jadi Sekretaris masa iya udah terlambat.." Ujar Nadhila yang mulai menyuapkan Makanan ke dalam mulutnya.
Ibu nya tersenyum, dan bersyukur karena Nadhila naik jabatannya.
"Alhamdulillah ibu senang dengar nya,, terima kasih atas kerja keras mu nak," ibu Nadhila memeluk anak gadisnya dengan menangis haru.
"Maaf ya sayang, kamu harus menjadi tulang punggung keluarga. mungkin bila bapak kamu masih hidup, kamu gak akan seperti ini," Ucap Ibu Lagi dengan menangis.
"Ibu sudah, ini kewajiban Nadhila sebagai anak ibu. dan Nadhila hanya satu-satunya anak ibu, perihal meninggalnya bapak itu semua sudah takdir bu.." Nadhila yang memeluk erat sang ibu pun ikut menangis.
Mengingat Nadhila yang baru masuk sekolah SMA ia harus di tinggalkan sosok sang Ayah karena meninggal ketika mengalami kecelakaan kerja, namun perusahaannya tak memberikan tanggung jawab, perusahaan tempat Ayahnya mengelak menyalahkan bahwa penyebabnya karena Kecerobohan Ayah Nadhila sendiri.
Dari itulah Nadhila walaupun sekolah ia selalu membawa barang dagangan tetangganya untuk di jual, sedangkan Ibunya menjadi penjahit keliling dengan mengayuh sepeda.
Tapi atas kerja kerasnya, Nadhila bisa kuliah hingga lulus, dan bisa diterima bekerja di perusahaan ternama.
Dan sang ibu tidak perlu menjadi penjahit keliling lagi, sekarang ibu Nadhila membuka Usaha Jahitannya di rumah.
Nadhila mengelap air mata sang ibu. Nadhila mencoba tersenyum.
"Ibu sudah ya jangan sedih lagi, dari mulai sekarang lebih baik kita banyak bersyukur. kesusahan apapun itu bentuknya kita pasti akan di beri jalan kemudahan. Dan Alhamdulillah contoh nya kita bu, kita berjuang sama-sama untuk bisa bertahan hidup, sekarang kehidupan kita sudah bisa hidup selayaknya orang lain" Ucap Nadhila dengan tersenyum menyemangati sang ibu.
"Ibu bangga sayang sama kamu,," Ibu Nadhila kagum kepada Anaknya yang pemikirannya begitu dewasa.
Nadhila melirik Jam dinding, sudah menunjukan jam 06:30.
"Ibu,,, Nadhila pamit yaa. mumpung masih pagi takut jalanan nya macet, soalnya Nadhila hari ini gak bawa motor, kemaren ban motornya bocor. dan belum sempat Nadhila bawa ke bengkel." Nadhila tersenyum dan menyalami tangan ibunya.
"pantes aja ibu gak liat motor kamu,, Ya udah hati-hati ya nak" Ucap Sang ibu.
"Assalamu'alaikum..." Nadhila memberi salam dan berlalu pergi keluar rumah.
"Wa'alaikum salam.." Jawab ibu Nadhila.
Nadhila kini sedang berdiri menunggu angkutan kota, namun belum ada yang lewat.
"Nah ituu..." Nadhila berbicara sendiri dan memberikan isyarat agar angkot itu berhenti. tapi di lihat angkot itu penuh, yang tersisa hanya di depan pintunya saja.
Nadhila pun terpaksa menaikinya, di takutkan tidak ada angkot lagi.
Sekitar lima belas menit, Nadhila pun menyetop angkotnya,karena angkot sudah melintas di depan tempat Perusahaan kerja Nadhila.
Nadhila pun memberikan uang sebagai ongkosnya.
Setibanya di ruangan nya Nadhila duduk, dan memainkan ponselnya. di bukanya aplikasi instagram miliknya, sudah beberapa hari menurutnya belum di buka dan ternyata ada banyak followers masuk, di lihat satu persatu nama akunnya.
Tiba tiba Mata Nadhila melotot melihat Akun yang bernama Hessel W.J. memfollow nya.
Benarkah ini nama direkturnya yang baru,?
Nadhila berbicara sendiri.
Nadhila pun penasaran ia scrolling Postingan Direkturnya itu, tapi tidak bisa karena di kunci privasi.
Huh.... Dasar sombong.
Celetuk Nadhila di dalam hati.
Tak lama Teman Seruangan nya Rere, Bu Siska, dan juga Ricky datang.
"Wah, yang mau jadi Sekretaris udah di sini aja, dari kapan ni Lu berangkat Dhil,?" Ucap Rere si mulut lemes.
"Gue dari subuh udah di sini Re, Puas,!!" Nadhila sedikit ketus sengaja menjawabnya.
"Haha... gak sekalian aja Lu dari waktu Sahur... atau pas sepertiga malam" Celetuk Rere lagi, yang membuat semua tertawa.
Sementara di ambang pintu ruangan terlihat Tio masuk,
"Pagi..." sapanya.
"Pagi juga pak Tio" Ucap semua serempak.
"Saya ke sini ingin mengajak Nadhila pindah ruangan, apa kemarin pak Gilang sudah memberitahukan tentang sekretaris baru,?" Ucap Tio. menoleh Nadhila.
Nadhila yang di tanyapun menjawab, "Iya pak saya sudah di beritahu.."
"Ya udah sekarang kamu ikut saya," Ucap Tio.
Dan Nadhila pun ikut mengekori Tio dari belakang.
Tio pun sudah sampai di ruangannya, yang mana Nadhila pun akan seruangan dengannya.
"Nadhila ini meja kamu,,, dan itu meja saya," Ucap Tio menunjukan tempat kerja masing-masing.
Nadhila pun mengangguk.
"Apa kamu sudah mengerti, atau sudah tahu apa tugas pekerjaanmu sebagai sekretaris pak Hessel,,?" Tanya Tio.
Nadhila menggeleng,"Saya belum tahu pak, Tolong kasih tahu saya apa saja tugas saya sebagai sekretaris beliau,?"
"Ya sudah, ini sebuah SK tentang tugas kerja kamu. tolong kamu pelajari atau bila kamu tidak mengerti tentang pekerjaan kamu, tanyakan kepada saya,!" Ucap Tio menjelaskan.
Nadhila pun mengangguk seraya bergegas duduk di meja tempat kerjanya.
Di lihat Kertas yang berupa SK itu tentang tugas kerjanya Nadhila,dan mulai ia baca.
Pertama, Nadhila harus menyiapkan bahan untuk persentase jika bertemu klien.
Kedua, Nadhila harus menyiapkan makanan dan minuman untuk Direktur sebelum masuk.
Ketiga, Nadhila harus bersedia ikut serta jika ada meeting mendadak ke luar kota atau luar negeri.
Ke empat, Nadhila harus selalu siap jika bekerja di luar jam kerja untuk menggantikan tugas sekretaris pertama.
Ke Lima, Nadhila harus membuat shedule kerja Direktur.
Nadhila pun selesai membacanya dengan sedikit menghela nafas, menurut Nadhila ada point yang menurutnya tidak paham.
Nadhila bergegas duduk di depan Meja Tio, Tio pun menoleh bahkan menatap Wajah Nadhila yang matanya masih melihat kertas yang habis ia baca.
"Pak Tio, mohon maaf. ini ada yang saya kurang paham tentang point ke tiga,?" Jelas Nadhila.
"Coba saya lihat, oh ini iya saya juga tidak tahu kenapa harus ada point seperti ini, tapi mungkin beliau bertujuan meminta bantuan sekretarisnya jika beliau berada di luar kota atau luar negeri." Tio menjelaskan kepada Nadhila.
"Tapi saya keberatan pak, walaupun itu tujuan beliau untuk meminta bantuan, karena saya seorang wanita tidak terbiasa bepergian dengan lawan jenis," Nadhila mengatakan apa yang Nadhila sedari tadi sampaikan.
Tio pun tersenyum, menanggapi apa yang di sampaikan Nadhila.
"Ya udah nanti saya sampaikan kepada beliau, tentang point yang membuat kamu keberatan,"
"Lebih baik kamu sekarang pelajari ini, saya akan turun ke loby untuk menyambut kedatangan beliau," Ucap Tio Lagi, dan berlalu pergi.
Huhhhh.... Nadhila menghela nafas berat,
Di ambilah berkas yang tadi Tio tugaskan, untuk di kerjakannya.
"Bismillahirrohmanirrohiim..." ucap Nadhila dengan memulai aktivitasnya.
Tio yang sampai di Loby , sedikit membungkukan badannya menyambut sang Direktur.
"Selamat pagi, pak.."
"Pagi.." jawab Hessel.
Dan Hessel pun berjalan di depan Tio, begitupun Tio berjalan di belakangnya.
Di pencetkan Nomor Lantai 5 oleh Tio ketika di depan pintu lift.
ting. . . Dan pintu lift pun terbuka ketika sampai lantai 5.
Hessel pun berjalan, ketika sampai depan ruangannya, dengan cepat Tio membukakannya pintu untuk Hessel masuk.
Mata Hessel melihat sekeliling ruangannya, menatap semua dekorasi ruangannya, Hessel berjalan ke depan pintu yang berada di ruangan nya, di buka nya pintu itu, ternyata itu sebuah ruang kamar tidur.
Kini Hessel sudah duduk di Kursi kebesarannya, Tio pun masih setia tetap berdiri takut Hessel masih membutuhkannya.
"Apa Sekretaris Wanita itu sudah menempati ruangannya?" Tanya Hessel.
" sudah pak," Jawab Tio.
"Suruh dia datang kemari," Perintah Hessel.
"Baik" Ucap Tio, dan berlalu pergi.
Tio pun Hendak masuk ke ruangannya, dan melihat Nadhila sedang serius dengan computernya.
"Nadhila,,, "
Nadhila mendongak kepada Tio, "Iya ada pak,?"
"Kamu di suruh pak Hessel masuk ke ruangan nya,!" Ujar Tio. kemudian Nadhila mengangguk.
Nadhila pun bergegas bangun, dan mulai melangkah untuk masuk ke ruangan Direkturnya.
tok..tok..tok.. Nadhila mengetuk pintu,
dan terdengar dari dalam suara Hessel menyuruh masuk.
Nadhila masuk dengan sedikit tegang,
"Apa bapak memanggil saya?" Ucap Nadhila.
Hessel pun mendongak ketika mendengar suara merdu Nadhila,dan berujar.
"Apa kamu sudah tahu tugas mu apa saja dari Tio,?"
"ya saya sudah tahu," Ucap Nadhila menunduk.
"Kalau begitu, kamu tahu kalau saya sebelum masuk tugas mu apa?" Ucap Hessel dengan memperhatikan Nadhila yang terus menunduk.
Nadhila pun sedikit berpikir, dan ketika mengingatnya mata Nadhila membola.
"i iya saya ingat," Nadhila dengan terbata.
"Kenapa tidak kamu kerjakan?" Ucap Hessel sedikit tinggi.
"ah.. i iya pak maaf, karena saya baru saja membaca nya," Alasan Nadhila dan meminta maaf.
"Tak ada alasan, kerjakan sekarang,!" Tukas Hessel dingin.
"Baik,," Nadhila pun melangkah ingin keluar, tapi Nadhila ingat ia belum tahu minuman apa dan makanan apa yang di inginkan direkturnya.
"Mohon Maaf pak, Bapak suka minum apa dan makanan apa?" Nadhila bertanya dengan hati-hati.
Hessel menatap ke arah Nadhila,yang kini menatap nya.
Pandangan Hessel dan Nadhila pun sejenak terkunci.
Nadhila pun menelan ludahnya, melihat sorot mata tajam Hessel yang menatapnya seakan ingin melahapnya.
"Teh tawar dan Nasi goreng seafood" Hessel berucap dengan wajah datar.
Nadhila pun sudah di luar ruangan, ia bingung dan takut, mengingat sebelumnya ia tak pernah berhadapan dengan orang yang dingin dan juga ketus seperti itu.
Nadhila meminta bantuan kepada Tio.
"Pak Tio tolong saya" Ucap Nadhila seraya masuk dan duduk di depan meja milik Tio, Nadhila matanya sedikit berkaca-kaca. Tio pun yang melihatnya pun panik.
"Ada apa Nadhila, Apa yang terjadi, kenapa kamu seperti mau menangis?" Tanya Tio beruntun khawatir.
"Huaaaaa...." Nadhila pun mengeluarkan tangisnya, Nadhila berpikir biar saja Direkturnya itu menunggu lama, Nadhila saat ini ingin menangis dulu.
"Dhil...Dhila ada apa,?" Tanya Tio panik.
"Pak Tio, saya takut berhadapan dengan pak Hessel. Dia Dingin dan ketus, terus sekarang saya harus menyiapkan teh dan juga nasi goreng seafood untuknya, apa itu saya yang memasak sendiri? atau OB yang membuatkan?" Nadhila mengungkapkan apa yang membuatnya menangis.
"Sabar ya Dhila, beliau memang seperti itu. jangan di ambil hati. kalau tentang makanan ya tentu buatan OB pastinya." Ucap Tio yang sedikit gemas melihat Nadhila menangis, Tio berpikir Nadhila sangat lucu.
"Ya sudah saya mau ke pantry pak.." Nadhila pamit seraya mengelap matanya yang habis menangis.
Nadhila kini di Pantry, Nadhila meminta OB nya membuatkan Nasi goreng seafood untuk Pak Hessel Direkturnya, Nadhila sebari menunggu Nasi goreng jadi, Nadhila membuatkan Teh air anget tawarnya.
Nasi goreng pun sudah jadi dan sudah di tata dalam nampan, Nadhila pun bergegas masuk ke ruangan Direktur dengan seperti biasa mengetuk pintu, dan masuk ketika Hessel sudah menyuruhnya.
"Ini pak Nasi goreng dan teh tawarnya." Ucap Nadhila. dengan menyimpan di meja yang sudah ada sofanya.
Hessel pun bergegas menghampiri, dan duduk di sofa.
Nadhila pun pamit undur diri.
"Kalau begitu saya permisi pak.."
"Tunggu, kamu tetap di dini." Ujar Hessel. dengan mulai melahap Nasi goreng nya.
"Siapa yang masak,?" Tanya Hessel di sela suapannya.
"Ke ketua OB pak.." Ucap Nadhila terbata.
Seketika Hessel menghentikan kunyahannya,
"Mulai besok kamu yang masak,!"
Jeddderrrrrrr.....
Nadhila kaget mendengarnya, kenapa harus ia yang memasaknya. walaupun Nadhila bisa memasak tapi jika hasil masakannya ia hidangkan kepada Hessel sang Direktur tentu Nadhila tak percaya diri, melihat perihal tentang Hessel kesehariannya pasti tidak sama dengan Nadhila.
"Ba baik pak,",Ucap Nadhila pasrah meng iyakan.
Bersambung............
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!