follow instagram : @piinkymeey
...***...
Meidina, adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang terpaksa harus menikahi pria lumpuh, untuk melunasi hutang kakek dan neneknya pada rentenir. Kedua orang tua Meidina tidak pernah menganggap Meidina sebagai anak mereka. Mereka bahkan membuang Meidina saat dirinya masih balita.
Beruntungnya, kakek dan nenek mau merawat dan menjaga Meidina. Meskipun mereka tahu, Meidina adalah anak gadis yang sangat periang, tetapi di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ia sangat ingin merasakan kehangatan keluarga yang utuh dan menyayanginya.
Kakek dan nenek Meidina, tidak pernah tahu pekerjaan anak dan menantunya. Yang mereka tahu, mereka membuang dan menelantarkan Meidina di jalanan begitu saja. Orang tua Meidina sepakat, untuk memberikan Meidina kepada Kakek Setya dan Nenek Siti.
Pekerjaan kakek adalah sebagai tukang kebun, sedangkan nenek bekerja sebagai pelayan di keluarga konglomerat. Mereka berdua tidak pernah mengenalkan cucu kesayangannya kepada siapapun. Hingga suatu hari, renternir yang meminjamkan uang kepada Kakek Setya, menagih hutangnya yang berjumlah 5 juta banyaknya itu.
Dengan terpaksa, Kakek Setya meminjam uang kepada majikannya yang merupakan pengusaha kalangan kelas atas. Mereka mempunyai banyak bisnis, dan perusahaan besar lainnya di berbagai negara.
Kakek Setya memiliki berbagai penyakit karena faktor usianya, dan juga penyakit turunaan. Karena itu, ia harus rajin berobat jalan. Nenek Siti tidak bisa berbuat apa-apa selain meminjam uang, ia tidak pernah berani untuk meminjam uang kepada majikannya. Mereka cukup tahu diri, jika keluarga konglomerat itu sudah sangat baik kepada mereka berdua.
Ketika identitas Meidina sudah diketahui, keluarga konglomerat itu ingin menikahkan Meidina dengan putra semata wayang mereka. Mereka berharap, Meidina bisa menerima dan merawat putranya yang lumpuh karena sebuah kecelakaan mobil saat perjalanan bisnis.
...***...
Arsakha Virendra Alfarizqi. Pria berusia 24 tahun ini memiliki julukan sebagai raja bisnis, ia sangat ditakuti oleh para pesaingnya. Namun, sangat disayangkan sekali. Dia lumpuh permanen karena sebuah kecelakaan mobil saat perjalanan bisnis kala itu.
Hidup bergelimangan harta dan tahta, wajah tampan dan rupawan. Serta didukung oleh tubuh yang sangat ideal dan juga atletis, yang membuat banyak wanita terpana olehnya. Meskipun duduk di kursi roda, tidak ada yang berubah sedikitpun, dan apapun saat dirinya masih berjalan normal.
Hanya hatinya saja yang membatu, kelumpuhan inilah yang membuat tunangan Arsakha pergi meninggalkannya.
Arsakha sangat mencintai tunangannya, karena ia adalah cinta pertama Arsakha. Tapi, tidak dengan tunangannya yang mencintai Arsakha karena harta dan rupa. Arsakha merupakan CEO dari Virendra Group/Company, sekaligus pewaris tunggal di Virendra Group cabang di negara lainnya.
Tidak seperti Arsakha, Meidina memiliki hobi menulis novel. Ia mencetak, dan menjual karyanya untuk ia tabungkan. Sehingga Meidina cukup terkenal di kalangan banyak penulis hebat dan terkenal di tanah air.
Pernikahan tidak bisa Arsakha dan Meidina hindari. Meskipun Meidina dikatakan belum cukup umur dan masih bersekolah, mereka tidak mempedulikan itu semua. Keluarga Arsakha mengizinkan Meidina untuk melanjutkan pendidikannya, meskipun sudah menikah nantinya.
Tetapi, si raja bisnis yang benama Arsakha ini meminta untuk disembunyikan persoalan siapa istrinya itu. Sedangkan Arsakha akan di cabut dari hak warisnya, jika ia menolak perjodohan ini. Karena tidak ada pilihan lagi, mau tidak mau Arsakha pun harus menerimanya.
Lika-liku cinta mereka lewati bersama, hingga akhirnya kebohongan dan pengkhianatan Meidina terima, perceraian adalah jalan terbaik yang mereka ambil. Hingga suatu hari, perbuatan Arsakha membuatnya menyesal yang teramat-amat dalam.
Kesalahannya dimasa lalu membuatnya tersadar, akan ketulusan cinta dari sosok Meidina. Akan kah Arsakha memperjuangkan kembali Meidina?
...Bagaimana dengan kelanjutannya? Silahkan baca cerita lengkapnya hanya dinovel...
...- PENYESALAN CEO LUMPUH -...
...Just for you information :...
...Beberapa bab aku revisi sekitar 70%, Yups! jangan kaget jika pembaca lama membaca ulang cerita ini....
...Semua ini aku lakukan agar mudah kalian baca, dan hanya fokus pada jalan ceritanya saja. Thank you readers, see you....
IG Author : @piinkymeey
note : author hanyalah makhluk biasa saja 🙏 jadi mohon dimaafkan jika masih banyak kesalahannya 🙏
follow instagram author : @piinkymeey
...***...
...♡Happy Reading♡...
Pukul 04:41
Alaram ponsel berbunyi, gadis manis itu bangun dan segera mengambil ponselnya yang ia letakan di atas nakas.
"Sudah subuh, sebaiknya aku segera melaksanakan ibadah sholat subuh."
Ucapnya sambil bangkit dari tempat tidur, lalu memasuki kamar mandi yang berada didalam kamar nya.
Ia membersihkan dirinya, sehabis mandi ia segera mengambil air wudhu dan memakai mukena didalam lemari. Menggelarkan sajadah Mekkah ke arah kiblat, memakai mukena dengan benar sehingga tidak ada sehelai rambut pun yang terlihat.
Lalu mulai menjalankan kewajibannya, sebagai seorang muslim.
Setelah melaksanakan ibadah sholat subuh, ia bergegas mengganti mukena dengan seragam sekolah, tak lupa ia membereskan tempat tidur. Memakai kerudung segitiga yang menutup dada, dan memakai ciput berwarna putih di dalamnya.
Tak lupa nametag sebagai tanda pengenal nya, MEIDINA nama yang tertera disana.
"Bissmillah, hari pertama sekolah."
Ia keluar dari kamar, sambil ngenggendong tas pink kesukaannya. Matanya menangkap sesosok wanita paruh baya yang tengah memasak di dapur.
Ia memeluk sang wanita paruh baya tersebut.
"Selamat pagi nenek!" ucapnya, yang sambil memeluk erat sang nenek.
"Astagfirullah Meidina, kamu mengagetkan nenek saja" ucap Nenek Siti (Nenek Meidina)
Nenek Siti kaget, akan perilaku cucu kesayangannya yang manja satu ini.
"Hehe maaf nek, sengaja..." ucapnya sambil menggaruk tengkuknya, tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Nek, di mana kakek?" tanya nya, dan sedikit melepaskan pelukannya dari sang nenek.
"Kakek di sini, cucu kesayangan kakek."
Seorang pria paruh baya berjalan ke arah dapur menuju mereka berdua, pria paruh baya itu tersenyum dan mendekati istri dan cucu kesayangannya.
"Selamat pagi kakek" ia melepaskan pelukan nya dari sang nenek, dan sekarang berpindah ke sang kakek.
"Selamat pagi juga, cucu kesayangan kakek" balas Kakek Setya (Kakek Meidina) sambil mencubit kedua pipi chubby Meidina.
"Auw, sakit kek. Meidina sudah besar sekarang, sudah kelas satu Sekolah Menengah Atas" ucapnya sambil menunjukan satu jari telunjuknya, dihadapan Kakek Setya.
"Iya cucu kesayangan kakek, kau sudah besar sekarang" ucap Kakek Setya melepaskan cubitan nya.
"Sudah, ayo sarapan. Meidina kamu juga sarapan dulu ayo" ajak Nenek Siti untuk ber-sarapan.
"Hm, nenek tidak takut terlambat bekerja nek?" tanya heran Meidina.
"Jika nenek dan kakek terlambat bekerja, apakah kalian akan di hukum?, Aku tidak mau jika nenek dan kakek dihukum."
"Apalagi, sampai disuruh push up sampai 50 kali. Uwh, mengerikan" ucap polos Meidina.
Mendengar ucapan polos sang cucu kesayangannya, membuat sepasang suami istri lanjut usia ini tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Hahaha sayang,Kakek dan nenek tidak akan di hukum,apalagi disuruh push up. Jangan khawatir,majikan kakek dan nenek orangnya baik kok" ucap Kakek Setya meyakinkan Meidina.
"Benar sayang, ayo sarapan dulu, nanti yang ada kamu yang malah terlambat masuk sekolah hari ini" ucap jelas Nenek Siti.
"Iya nek"
Mereka bertiga-pun menyatap sarapan nya dengan lahap, sehingga jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Meidina harus segera berangkat sekarang, jika tidak ia kan tertinggal angkot.
"Kak, Nek. Aku berangkat dulu ya!"
Meidina segera mengambil tas nya yang ia letakan dibelakang kursi makan.
"Iya sayang hati-hati, maaf kakek tidak bisa mengantar mu ke sekolah" ucap Kakek Setya.
"Tidak apa-apa kek, aku pergi dulu"
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatu" Meidina tidak lupa,untuk mencium punggung tangan kakek dan nenek nya.
"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatu" jawab salam kakek dan nenek.
Meidina melangkahkan kakinya keluar, ia berjalan sambil sedikit berlari. Menunggu seorang diri di pemberhentian Angkot, hingga yang di tunggu-tungu pun datang.
Cukup menempuh perjalanan yang lama, sekitaran 20 menit Angkot sampai di depan halaman sekolah.
Meidina menatap kagum, bangunan besar yang berada didepan matanya. Tidak mudah untuknya bisa masuk ke sekolahaan yang satu ini.
Banyak rintangaan, dan cobaan yang harus ia lalui. Sehingga dirinya berhasil terdaftar sebagai murid beasiswa terbaik, dengan nilai tertinggi dan yang paling besar.
Ia dikejutkan dengan seseorang, yang mendadak menepuk bahunya dari belakang.
"Hey, murid baru ya?" tanyanya, seseorang yang Meidina tidak ketahui.
"Iya kak"
Meidina menunduk, karena Meidina memang-lah orang yang sangat pemalu.
"Tidak usah memanggil ku kakak, kita satu angkatan. Namaku Adinda, salam kenal" ucapnya sambil mengulurkan tangan kanan nya.
"Iya, salam kenal kembali. Namaku Meidina" ucap Meidina membalas uluran tangan Adinda.
Meidina sedikit berpikir, mengapa orang di sampingnya tidak memakai kerudung. Mungkin ia berbeda keyakinan, pikir Meidina.
"Ayo masuk Meidina" ajak Adinda, ia menarik tangan Meidina hingga mereka berada ditengah lapangan.
Satu angkatan berkumpul di tengah lapangan, menunggu namanya dipanggil untuk mendapatkan bagian kelas, sampai nama kedua nya dipanggil, dan mereka dinyatakan satu kelas.
"Meidina, kita satu kelas!" ucap girang Adinda.
Meskipun saat masa orientasi, Meidina dan Adinda tidak saling kenal. Tetapi, mereka sudah terlihat sangat dekat sejauh ini.
"Iya Dinda, ayo ke kelas" ajak Meidina.
Saat dikelas, Meidina dan Adinda duduk di satu jajaran yang sama, meskipun tidak sebangku. Asalkan Adinda tidak jauh dari Meidina.
Biar bisa saling bertukar contekan, kata Adinda.
.........
📌 Mansion Virendra
Sepasang suami istri tengah berghibah di pagi hari, sambil menikmati secangkir teh dan kopi nya masing-masing.
"Pah, mamah takut jika putra kita akan menjadi perjaka tua nantinya" ucap seorang wanita sambil menyenguk secangkir teh nya.
"Iya mah, papah juga takut begitu. Semenjak putus dari Adel, putra kita berubah 360 derajat" ucap seorang pria, yang sedang membaca koran paginya.
"Pagi pah, mah."
Seorang pria berwibawa datang dengan kursi rodanya, didorong oleh asisten pribadi setia yang selalu menemani tuannya.
"Pagi juga Sakha" ucap Mamah Devisa/ibunya Arsakha.
"Sakha, apa kamu akan berangkat sekarang?" tanya Papah Rendra/ayahnya Arsakha.
"Iya pah, ada rapat penting siang ini dengan para pemegang saham" ucap jelas Arsakha dengan santai.
"Sakha, ada yang mamah ingin bicarakan denganmu" ucap sang mamah, yang sambil meletakan secangkir teh diatas meja.
Seolah sudah tahu apa yang akan di bicarakan sang mamah, Arsakha pun langsung angkat bicara.
"Jangan membicarakan agar Sakha cepat menikah mah. Sakha sudah bilang beberapa kali, tidak ada wanita yang bisa menggantikan Adel di hati Sakha!"
Ia berbicara tegas pada sang mamah. Papah Rendra yang mendengar perdebataan antara istri dan anaknya, hanya bisa diam.
Pasalnya, Arsakha sangat keras kepala sifatnya, ia tidak ingin dibantah, ataupun dilawan. Meskipun itu adalah orang tua nya sendiri.
(Jangan ditiru ya readers!)
"Tapi sa-"
Belum selesai bicara, Sakha langsung memotong pembicaraan sang mamah.
"Sudahlah mah, Sakha pergi bekerja dulu. Adam bawa aku ke mobil!" perintah Sakha pada sang asisten pribadinya.
"Baik tuan muda."
Ia segera membawa Arsakha keluar, tanpa berpamitan kepada kedua orang tuanya sudah biasa Sakha lakukan.
Sang asisten hanya menuruti apa yang sakha perintahkan, dan selalu setia mendampingi tuannya, yang hanya bisa duduk dikursi roda.
Leonadam Abraham, yang biasa dipanggil Adam. Adalah seorang anak angkat dari kepala pelayan di Mansion Virendra, yang sudah hampir 35 tahun bekerja di mansion milik keluarga Arsakha.
Adam membuka pintu mobil, dengan pelan ia menuntun tuan nya yang lumpuh masuk ke dalam mobil.
Dan dengan segera, ia menaruh kursi roda ke bagasi. Saat diperjalanan.
"Adam" saut Sakha.
"Iya tuan muda" jawab Adam, yang tengah fokus menyetir.
"Apa kau sudah mendapatkan informasi, tentang keberadaan Adel dimana?" tanya Sakha penuh harapan.
"Maaf tuan muda, saya belum mendapatkan informasi apapun tentang Nona Adel sampai saat ini" jawab Adam dengan pelan.
Tidak ada jawaban dari Sakha, Adam melihat dari belakang kaca Sakha tengah menengok ke arah samping kaca mobil, menatap tepi jalan.
Adam tahu betul apa yang tuan nya rasakan saat ini.
Maaf Sakha, jika aku memberitahu kabar tentang dirinya, kau pasti akan jauh lebih terluka lagi.
.........
just for you information :
Ada beberapa bab aku revisi hingga 70% hampir semua aku rombak ke versi baru. Jika tidak suka dengan cerita ini, harap pergi sejauh mungkin!
Berkomentarlah dengan bijak, thank you pinkers...
follow instagram author : @piinkymeey
...***...
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, yang artinya sudah masuk jam istirahat. Para murid berlalu lalang pergi ke kantin, ada juga yang membawa bekal sendiri dari rumah rumah.
Meidina dan Adinda, tengah merapikan buku-bukunya lalu memasukan nya ke dalam tas.
"Meidina, ayo kita ke kantin" ajak Adinda.
"Ayo"
Adinda dan Meidina pergi bersama ke kantin, padahal belum sehari Meidina kenal dengan Adinda, tetapi mereka sudah mulai sedikit akrab.
Meskipun Adinda berbeda agama dengan Meidina, tidak menghalangi Adinda untuk berteman, dan bertoleransi kepada siapapun. Apalagi soal memilih pertemanan.
Sesampainya di kantin. "Meidina, kamu ingin jajan apa?" tanya Adinda yang duduk di kursi depan Meidina.
"Air minum botol saja satu" balas Meidina
"Makanannya?" tanya Adinda sekali lagi.
"Aku tidak selera untuk makan Din, kamu saja yang makan" balas Meidina sambil tersenyum.
"Tidak mau" ketus Adinda.
Adinda memonyongkan bibirnya seolah-olah ia sedang merajuk.
"Iya aku makan, sudah jangan merajuk lagi. Nanti cantiknya hilang" ucap Meidina sambil mencubit kedua pipi Adinda.
"Sakit Meidina, rasakan ini hahaha.'' Balas Adinda yang tak suka pipinya dicubit oleh Meidina, ia pun kembali membalasnya dengan mencubit pipi chubby Meidina.
"Chubby sekali pipimu Meidin, aku ingin mencubit terus pipimu ini"
Seketika itu, Meidina langsung menjauhkan tangan Adinda dari hadapannya.
"Sudahlah, ayo kita pesan makanannya" ajak Meidina.
"Ayo" balas Adinda sambil tersenyum.
Jam menunjukan pukul 12 siang, sudah waktunya untuk melakukan ibadah sholat dzuhur. Meidina tersadar, ia harus melakukan kewajiban sebagai umat beragama muslim.
"Dinda, aku pergi sebentar ya" ucap Meidina sambil berdiri.
"Mau kemana Meidina?" tanya Adinda.
"Aku harus melaksanakan kewajibanku, Din"
"Kamu akan pergi sholat?, aku akan mengantarmu Mei. Tunggu sebentar di sini, aku bayar dulu ke bu kantin" ucap Adinda, ia meninggalkan Meidina sebentar.
Tak lama kemudian, Adinda kembali ke hadapan Meidina.
"Ayo" ajak Adinda, Meidina terheran-heran. Meskipun Adinda non muslim, tetapi ia tahu.
Saat sedang berjalan, Meidina tidak sadar akan langkahnya.
BRUGH!
Meidina menabrak dada seorang pria, ia memegang kening nya yang sedikit nyeri.
"Kak Husein" ucap Adinda.
"Kamu, tidak kenapa-kenapa?" ucap Husein kepada Meidina
"Tidak kak, maaf aku yang salah. Tidak lihat jalan" ucap Meidina, ia menundukan kepalanya.
"Tidak apa-apa, lain kali hati-hati. Kalian mau kemana?" tanya Kak Husein, yang merupakan kakak kelas dari Adinda, dan Meidina.
"Kami mau cari musala kak" ucap Meidina.
"Oh musala, disamping ruang penyimpanan barang olahraga, kakak juga baru saja dari sana" ucap Kak Husein.
"Jika begitu, kami permisi dulu kak. Terima kasih sudah memberi tahu kami" ucap Adinda, ia menarik tangan kanan Meidina.
Meidina kaget dengan tingkah Adinda yang aneh.
"Ada apa Dinda?" tanya Meidina kebingungan.
"Kamu tahu tidak, tadi itu siapa?" tanya balik Adinda, yang menghentikan langkahnya.
"Tidak" balas singkat Meidina.
"Aduh Meidina, dia itu Kak Husein. Ketua OSIS sekolah kita. Tampan sekali rupanya" ucap Adinda sambil memegang dadanya.
Ntah setan apa yang telah merasuki tubuhnya. Jika berada didekat Kak Husein, hatinya selalu berdebar-debar.
"Aku kira ada apa." Tanpa berkata apapun lagi, Meidina meninggalkan Adinda.
Adinda menunggu dengan setia, hingga Meidina pun selesai beribadah.
Meidina keluar, dan memakai kembali sepatunya.
"Dinda, ayo ke kelas" ajak Meidina.
"Iya ayo" ucap Adinda.
.........
...Sedangkan diperusahaan Virendra Group....
"Tuan muda, sebentar lagi kita akan melakukan rapat dengan para pemegang saham" ucap Adam, asisten pribadi Sakha.
"Hm"
Sakha merupakan CEO dari Virendra Group. Perusahaan yang keluarganya bangun, dengan jerih payahnya sendiri. Saat ini Papah Rendra sudah berumur tidak muda lagi, ia mempercayai anak semata wayang nya untuk mengelola perusahaan bisnis ini.
Perusahaan Virendra menduduki nomer 1 perusahaan besar didunia bisnis, saat Sakha masih berusia 21 tahun, ia harus menjaga dan mati-matian mengelola bisnis keluarganya tersebut.
Saat rapat dengan para pemegang saham, Sakha sangat berwibawa dan tegas. Meskipun usianya masih muda, ia masih bisa menghormati orang yang lebih tua.
Perdebatan dengan para pemegang saham tidak bisa Sakha hindari, dengan santai Sakha juga melerai perdebatan dengan mudah.
Sakha tidak bisa dibantah ataupun dilawan, sang raja bisnis adalah salah satu julukan dari para karyawan pusat, dan juga cabang untuk Arsakha.
Rapat dengan para pemegang saham telah selesai, dengan dibantu oleh asisten yang tampan, Sakha keluar dari ruang rapatnya.
"Tuan muda, ini sudah waktunya jam makan siang" ucap Adam.
"Hm, bawakan saja makanan kedalam ruanganku, Dam." balas sakha
"Baik tuan muda."
Adam mendorong kursi roda Sakha, hingga Sakha terduduk di kursi kebanggaannya. Ia keluar dari ruangan Arsakha, dan segera membeli makanan untuk mereka berdua.
.........
Ting... ting... ting...
Bel pulang sekolah berbunyi, para murid dan guru di sibukan dengan membereskan barang mereka masing-masing.
"Baik anak-anak, ibu tutup dulu pembelajaaran hari ini, hati- hati dijalan." Ucap seorang guru dikelas, lalu pergi meninggalkan kelas.
"Iya, bu." Ucap mereka secara bersamaan.
Para murid keluar dari gedung besar, Meidina berjalan di samping Adinda.
"Meidina, kamu pulang pakai apa?" tanya Adinda.
"Pakai kaki" jawab konyol Meidina.
"Bukan itu maksudku" cetus Adinda yang mulai kesal.
"Hehe, biasanya aku naik angkot Din" ucap Meidina.
"Hah, angkot!" ucap Adinda dengan kaget, sambil mengerutkan keningnya.
"Hm iya, kenapa memangnya?" tanya Meidina bingung.
"Meidina, aku antar kamu pulang ya" ajak Adinda.
"Tidak usah Din, aku tidak mau merepotkanmu" tolak Meidina.
"Tapi Meidina" saut Adinda.
"Tidak usah Dinda, aku pergi dulu ya. Nanti kakek, dan nenek ku menunggu ku dirumah"
"Iya, hati-hati Mei"
"Kamu juga hati-hati Din, dah"
Meidina melambaikan tangannya, dan pergi meninggalkan Adinda. Adinda membalas lambaian tangan dari Meidina.
Tak lama kemudian, supir pribadi yang mengantar jemput Adinda telah sampai. Adinda masuk ke dalam mobil.
Sedangkan Meidina, tengah celingak-celinguk mencari angkot dipemberhentian angkot.
"Angkotnya, kemana sih!" gumam kesal Meidina.
Nampak dari kejauhan, seorang pria menggunakan Motor KLX mendatangi Meidina yang tengah berdiri ditepi jalan.
"De, sedang apa kamu disini?" tanyanya.
"Kak Husein, aku hanya sedang menunggu angkot saja kak" ucap Meidina.
"Ini sudah sore, ingin kakak antar?" ajak Kak Husein.
"Tidak kak, terima kasih" tolak Meidina.
"Aku janji, tidak akan macam-macam. Aku juga masih punya iman de," ucapnya meyakinkan Meidina.
"Maaf kak, jika merepotkan kakak" ucap Meidina.
"Tidak apa-apa, ayo cepat naik!" ajak Kak Husein.
Tidak ada pilihan untuk Meidina, hari semakin larut, jika menunggu angkot entah sampai kapan ia harus menunggu.
Meidina naik ke motor Kak Husein, motor melaju dengan kecepatan sedang.
Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, sama-sama diam membisu. Hingga akhirnya, Husein memutuskan untuk angkat bicara.
"Rumahmu dimana de?" tanya Husein.
"Blok Ampat 3 Kak" jawab Meidina.
"Oh, kita satu arah berarti dek"
"Benarkah? Aku baru tahu loh."
Husein hanya tersenyum sambil menggeleng-geleng kan kepalanya. Tidak terasa di perjalanan, mereka sudah sampai di depan rumah Meidina.
Meidina segera turun dari motor Husein.
"Terima kasih kak, sudah mengantarku sampai rumah" ucap Meidina.
"Iya sama-sama, satu arah dengan rumahku juga" ucap Kak Husein tersenyum.
"Oh iya, nama kamu siapa? aku belum sempat tahu" tanya Kak Husein.
"Meidina kak" saut Meidina.
"Oh Meidina, ya sudah cepat masuk ke dalam. Kakak pulang dulu ya, sudah mau magrib. Kamu juga jangan lupa shalat magrib ya," ucap Kak Husein.
"Iya kak, hati-hati dijalan" ucap Meidina, ia melambaikan tangan kanannya sambil tersenyum.
Kak Husein pergi meninggalkan rumah Meidina, Meidina masih berdiri di depan rumahnya. Tak lama kemudian, ia segera masuk kedalam, dan mulai membersihkan dirinya.
Bersambung
Jangan lupa kembang kopinya readers pinkers, dan juga komen like nya 🌸
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!