"Anjing! Beraninya dia bermain denganku!" Ujar orang yang memiliki tubuh tinggi dan berisi.
"Sabar bos. Kita bisa membalaskan dendam atas perlakuannya itu." Kata lelaki yang memiliki rambut pirang tersebut.
"Rapat!" Kata orang yang memiliki tubuh tinggi itu, kemudian berjalan meninggalkan lelaki berambut pirang.
...----------------...
"Ah, sangat menyenangkan!" Ucap seorang gadis yang memiliki rambut pendek.
"Gila! Ini sungguh-sungguh gila. Bagaimana bisa dia tertipu?" Ucap seorang gadis satunya, yang memiliki rambut di ikat satu.
"Gue yakin, dia pasti akan membalaskan dendamnya." Ucap gadis yang memiliki rambut pendek tadi.
"Ia. Dan gue yakin, pembalasannya, akan berakhir di Elena!" Jawab gadis yang mengingat satu rambutnya.
"Kau benar." Ucap gadis berambut pendek.
"Dan Elena. Gue punya firasat buruk." Kata seorang gadis tiba-tiba, yang sedari tadi diam. Memiliki rambut gelombang, yang di biarkan terurai.
"M." Balasan dari topik yang di bicarakan.
"Jangan anggap hal biasa. Lo pada tahu, gue punya firasat yang kuat!" Ucap gadis yang berambut gelombang tadi, kemudian berlalu pergi.
"Lo harus berhati Elena." Kata gadis berambut pendek, kemudian berlalu pergi.
"Lo tahu, firasat Keyli tepat sasaran Lena! Gue harap lo berhati-hati. Gue takut, jika itu benar." Ucap gadis yang mengikat satu rambutnya tadi.
"Ia." Jawabnya.
Setelah dapat jawaban, gadis yang mengikat satu rambutnya berlalu pergi.
"Gue tahu itu. Dan gue berserah." Monolog dirinya.
...----------------...
"Heh! Lo pada napa lihatin gue?" Tanya gadis yang mempunyai rambut berwarna biru gelap asli.
"Sudahlah Eli. Ayo ke kantin." Ajak gadis berambut pirang.
"Awas aja! Kalau masih lihat gue dengan muka jelek mereka!" Kata gadis yang berambut biru gelap itu.
"Ya udah sih. Gak usah ladenin." Kata gadis yang yang mengikat dasinya di kepala.
"Yok lah! Bisa habis jam istirahat karena debat. Lagian ini panas! Dari tadi gak pindah dari hadapan tiang bendera!" Kata gadis yang berambut pirang dengan histeris.
"Cerewet!" Ujar gadis yang memiliki rambut berwarna biru gelap, dan berlalu pergi, di ikuti gadis yang mengikat kepalanya dengan dasi sekolah.
"Gue di tinggal!" Umpat gadis berambut pirang, kemudian berlalu mengikuti mereka.
...----------------...
"Dari mana kamu?!" Suara tegas seorang pria paruh baya memasuki telinga gadis cantik, yang memiliki wajah tanpa ekspresi itu.
Tanpa menjawab, gadis itu berbalik menghadap pria paruh baya tersebut, sambil menaikan satu alisnya
"Dari mana saja kamu?!" Tanya pria paruh baya itu sekali lagi.
"Bukan urusan Anda." Jawab wanita berwajah tanpa ekspresi tersebut, kemudian berjalan menaiki tangga.
"AURORA ELENA KEYSON! SAYA BERTANYA PADAMU! Bentak pria paruh baya itu. Yah, dia, Elena.
"Jaga nada suara Anda." Jawab gadis itu dengan tenang.
"Saya akan menjaga, jika kamu menjawab." Jawab pria itu, yang mencoba mengontrol emosinya.
"Biasa Anda tidak pernah bertanya." Jawab gadis itu, "dan saya lelah, ingin beristirahat." lanjutnya, kemudian berlalu pergi.
...----------------...
PLAK
Suara tamparan itu menggema di suatu ruangan yang ramai, membuat suasana menjadi hening.
"MAKSUD LO APAAN?!" Bentak seseorang yang di tampar.
"Ia nih! Datang tiba-tiba, langsung main tangan. gak jelas amat sih!" Ucapan sinis keluar dari seorang gadis yang sedang duduk di kursi dengan tenang.
"Bilang sama teman lo ini! Untuk jaga sikap." Ujar seorang cowok yang memiliki bola mata berwarna coklat terang.
"Wis, santai. Emang lo tahu apa tentang sahabat gue?" Tanya gadis satu yang sudah berdiri dari duduknya sambil merangkul orang yang di tampar tadi.
"Lo lihat ini! Lihat apa yang lo bilang sahabat itu lakuin!
"Heh! Kok lo percaya amat sih kalau sahabat gue yang lakuin? Ada bukti emang?" Tanya gadis yang tadi duduk santai.
"Ini bukti nya!" Tunjuk orang yang menampar tadi.
Orang itu menunjuk seorang gadis yang sudah acak-acakan. Rambut yang berantakan, bibir yang robek, pipi yang berwarna merah, dan mata yang bengkak, mungkin karena banyak menangis.
"CK! Apa hanya ini? Ini belum tentu kelakuan gue!" Bentak orang yang di tampar tadi.
"Gak usah ngelak deh lo! Kalau emang itu faktanya, gak usah di buat cabang lagi!" Bentak cowok berwajah datar.
"Kalau gue bilang tidak yah tidak!" Bentak orang yang di tampar tadi.
"Hiks, aku punya salah apa sih sama kamu? Kalau emang aku punya salah, maaf." Ucap gadis yang beracak-acak tadi.
PLAK.
Suara tamparan kembali terdengar, dan pelakunya adalah, yang di tampar.
"Lo apa-apaan sih? Belum puas lo nyakitin dia?" Tanya pria yang memiliki bola mata berwarna biru terang.
"Itu kan yang lo mau? Di sakiti dan kemudian di kasihani? Drama Queen." Katanya dengan nada datar, kemudian berlalu pergi.
"BANGSAT! LO AKAN NYESAL. INGAT, KARMA BERLAKU!" Bentak wanita yang mengikat dasi nya di kepala, kemudian mengejar sahabatnya.
"INGAT! LO AKAN NYESAL!" Kata cewek yang memiliki rambut pirang.
...----------------...
"Elena! Lo yakin? Akan turun tangan?" Tanya gadis yang memiliki rambut gelombang.
"Ia, doakan gue aja, kalau lo gelisah." Jawab orang yang bernama Elena itu. "Gue pergi." Lanjutnya, dan langsung jalan cepat menuju motor sport berwarna hitam.
...----------------...
"Hiks, gue sedih. Gak ada yang bisa temani gue. Apa kalian gak tahu? Kalau aku ini sangat kesepian? Aku butuh kalian. Hiks." Isakan dan suara itu bersatu, seakan-akan isakan itu adalah sebuah melodi.
Gadis itu, melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba ada mobil truk yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya tanpa bisa menghindar. Mobil gadis itu dan truk saling bertabrakan, hingga mengundang banyak perhatian warga.
Warga yang melihat, segera berlari ke mobil yang terbalik, sebelum meledak. Kemudian sebagian warga menolong supir truk, yang menabrak pohon.
"Elina, sayang kalian." Batin gadis yang membawa mobil tadi, saat beberapa warga membantunya keluar dari dalam mobil.
...----------------...
"Queen, di dalam masih ada Alexa." Lapor orang yang berbadan kekar.
"Keluar. Saya akan masuk." Kata seorang yang di panggil Queen tadi.
"Tap-"
Sebelum menghabiskan kalimatnya, orang yang di katakan Queen telah berlalu.
"Alexa!" Teriak Queen, saat melihat orang yang di cari ketemu.
"Queen!" Teriak orang yang bernama Alexa.
Queen segera berlari ke arah Alexa, dan langsung membantunya untuk melepaskan ikatan.
"Ayo." Ajak Queen, saat ikatan sudah terlepas.
"Terimakasih." Kata Alexa, dan hanya dapat anggukan Queen.
Mereka berjalan keluar dari sebuah gedung yang tua, saat akan melangkah keluar, suara tembakan dan teriakan terdengar.
DOR.
"QUEEN"
"Jika masih ada waktu, Akan ku cari dirimu!" Batin Queen.
Satu bulan berlalu.
"Di mana?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Oh sayang, kamu sudah sadar?" Tanya seorang wanita paruh baya, dan berjalan ke arah brankar rumah sakit.
Orang yang di tanya hanya menatapnya datar.
"Apa ini?" Batinnya.
"Sudahlah mah. Apa kamu lupa yang terjadi pada dirinya?" Kata seorang pria paruh bayah, kemudian menghampiri wanita tadi.
Wanita paruh baya tadi melangkah kan kaki nya untuk mundur dari brankar rumah sakit.
"Apakah benar?" Tanya wanita itu, entah pada siapa.
Hening.
TOK TOK TOK.
Masuklah dua gadis yang masih memakai seragam sekolah nya.
"Hua... Lo apa kabar? Gimana keadaan lo? Ada yang sakit? Sini, coba gue lihat jidat lo!" Suara cempreng, memasuki telinga semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut.
"Govlok! Ini rumah sakit!" Bentak gadis yang tadi datang bersamanya.
"Lo apa kabar?" Tanyanya pada gadis yang berada di brankar.
"Baik." Jawabnya.
"His. Gue yang nanya, lo gak jawab. Gimana sih?" Tanya gadis yang tadi sempat membuat telinga mereka blong.
"Berisik!" Serkas gadis yang satunya.
"Gue mulu perasaan!" Ujarnya geregetan, kemudian berjalan ke arah sofa yang ada.
"Mamah sama papah keluar dulu, mau memberi tahukan kabar bahagia ini sama keluarga, dan sekalian ke kantin beli makanan." Kata wanita paruh baya tadi.
"Ia mah." Jawab dua gadis tadi sopan.
"Papah titip Eli yah." Kata pria paruh baya tadi.
"Oke pah." Sahut mereka berdua dengan cepat.
Akhir nya, suami istri tadi keluar dari ruangan.
Hening.
"Eli." Panggil salah satu gadis tadi.
Orang yang di panggil hanya diam sambil menatap.
Banyak yang berada di benaknya, tetapi sangat malas sekali untuk mencari tahu. To, kalau dia tidak terganggu, mending nikmati.
"Lo beneran lupa ingatan?" Tanyanya.
Eli hanya menaikan satu alisnya, seraya berpikir lupa ingatan? Tapi kok gue masih ingat jati diri?
"Gue dapat kabar dari tante, kalau lo dinyatakan hilang ingatan." Katanya lagi.
"Kalau gitu, kita akan tetap berada di sisi lo, untuk jaga+bantu ingatkan masa lalu." Kata gadis yang satunya lagi.
"Tidak perlu mengingatkan masa lalu lagi, jika itu kelam." Jawab gadis yang berada di brankar.
"Kalau gitu, kita kenalan aja dari awal." Usul gadis yang ingin mengajak mengingatkan nya akan masa lalu.
Gadis yang di brankar hanya mengangguk.
Kedua gadis tadi, yang berada di sofa, berjalan mendekati brankar rumah sakit.
"Oke, mulai dari gue. Nama gue Fernisia Erlando. Panggilannya Ferni. Cewek yang lo bilang bar-bar."
"Nama gue Anggun Kristalika. Panggilannya Anggun. Cewek yang lo bilang, cerewet."
"Dan nama lo, Ferelina Marselana Prayaga. Panggilannya Eli." Kata Ferni.
"Ya." Jawab Eli.
"Oke, selebihnya, lo akan tahu nanti." Kata Anggun.
Hening.
"Eli, apa kabar kamu?" Tanya seorang lelaki, bisa di perkirakan, umur nya 21 tahun.
"Baik." Jawab Eli.
Tiba-tiba, masuklah delapan orang bersamaan.
"Gimana kabar kamu?" Tanya wanita yang sudah lanjut usia.
"Baik" Jawab Eli.
"Mah, Pah, kak. Eli lupa ingatan." Kata pria paruh baya. Yang tadi sempat keluar ke kantin.
"Serius?" Tanya pria yang sudah lanjut usia.
"Ia, akibat benturan yang sangat hebat di bagian kepalanya." Jelas nya.
"Cepat sembuh sayang." Ucap wanita berlanjut umur itu.
Sedangkan Eli? Hanya diam menyimak. Jujur, yang berada di hadapannya ini, sangat membosankan. Jadi pengen membunuh mangsanya jika sudah begini.
"Baiklah. Mari kita berkenalan pada Eli." Ajak wanita paruh baya. "Dari kepala keluarga Prayaga." Lanjutnya.
"Baik. Nama saya Arga Prayaga, grandpa kamu. Dady dari papah kamu." Perkenalan grandpa Arga.
"Saya Esti Alfana Prayaga, grandma kamu. mommy dari papah kamu." Perkenalan grandma Esti.
"Saya Rizky Prayaga, uncle kamu. Anak pertama dari dady Arga." Perkenalan uncle Rizky.
"Saya Uzi Prayaga, abang sepupu pertama kamu." Perkenalan Abang Uzi.
"Saya Ardan Prayaga, paman kamu. Anak kedua dari dady Arga dan mommy Esti." Perkenalan paman Ardan.
"Saya Auri Prayaga, bibi kamu. Menantu kedua di keluarga Prayaga, dan istri Ardan." Perkenalan bibi Siska.
"Saya Bagas Prayaga, abang sepupu kedua kamu. Anak dari papi Ardan dan mami Siska." Perkenalan abang Bagas.
"Saya Bendra Prayaga, abang sepupu ketiga kamu. Anak dari papi Ardan, mami Siska, dan kembaran bang Bagas." Perkenalan abang Bendra.
"Saya Abson Hendri Prayaga, papah kamu. Anak bungsu dari dady Arga dan mommy Esti." Perkenalan papah Abson.
"Saya Ifana Sevina Prayaga, mamah kamu. Menantu terakhir keluarga Prayaga, dan istri Abson." Perkenalan mamah Fana.
"Dan nama kamu. Ferelina Marselana Prayaga. cucu terakhir keluarga besar Prayaga." Tegas grandpa Arga.
Eli hanya mengangguk sedari tadi. Satu hal yang ia rasakan, bosan.
"Panggilannya Eli." Sambung grandma Esti.
Setelah perkenalan itu, keadaan menjadi hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Apakah masih ada keluarga Prayaga lagi?" Tanya Eli tiba-tiba.
"Ia. Masih ada aunty Ghea, Monika, abang twins kamu, dan, oma opa." Jawab papa Abson.
"Dimana mereka?" Tanya Eli.
"Mereka sedang sibuk, jadi tidak sempat untuk menjenguk mu." Jawab mamah Fana.
Eli hanya mengangguk, kemudian mengambil hp nya di atas nakas. Ini bukan hp gue. Pikir Eli. Ah, gue lupa.
Eli terus berkutat dengan hp nya, gak menyadari, semua pandangan mata menghadap dirinya.
"Sayang, makan dulu buburnya." Ucap mamah Fana sambil memberikan bubur kepada Eli.
Eli meletakan kembali hp nya, kemudian duduk, di bantu oleh Anggun.
"Mamah suap." Kata mamah Fana, saat Eli akan mengambil mangkok bubur.
Dan berakhir dengan, acara seorang ibu yang menyuap kan makanan pada anaknya.
"Mah, Eli mau pulang." Kata Eli saat buburnya sudah habis.
"No sayang. Kamu baru saja sadar dari koma." Tolak mamah Fana.
"Oh, ayolah. Eli mau pulang." Kata Eli tidak mau di bantah.
"Izin yang lainnya." Suruh mamah Fana.
Tanpa menjawab, Eli langsung bertanya pada keluarga dan sahabat yang berada di ruangannya.
"Eli mau pulang." Kata Eli dengan sedikit meninggikan oktaf suara nya, tetapi masih dengan wajah tanpa ekspresi.
Tidak ada respon, mungkin mereka masih berpikir apa yang di katakan Eli.
"Tidak. Kamu harus di sini dulu." Kata papah Abson.
"Ia, kau harus di rawat dulu, sampai benar-benar pulih." Kata abang Uzi.
"Ia, kami para abang mu juga tidak setuju kamu pulang sekarang." Ujar abang Bagas.
"Eli pulang sekarang, atau pergi?" Pilihan Eli.
Diam semua, nampak mempertimbangkan perkataan Eli.
"Eli boleh pulang." Kata grandpa Arga, "tetapi sore nanti." lanjut nya.
"Yang penting pulang hari ini." Putus Eli, kemudian lanjut memainkan hp.
...----------------...
"Gue dengar, adik lo masuk rumah sakit?" Tanya cowok yang memakai baju coklat polos.
"Bukan adik gue."
"Oh, oke. Tapi benar dia masuk RS?" Tanyanya ulang.
"Tahu dari mana lo?" Tanya cowok yang memakai baju berwarna army.
"Statusnya Anggun." Jawab cowok berbaju coklat.
"Oh." Jawab cowok berbaju army. "Tapi benar gak tuh twins? Lanjut bertanya nya.
"Ia." Singkat twins.
"Lo gak jenguk?" Tanya cowok berbaju coklat.
"Gak penting. Jika lo yang mau jenguk, silahkan." Suruh cowok twins yang pakai baju merah.
"Gue sih gak mau jenguk. Tapi gue punya firasat, ada yang salah dengan sikap kita." Kata cowok berbaju coklat.
"Sudahlah, mending kita main PS." Kata cowok yang memakai baju army tadi.
"Masa ia, firasat Cakra benar?" Batin cowok berbaju oren.
Saat asik bermain PS, datang seorang gadis berambut sebahu, sambil membawa nampan.
"Kak, ini ada cemilan." Kata gadis berambut sebahu itu.
"Wah, makasih yah." Kata cowok yang memakai baju army.
"Ia." Jawabnya, kemudian duduk di samping cowok berbaju hitam.
"Udah makan sayang?" Tanya cowok itu lembut.
"Ia, aku udah makan kok."
"Kamu mau aku ambilkan air putih? Soalnya aku tahu kamu belum sarapan, jadinya gak boleh minum yang bersoda dulu yah." Kata gadis itu, kemudian berlalu ke dapur.
"Mabar yuk." Ajak twins baju merah.
"Kuy lah." Jawab cowok baju coklat dan army bersamaan.
"Yang kalah harus traktir. Gimana?" Tanya cowok baju army.
"Okelah. Lo berdua gak ikut? Tanya twins baju merah.
"Tidak." Jawab cowok baju hitam dan oren.
"Okelah. Ayo!" Semangat mereka dengan serempak.
"Ini." Kata gadis tadi sambil menyerahkan gelas berisi air putih.
"Makasih sayang." Jawab cowok baju hitam.
"Jangan pacaran terus." Kata cowok baju army.
"Sirik." Kata cowok baju hitam.
"Ia lah. Mumpung pengganggunya gak ada." Jawab baju coklat, dengan mata yang masih fokus pada game di hpnya.
"Itu tahu." Jawab cowok baju hitam cuek.
Hening.
"Selamat siang." Sapa seorang pria lanjut usia.
"Eh, siang Opa, Oma." Kata twins kompak, dan langsung mencium punggung tangan kedua orang yang lanjut usia itu.
"Kenapa yang lain tidak terlihat?" Tanya oma itu.
"Mereka ada di RS, mungkin sebentar lagi akan pulang oma." Jawab twins baju oren.
"Siapa yang sakit?" Tanya opa itu panik.
"Eli." Jawab kedua twins kompak.
"Apa?" Kaget oma dan opa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!