Legenda Cincin Pintak Pinto.
****
(Maaf jika ada kesamaan nama dan daerah mohon jangan di ambil hati. Karena ini hanyalah cerita fiktif belaka)
****
Jangan Lupa like and ❤ Biar semangat Authornya
****
Di pedalaman pulau sumatra Di sebuah kota kecil di lereng gunung Masurai, suasana terlihat semarak banyak orang orang lalu lalang, semua mereka memakai pakayan bagus dan terlihat memancarkan kegembiraan dari wajah mereka. Hari ini adalah perayaan milinium 2000.
Tahun dua ribu diyakini penduduk kota kecil tersebut merupakan milenium trendy, dimana pada milenium ini akan terjadi banyak perubahan yang sangat pantastis dalam beberapa hal seperti kemajuan teknologi, mistis dan spiritual, dan munculnya generasi yang sangat unggul dalam potensi diri sebagai pribadi yang sempurna yang menguasai berbagai keahlian yang tak pernah ada sebelumnya.
Kota Tapus merupakan sebuah kota kecil di wilayah lereng Masurai, kota ini agak terisolir. Di kota ini juga terlihat kesibukan penduduk merayakan datangnya milenium trendi, konon kabarnya kepercayaan ini telah ada turun temurun semenjak 3000 tahun yang lalu.
Dari cerita turun temurun mengatakan Penduduk kota Tapus adalah keturunan bangsawan dari Yaman di Timur Tengah, yang dulunya di perintah oleh Ratu Saba, yang populer pada zaman Nabi Sulaiman. Karena itu nama mereka juga sangat terpengaruh oleh nama orang Timur Tengah.
Di tengah kota di sebuah rumah megah terlihat kesibukan masyarakat yang berkunjung dari pagi hingga malam tak habis habisnya. Kartu ucapan selamat milenium trendy berdatangan dari sanak famili dan kenalan di luar kota.
Pemilik rumah adalah abi Daud yang merupakan orang kaya di kota Tapus, bahkan karena kayanya dia di gelari pemilik Cincin Pintak Pinto. Menurut legenda yang di ceritakan turun temurun cincin pintak pinto merupakan cincin tempat meminta, dimana jika sang pemilik meminta sesuatu maka apa yang di minta akan selalu ada.
Suasana di rumah Abu Daud sangat rame seperti akan ada pesta. Benar sepertinya umi Sarah istri abu Daud baru saja melahirkan anak pertama, seorang bayi laki laki yang lahir di hari masuknya milenium trendy. di samping merayakan milinium trendy, meraka juga bermaksut melaksanakan syukuran atas kelahiran anaknya.
Abi Daud duduk meladeni tamu yang datang dan pergi, sebagaimana adat Kota Tapus tamu yang datang kebanyakan membawa juga beras, minyak makan, gula dan kopi untuk keperluan tuan rumah selama pesta. umumnya para tamu mengucapkan selamat atas kelahiran anak abu Daud, dan ucapan Selamat melenium trendi untuk keluarga mereka.
Di samping abu Daud duduk Sultan Murod, ayah abi Daud yang merupakan kakek sang bayi. Sultan Murod terlihat sangat gembira bagaimana tidak saat pertama kali melihat cucunya, tiba tiba cucunya yang baru saja di balut kain oleh bidan membuka matanya seakan memperhatikan kakeknya lalu dari bibirnya mengembang senyum yang sangat menggemaskan.
"Haha ha ha, benar benar cucu kakek, merupakan generasi milinium trendy, baru lahir sudah bisa senyum" ujar Sultan Murod kesenangan.
Seorang tamu remaja yang hadir bersama mereka bertanya pada Sultan Murod.
"Kakek Murod... kenapa tahun dua ribu sangat istimewa bagi penduduk Kota Tapus, sementara masyarakat di luar Kota Tapus tidak merayakan milinuim dua ribu sebagai mana penduduk di sini memulyakannya?" tanya anak muda yang duduk di samping sultan Murod.
"Tahun 2000 adalah milenium trendi, diyakini nenek moyang kita bahwa pada millinium ini akan lahir generasi generasi hebat, yang menguasai teknologi, ekonomi, spiritual yang mistis, dan berbagai keahlian kunopun akan bangkit di milenium ini." ujar Sultan Murod membuka percakapan.
"Generasi mereka sangat hebat mereka akan menguasai ilmu ilmu tinggi baik yang nyata atau yang goib, pada milenium ini akan muncul al Mahdi dan al masih yang akan menghukum raja kejahatan sekalian mengakgiri zaman kedholiman dan memulai zaman trendy yang memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan di muka bumi. Saya yakin cucuku akan menemui masa masa ini" sambung Sultan Murod.
Putra abu Daud di beri nama Ahmad Albara. Di panggil Albara, perlakuan keluarga besar Sultan Murod terhadap Albara sangat istimewa, semua mereka sangat sayang pada Albara, mereka berebut ingin mengasuh Albara sehingga Albara diperlakukan seperti pangeran di zaman kerajaan.
*****
Di kota tapus ada dua kekuarga kaya yang sangat berpengaruh yakni keluarga Abu Hamid dan keluarga Abu daud. Mereka berdua memiliki kekayaan yang sangat berlebih di banding keluarga lainya. Mereka secara alami seperti ada persaingan pengaruh di tengah masyarakat Kita Tapus. Demikian yang terjadi saat Umi Sarah istri Abu Daud dan Umi Zakiah istri Abu Hamid bertemu dalam acara kenduri adat, pemotongan kerbau putih (Istilah motong kerbau saat menyambut hari raya idul fitri)
"Saya pengennya borong separo kerbau putih untuk kami, tapi panitia tidak boleh" Kata umi Zakiah sabil berkipas kipas, lalu melirik ibu ibu yang hadir.
"Mana bisa begitu umi, kasihan yang lain kan perlu daging juga saat lebaran" timpal umi sarah.
"Kan banyak yang belum bayar, dari pada batal, biar saya borong gitu maksudnya" Umi Zakiah memonyongkan bibirnya.
"Umi Zakiah, Ayahnya Laila juga belum bayar apa bisa umi tamggulangi dulu nanti setelah lebaran kami ganti" ibu Romi memelas sambil menatap anaknya yang sebaya Albara di pangkuanya.
"Enak saja, sumimu Syahroni kerja apa sih. Perasaan tiap tahun di tanggulangi coba sebelum puasa sudah siap siap" umi Zakiah berkelit.
Ibu Romi terdiam mukanya merah menahan malu, melihat ini umi Sarah memberikan uang dua ratus ribu secara diam diam pada ibu Romi.
"Udah kamu bayar, gak usah di ganti" kata umi Sarah.
"Terima kasih umi Sarah saya titip Laila sebentar" kata ibu Romi lalu menghampiri panitia bantai Adat.
Laila Anaknya ibu Romi berusia dua tahun sebaya Albara anaknya Umi Sarah.
"nnnnn hek hek hek" Laila menangis saat ibunya pergi meninggalkannya, Albara yang ada di sampingnya seperti mencoba menghibur dengan memberikan mainan mobil mobilannya pada Laila. Mendapat mainan Laila pun diam asik bermain dengan Albara.
Saat mereka Asik bermain tiba tiba Khoiril anak umi Zakiah menghampirinya, lalu merebut mobil mobilan di tangan Laila, lalu berlari kembali ke pelukan ibunya.
"Hoa hoa hoa hoa" kembali Laila menangis.
Albara berlari mengejar Khoiril dan merebut kembali mainan yang di rampas Khoiril. Khoiril yang berusia empat tahun balik mengejar Albara, karena usianya jauh di atas Albara dengan mudah dia mendapatkan Albara.
"Buk buk buk buk" Khoiril memukuli Albara.
"Ahhhh hik hik hik" raung Albara sejenak, lalu menerkam Khoiril berikutnya Albara menggigit lengan Khoiril dengan geram.
"Aduh... ibu hek hek hek" Khoiril menangis sangat kencang.
Umi Zakiah yang tadinya membiarkan anaknya memukul Albara, bangkit menghampiri Albara lalu di sentakkanya dengan keras hingga terpental kepalannya menabrak tembok.
"Hhhhhhhh hhhhhhh hhhhh" Albara menangis tanpa suara.
Ruangan menjadi bising dengan tangisan Khoiril dan Laila.
"Anak siapa ini.. kurang ajar tidak bisa mendidik anak" umi Zakiah membawa Khoiril pergi meninggalkan acara.
Umi sarah juga menghampiri Albara yang masih menangis tanpa suara.
"anak... hoo anak apanya yang sakit nak" umi sarah menghembus kepala Albara yang sudah bengkak sebesar telur bebek. Air mata umi Sarah mengalir di pipinya saat anaknya masih menangis tak bersuara. Bidan desa segera mengkompres kepala Albara, hingga beberapa detik barulah suara Albara terdengar.
****
Tak terasa Albara sudah berumur empat tahun. Saatnya Albara akan tidur terpisah dari orang tuanya. Dalam adat Kota Tapus saat anak akan pisah tidur dengan orang tuanya mereka akan di temani pengasuh malam. Fungsi pengasuh adalah memulai didikan malam untuk mencetak karakter anak melalui dongeng dan cerita sebelum tidur.
Pendidikan malam untuk Albara di percayakan pada umi Kalsum adik dari Sultan Murod, malam itu di rumah abi Daud terlihat lampu petromak di nyalakan dari pukul 7 malam. Sehabis sholat isa Umi Kalsum mulai pembimbing Albara kekamarnya. setelah mereka di kamar umi Kalsum mulai mendongeng
"Nenek punya cerita kancil apa Albara pengen dengar?" tanya umi Kalsum pada Albara.
Di samping mulai memberi pelajaran budi pekerti melalui dongeng umi Kalsum juga bertanggung jawab menidurkan Albara. Pendidikan ini berlangsung selama 2 tahun hingga Albara memasuki umur sekolah dasar. Albara mengangguk dan umi Kalsum pun mulai bercerita.
"Pada zaman dahulu kala seekor kancil yang cerdik, saat terik matahari sangat panas si kancil merasa sangat haus lalu pergi ke sebuah sungai berniat untuk minum... " umi Kalsum memulai dongengnya.
"Tiba tiba kancil melihat harimau di belakangnya yang juga menuju sungai, kancil tertegun sejenak" umi Kalsum melanjutkan.
"tunggu aku makan sirih dulu" ucap umi Kalsum sambil melipat sirih yang sudah di beri kapur dan pinang.
Dongeng dilanjutkan setelah cerita kancil di lanjutkan dengan legenda pangeran yang bijaksana hingga akhirnya Albara tertidur. Malam berikutnya secara rutin tiap malam umi Kalsum menceritakan cerita daerah, cerita para nabi, orang sholeh dan cerita cerita orang baik yang heroik.
Cerita demi cerita umi Kalsum dengan tabah menyampaikan pada Albara. Tak terasa dua tahun berlalu, cerita umi Kalsum sangat membekas dalam ingatan Albara sebagai ingatan pertama yang mengisi memori otaknya adalah, "BAHWA ORANG BAIK AKAN MENEMUI AKHIR YANG BAIK".
****
Albara makin dekat dengan umi Kalsum, Lebih dekat dari orang tuanya, hingga saat orang tua Albara pindah ke sebuah kota untuk memulai bisnis baru yang menjanjikan. Albara menolak mengikuti orang tuanya dan memilih untuk tinggal dengan umi Kalsum dan sekolah di Kota Tapus.
"Bi Albara sekolah di Kota Tapus aja, biar bisa tinggal dengan umi Kalsum" pinta Albara pada abi Daud.
"Baik lah nak, jika nanti Albara pingen sekolah di kota besar tinggal sama abi dan umi, Albara segera telpon umi atau abi" kata abi Daud.
"Umi Kalsum... Sarah titip Albara untuk sementara ya" pinta Umi Sarah ibunya Albara sebelum berangkat.
****
Memasuki umur 7 tahun prediksi kemajuan yang diyakini leluhur Albara mulai menjadi kenyataan, jalan ke kota merka sudah lancar, jaringan PLN, tower hape sudah berdiri di kota mereka. Tiap anak sesusianya sudah memiliki hand pon pintar termasuk Albara.
Siang itu Albara menuju parkiran sepeda di sekolah dasar berniat untuk pulang, diparkiran Albara berpapasan dengan Laila teman sekelas nya.
"Halo teman ku apa kita akan pulang bareng" ucap Albara pada Laila.
"Tidak aku masih akan mampir di rumah abi Sodik" ucap Laila karena memang mereka memiliki arah yang berbeda.
"oya Lai apa Khoiril masih suka ganggu kamu?" tanya Albara.
"Iya Bar kemaren kami sama Doni di pukuli lagi sama Khoiril, gara gara kami nolak saat di suruh beli cincin mainan seharga lima puluh ribu" kata Laila sedih.
"cincin apaan kok segitu mahalnya!?" tanya Albara.
"Kata Khoiril itu cincin pintak pinto, apa saja yang kita minta akan terkabul" kata Laila.
"Ku dengar abi Sodik membuka gelanggang silat dan mulai menerima murid baru, makanya Laila mau belajar silat biar bisa melawan Khoiril ." sambung Laila.
"Apa Albara juga mau daftar,?" tanya Laila.
Berpikir sejenak, memang belakangan perguruan bela diri juga marak di kota mereka, dari kungfu, karate, tekwado, tarung drajat, bahkan silat lokal seperti berlomba menerima murid. Karena teman akrabnya Laila akan nendaptar di gelanggang silat, tanpa ragu Albara memutuskan untuk mendaftar juga.
"Ok aku juga mau daftar" jawab Albara.
Dengan sepeda masing masing, mereka menuju rumah abi Sodik.Teman sekelas Albara hanya Laila yang mendaftar di gelanggang silat, hal ini membuat mereka semakin akrab. Pencak silat yang mereka pelajari adalah silat kono yang turun temurun.
Pada zaman dulu kepulawan indonesia merupakan satu kesatuan dan masih nyambung dengan dataran asia kota mereka adalah kota kuno yang di lewati jalur perdagangan dari benua Kunlun atau di kenal dengan Daratan Hindia (dataran yang meliputi kepulawan Nusantara zaman dahulu) sehingga di asia mereka di kenal sebagai orang Hindia, dan ilmu silat nya dikenal dengan jurus Hindia, dan ilmu pedang mereka di kenal dengan ilmu pedang Hindia (Kun Lun Pay).
Begitulah ilmu silat ini sangat di segani di dunia sejajar dengan ilmu silat Saolin dan lain lain. Albara dan Laila sangat berbakat dalam dua tahun mereka sudah menguasai jurus Hindia dari tangan kosong, tongkat, tombak, cambuk, dan ilmu pedang. Baik jurus tangan kosong atau bersenjata, silat Hindia bertolak pada keahlian menghindari serangan lawan, mengelak, menangkis kemudian memberikan serangan maut pada lawan.
Karena sering berjumpa Albara dan Laila semakin intim, di sekolah di gelanggang silat mereka selalu berdua. sehingga mereka sering di ledek kawan sekelas atau tetangga sedang pacaran, padahal dalam hati Albara mereka tidak lebih sebagai teman, tidak ada perasaan lain selama ini.
Begitu juga Laila hanya merasa Albara sebagai teman, teman yang bisa dia ajak bicara dan bercanda. Sebagai teman baik doang, Laila merasa malu saat di ledek sedang pacaran dengan Albara, bahkan seringkali menunjukkan kemarahan yang berakhir keributan kecil di antara Laila dengan mereka yang selalu menggodanya.
Tahun ini Albara berumur 13 tahun dan sudah tamat SD. Albara berencana mendaftar ke SMP Negeri Kota Tapus. Dia membuat janji dengan Laila untuk mendaftar bersama ke SMPN I kota Tapus. Jam sembilan wib sudah hampir 1 jam albara menunggu akhirnya Laila muncul di depan matanya.
"Lama kali dandanbnya Lai" kata Albara.
"Bukan dandan Bara... Laila tu lagi bantu mama beres beres di rumah" bantah Laila.
"ia udah .. ayo berangkat" pinta Albara.
Dengan motor beat yang baru sebulan di belikan orang tuanya mereka menuju ke SMP Negeri 1 Kota Tapus. Albara sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dengan tinggi 172 cm, demikian juga Laila yang tumbuh sebagai gadis dengan wahah cantik jelita, kulit putih mulus, tinggi semampai dengan tinggi 167 cm postur tubuh yang ideal, rambut sebahu menambah pesona lelaki yang memandang nya.
Di gerbang sekolah mereka berpapasan dengan Khoril dan gengnya. Khoiril saat ini merupakan siswa kelas 2 di SMP Kota Tapus, merupakan siswa yang di takuti dan di segani di SMP tersebut. Khoiril dan gengnya juga sering terlibat tawuran antar klas bahkan antar sekolah di Kota Tapus.
Melihat Laila yang penuh pesona, Khoiril sepertinya telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Laila yang masih kekanakan tidak mengerti tatapan mata Khoiril dan mengabaikannya. Khoiril tentu saja memanfaatkan peluang bagus untuk menyapa Laila.
"Mau daftar ya dek?" tanya Khoiril sambil menatap Laila.
"Iya kakak" jawab Laila.
"Mari kakak antar" ucap Khoril.
Khoiril memimpin Laila ke ruang pendaftaran. Terlihat betul dia berusaha mendekati Laila. Sementara Albara yang dicuekin mengikuti mereka dari belakang.
Khoiril berusaha mengenal Laila lebih jauh dan membatunya selama proses pendaftaran. Setelah pendaftaran Khoiril menawarkan diri untuk mengantar Laila pulang. Namun Laila menolak karena dia pergi dengan Albara ya harus pulang bersamanya.
"Pulang kakak antar ya!?" pinta Khoiril.
"Maaf kak... Laila pulang bareng teman" tolak Laila melirik Albara.
"Dia siapa Laila?" tanya Khoiril sambil memelototi Albara.
"Kenalkan saya Albara, pacarnya Laila" ucap Albara spontan.
Dalam pikirannya pacar itu ya teman akrab doang, kala pergi bersama, pulang brsama pokoknya kebanyakan bersama. Tidak ada definisi lain di otaknya.
"Masak iya?" guman Khoiril setengah bertanya.
"Hmmm uhhh" sambil mengangguk Laila mengiakan.
Saat laila dan Albara meninggalkan sekolah Khoiril dengan muka terlihat sangar kembali memelototi Albara dan mengacungkan tangannya yang terkepal ke arah Albara. Di sepanjang perjalanan pulang mereka banyak diam kejadian tadi memberi kesan khusus bagi mereka. Ada ketidak senangan Albara saat Khoiril di dekat Laila, entah perasaan apa dia tidak tau. Dia takut jika Laila lebih banyak bersama Khoiril. Ada perasaan aneh yang baru saja dia rasakan terhadap Laila yang tidak bisa dia utarakan dengan kata kata. Begitupun dengan Laila tidak tau kenapa dia mengiakan ucapan Albara sebagai pacarnya.
"Besok ada pertandingan di gelanggang silat, aku akan menantangmu dalam duel" ucap Laila mengagetkan Albara.
"Jika kamu bisa mengalahkan ku, aku bersedia menjadi pacarmu" lanjut Laila.
"Ok, aku akan berusaha mengalahkan mu" kata Albara penuh keyakinan lalu mereka kembali diam.
Lima belas menit kemudian mereka sudah sampai di rumah Laila, setelah berpamitan dan saling melambaikan tangan Albara memutar motornya menuju rumahnya.
***
Besoknya suasana di gelanggang silat terlihat sibuk pertandingan akan di mulai. Untuk menentukan peringkat. Laila dan Albara sudah siap dengan kostum mereka, Pertandingan kelas 1 sampai lima sudah selesai. Kini saat kelas mereka menentukan peringkat. Kakak seperguruan mereka naik ke panggung dengan dua pedang kayu di letakkan di dua sudut yang berbeda.
"Para guru yang terhormat, kakak seperguruan yang saya hormati beserta adik adik seperguruan yang saya sayangi. Kini giliran kelas enam menentukan peringkat, izinkan saya mengundang salah satu dari mereka naik panggung untuk menantang kawan sekelasnya." ucap Riki sebagai pembawa acara.
Riki adalah peringkat tiga dikelas tujuh. Sambil menunjuk seorang siswa berotot, Riki bicara.
"Doni saya mengundang ada ke atas panggung"
Doni bergegas ke panggung. Doni adalah siswa berbakat pasti susah di cari tandingannya di kelas mereka, sejujurnya dia adalah kandidat peringkat pertama.
"Kita adalah saudara, pertandingan ini adalah persahabatan usahakan kalian tidak cedera, juka kalian merasa tidak mampu angkat tangan anda sebagai tanda menyerah, selanjutnya saya persilahkan para siswa klas enam mengajukan diri untuk menjadi tandingan Doni" Riki menutup pidatonya.
Seorang siswa tiba tiba melompat dengan ringan ke atas panggung
"Guru kenalkan saya Manto, siswa kelas enam ... Akan mencoba kehebatan Doni" sambil membungkuk menghormat pada para guru dan kakak seperguruan.
Setelah para guru mengangguk Doni dan Manto mengambil kuda kuda, pertandingan di mulai dengan jurus tangan kosong Doni terlihat mendominasi pertandingan tapi Manto lebih gesit dengan gerakan yang ringan berada di samping Doni sebuah pukulan keras mengarah ke pelipis Doni, Doni kaget tidak bisa menngkis, mundur selangkah hingga dia luput dari serangan Manto. Manto yang hanya meninju angin hilang keseimbangan, sebelum bisa mengembalikan diri lutut Doni sudah bersarang di ulu hatinya. Manto terbanting terhengkang merasakan sakit luar biasa di ulu hatinya, dan susah bernapas, menyadari ini dia mengangkat tangan tanda menyarah.
Siswa selanjutnya maju hingga lima belas orang menyerah di tangan Doni. Giliran Albara maju menantang Doni.
Setelah memberi hormat pada para guru dia bersiap dengang kuda kuda. Tanpa di duga Doni telah melakukan serangan dengan tinju lurus, secara reflek Albara mengelak kesamping dan mencoba menepis dengan tangan kanannya. Tak.... Benturan dua tangan mereka beradu.
Albara merasakan sakit di tangannya, menyadari betapa kuatnya Doni dan keras tangannya. Al bara mulai hati hati puluhan jurus kemudian bertukar jurus tidak ada yang kena.
"Mereka sepertinya imbang" kata salah satu guru.
"Gunakan pedang" teriak guru tersebut
Doni dan Albara mengambil pedang, gerakan mereka seperti menari mencari peluang menusuk, atau menebas lawan. Di sini Albara terlihat lebih dominan dengan kelincahannya dia berhasil mendesak Doni hingga saat melihat kesempatan dengan jurus pedang nembelah gunung, pedang di ayunkan mengarah ke leher Doni dengan cepat. Doni melompat mundur tapi ujung pedang masih sempat mengenai bahunya, dan di susul tendangan kilat Albara bersarang di dadanya. Terbanting keluar panggung Doni pun menyerah dengan mengangkat tangannya.
Demikian setelah menjatuhkan Doni dan 6 siswa lainnya Albara menatap Laila satu satunya siswa yang tersisa. Laila naik ke pentas, setelah memberi hormat pada guru pertandingan di mulai, lima jurus kemudian tinju mereka beradu, laila mundur selangkah merasakan tangannya kesemutan tentu tangan Albara lebih keras dan tenaganya lebih kuat. Laila mulai menghindari benturan dan dengan kelincahannya dia mulai menari berloncatan hingga terlihat seperti elang yang terbang mengelilingi Albara mencari titik lemah untuk di serang. Namun setelah puluhan jurus bertukar pukulan tapi tak satupun yang kena.
"Gunakan pedang" ucap dewan guru.
Dengan pedang ditangan keduanya mulai terlibat pertempuran sengit Laila benar benar lincah setelah gerakan makin cepat kelebatan pedangnya seperti mengurung Albara, Albara hanya mampu bertahan dan sesekali menyerang bayangan pedang mereka seperti berkejaran dan saling beradu, tak...tak ....tak
Setelah puluhan jurus mereka mainkan tak satupun dari pedang mereka yang mampu menyentuh tubuh lawannya.
Tiba tiba dewan guru memberi kode pada Riki, dengan pedang kayu di tangan Riki melompat ke tengah pertandingan melerai mereka. Pertempuran berhenti dan di putuskan Albara dan Laila sebagai peringkat pertama bersama untuk klas enam.
Semenjak peristiwa pertandingan menentukan peringkat Albara sudah mulai galau. Albara tidak mampu mengalahkan Laila artinya dia gagal untuk menjadi pacar Laila. Sementara itu Laila sepertinya hanya memandang dia seperti teman biasa bahkan memandangnya sebagai adik yang kanak kanakan.
Kian hari Albara semakin ingin di perhatikan oleh Laila bahkan tidak jarang bertingkah over akting di depan Laila. Di SMP Albara tidak lagi sekelas dengan Laila, dia di kelas C sedangkan Laila di kelas A otomatis mereka mulai jarang bertemu di sekolah. hal ini membuat Albara sering sengaja mencari keberadaan Laila saat jam istirahat atau pulang sekolah.
Siang itu sepulang sekolah Albara kebetulan berpapasan dengan Laila, tentu saja Albara merasa sangat senang spontan minta Laila pulang bersamanya,
"Laila pulangnya bareng Albara ya" pinta Albara.
Laila hanya mengangguk setuju, kemudian mengikuti Albara, berjalan di sampingnya. mereka berdua menuju parkiran tempat dimana motor Albara di parkir. Tiba tiba mereka mendengar suara agak serak di depan gerbang sekolah.
"Laila pulang bareng kakak aja ya" pinta Khoiril di atas motornya.
Rupanya Khoiril sejak tadi sengaja menunggu Laila untuk di ajak pulang bareng. Namun usahanya gagal di tolak mentah mentah oleh Laila.
"Ngak ah, Laila pulang bareng Albara" sambil mengeleng.
Laila segera menggandeng tangan Albara sambil melirik Albara kemudian tersenyum manis.
Khoiril yang cemburu melihat adegan itu, menatap ke arah Albara dengan tatapan kesal penuh amarah seakan ingin menerkam Albara seketika.
"Sudahlah Khoiril kamu tidak akan bisa bersaing dengan Albara, dia anak orang kaya pemilik cincin pintak pinto." timpal kawan Khoiril.
"Ayo kita pulang sore nanti kita ujian untuk mendapatkan sabuk merah, jangan lupa jemput aku ya" pinta ahmad Kodri teman Khoiril.
"Ok .." Ucap Khoiril kemudian berlalu dengan kesal.
Albara dan Laila juga beranjak dari parkiran menuju kerumah mereka.
"Duduknya geser kedepan dikit dong" pinta Albara pada Laila.
"Ih kamu, sudah mulai puber ya" ucap Laila tersenyum manja.
Mendengar ucapan Laila, Albara merasa darahnya naik berdesir di dadanya. Dia teringat pelajaran biologi yang baru saja dia pelajari. Terngiang ucapan buk Nuraini guru biologi tentang ciri ciri pubertas.
"Beberapa ciri pubertas pada anak laki adalah mulai tertarik pada lawan jenis, tumbuhnya jakun, suara berubah serak, dan mengalami mimpi basah"
Tanpa sadar Albara memeriksa lehernya apa dia sudah punya jakun apa belum. merasakan adanya benjolan di lehernya Albara makin senang.
"Artinya aku sudah dewasa dan sudah boleh pacaran sama kamu kan?" tanya Albara.
Laila menanggapinya seperti seorang kakak terhadap adiknya.
"Kamu masih kecil sudah bicara pacar... Tunggu lima tahun lagi jika kamu sudah punya kumis dan jenggot aku bersedia jadi pacar kamu." ledek Laila dengan sikap seperti orang dewasa.
Tanpa terasa mereka sudah sampai dirumah Laila. Albara menghentikan motornya Laila turun dan melambaikan tangannya sambil berjalan kerumahnya.
"See you tomorrow" ucap Laila menggunakan bahasa inggris yang di pelajari tadi siang.
'See you tomorrow" balas Albara dengan ucapan yang sama.
Albara juga melambaikan tangan hingga Laila hilang dari pandangan nya, kemudian Albara putar motornya menuju rumahnya. Di sebuah gang yang sepi Khoiril ditemani tiga orang anggota gengnya menghadang Albara, dengan melambaikan tangannya meminta Albara menghentikan motornya. Albara menepi menghentikan motornya, saat Albara turun tangan Khoiril telah mencengkram kerah bajunya, sambil membentak.
"Mulai saat ini kamu harus menjauhi Laila!" ancam Khoiril.
Ketertarikannya pada Laila bukan lagi sekedar teman tapi mulai berubah menjadi ketertarikan pada lawan jenis. Mendapat acamaman Khoiril bukannya membuat Albara menjadi takut malah membuatnya jadi emosi.
"Enak aja .... emangnya Laila itu apa mu" tantang Albara sambil menepiskan tangan Khoiril dari lehernya.
"Kamu berani sama aku ya" kata Khoiril lalu sebuah tendangan keras sudah mengarah pada pelipis Albara.
Albara berkelit hingga tendangan Khoiril hanya menendang angin.
"Semua orang boleh takut sama kamu tapi Albara tidak akan takut" tantang Albara.
Kehebatan Khoiril tidak bisa diragukan lagi, bahkan di sekolah sering melakukan tawuran bahkan anak anak kelas tiga pada takluk pada geng nya. Kembali serangan berupa pukulan dan tendangan di arahkan pada Albara. sebagai ahli silat Albara juga memberi perlawanan sengit hingga beberapa jurus mereka bertukar pukulan, sebuah tendangan lurus Khoiril telah bersarang di dadanya, Albara sempoyongan detik berikutnya sebuah tendangan telah merobohkanya.
"buugk" Albara terjengkang, Khoiril mendekati Albara kembali mengancam.
"ingat ya... jauhi Laila atau kau akan ku pukuli sampai mampus" Khoiril dan temannya segera berlalu meninggalkan Albara yang masih meringis kesakitan.
*****
Sampai dirumah Albara agak gelisah, penasaran dengan ucapan Ahmad Kodri tentang orang tuanya "PEMILIK CINCIN PINTAK PINTO". Di rumah terlihat umi Kalsum lagi sibuk di meja makan, melihat umi Kalsum yang sedang menyiapkan makan siang, Albara segera duduk dimeja makan. Albara segera mengambil hidangan untuk makan siang lalu bertanya pada umi Kalsum.
"Nek boleh Albara tanya sesuatu" pinta Albara pada umi Kalsum.
"Boleh ...... emang nak Bara mau tanya apa?" tanya umi Kalsum.
"Apa nenek tau yang di maksud dengan CINCIN PINTAK PINTO.?." tanya Albara dengan expresi sangat pengen tau.
"Emang kenapa?" umi Kalsum balik bertanya.
Albara menceritakan apa yang dia dengar dari Ahmad Kodri teman Khoiril sepulang sekolah tadi.
"Orang tua Albara merupakan pemilik cincin pintak pinto, begitu kata kakak Kodri nek" cerita Albara
"Hmmmm ...." guman umi Kalsum mengangguk mengerti.
"Itu cuma gelar untuk orang yang sangat kaya" ucap umi Kalsum acuh tak acuh.
"Dulu ada legenda bahwa Raja Sulaiman memiliki cincin pintak pinto, dengan cincin itu dia menguasai kekayaan dunia" lanjut umi Kalsum.
"Dengan cincin itu apa yang dia minta pasti ada , makanya cincin tersebut di beri nama cincin pintak pinto" kata umi Kalsum.
"Itu juga alasan kenapa orang kaya di juluki pemilik cincin pinta pinto" jelas umi Kalsum pada Albara
Albara mengangguk puas kemudian menyantap hidangan makan siangnya.
Memang betul orang tua Albara sangat sukses dalam bisnisnya sehingga kekayaannya semakin meningkat dan tak terhitung jumlahnya. Jadi wajar oleh penduduk Kota Tapus dia di gelari pemilik cincin pintak pinto. Apalagi sekarang abu Daud bergerak di bidang export import yang sukses, makin hari kekayaannya makin menggunung saja.
Tidak salah jika milenium 2000 di prediksi sebagai milenium trendi, kekayaan seperti keluar dari perut bumi. Orang kaya baru bermunculan seperti menjamur dari kota hingga kedesa desa. Sebelum tahun 2000 tak satu pun di kota Tapus mereka yang memiliki kendaraan bermotor, tapi sekarang mobil mewah hampir sudah tidak asing lagi, motor malah tiap rumah punya minimal satu, anak SMP seusia Albara bisa di hitung jari yang tidak punya motor.
Perkembangan ekonomi yang pesat juga di barengi dengan perubahan gaya hidup, dan nilai nilai sosial ke masyarakatan. Persaingan sangat terasa, biaya hidup juga meningkat, bayak nilai adat yang hilang menuju kehidupan bak monster.
Orang kuat dan kaya mulai mengambil alih pengaruh dan kekuasaan. Kepala desa, kepala daerah dipastikan hanya untuk orang kaya dan kuat, Tak perduli pendidikan dan agama mereka. Orang berkantong tebal mulai di puja bagai dewa. Tuhan bagi sebagian masyarakat adalah orang yang bisa mengisi dompet mereka.
Sebagai anak pengusaha yang sukses Albara merasakannya., di mana semua orang memperlakukannya dengan baik.
Belakangan juga banyak para gadis remaja, baik tetangga atau teman sekolah mendekatinya. Bahkan ada sebagian orang tua yang sengaja meminta anak gadisnya mendekati Albara. Tentu dengan harapan bisa berbesanan dengan pengusaha kaya.
Tidak salah jika dulu orang tua tau cerdik pandai, alim ulama menjadi panutan dan di puja. Sebaliknya sekarang mereka di tinggalkan berpaling pada orang kaya. Jika seseorang sudah bisa mengatasi ekonomi mereka, maka dia di puja bagai dewa, bahkan jika mereka di minta memusuhi ulama, atau tua tau cerdik pandai pasti mereka lakukan. Penomena ini juga sudah mulai berdampak di kota mereka singkatnya SIAPA YANG MENGISI DOMPET MEREKA ITULAH TUHAN MEREKA
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!