SANG PERMAISURI
Jantungku masih deg-degan.
Wajib baca novel Suamiku seorang Ningrat dulu sebelum baca ini ya. Biar paham alur ceritanya. 😊
Kaysan
Kamu bertanya sambil mencium tanganku? Apakah Dinda sudah sedikit lega?
Rinjani
Kanda... tidakkah ini terlalu menegangkan? Jani baru saja dilantik menjadi Ratu. Bahkan jantungku masih deg-degan.
Rinjani memegang dadanya, menatap Kaysan dengan khidmat. Kaysan tersenyum lebar seraya berkata
Kaysan
Kamu selalu berlebih, Dinda. Kemarilah. Duduklah di sampingku.
Segera saja tanpa menunggu lama. Rinjani sudah bersandar di lengan suaminya. Ia mencubit-cubit paha Kaysan dengan gemas.
Rinjani
Mas... Jani khawatir. Dan, kekhawatiran ini harus Jani bagi.
Kaysan
Bisakah kamu melupakan kekhawatiranmu, dik? Itu hanya akan membuatmu resah.
Kaysan mengelus rambut Rinjani yang masih disanggul dengan rapi. Ia mengelus pipi Rinjani sembari menatap manik matanya dengan lekat.
Rinjani tersipu malu, saat senyuman itu mengingatkannya pada ribuan malam yang telah mereka lewati bersama-sama.
Rinjani
Rinjani sekarang benar-benar resah kalau mas begini.
Kaysan
Coba sekarang adinda pejamkan mata!
Rinjani
Baik, tapi jangan usil.
Kaysan berdehem sambil tersenyum. Rinjani menurut, ia memejamkan mata satu tangannya merangkul lengan Kaysan dengan erat.
Kaysan sama sekali tidak keberatan dengan sikap sang istri. Justru ia senang, karena mereka menanggung beban dari keinginan untuk bahagia.
Kaysan
Seseorang pernah mengetuk pintu rumah Ayahanda, memakai pakaian yang tak biasa ia kenakan, ia tertunduk sambil malu-malu. Sempat menolak pinangan ku atas dasar tak memiliki restu.
Kaysan
Ada yang patah tapi tak berhenti merayu rindu. Banyaknya simpang jalan kala itu, tapi hanya satu jalan menuju restu.
Rinjani masih bergeming. Ia masih larut dengan belaian pelan yang membiarkannya mengingat cerita yang pernah dikisahkannya.
Kaysan
Ada yang membuatnya yakin tentang jalanan yang menanjak dan menurun. Seperti jalanan di pegunungan. Banyak jurang menganga yang siap menceburkannya ke aliran sungai. Membinasakannya tanpa jejak. Tapi lihatlah, tertatih-tatih ia mendaki bukit yang sudah dekat dengan puncaknya.
Mata Rinjani perlahan terbuka saat Kaysan tidak melanjutkan ucapannya. Ia asyik merangkulkan tangannya, memberi sentuhan yang menenangkan. Rinjani menatapnya, dengan senyum samar ia berkata.
Rinjani
"Kuketuk rumahmu dan aku menjadi RATU"
Kaysan
Cerita masa lalu yang ada dalam dirimu. Jadi, jangan meragukan lagi dirimu.
Seulas senyum tulus Kaysan tunjukkan. Membuat Rinjani semakin terpesona memandangi raut wajah suaminya.
Rinjani
Jadi... Rinjani mau mandi, mas Kaysan mau ikut?
Dipan yang malang.
Rinjani
Mas... kenapa mandi di istana tidak bisa leluasa seperti saat mandi di rumah utama?
Kaysan yang baru saja membelit handuk di pinggangnya hanya bisa tersenyum lebar. Ia mendekati Rinjani yang baru saja menyelesaikan tugasnya menyiapkan baju ganti.
Kaysan
Kenapa? Apa karena kamu harus menggunakan gayung lagi? Mau mas pasangkan shower?
Rinjani menggeleng pelan.
Rinjani
Bukan begitu mas. Tapi mandi di istana itu Jani seperti di mata-matai.
Kaysan
Itu kan hanya perasaanmu saja karena belum terbiasa.
Rinjani
Mas yakin? Mas tidak sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak Jani ketahui?
Rinjani
Jani tahu lho... Mas bisa melihat sesuatu yang tak kasat mata!
Kaysan yang sedang menggunakan baju gantinya, tersenyum simpul. Ia mengangguk pelan, kemudian ditariknya tubuh Rinjani ke dalam pangkuannya.
Kemungkinan besar yang ia curigai memang menjadi kenyataan saat sang suami membisikkan kata-kata yang membuat Rinjani menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang suami.
Rinjani
Tuh kan! Sengaja nakut-nakutin biar bisa dipeluk!
Kaysan
Mas tidak membuatmu takut, Dik. Tapi itu kenyataannya. Kita tidak sendiri disini.
Rinjani
Rinjani tahu, tapi mas curang, mas membicarakannya tengah malam! Sudah ah, Jani ngambek, Jani mau menemani Pandu tidur.
Kaysan
Terus mas bagaimana, Dik? Tidur sendiri? Disaat kita sudah resmi menjadi raja dan ratu? Oh... Dik...
Kaysan
Kasihanilah masmu ini.
Rinjani
Tapi mas gak kasian sama Pandu?
Kaysan menggeleng sambil mendekap erat sang istri.
Kaysan
Pandu sudah tidur dengan Mbak Lilah. Sudah minum susu, sudah di beri dongeng sebelum tidur. Jadi apa yang kamu risaukan lagi dik?
Rinjani
Mas! Mas membuatku risau.
Rinjani
BIG NO! Itu hanya akan membuat Jani mandi lagi di malam hari.
Kaysan
Kamu ingat surganya istri ada pada suami kan, Dik? Melayani suami? Melayani raja?
Rinjani mendengus dingin, ia hanya memeluk sang suami sembari menyenderkan kepalanya di dada bidang mas Kaysan.
Rinjani
Kadang-kadang Jani masih tidak percaya sudah sejauh ini kita berjuang mas.
Kaysan
Sudah masanya, Dik. Sekarang kita istirahat. Besok pagi kita masih memiliki kegiatan di istana bersama keluarga lainnya.
Rinjani mengangguk, ia mengecup bibir sang suami sekilas lantas merangkak naik ke atas ranjang.
Rinjani
Aku harap dipan ini masih kuat menghadapi ujian kenakalan mas Kaysan ya.
Kaysan menyeringai senang. Ia merangkak naik, mendekati sang istri lalu mengecup keningnya dengan mesra.
Kaysan
Mas harap juga begitu. Kalaupun dipan ini tidak kuat, mas akan menggantikan dengan spring bed terbaru. Jangan khawatir.
Rinjani dan Dalilah kecil.
Rinjani duduk di ruang tamu di pendopo istana pada pagi hari yang begitu segar.
Sambil tersenyum senang ia mendengar celotehan riang Dalilah tentang hari pertama mereka tinggal di istana. Gadis cantik dengan rambut indah sepundak berwarna hitam yang digelung modern itu terlihat muram.
Dalilah
Ibunda... Lilah gak bisa tidur! Lilah mau tinggal di rumah yang dulu.
Rengek gadis kecil berusia delapan tahun di depannya.
Rinjani
Kenapa gak bisa tidur Mbak? Bunda juga sama, Bunda gak bisa tidur semalaman.
Pancing Rinjani agar sang putri penasaran dengan ucapannya.
Dalilah
Kenapa Ibunda tidak bisa tidur? Apa Ayahanda menganggu Ibunda lagi?
Dalilah menatap sang ibu dengan penuh penasaran.
Rinjani
Iya Ayahanda memang hobinya mengganggu Ibunda. Mbak Lilah nanti malam mau tidur bareng Ayahanda dan Ibunda?
Dalilah
Boleh? Kata Eyang Uti, Lilah harus belajar tidur sendiri. Kata Eyang, Ibunda dan Ayahanda hanya perlu mendongengkan cerita sebelum tidur karena Ayahanda dan Ibunda pasti sibuk.
Celoteh Dalilah dengan polosnya.
Rinjani
Lalu kenapa Mbak Lilah tidak bisa tidur? Ada yang mengganggu?
Dalilah
Pandu tidurnya kayak gasing kesetanan, Bun! Badanku terus dijejak kakinya.
Dalilah
Sekarang Lilah masih ngantuk! Tapi Pandu masih boleh tidur. Sedangkan Lilah sedaritadi sudah disuruh bangun dan bersiap-siap.
Bibir merah muda alami itu cemberut.
Rinjani
Nanti Mbak Lilah boleh tidur siang!
Rinjani
Sekarang Mbak Lilah harus menemani Ibunda dan Ayahanda berkeliling di istana. Mbak juga sudah cantik. Suka sama kebaya yang Ibunda belikan?
Dalilah
Suka, Lilah suka. Tapi Lilah lebih suka pakai celana, Ibunda.
Gadis itu menjawab dengan antusias. Mata bening itu mengerjap saat melirik seseorang yang baru saja datang dari arah belakang Rinjani.
Rinjani
Ibunda juga lebih suka pakai celana. Tapi Mbak Lilah kelihatan tambah cantik kalau pakai kebaya. Apa Ibunda juga cantik?
Kaysan
Kamu slalu cantik, Dik.
Puji Kaysan sambil memegang kedua bahu sang istri. Rinjani menoleh, ia tersenyum manis menyambut sang suami yang baru saja selesai bersiap dengan busana kejawen.
Dalilah
Kenapa Ayahanda memanggil Ibunda dengan panggilan Dik? Ibunda bukan adik Ayahanda.
Tanya Dalilah dengan polosnya. Gadis cantik yang slalu penasaran dengan obrolan kedua orangtuanya.
Rinjani dan Kaysan saling bertatapan. Mereka tersenyum kikuk dan kebingungan mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan sang putri tercinta.
Sedangkan sang putri menatap bingung kedua orangtuanya yang masih membisu.
Dalilah
Kenapa Ayahanda memanggil Ibunda dengan panggilan Dik?
Kaysan tersenyum lebar. Baru kali ini ia kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang sangat mudah untuk dijawab bagi kebanyakan orang.
Tapi baginya itu sulit sekali. Sangat sulit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!