NovelToon NovelToon

Mencintai Calon Kakak Ipar

Kesalahan Cinta

Sinar pagi menerangi kamar mewah di sebuah hotel. Cinta merasa terganggu dengan silaunya cahaya itu. Tangannya meraih sebuah bantal dan menutup matanya. Kepalanya terasa sangat pusing.

Suara gemercik air mengusik indera pendengarannya. Dia mulai membuka pelan-pelan bantal tersebut.

Ini bukan kamarnya, bukan pula kamar hotel tempat dirinya menginap bersama teman-temannya. Ini seperti sebuah kamar mewah yang tidak mungkin dia sewa. Kepalanya mulai menoleh ke arah samping di mana suara air itu berasal.

Dia menurunkan pandangannya ke bagian bawah tubuh.

"Oh no ... shits ... ," rutuknya dalam hati ketika melihat sebagian tubuhnya terbuka daan sebagian lain tertutupi oleh kain selimut berwarna putih.

Dia langsung menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Mencari bajunya tadi malam. Matanya di sipitkan dan mendapati jika semua yang dikenakannya bersebaran di lantai ruangan.

Cinta melangkah berjinjit dan menyeret selimut untuk menutupi tubuhnya. Sekilas dia melihat bercak darah terlihat di seprai itu. Dia mulai memunguti bajunya.

Masih layak di gunakan tapi tidak segitiga pengamannya. Uh ... sudah tidak berbentuk lagi. Dia tidak mengingat kejadian malam itu tapi dia tahu dia melakukan sebuah kesalahan fatal.

Dia sudah memakai pakaiannya lagi. Tapi suara keran mulai sudah tidak terdengar. Cinta mencari tasnya, tapi tidak di temukan. Dia hanya melihat sebuah jas mahal tersampir di sofa.

Dia lalu mengambil jas itu secepat kilat dan meraih sepatu high heelsnya. Dia berlari keluar dari kamar itu dengan kakinya yang telanjang seperti orang gila.

Ketika Cinta sampai di lift, dia sempat melihat bayangan pria yang keluar dari kamar yang dia tadi gunakan. Hanya siluet tubuhnya saja yang terlihat. Lalu bayangan tubuh itu tertutup oleh rapat oleh pintu lift.

Cinta berjongkok dan menangisi kebodohan dirinya. Kehormatannya yang telah di jaganya selama ini hancur dalam satu malam. Dan dia tidak tahu siapa pria itu.

***

Raut wajah cemas terlihat dari para pegawai di perusahaan itu. President direktur yang jarang terlihat kini akan datang untuk melakukan sidak di lantai ini.

Semua pegawai berjejer rapi di depan pintu lift. Tidak terkecuali Cinta, dia berdiri di belakang pegawai lainnya.

Pintu lift mulai terbuka. Aura mencekam mulai terasa. Tidak ada suara yang terdengar sama sekali, bahkan semua pegawai nampak menahan nafas melihat kedatangan President mereka. Dia terkenal bertangan dingin dan sangat arrogant.

Semua orang mulai membungkukkan tubuhnya, tanda hormat.

Suara sepatu pantofelnya bergema di seluruh sudut ruangan. Nampak sepatu berwarna hitam mengkilat itu berjalan mendekat. Mengintimidasi semua karyawan yang ada. Kalau bisa digambarkan suara degub jantung semua karyawan terdengar jelas karena rasa serbuan rasa cemas berlebihan. Cemas, takut melakukan kesalahan yang berakibat pada pemecatan.

Cinta tergelitik ingin melihat wajah bosnya yang galak itu. Dari rumor yang terdengar dia adalah bos yang tampan dan keren hanya saja wajahnya terlihat datar dan dingin. Namun, dia menekan keingintahuannya.

"Perusahaan ini telah membayar kalian lebih dari perusahaan lain. Aku sangat berharap kalian bisa memberikan kemampuan terbaik . Tapi, yang saya dapatkan malah berbeda. Ada beberapa laporan yang salah di kirimkan kepada saya. Siapa yang bertanggung jawab pada laporan pemasaran bulan ini?" kata Crishtian dengan suara berat, pelan tapi tajam.

"Sa- saya, Sir," ucap Cinta gugup. Wajahnya langsung memucat, rona yang biasa terlihat kini hilang seketika. Tenggorokannya tiba-tiba saja mengering.

Semua karyawan lain bergeser agar bos mereka bisa melihat Cinta secara langsung.

"Kau datanglah ke ruanganku lima belas menit lagi dan bawa semua data yang kau butuhkan!" bentak Crishtian dengan suara yang lantang. Pria itu lalu meninggalkan ruangan itu diiringi oleh asisten dan sekretarisnya.

"Baik, Sir," jawab Cinta lirih dan lemas. Matanya mulai memanas. Ini pertama kalinya dia membuat laporan di sini dan dia melakukan kesalahan fatal. Dirinya baru seminggu berada di pusat. Setelah sebelumnya dia bekerja di cabang perusahaan daerah.

Dia merasa tidak melakukan kesalahan dalam laporan itu. Atau mungkin salah prosedur penulisan.

Sepeninggal bosnya, Cinta baru bisa bernafas. Dia memegang dadanya yang berdegub kencang.

"Cinta? Bagaimana bisa kau melakukan kesalahan sefatal ini?" tanya salah seorang manager.

"Maaf Pak, bukankah bapak sudah melihat laporan itu dan menyetujuinya?" tanya Cinta.

Manager itu menggerakkan tangannya di dagunya yang berlipat.

"Kau benar, tapi Tuan Crishtian juga tidak mungkin melakukan kesalahan. Dia orangnya sangat teliti, mungkin ada yang terlewat. Sebaiknya kau datang ke ruangannya saat ini juga sebelum dia datang dan memecat kita semua." Manager itu mendorong pelan tubuh Cinta.

Cinta serta merta menghampiri biliknya, mengambil beberapa dokumen penting. Beberapa karyawan wanita lain sangat menyukai ketidak berdayaannya kali ini. Dia itu bagai dewi yang menyihir mata pria agar terpesona padanya. Belum juga satu minggu berada di sini tapi dia sudah mendapat tugas penting yaitu membuat laporan mingguan untuk President Direktur Perusahaan. Siapa yang tidak dengki dan iri melihatnya.

"Sok kepinteran sih elo! Makanya nemuin akibatnya sekarang," kata salah seorang karyawati.

"Palingan juga nanti ada yang dipecat lagi hari ini, iyakan teman-teman?" imbuh salah seorang karyawati lainnya.

Cinta hanya diam mengambil dokumen itu dan berlalu pergi. Jika boleh dia meminta, dia ingin di tempatkan di cabang saja. Di sana dia sudah menganggap semuanya sebagai keluarga. Dan di pusat semua orang bersaing sangat ketat. Banyak toxic berseliweran di mana-mana.

Cinta mengambil nafas dalam-dalam sebelum keluar dari pintu lift. Dia menegakkan tubuhnya dan berjalan seanggun mungkin. Membuat semua mata menatapnya penuh kagum.

Seorang wanita indo dengan rambut berwarna pirang datang menghampiri. Dia memakai celana panjang dan blazer berwarna kuning gading

"Nona Cinta Aurora anda ditunggu oleh Tuan Crishtian di dalam ruangannya." Wanita itu berjalan anggun di depannya mengarahkannya ke salah satu ruangan. Ruangan tertutup dengan pintu dari kayu jati yang besar.

"Silahkan masuk ke dalam, Nona," ucap wanita itu sembari tersenyum devil. Senyuman yang mengejek dan menghina. Wanita itu kembali ke mejanya.

Dada Cinta berdegub dengan kencangnya karena gugup, rasa panas dan keringat mulai keluar dari tubuhnya. Sejenak dia menenangkan diri dan membenahi penampilannya sebelum memutar knop pintu ruangan.

Knop pintu mulai di putarnya pelan. Agar tidak terdengar. Sekretaris tadi tersenyum lucu melihat tingkah Cinta.

Pintu ruangan mulai terbuka sedikit, karena rasa gugupnya satu kakinya menyelip kaki lainnya. Akhirnya dia terjatuh ke lantai dengan posisi kepala masuk terlebih dahulu.

"Aww ... ." Cinta menggosok pelan pantatnya yang sakit.

"Bisakah kau mengerjakan sesuatu dengan baik Nona Cinta? Bahkan untuk berjalan benar pun kau tidak bisa!" seru seseorang dari balik meja besar.

***

Komen untuk karya terbaruku yah...

beri semangat dan like nya bila kalian suka.

Crishtian

Cinta berusaha untuk berdiri tegap. Walau pinggulnya sedikit terasa sakit akibat jatuh tadi. Dia mengusap lembut pinggulnya. Sembari menggigit bibirnya.

"Bisakah kau melakukan sesuatu dengan benar Nona Cinta? Bahkan untuk berjalan benar pun kau tidak bisa," ejek President direktur.

Pria itu terlihat menarik, bahkan sangat menarik. Tubuhnya terlihat tinggi walau dia sedang dalam keadaan duduk. Jas berwarna biru tua itu berpadu dengan kemeja putih, melekat apik di tubuhnya. Dan rambut berwarna cokelat tertata rapi dikepalanya. Dan mata hitam itu menatapnya tajam. Membuat Cinta gugup setengah mati.

"Maaf pak, mungkin aku terlalu gugup bertemu dengan anda," jawab Cinta sekenanya. Ada sedikit senyuman samar yang tidak terlihat dari bibir merah pria itu.

Penampilannya tidak se menyeramkan yang dikatakan orang. Dia pria tampan, maskulin dan keren. Itu yang pertama ada di benak Cinta. Ini tidak se mengerikan yang mereka katakan.

"Silahkan duduk," kata Crishtian. Dia lalu membuka kacamatanya dan meletakkannya di meja. Cinta duduk di hadapan pria itu dengan gugup. Dia melupakan sakit di pinggangnya dan berusaha agar fokus.

"Saya kemari untuk melihat di mana kesalahan saya dalam membuat laporan itu, nanti akan saya benahi lagi dengan sebaik-baiknya," kata Cinta. Sejenak bau parfum pria itu masuk ke dalam hidungnya. Dia seperti mengenal bau itu. Bau kayu-kayuan, yang membuat pria terlihat lebih maskulin dan menambah gairah. Oh, pikiran gila apa ini? batin Cinta.

Pria berpakaian hitam itu membenarkan letak jam tangan mewah miliknya ber-merk Tag heuer dengan satu tangannya yang lain. Jam tangan berwarna hitam itu sangat serasi dengan kulit tangannya yang putih dan bersih.

Kenapa terlihat menarik? Batin Cinta lagi. Otaknya sepertinya butuh reparasi. Dia tidak pernah tertarik pada pria sebelumnya. Namun pembawaan pria itu begitu menarik.

Tampan, rupawan dan hartawan adalah perpaduan berbahaya yang dimiliki seorang pria dan dia harus menjauhinya.

"Nama saya Cinta Aurora. Saya yang membuat laporan tadi Tuan," kata Cinta melirihkan kalimat terakhirnya.

"Apa laporan itu tidak dicek oleh direktur bagianmu sebelum sampai di mejaku?" tanya Crishtian bersandar di kursi kebesaran dengan melipat tangan di dadanya.

"Sudah, tapi menurutnya saya sudah benar," jawab Cinta cepat.

"Berarti kesalahan itu ada pada diriku?" bentak Crishtian tajam. Wajah Cinta memucat.

"Bukan seperti itu hanya saja ... .'' Cinta menghentikan kata-katanya.

Crishtian masih menatap lekat padanya. Seperti seorang singa yang siap memangsa. Cinta yang melihat itu bertambah gugup. Berkali-kali dia menelan salivanya. Tenggorokannya kering seketika dan dadanya berdegub dengan kencang karena takut.

"Hanya saja aku tidak mengerti di mana kesalahanku," jawab Cinta sekenanya.

"Lalu untuk apa aku membayarmu mahal jika kau sendiri tidak mengerti kesalahanmu!" kata Christian tajam.

Cinta membasahi bibirnya yang tiba-tiba terasa kering. Satu tangannya menyibak rambutnya yang panjang ke belakang. Memperlihatkan lehernya yang putih dan jenjang. Rasa panas akibat pertanyaan yang di keluarkan oleh Crishtian membuat dinginnya AC di ruangan ini tidak terasa.

"Saya akan memperbaikinya jika anda mau menunjukkan di mana letak kesalahannya karena saya tidak tahu di mana kesalahan saya, Tuan," ucap Cinta.

Jari tangan Crishtian yang panjang dan lentik mengetuk meja bergantian. Seirama dengan detakkan jantung Cinta.

"Aku yang bosnya atau kau?" sudut Cristian.

"Anda bosnya." Tenggorokan Cinta terasa tercekat.

.

"Kalau begitu temukan kesalahanmu dan perbaiki itu, aku beri waktu padamu satu hari ini. Laporan itu harus ada di mejaku besok pagi."

"Baik pak," jawab Cinta.

"Kalau begitu kerjakan sekarang juga," bentak Crishtian.

Cinta langsung berdiri tegap. Tanpa sadar dia menjatuhkan dokumen yang ada di pangkuannya. Wajahnya memutih seketika, bingung.

Dia berjongkok untuk mengambil kembali dokumen itu. Sejenak dia memberanikan diri menengadahkan kepalanya melihat ke arah Crishtian.

Pria itu melihat ke arahnya dengan salah satu jari mengusap dagunya. Menatap geli pada Cinta yang terlihat begitu panik.

"Ma-maaf pak," kata Cinta tergagap.

"Silahkan Nona Cinta, anda masih mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan tugasmu," sindir pria itu.

Mendengar hal itu Cinta mendengus kasar. Dengan cepat dia mengambil dokumen itu secara serampangan. Dia lalu pamit keluar kepada Crishtian.

"Sial ... sial ... sial ... ." rutuk Cinta sepanjang jalan. Dia lalu masuk ke lift dan kembali lagi ke lantai tempatnya bekerja.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun Cinta masih saja larut dengan pekerjaannya. Hingga sebuah sentuhan di bahunya membuat terkejut. Dia menoleh dan mendapati sahabatnya Ardi sedang berada di sampingnya.

"Kita pulang, ini sudah malam." Ardi menunjuk pada jam di dinding.

Cinta terkejut kalau jam kerjanya sudah melampaui jam lembur. Dia mengusap mukanya kasar. Laporan ini belum selesai dibuatnya lagi. Masih banyak data yang belum dia masukkan ke dalam laporannya. Ingin dia menangis keras.

"Hu ... hu ... ." Cinta menangis keras.

"Kita bisa menyelesaikannya besok lagi!" bujuk Ardi.

"Bos ingin laporan ini ada di mejanya besok pagi," jawab Cinta.

"Cup ... cup ... ." Ardi menepuk lembut punggung Cinta. "Kita pulang terlebih dahulu, setelah kita makan dan membersihkan diri aku akan ke tempatmu, untuk membantu menyelesaikan pekerjaan ini bersama." Wajah Cinta berubah sumringah dia memeluk Ardi senang.

"Terima kasih," kata Cinta senang. Dia lalu membenahi semua dokumen itu dan mengambil tasnya. Mereka lalu berjalan menuju lift.

Sesampainya di bawah mereka bertemu dengan Crishtian yang sedang berjalan keluar dari lift pula. Cinta langsung menarik lengan baju Ardi dan menunduk bersama memberi hormat pada Bos mereka.

Muka Crishtian terlihat dingin dan datar dia berjalan saja melewati mereka berdua. Seolah tidak menganggap mereka itu ada.

Cinta melayangkan tinjunya ke arah Crishtian. Tidak sadar jika kelakuannya terlihat di bayangan kaca. Ardi menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Kau bawa mobil sendiri?" tanya Ardi.

"Mobil itu biar kutinggal di sini. Aku mau pulang naik motor bersamamu,'' pinta Cinta.

"Baiklah Tuan Putri," kata Ardi menggandeng tangan Cinta hingga ke tempat parkiran. Cinta lalu membonceng motor ninja milik Ardi. Roknya tersingkap ke atas pahanya. Ardi lalu memberikan jaket miliknya untuk menutupi paha Cinta. Mereka berpelukan melewati sebuah mobil mewah milik bosnya. Sekilas mereka nampak bagai sepasang kekasih yang sedang di madu cinta.

Sesampainya di rumah Cinta di sambut dengan pandangan tidak menyenangkan dari ibunya.

"Kau pulang terlambat hari ini?" tanya Bella, kakaknya.

"Aku ... .'' Cinta terdiam ketika ibunya mulai bersuara.

"Kau keluar bersama Ardi tadi?" tanya Riska, ibu Cinta.

"Aku hanya ... ."

"Kau itu anak perempuan. Seharusnya bisa menjaga dirimu dan nama baik keluarga ini. Contoh kakakmu. Dia selalu pulang tepat waktu. Dan tidak pernah terlihat pergi bersama sembarang pria." Nasihat Ibunya dengan nada tinggi.

"Kakak ... kakak selalu tentang dia yang terbaik. Aku sendiri selalu disalahkan dan tidak pernah di anggap." Cinta berteriak dalam hati.

"Sudahlah Bu, dia baru pulang bekerja," kata ayahnya.

"Kau selalu membelanya, dia itu anak perempuan harus dididik dengan baik. Agar tidak sama kelakuan," ibunya terdiam ketika melihat ayahnya menatapnya tajam.

"Kau urus saja anakmu itu?" kata Rizka kesal meninggalkan mereka semua.

"Memang aku bukan anakmu ibu? Kau selalu berkata aku anak ayah tanpa pernah berkata kalau 'aku anakmu','' tangis Cinta dalam hati.

Permainan Cinta

Cinta memandang foto kebersamaan keluarga di kamarnya. Semua foto itu menggambarkan jelas jika ibu hanya perhatian dengan Bella saja, tidak dirinya. Tidak ada pelukan hangat yang ibu berikan untuknya, hanya ayah yang selalu berdiri di sampingnya. Sedangkan ibu selalu memeluk Bella dengan erat, seolah dia takut kehilangannya.

Cinta menghembuskan nafas berat. Satu buliran bening jatuh ke melewati pipinya. Sebuah ketukan di pintu mengagetkannya. Bella masuk dan berjalan mendekatinya.

Dia selalu berpenampilan bagaikan putri kecantikan. Anggun, cantik dan menarik. Tidak pernah ada kekurangan pada dirinya. Dia juga begitu baik. Selalu merangkulnya setiap saat. Bahkan dia rela menjadi perisai di saat ibu ingin memukulnya karena sebuah kesalahan.

"Bagaimana harimu di tempat kerja," tanya Bella.

"Buruk, Kak. Bosku itu super galak dan menyebalkan. Dia menyuruhku mengganti totak semua laporan keuangan yang kubuat. Jika dia mengatakan dimana kesalahanku mungkin aku hanya membenahi sebagian laporannya tapi dia ingin aku mencari sendiri kesalahanku. Dan hebatnya dia hanya memberiku waktu satu hari saja untuk menyelesaikan semuanya. Dasar manusia tidak berperasaan ... .'' Cinta menendang udara di sekitarnya.

"Sabar adikku cantik. Andaikata kau mau bekerja di perusahaan ayah, kau pasti tidak akan bernasib seperti ini. Di sana kau bisa memilih posisi mana yang kau inginkan. Kau malah memilih ikut bekerja bersama Ardi, di mana kau meniti karir dari awal di sana," kata Bella yang berbaring di kasur Cinta.

Cinta duduk di sebelah Bella. " Kak, aku hanya ingin membuktikan pada semua bahwa aku bisa membanggakan semuanya dengan pencapaianku sendiri tanpa embel-embel batuan dari siapapun. Lagian kau sendiri sudah bekerja di sana. Dan kinerjamu sangat di sukai ayah," terang Cinta.

"Dan kau tidak nyaman jika dibandingkan dengan aku," ucap Bella mengetahui hati adiknya.

Cinta langsung menutupi kesedihannya. "Kakak tahu jika aku suka hal menantang maka dari itu aku memilih perusahaan otomotif itu sebagai tempat pijakan pertama karirku, hanya aku sangat membenci tingkah arogan bosku itu," kata Cinta.

"Kalau begitu buat dia tunduk di hadapanmu," kata Bella.

"Ih ... .'' tanggap Cinta.

"Kenapa? Maksudku buat dia terpukau dengan hasil kerjamu," jelas Bella.

"Kau benar aku akan membuatnya bertekuk lutut di hadapanku," Cinta mengepalkan tangannya.

"Kak, calon suamimu katanya akan datang ke mari?" tanya Cinta teringat cerita Bella tentang pacar yang selalu dia sembunyikan selama ini.

"Yah, dia akan kemari untuk melamarku," cerita Bella. Matanya berbinar-binar bahagia.

"Kau sudah memberitahu ayah dan ibu?" tanya Cinta antusias.

"Sudah dan ibu sangat bahagia mendengarnya. Dia adalah pria idaman semua wanita, tampan, kaya dan mapan. Hanya saja dia workaholic itu yang menyebabkan kami jarang bertemu."

"Siapa namanya, kak? Selama ini kau menyembunyikannya dariku," tanya Cinta antusias.

"Aku memanggilnya Crish," kata Bella.

"Aku berharap dia bukan Crishtian, bosku yang galak itu," gumam Cinta pelan.

"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Bella.

"Tidak, Kak." Cinta mengambil handuk hendak pergi mandi.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Bella langsung mengambil dan memencet tombol hijau.

"Cinta aku sudah menunggumu di bawah," kata Ardi dari balik telephon. Cinta sendiri berkacak pinggang melihat tingkah kakaknya.

"Ini aku," kata Bella. "Kalian baru saja pulang bersama apakah kau tidak bosan melihatnya setiap waktu hingga ingin berkencan di malam hari."

"Eh ... Nona Bella. Saya hanya ingin membantu menyelesaikan tugasnya," kata Ardi namun handphone itu segera di rebut oleh Cinta.

"Tunggu aku di teras bawah. Sekalian bawakan aku kopi dan roti manis isi keju," perintah Cinta.

Dia lalu mematikan handphonenya.

"Kalian pasangan yang serasi," ujar Bella.

"Kami hanya berteman baik," kata Cinta.

"Dia seperti menyukaimu. Jika kalian saling cinta aku akan mendukungnya. Walau ibu akan menentang karena status kita berbeda dengannya," kata Bella. Ardi adalah anak pembantu mereka. Ardi tinggal bersama ibunya di rumah belakang. Rumah khusus para pelayan.

"Kami sudah berteman dari kecik, Kak. Aku sendiri menganggapnya sebagai saudara saja," kata Cinta berjalan memasuki kamar mandi.

"Kak, kapan calon suamimu akan melamarmu?" tanya Cinta melongok dari pintu kamar mandi.

"Besok malam dia akan kemari," jawab Bella.

"Dia pasti seperti pangeran karena kau seperti putri raja," teriak Cinta dari balik kamar mandi.

"Yah, dia seperti pangeran bagiku dan kau pasti akan terpukau melihatnya. Tapi aku beri kau ultimatum untuk tidak dekat dengannya?" kata Bella mengambil handphonenya dan memandang wajah pria dia balik layar itu.

"Kenapa apa kau takut aku merusuh di acaramu yang spesial itu?" tanya Cinta.

"Aku takut kau akan tergila-gila dengannya," canda Bella.

"Aku tidak suka pangeran, Kak. Mereka pasti punya banyak selir di sisi mereka. Aku mau pria yang hanya untukku saja," kata Cinta keluar dari kamar mandi dengan memakai bathrobe.

"Kapan kau mandi, kilat sekali?" tanya Bella.

"Yang penting sudah pakai sabun dan disiram air. Aku sudah tidak punya waktu lagi, aku harus menyelesaikan tugas dari pak bos galak. Jika tidak aku akan dipecat besok pagi buta," kata Cinta.

"Apa dia masih muda?" tanya Bella.

''Humm..."

"Tampan?"

"Sedikit hanya saja garis mukanya yang keras dan aneh membuatku tidak suka," kata Cinta.

"Aneh?" Bella mengernyitkan dahi.

"Aneh, dia itu seperti kekuatan magis yang membuat semua orang menunduk dihadapannya," Cinta memakai baju di hadapan Bella tanpa malu.

"Dan kau salah satunya?" tanya Bella.

"Aku sangat membenci pengaruh itu? Ingin rasanya kubalik keadaannya," kata Cinta.

"Kau ingin menundukkannya? Caranya adalah membuat dia jatuh cinta?" kata Bella tersenyum.

"Amit-amit aku dekat dengannya, aku hanya ingin meruntuhkan kesombongannya saja, Kak."

"Awas kau bisa terjebak di dalamnya," ungkap Bella.

''Dia yang akan terjebak dengan pesonaku, seorang Cinta bisa membuat semua pria menunduk padanya," bisik Cinta di telinga Bella.

"Aku percaya itu, kau itu cantik, pintar dan menarik hati siapa saja yang memandang," jawab Bella.

"Sayangnya belum ada satu pria pun yang menarik perhatianku," kata Cinta menyisir rambutnya.

"Aku kira bosmu itu sudah menarik perhatianmu," Bella memainkan kedua alisnya.

"Amit-amit tujuh turunan deh, Kak" kata Cinta.

"Hati-hati dengan kata-katamu, bisa berbalik nantinya.''

"Aku tidak akan membiarkan pria seperti itu masuk ke duniaku. Aku pasti gila bila jatuh cinta padanya. Lebih baik aku hidup bersama Ardi dari pada menikahinya," jawab Cinta pergi meninggalkan kakaknya sendiri di kamar.

"Takdir kita siapa yang tahu, Cinta?" kata Bella tersenyum.

"Dan aku akan menentang takdirku," teriaknya menutup pintu. Bella menggelengkan kepalanya.

Tiba-tiba terdengar nada panggilan dari handphonenya.

"Hallo, sayang maaf baru menghubungimu sekarang," kata suara dari balik layar telephon.

... "Aku baru saja mau menghubungimu, hanya saja aku baru saja berbincang dengan adikku," jawab Bella.

"Adikmu, harimu hanya berkisar tentang adikmu saja."

... "Karena hanya dia satu-satunya adik yang kumiliki. Crishtian, kau jadi datang kemari besok? Jika kau tidak bisa tidak apa-apa?"

"Aku akan melamarmu besok, sudah setahun kita bersama namun aku baru mau bertemu keluargamu, besok. Maaf ...."

..."Aku tahu kau tidak ingin membuatku dalam masalah, jika mereka tahu aku adalah calon istrimu maka banyak wartawan yang mencariku dan kau berusaha melindungi privasiku, aku bisa memahaminya."

"Gadis pintar, hanya kau satu-satunya wanita yang mengerti diriku dan kesibukanku," kata Crishtian.

"Aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu," kata Bella.

"Dan kau selalu menjadi yang terbaik," jawab Crishtian. "Aku masih ada pekerjaan besok kita sambung lagi dipertemuan itu."

Pria itu lalu menutup panggilannya.

''Semoga aku menjadi satu-satunya orang yang kau cinta," monolog Bella.

Mereka semua tidak tahu jika takdir bisa begitu kejam mempermainkan hidup. Cerita akan di mulai dari sini. Tentang Cinta empat manusia yang saling terhubung satu sama lain. Cinta, Crishtian, Bella dan Ardi.

Hanya ketulusan hati yang akan memenangkannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!