Perkenalan Cast
Embun Puspita Nala a.k Wendy Gilbert (19 Tahun)
Mahasiswi cantik, polos, lugu, mandiri, pandai berkelahi, mengidap penyakit yang masih dirahasiakan. Tidak pernah menjalin hubungan cinta dengan seorang laki-laki sebelumnya.
Joshua Bram (27 Tahun)
Bisnisman muda sukses, Tempramental, kejam, berhati dingin, tidak percaya dengan cinta, hobi bermain dengan wanita. Seorang Mafia, Bos Gangster penyelundup barang ilegal.
Arnando Putra Darmawan (19 Tahun)
Mahasiswa tampan, paling populer di Kampusnya karena anak seorang Wakil Rektor. Adik tingkat Embun di Kampus, baik, lembut, perhatian, namun memiliki sifat playboy dan menjadi idaman teman-teman kampusnya.
...Happy Reading...
“Selamat datang, boleh saya tulis pesanan anda?”
Embun Puspita Nala, gadis cantik berkulit putih dengan paras ayu dan senyuman manisnya. Merupakan seorang Mahasiswi di Universitas Internasional Maharaja semester akhir Fakultas Sastra.
Dia cukup cerdas, karena mampu berkuliah dengan beasiswa yang didapatnya. Sangat menyukai puisi, terlebih puisi roman tentang percintaan.
Sejak kecil begitu mengagumi sosok Peterpan dalam kisah Neverland. Dia selalu berharap mengalami kisah cinta yang bahagia, seperti kisah dongeng.
Saat ini Embun tengah melakukan pekerjaan paruh waktu yang sering ia lakukan di sela kegiatan Kampusnya.
Sebagai seorang anak dari keluarga yang pas-pasan, Embun harus menjalani kehidupan yang cukup keras di Ibu Kota. Tetapi ia selalu menjalaninya dengan banyak bersyukur.
Embun bukan gadis yang mudah mengeluh, ia banyak menjadi panutan teman-temannya di Kampus. Selain sifatnya yang ceria, Embun juga sangat baik pada siapapun.
Ayahnya merupakan mantan anggota Polisi, namun beliau harus pensiun dini dikarenakan kecelakaan yang menimpanya. Kecelakaan tersebut membuat kedua kaki beliau tak lagi bisa di gerakan alias lumpuh.
“Mbak, saya pesan americano ice nya satu. Di tambah kue bolu nya juga ya satu."
Lamunan Embun buyar, ketika seorang gadis memesan minuman dan makanan padanya. Segera mungkin Embun mencatat pesanan pelanggannya tersebut.
“Baik, nanti saya akan memanggil anda jika sudah jadi pesanannya. Silahkan menunggu disana.”
Setelah memberikan mesin pemanggil otomatis, Embun bergegas kebelakang untuk menyiapkan pesanan tersebut.
Kedua tangannya bergerak cukup lincah, Embun memang sudah lama menekuni kerja paruh waktu di banyak Cafe. Karena itulah, ia sudah cukup mahir dalam membuat atau meracik berbagai minuman.
Setelah beberapa menit, pesanan Nona berbaju merah itu selesai. Embun segera memanggilnya dengan alat otomatis yang menjadi fasilitas di Cafe tersebut.
Tak lama, gadis itu pun datang. Dengan senyuman ramah, Embun memberikan nampan pesanannya.
"Selamat menikmati makanannya"
"Terima kasih Mbak"
"Sama-sama" balas Embun dengan senang hati.
Embun tampak bahagia melihat senyuman yang ada di wajah para pembelinya.
Seseorang memperhatikan Embun dari meja sebelah. Entahlah, senyuman Embun memang seperti racun yang menular.
"BUBUN!" panggilnya.
Embun menoleh, dia melihat teman prianya tengah mengangkat tangan kanannya sembari mengepal.
"Semangat!" ujarnya tanpa suara.
Embun tersenyum, ia membalas hal yang sama seperti yang Bagas lakukan.
Tak berselang lama pintu kembali terbuka, Embun segera merapikan celemek nya lalu menyapa seorang gadis yang berjalan kearahnya.
“Selamat datang di Strawberry Cafe, boleh saya tulis pesanan anda?”
Gadis itu hendak menjawab, namun ekspresi wajahnya berubah syok ketika melihat Embun.
“Embun? Ini kamu kan? Astaga, apa kabar Bun?" gadis itu mengenalnya.
Namun Embun seolah tidak mengingat sama sekali, siapa gadis tersebut.
Embun mengernyit. "Saya baik, em... ada yang bisa saya bantu?"
“Bun, kamu lupa ya sama aku? Aku Derin, teman SMP kamu dulu.”
Entah apa yang dikatakan oleh Derin, namun Embun tetap tidak bisa mengingat satu hal pun tentang gadis itu.
Tanpa mereka ketahui, ada seorang pria yang tampak mencurigakan. Ia duduk di meja paling pojok, ditangannya terdapat kamera yang jelas-jelas diarahkan kepada Embun.
Ketika Embun tengah sibuk membuat pesanan Derin, diam-diam gadis itu menoleh kearah pria misterius tersebut. Tatapannya seolah memberi kode, yang langsung dimengerti oleh si pria.
"Nah silahkan!" ujar Embun.
Derin menerima minuman yang ia pesan, gadis itu memberikan uang kepada Embun. Tanpa berbincang banyak, Derin segera berpamitan pergi.
"Yaudah aku pulang dulu ya Bun"
"Iya Mbak, hati-hati dijalan ya" balas Embun.
Setelah Derin pergi, Embun hendak membantu Bagas untuk membersihkan meja. Namun suara notifikasi dari ponselnya, membuatnya menoleh.
Sebuah pesan WA dari orang yang bernama ‘Arnando’, tapi sepertinya Embun sengaja mengabaikannya. Ia lebih memilih untuk membantu Bagas membersihkan meja.
...***...
Derin berjalan dengan terburu-buru, ia menghampiri seorang pria yang sudah menunggunya di sebelah Cafe Strawberry.
“Hei kamu, sini buruan!"
Pria itu menoleh, wajahnya tampak gusar. Ia tau Derin pasti akan mengomelinya.
“Mana fotonya?! Dasar, di suruh ambil gambar aja hampir ketahuan! Kalau sampai target sadar sedang di intai gimana?”
Benar bukan dugaannya, Derin pasti mengamuk padanya.
“Iya iya. Maaf Bos, yang penting kan aku udah dapat gambar gadis yang Bos maksud."
“Yasudah! Mana kameranya?"
Pria itu memberikan ini bayaran mu, buruan sana pergi!"
Kemudian Derin mengambil amplop coklat yang berisi uang dan segera memberikannya, tak menunggu waktu lama pria asing itu pun berjalan pergi sembari mengenakan penutup jaketnya.
...***...
Disebuah rumah megah yang berada di pusat kota Los Angeles, Amerika. Seorang pria tengah menaiki tangga dengan tergesa-gesa, kemudian ia langsung mengetuk pintu dihadapannya tersebut.
Tok! Tok! Tok!
“Josh, ini aku Lucas, tolong buka! Ada informasi penting yang harus kamu tahu” teriaknya dari luar.
Tidak ada sahutan dari dalam, namun tak berselang lama. Pintu itu terbuka, menampilkan sosok pria muda berwajah maskulin dengan tatapan yang dingin.
Lucas hanya bisa menggelengkan kepala, melihat Bosnya sedang dalam keadaan berantakan. Pria itu hanya memakai celana pendek sebatas lutut, rambut blondenya pun terlihat acak-acakan.
Dia menatap tajam kearah Lucas, pemuda itu tengah mencuri-curi pandang ke arah belakangnya.
"Kamu perlu apa, sampai harus mengganggu ku?" tanyanya datar.
Lucas tersenyum. "Maaf Josh, aku membawakan informasi tentang gadis yang selama ini kamu cari, ini tentang Wendy." ujarnya.
"Wendy?"
"Iya, aku sudah menemukan keberadaanya. Ini foto-fotonya."
“Berikan padaku!”
Lucas memberikan beberapa lembar kertas yang berisikan informasi lengkap tentang seorang gadis bernama ‘Wendy Gilbert’ , tak lupa ia juga menyelipkan sebuah foto gadis muda yang sudah dicetaknya.
“Kau tau, selama 3 bulan aku mengawasinya seorang diri. Dan aku berani yakin, jika gadis ini adalah adik kandung Peter.”
Joshua Bram mengamati semua laporan yang sudah dirangkum oleh Lucas sendiri, ia membaca satu persatu informasi tentang gadis tersebut.
Pemuda itu tersenyum seringai, ia merasa puas dengan informasi yang diberikan Lucas. Sudah bertahun-tahun ia mencari keberadaan Gilbert bersaudara itu. Dan kini ia mendapatkan sang adik yang akan sangat berguna untuk pembalasan dendamnya.
Dia melirik Lucas. “Kamu yakin, benar gadis ini orangnya?”
Lucas mengangguk dengan mantap. "Aku berani menjaminnya!"
Joshua kembali mengamatinya, seorang gadis dengan wajah yang tampak lugu. Tengah bekerja di sebuah kedai minuman.
"Menarik! Kurasa dia cukup cantik"
Lucas hanya membalasnya dengan anggukan.
“Oke, tetap awasi dia apapun yang terjadi! ”
"Baik Josh."
"Siapkan penerbangan setelah meeting ku minggu depan, aku akan segera pergi ke Jakarta untuk menemuinya"
Sekali lagi, Lucas hanya mengangguk patuh dan segera melakukan perintah bosnya tersebut. Setelah keperluannya selesai, Lucas berpamitan untuk keluar dari ruangan tersebut.
"Kalau begitu, aku pergi dulu"
"Hm" balas Joshua.
Joshua menoleh kebelakang, Nathalie tersenyum lembut. Joshua kembali menghampirinya untuk melakukan aktifitas mereka yang sempat tertunda.
To be continued....
Halo Readerku tercinta ❤️
Semoga kalian suka dengan ceritaku ya, jangan lupa klik Favorit biar gak ketinggalan ceritanya.
Tinggalkan Like, Komen dan Subscribe ya. Terima kasih ❤️
Para pria bertubuh kekar terlihat berdiri tegas di area depan sebuah gedung pencakar langit. Di ketahui pada gedung itu tengah di selenggarakan sebuah acara pernikahan. Bukan sembarang acara, tapi acara itu adalah pernikahan dari seorang pengusaha sukses di kota X.
"Woah, lihat dia!"
"Dia siapa ? Sepertinya aku mengenalnya?"
"Tampan sekali dia"
"Iya-iya, tampan sekali aslinya dari pada di TV!"
"Ya ampun, benar-benar keren!"
Beberapa teriakan dan histeris para wanita langsung terdengar.
Joshua Bram, keluar dengan santai dari dalam mobilnya. Sepertinya dia hendak menghadiri pesta pernikahan teman lamanya.
Mungkin memang benar, jika dia memiliki rupa yang begitu dan dan juga menawan. Namun jangan sampai kita tertipu dengan wajahnya.
Joshua Bram merupakan seorang pimpinan pada sebuah Mafia yang terkenal di China. Bahkan tak ada polisi yang bisa menyentuhnya.
Dia juga disegani oleh beberapa pemimpin tinggi di Indonesia. Dikarenakan Ayahnya memang sangat terpandang dalam bisnisnya.
Sejauh ini hanya segelintir orang yang berani berurusan dengan Joshua.
"Silahkan Tuan"
Seorang pria paruh baya menghampirinya serta menyapanya dengan ramah.
"Tuan Bram, selamat datang kembali di Indonesia." Sapanya dengan ramah. "Silahkan masuk, Tuan Raynaldi sudah menunggu kehadiran Tuan didalam." Lanjutnya.
Pak Deni merupakan asisten pribadi Direktur Raynaldi. Dia sangat mengenal sekali seorang Joshua Bram.
Terlihat seorang pengawal tengah berdiri dengan mata yang siaga dibelakang Joshua, dia sangat berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tiba-tiba saja bisa menyerang majikannya.
"Tuan Bram, kenapa kamu meninggalkanku sendiri?
Seorang gadis berlari dari arah belakang serta tiba-tiba mengalungkan tangannya pada lengan Joshua.
Joshua menoleh sekilas dan hanya tersenyum tipis pada gadis tersebut.
Maura —seorang model cantik kelas atas itupun berhasil Joshua dapatkan hanya untuk di ajak menjadi pasangannya malam ini.
"Kamu lupa jika membawa pasangan?"
"Tidak, aku hanya lupa tidak membukakan pintu untukmu" balas Joshua datar.
"Kamu snagat buru-buru, sampai melupakan kehadiranku"
Joshua tidak membalas, dia sangat malas menghadapi sikap Maura yang terlalu berlebihna itu.
Dia kembali menatap Pak Deni yang juga sedang melihatnya dengan tatapan selidik. Maura mengikuti arah pandangan Joshua, gadis itu kemudian tersenyum kearah Pak Deni dan menyapanya.
‘Selamat malam Pak”
“Selamat malam juga Pak Deni”
Pak Deni begitu takjub melihat kecantikan Maura secara langsung, karena selama ini ia hanya bisa melihatnya dari layar Tv saja.
Tidak disangka Maura bisa menggandengnya ke acara putrinya.
Entah kejutan apalagi yang akan diberikan oleh seorang Joshua Bram setelah ini.
“Tidak disangka, malam ini anda menjadi pasangan Tuan Bram.”
Gadis itu merekatkan tubuhnya pada Joshua, seolah ia tak ingin terlepas dari pria disampingnya. Ia ingin menunjukkan pada dunia jika malam ini, pemuda tersebut adalah miliknya.
"Iya, malam ini dia adalah milikku, dan tidak ada yang boleh menyentuhnya selain aku."
Joshua hanya tersenyum miring mendengar ocehan Maura yang membuatnya memuakkan tersebut.
“Tentu Nona, kalian adalah pasangan yang sangat serasi malam ini” puji Pak Deni.
Belum selesai mereka mengobrol, seorang pria tiba-tiba memanggil nama Joshua dan menghampirinya.
“Josh!”
Ketiganya menoleh, Joshua mendesah pelan. Ternyata itu hanya Ryan, tangan kanannya yang berasal asli dari Indonesia.
“Josh, aku ada informasi penting!"
“Informasi apa?”
“Tentang gadis yang difoto”
Joshua mendelik, ia langsung mendekatkan wajahnya pada Ryan. Agar Ryan membisikkannya dengan pelan-pelan.
Ryan yang paham, sontak membisikan sesuatu yang membuat Joshua terkejut.
"Gadis itu ada disini, aku tadi melihatnya baru datang"
Joshua menatap. “Kamu serius?”
Dengan sangat yakin, Ryan Kembali mengangguk. Joshua tersenyum, kemudian ia kembali membisikkan sesuatu pada Ryan.
Dari reaksi wajah Ryan, pemuda itu sedikit kaget dengan rencana yang akan dilakukan Joshua. namun karena ia hanya bawahan, ia tidak menyetujui perintah Ben.
“Baik, akan aku lakukan”
"Kerja bagus"
Maura yang sedari tadi di samping Joshua, tentu merasa bosan karena diabaikan. Namun ia tidak berani menyela . Karena kalau Joshua sudah marah, ia akan sangat menyeramkan.
Disisi lain, Embun dan dua temannya tengah menikmati jamuan yang disajikan sepupu Karin. Apalagi makanan yang tersaji sangat menggiurkan mata para tamu untuk segera menyantapnya.
"Sepupu kamu orang yang kaya ya Rin" Mila terlihat paling antusias, mata sipitnya terlihat lucu karena membelalak.
"Iya, aku sendiri juga baru tau kalau Om Ray ternyata sekaya ini" balas Karin.
Embun hanya tersenyum menanggapi dua sahabatnya tersebut, ia lebih focus pada area dansa yang memperlihatkan beberapa pasangan tengah berdansa bersama.
“Bun, gak mau minum?” tanya Karin.
Lamunan Embun buyar. “Eh em iya boleh”
Ketiganya mendekat pada meja saji, banyak sekali pilihan minuman yang membuat mereka bingung. Mila hendak mengambil sebuah minuman yang berwarna sedikit coklat.
Namun Embun segera menghadangnya. “Jangan! Itu ada alkoholnya, kamu tidak mau mabuk disini kan?”
Mila hanya menggeleng lemah, Karin tersenyum melihat sikap sahabatnya tersebut. Karena kasihan pada Mila, ia memberikan jus jeruk kepadanya.
“Nih, minum ini aja”
“Makasih Rin”
Embun berjalan sendirian, ia memutuskan untuk berjalan-jalan melihat acara pesta besar tersebut.
Sebenarnya ia bisa datang keacara seperti karena dipaksa oleh sahabatnya Karin, Jika tidak, mana mungkin orang sederhana sepertinya bisa sampai kemari.
“Hah, rasanya ingin sekali, kelak saat aku menikah bisa membuat acara seperti ini. Apakah bisa?’ gumamnya sembari berkhayal.
Seseorang tiba-tiba menyentuh bahunya, Embun yang terkejut sontak menyikut perut pria tersebut. Namun bukannya terlepas malah ia sendiri yang kini terkunci oleh pria asing tersebut.
“Ka—kamu siapa? Mau apa?”
Pria itu berbisik. “Aku mau kamu”
Embun sontak mendelik, ia berusaha melepaskan diri tanpa berteriak. Ia tidak ingin semua orang melihat mereka, apalagi jika sampai dirinya yang menyebabkan kekacauan.
“Kamu diam aja!”
Pria yang tidak ia ketahui wajah dan namanya tersebut, terus menariknya paksa menuju ke area dansa. Dengan tenaganya yang lebih besar, pria itu memeluk pinggang Embun dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu sang gadis.
Embun bisa mendengar lenguhan dari bibir pemuda itu, namun ia tidak bisa melihat wajahnya.
“Kamu siapa? Kenapa kamu memeluk saya?!”
“Kelinciku! Apa kamu bisa diam? kalau kamu diam, aku tidak akan melakukan hal lain. tapi jika kamu terus saja berbicara, aku akan mencium mu sampai jatuh!”
Mendengar penuturan yang begitu mengancamnya, Embun memilih untuk diam. walau ia tidak mengenal siapa pemuda yang berdansa dengannya tersebut.
“Aroma rambutmu masih sama, dan aku suka itu” bisiknya lembut.
Embun sedikit menoleh. “Kita sudah pernah bertemu?”
Cup
Bukannya jawaban yang dia terima, malah sebuah kecupan di pipi kanannya. Gadis itu melepas paksa, namun kini ia malah terkunci dengan posisi saling berhadapan.
“Kamu gila ya?!” geram Embun.
Namun pemuda itu hanya tersenyum miring, dan semakin mendekatkan wajahnya.
To Be Continued
Jangan lupa Klik Favorit.
Tinggalkan Like, Komen dan Subscribe ya. Terima kasih ❤️
"Tolong lepaskan saya!" bisik Embun dengan penuh tekanan.
Gadis itu merasa sangat risi, kini dia telah menjadi pusat perhatian semua orang. Sebentar lagi, kedua temannya pasti akan melihatnya disini. Jika sampai mereka melihatnya, habis sudah hidupnya malam ini.
“Tuan Bram, siapa pasanganmu malam ini?” tanya seorang gadis yang juga tengah berdansa.
“Cantik bukan?” sahutnya singkat.
“Em, kalian pasangan yang serasi malam ini”
Embun mendelik kaget, ia menatap lekat pemuda didepannya. Bram, sepertinya nama itu tidak asing untuknya.
“Bram?” gumam Embun.
“Hm, kamu mengatakan sesuatu?”
“Lepaskan aku! Dasar brengsek!!”
Embun mendorong tubuh Joshua hingga melangkah mundur jauh. Dibelakangnya terdapat meja minuman yang alhasil Joshua menabraknya sehingga jasnya basah akibat terkena minuman.
“HEY! KAMU AWAS YA!”
Seorang pria bertubuh tegap langsung menghampiri Embun dan menahan kedua tangannya. Embun kelabakan akibat bingung. Dia tidak mengenal siapa orang-orang yang tengah menahannya.
“Kalian siapa?! Lepaskan aku!” berontak Embun.
“Berani sekali kamu menyerang Tuan Joshua Bram!” bentak pria itu.
Pemuda itu tersenyum miring. “Kelinci, sekarang kamu mengetahui siapa aku?”
Embun terkejut bukan main, tidak mungkin jika dia Joshua Bram. Pemuda terkaya yang menempati 5 besar di dunia. Sedangkan akhir-akhir ini ia sering disorot karena kematian Ayahnya 2 tahun silam yang menjadikannya pewaris tunggal seluruh kekayaan Bram.
Konon katanya, dia sendiri yang sudah membunuh Ayahnya hanya demi kekayaan keluarga Bram. Sangat miris bukan, hal itu menunjukkan bagaimana sangat berbahaya orang tersebut.
Dan kini dia tengah berhadapan langsung dengan orang hebat itu. Embun kembali memberontak.
“Lepaskan aku! Aku tidak mengenalmu!” mohon Embun.
“Kenapa kamu malah menjadi agresif seperti ini kelinci?”
“Jangan panggil aku kelinci! Aku punya nama!”
Joshua semakin tertarik dengan tingkah pemberontak Embun. Pemuda itu menarik kembali Embun kedalam pelukannya. Dia menahan tubuh gadis itu sehingga terus menempel padanya.
“Beritau aku namamu, aku akan melepaskanmu” bisik Joshua.
Embun merasa merinding, karena Joshua berbisik dengan jarak sangat dekat. Bahkan bibir pemuda itu sampai menyentuh daun telinganya.
Dia benar-benar terjebak sekarang, tenaga pemuda itu sangat kuat.
Joshua menghela napas gusar, ia berlagak seolah lelah menunggu jawaban Kenala.
“Baiklah, kalau kamu tidak mau memberi tau”
Joshua sedikit menjauhkan wajahnya, dari balik topengnya. Mata tajam itu mengamati bibir ranum Embun, ia mengunci dua tangan Embun kebelakang. Sedangkan satu tangannya memegang dagu gadis itu.
“Kamu mau apa?!”
Joshua tidak menjawab, ia hanya tersenyum miring sembari terus mengusap lembut bawah bibir Embun. Gadis itu merasakan sengatan listrik di seluruh tubuhnya.
“Apa yang kamu lakukan?” tanyanya dengan nada berat.
“Apa kamu menyukai sensasinya? Aku tidak menyangka kamu sangat sensitive, tapi aku sangat menyukainya”
Embun membulatkan mata, Ketika Joshua mulai mendekatkan wajahnya. Dia benar-benar tidak bisa melepaskan diri, napas keduanya saling bertabrakan, Embun bisa merasakan wajahnya yang hangat begitupun Joshua.
Hidung mereka sudah bersentuhan, akhirnya Embun memejamkan mata. Dia tidak berani melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Sedangkan Joshua tengah menatap lekat wajah gadis tersebut. Hanya beberapa detik, terlihat jelas raut wajah Joshua yang sangat hangat.
“Dasar ******!”
Seorang gadis menarik paksa Embun sampai ia terlepas dari pelukan Joshua. Dengan sekuat tenaga, perempuan itu menampar Embun dengan sangat keras.
Plak!!
Sangat panas, semua mata menyaksikannya. Embun tidak bisa berbicara apa-apa, dia hanya bisa terdiam dengan mata yang memanas.
Bahkan topeng yang dia pakai sampai terlepas akibat kerasnya tamparan tersebut.
“MAURA!” Sentak Joshua.
“Kenapa kamu merebut pasanganku hah? Kamu sengaja ingin membuatku malu hah?” bentak Maura pada Embun.
Gadis itu mengabaikan panggilan Joshua, kali ini urusannya dengan Embun. Dia sangat kesal pada gadis tersebut.
“Kamu! Kamu benar-benar dalam masalah!”
Mata Maura memerah karena marah, pasalnya karena Joshua lebih memilih berdansa dengan gadis lain. padahal sudah jelas saat datang dia bersamanya.
Tentu hal itu sangat berpengaruh terhadap citra dan imejnya seorang model besar seperti dia. Semua media kini menyorot kearahnya, karena ia sudah ditinggalkan Joshua demi gadis biasa ini..
“Nona, apa maksud kamu? Siapa yang ingin mempermalukan mu?”
“Tidak usah basa-basi! Mulai sekarang, kamu tidak akan pernah hidup tenang”
Joshua yang tidak tahan dengan perdebatan dua gadis itu, memilih untuk membawa Embun pergi.
Ketika Joshua menarik tangan Embun, semua mata menyaksikannya. Beberapa media yang berada didepan Gedung langsung memotret moment mereka bersama. Karena memang berita seperti inilah yang akan menjadi perhatian negara.
“Kamu mau bawa aku kemana ?!”
"Diam!”
Kali ini Joshua benar-benar menunjukkan sikap aslinya, hal itu membuat Embun langsung merasa ketakutan.
Joshua melirik sekilas kearah Ryan yang berada tak jauh darinya, ia memberi sebuah isyarat yang langsung dimengerti oleh pemuda tersebut.
...***...
Aliran tenang dari sungai didepannya tidak semata-mata langsung membuat Embun merasa tenang. Apalagi jam tangannya sudah menunjukkan pukul 11 malam, sudah sangat larut bukan.
Embun menaikkan nada suaranya. "Untuk apa kesini? aku mau pulang !" pekiknya keras.
Joshua menempelkan jari telunjuknya ke bibir gadis tersebut —isyarat untuk diam, ia tidak ingin ada kebisingan di tempat setenang ini.
"Kamu diam dulu, nanti saya kasih tau"
Entah kenapa ia semakin tertarik dengan sikap pemberontak gadis tersebut.
Namun Embun berbeda, Joshua tau jika Embun tidak mengenalnya sama sekali. Karena itu, semua terasa semakin menarik baginya. Ia ingin sekali mempermainkan gadis polos ini.
Embun sudah merasa lelah. "Apa yang kamu mau? biar kamu membiarkan saya pergi?"
"Saya hanya ingin kamu disini, boleh?"
"Kenapa?"
"Tidak ada penolakan!"
"Bukan itu yang aku maksud, kenapa kamu aneh sekali. Kita tidak saling mengenal bukan? Kenapa aku harus menemani kamu disini? Itu, perempuan mu sedang mencari mu!"
Joshua menyeringai. "Gadis nakal, kamu bisa tidak untuk diam saja dan tinggal disini!"
Embun menggeleng cepat, tanpa berbicara ia meraih kembali ganggang pintu mobil untuk berniat pergi. Joshua yang melihatnya segera menahan Embun agar tidak turun dari mobil.
Ia meraih tangan Embun yang berada di ganggang pintu. "Kamu mau kemana? Saya bilang jangan keluar ya jangan keluar!" sentak pria itu. "Saya gak bakal melepaskan kamu begitu saja, dasar gadis nakal!"
Raut wajah Embun terlihat takut, baru pertama bertemu tapi pria ini berani menyentaknya. Embun hanya bisa melihat tatapan tajam dari mata Joshua dan juga senyuman sinis dari bibirnya.
Pria itu belum melepas topengnya sedari tadi, karena hal itulah Embun menjadi takut harus bersama dengannya. Apalagi mereka hanya berdua, ya walau Embun tau jika dibelakang mereka terparkir mobil lain yang ia yakini pasti para pengawal pria ini.
"Kamu sebenarnya siapa?"
Merasa pergerakannya tertahan akibat ulah pria asing yang memegangi tangannya, Embun yang masih ketakutan, berusaha melawan. Gadis itu segera menggigit lengan Joshua sampai membuat pria itu meringis kesakitan. Joshua sendiri tak menyangka jika Embun akan melakukan hal sampai sejauh itu.
"Tolong lepaskan aku Tuan!"
Tangan kirinya meraba tuas yang berada dibawah kursi mobil, setelah mendapatkannya ia menarik tuas tersebut hingga membuat jok kursinya turun. Dengan begini tidak ada lagi yang bisa menghalangi pergerakannya, dengan sangat cepat Joshua sudah pindah ke kursi belakang lalu menahan tubuh Embun dari belakang.
"Ternyata kamu cukup berani ya? Saya jadi tertarik dengan mu!" suara beratnya mengalun ditelinga Embun bersamaan dengan pelukannya yang semakin erat mengikat Embun agar tak bisa bergerak.
"Kamu kenapa? lepaskan aku, kamu sebenarnya siapa? Siapapun Tolong!" Embun menjadi panik karena perilaku Joshua yang sangat berani.
Embun menoleh cepat kearah Joshua, yang membuat dahinya menatap keras rahang pemuda itu. "Pria mesum!"
Sikap keras kepala Embun membuat Joshua sedikit kesal, dengan sekali gerakan ia menarik tubuh Embun ke kursi hingga gadis itu terbaring, lalu dengan cepat ia menindihnya agar Embun tak lagi memberontak. Ia menahan kedua tangan Embun yang terus menerus ingin memukulnya, mata elangnya menatap tajam Embun yang kini mulai diam.
Joshua menatap lekat wajah Embun, salah satu tangannya memegangi dagu gadis itu yang tengah menahan tangis. Senyuman miring menghias wajah Joshua melihat Embun yang ketakutan.
"Kamu tau, saya tidak pernah se tertarik ini pada perempuan. Saya ingin tau, apa kamu tidak mengenaliku? atau kamu hanya pura-pura untuk mendekatiku? Jika itu niatmu, kamu sudah berhasil gadis"
"Maksud kamu apa? aku sama sekali tidak paham, aku juga tidak mengenal kamu."
Pertanyaan Embun tak mendapat balasan, gadis itu tiba-tiba kehilangan kesadaran secara perlahan. Joshua tersenyum sembari mengangkat sebuah alat suntik ditangannya, entah apa yang sudah diberikan pria itu padanya. Namun yang jelas, Embun benar-benar sudah dibuat tidak sadar.
"Kamu harus bertahan, kamu tidak boleh mati dengan cepat. Karena kamu harus menderita, seperti apa yang keluargamu lakukan kepadaku"
To Be Continued...
Jangan lupa Klik Favorit.
Tinggalkan Like, Komen dan Subscribe ya. Terima kasih ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!