NovelToon NovelToon

Pendekar Penentang Langit

Ch. 1 - Kerajaan I

Cerita ini sedikit memiliki sisi pandang yang berbeda-beda di chapter awal, jika teman-teman tidak merasa keberatan silahkan baca dari pertama untuk lebih mengetahui alurnya. Sedangkan bagi kalian yang tidak ingin direpotkan silahkan membaca mulai dari chapter 20.

Temui penulis melalui instagram miliknya : @_wakgam

**

Malam itu hujan begitu deras tapi suara langkah dan sayatan pedang terdengar sangat nyata, satu persatu keluarga kerajaan berjatuhan mengucurkan darah tanpa suara.

Alunan pedang Chenzhen membuat orang yang melihat terkesima, tanpa menyadari tubuh mereka telah terpisah satu sama lain.

Hampir sebagian orang kerajaan telah berpihak pada Chenzhen. Dia juga mengatur skenario terbaik apabila dirinya gagal menggulingkan pemerintahan.

Chenzhen sangat percaya diri dengan kemampuan yang dia miliki tapi tetap saja harus memikirkan situasi terburuk.

Banyak prajurit kerajaan telah dihabisi oleh Chenzhen membuat seisi ruangan seperti lautan darah.

Tiba-tiba seseorang melangkah mendekati Chenzhen dengan cepat, tekanan aura pria ini kental dan sangat akrab bagi Chenzhen.

Di dalam sebuah ruangan kerajaan sesosok suara terdengar Chenzhen, "Aku masih tidak menyangka kau yang akan melakukan ini semua." Bisik suara yang muncul dengan jelas, kehadiran pria itu mampu memecah kesunyian dalam deras hujan, dan membuat beberapa prajurit langsung tunduk padanya.

"Hormat hamba Yang Mulia." Serentak mereka yang masih setia dan mengenalinya mengangkat tangan, menandakan sebuah penghormatan kepada Sang Raja.

"Hentikan dan menyerahlah atau aku akan menganggapmu sebagai pemberontak," pinta Sang Raja.

"Kau masih saja merasa dirimu yang paling berkuasa," jawab Chenzhen dengan senyuman sinis.

Sang Raja sadar perkataannya tidak akan didengar lagi oleh Chenzhen, ratusan mayat prajurit berserakan, bahkan mayat tersebut kini mulai mengeluarkan bau serta pemandangan yang tidak sedap.

Mendengar perkataan Chenzhen, Sang Raja mengeluarkan tekanan aura kuat, semua orang yang dikehendakinya bersujud bahkan pingsan, beberapa prajurit Chenzhen kini mulai berjatuhan.

"Lihatlah dirimu masih tetap merasa paling kuat dan berkuasa," ucap Chenzhen mengeluarkan auranya yang tidak kalah kuat.

"Mampu menahan tekananku, sepertinya aku salah menilaimu," ungkap Sang Raja terkejut.

Malam itu pertarungan merekapun dimulai, tidak ada satupun orang berani mendekat, bahkan yang sudah tersadar memilih memejamkan matanya kembali.

Chenzhen sangat paham betul gaya bertarung ayahnya yang lembut tapi mematikan, tidak heran dia dijuluki sebagai pendekar bunga kematian.

Puluhan kali mereka bertukar jurus tapi belum ada satupun dari mereka yang terluka selain tenaga dalam Chenzhen mulai terkuras habis. Dia sadar akan sulit mengalahkan pria tua itu kalau bukan bantuan pil pemulih.

Chenzhen sudah bersiap melancarkan rencana kegagalannya apabila sewaktu-waktu dibutuhkan, tapi tidak lama dari itu seorang bocah mendekati tempat pertarungan sambil berlari.

"Ayahhh!" Teriak Liuzhen memecah hening pertarungan. Dengan terkejut Sang Raja menyadari putra keduanya yang berada tidak jauh dari mereka, dia khawatir jika Liuzhen akan terkena dampak pertarungan.

Chenzhen melihat sebuah kesempatan yang tidak terlewatkan, segenap kekuatanpun dipusatkan ke ujung pedang, dengan tangkas pedang Chenzhen memisahkan badan dan kepala Sang Raja.

Malam itu begitu cepat terjadi tidak ada satupun keluarga kerajaan berhasil selamat dari pertempuran tersebut selain Liuzhen.

Seluruh pendekar kerajaan juga mulai berdatangan setelah beberapa saat kematian Sang Raja, sebagaian dari mereka masih sulit mempercayai.

Meskipun beberapa pendekar ingin menyerang Chenzhen, tetapi pada akhirnya mereka mengurung niat tersebut.

Tidak ada satupun dari mereka berani berbicara setelah melihat kepala Sang Raja, ribuan prajurit menunggu isyarat dari Chenzhen untuk menyerang seakan menjadi tanda bahaya bagi seluruh pendekar.

Tidak sampai disitu Chenzhen mengeluarkan aura pembunuh yang begitu kuat untuk memperjelas dirinya kembali.

"Bagaimana bisa anak seusianya memiliki aura sepekat ini," gumam salah satu pendekar khawatir.

Mereka semua kini menyadari kharisma dan kekuatan Chenzhen. Seluruh orang perlahan memberikan hormat dan tunduk kepada raja baru.

"Hormat kami Yang Mulia." Serentak seluruh prajurit dan pendekar mengakui keberadaan Chenzhen.

Ch. 2 - Kerajaan II

Negeri ini memiliki aturan tidak tertulis seperti hukum rimba yang terkuat adalah rajanya, tapi bukan berarti seperti kaum barbar mengedepankan otot.

Pendekar kuat akan dihargai dan yang lemah menjadi bahan penindasan. Selain dirinya kuat, alasan tidak ada satupun pendekar berani melawan Chenzhen karena mereka mengetahui Chenzhen adalah putra mahkota di Negeri Jingyin itu sendiri.

Jingyin merupakan salah satu negara terkuat dari enam negara pada saat ini. Meskipun menjadi salah satu negara terkuat, tapi tidak ada satupun rakyat memancarkan rasa kebahagiaan ataupun kebanggaan pada negaranya sendiri, selain hinaan.

**

Tidak lama dari penghormatan itu Chenzhen mengarahkan auranya pada Liuzhen. Melihat kakak yang disayanginya menjadi monster biadab tak terduga, mata Liuzhen memerah, hanya ada rasa kasih sayang berubah menjadi kebencian.

Seketika itu Liuzhen terjatuh kelantai tak sadarkan diri akibat tekanan kuat Chenzhen, sebelum wajah Liuzhen bertemu lantai seorang pria sepuh menangkapnya dengan cepat, tidak ada yang menyadari kehadiran pria itu.

Mata Chenzhen melebar ketika melihat tangannya bergetar di hadapan pria tua itu, Chenzhen ingin menyerang hanya saja dia tidak memiliki kesempatan.

"Hentikan, bukankah kau sudah puas dengan semua ini," tegas pria tua itu sambil menggendong liuzhen yang tak sadarkan diri.

Sontak seluruh prajurit mengarahkan senjata kearah pria tua tersebut, dengan penuh percaya diri.

"Aku akan membawanya pergi, jika kau tetap menghalangi aku jamin kau akan menyesali perbuatanmu," sambung pria tua itu yang berjalan pelan mengarah pintu keluar kerajaan.

Chenzhen menyadari setiap kata-kata pria sepuh itu mengandung tenaga dalam kuat, dia mencoba mengukur kemampuan pria tersebut, tapi tidak ada yang bisa didapatkan. Chenzhen memberikan isyarat menurunkan senjata prajuritnya serta membuka jalan.

Malam itu hujan semakin deras seolah-olah langit ikut berduka. Suara rintikan dan lautan darah yang bercucuran seolah menjadi saksi lahirnya Sang Raja baru.

Pagi itu kabar berakhirnya pemerintahan tersebar diseluruh masyarakat, Chenzhen mendeklarasikan melalui utusannya untuk menyampaikan dekrit.

"Apaa? Bukannya ini kudeta, aku masih tidak mengerti pemikiran para penguasa," ucap salah satu warga yang mendengar.

"Pelankan suaramu, kalau mereka mendengar kau akan digantung di alun-alun," jawab temannya spontan

"Kalau beritaku semeriah ini sepertinya aku tidak terlalu keberatan," sahut temannya sambil tertawa pelan.

"Memang sudah seharusnya dia digantikan dari dulu," gumam pria lainnya yang berada di sekitar itu.

Tidak ada rasa kekecewaan terpasang diraut wajah mereka, melainkan mengekspresikan perasaan dengan bahagia.

"Aku tidak ingat kapan terakhir kota ini begitu bersemangat," salah satu pendekar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

**

Perlahan kondisi mulai berangsur pulih, kota kembali ramai seperti sediakala.

Banyak pedagang berantusias menawarkan barang dagangannya, bahkan tidak sedikit yang memberikan diskon.

Salah seorang wanita berteriak, "Heii! Sayang anak, sayang anak... ayoo dipilih mas mbak barangnya."

Di sisi lain seorang pria yang tidak terlalu jauh juga berseru semangat, "Beli tiga gratis satu, beli empat gratis dua."

Bagi pedagang laku adalah yang paling utama, biasanya target mereka para pendekar.

Tidak sedikit juga yang menargetkan anak-anak, apapun akan dilakukan .

Para pendekar biasanya ke pasar untuk mencari kebetuhan perlengkapan, selain itu mencari makan.

Ada juga yang ditugaskan untuk mengamati pasar, hal ini agar pasar terhindar dari hal yang tidak menyenangkan.

Tidak ada yang tau pasti sejak kapan mereka mulai melupakan pemerintahan sebelumnya.

Ch. 3 - Catur

Waktu terus berjalan kejadian yang menghebohkan di istana mulai surut. Tujuh tahun berlalu semenjak pergantian raja, Negara Jingyin terus menunjukkan kemajuan dibawah kepemimpinan Chenzhen.

"Orang bilang meski burung mengangkat sayap setinggi-tingginya pada akhirnya hanya batasan yang menanti," gumam seorang wanita muda itu.

"Apa kau khawatir? Bahkan jika langit menghentikanku akan kubuat dia menyesalinya," jawab Liuzhen sambil mengangkat tangannya ke arah langit.

"Liu gege, apa kau akan tetap mengikuti pertandingan itu? Apa kau lupa kapan terakhir kali kau merintih kesakitan sepanjang malam? Apa kau ingin terus mempermalukan dirimu?" balas Anzhu kesal yang melihat Liuzhen tidak mendengarkannya samasekali.

"Kau seperti anak ayam kehilangan induknya, tenanglah. Kali ini aku mencium kemenangan ditanganku," ucap Liuzhen dengan menghiburnya.

"Liu gege, sejak kapan aku menjadi anak dan kau induknya, lagian kau pulang tanpa kesakitan sudah menjadi kemenangan terbesar bagiku," balas Anzhu sambil menggelengkan kepalanya.

"Tadi kau mengkhatirkanku sekarang kau mencoba meragukanku zhu'er?" Tanya Liuzhen santai.

"Tidak. Sedikitpun aku tidak meragukanmu Liu gege setidaknya tidak untuk rintihanmu yang akan datang," balas Anzhu sambil tertawa.

Liuzhen merupakan salah satu dari ratusan orang yang akan mengikuti pertandingan bela diri. Pertandingan ini diselenggarakan dua tahun sekali, pemenang akan mendapatkan tiket untuk menjadi murid sekte luar Gunung Persik.

Sayangnya setiap ada pertandingan Liuzhen selalu mendapatkan pukulan telak di putaran pertama, tidak hanya rusuk patah bahkan dirinya selalu dipermalukan.

"Kakek, aku pulang," ucap Liuzhen sambil membuka pintu.

"Ahh, cepat sekali kau pulang," balas kakek.

"Ohh ayolah kek, bagaimana kalau kita menentukan siapa yang menyiapkan makanan, perutku sudah menjerit sepanjang jalan," balas Liuzhen sambil mengambil papan catur.

"Ide bagus, aku juga sudah sangat lapar," balas kakek dengan semangat.

Catur merupakan permainan kaum bangsawan tidak semua orang paham tentang catur. Setiap Liuzhen dan kakek berselisih pendapat mereka menentukannya dengan catur, sebuah permainan yang cukup menguras pikiran.

"Kakek, sepertinya kau harus ke dapur menyiapkan semuanya," usul Liuzhen yang melihat kemenangannya

"Dasar anak muda zaman sekarang, kau terlalu cepat mendeklarasikan kemenangan, itu akan membuatmu dipermalukan pada akhirnya," jawab kakek, sambil tersenyum licik.

"Kakek, apa kau baru saja mengeluarkan senyuman khasmu?" tanya Liuzhen curiga.

Liuzhen tidak pernah menang melawan Sang Kakek selain dirinya selalu berada diposisi yang hampir menang. Mungkin salah satu trik Sang Kakek agar Liuzhen selalu menemaninya bermain.

"Sial, padahal aku tahu makna senyuman itu, Kakekk! Kenapa kau tidak pernah mau mengalah sekali saja," ucap Liuzhen yang terlihat kesal dengan kemenangan tertundanya.

Pada akhirnya Liuzhen menyiapkan makan malam, masakan Liuzhen tidak pernah mengecewakan lidah. Inilah salah satu alasan kenapa kakek tidak pernah kalah jika taruhannya adalah makanan.

**

"Dasar Liu gege bodoh, apa dia akan terus menyakiti dirinya," gumam Anzhu pelan di tengah perjalanan pulang.

"Sepertinya aku harus menyiapkan obat untuk untuk orang bodoh itu," lanjut Anzhu dalam hati.

Anzhu merupakan salah satu murid inti dari sekte Gunung Persik, selain parasnya indah dia juga memiliki status sebagai murid langsung dari wakil ketua sekte, tidak heran kalau ada orang berusaha mendekatinya.

"Anzhu! Tunggu," sapa seorang pria mendekat.

"Anzhu sebentar lagi matahari terbenam, akan lebih aman jika aku mengantarmu pulang," ucap sesosok pria tampan itu menghampirinya.

"Apa seorang tingkat pendekar muda layak mengantarku?" tanya Anzhu dingin.

"Kauuu, apakah pria yang tidak bisa bertarung itu lebih baik dimatamu," geram pria muda itu.

"Biao, kau tidak mengetahui apapun tentang Liu gege, kuperingati kau untuk tidak menghinanya," balas Anzhu sambil meninggalkan Biao.

Biao Bei adalah anak berbakat dari salah satu keluarga bangsawan, keluarga Biao telah banyak menjalankan bisnis dan yang paling terkenal adalah bisnis arak mereka.

Usia lima belas tahun Biao Bei telah sampai dipuncak pendekar muda, hanya tinggal menunggu waktu berada ditingkat pendekar ahli pertama. Jika Biao Bei disebut anak berbakat, maka Anzhu berusia empat belas tahun telah berada di tingkat pendekar ahli ke-4 mungkin layak disebut sebagai jenius muda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!