NovelToon NovelToon

Mencintai Kekasih Papah

POV Molly

Hoam... Malam mulai membawaku larut dalam rasa kantuk... Meski tak ada kegiatan yang membuat ku lelah, tapi tetap saja alami nya manusia harus tidur, mengistirahatkan otak dan tubuh yang mulai kaku.

Dengan selimut tebal, aku membungkus tubuh mungil ku mencari posisi senyaman mungkin, kemudian masuk ke alam mimpi.

Samar samar aku melihat punggung seorang pemuda di antara awan terang, dengan mata yang menyipit aku memastikan yang ku lihat benar seorang lelaki, beberapa saat berselang ia pun menoleh ke arah ku memekarkan senyuman indah padaku. Membuat jantung ku bergetar, bibir ku pun reflek tersenyum padanya, tak puas dengan keberadaan nya yang begitu jauh dariku, aku mulai melangkah mendekat, berharap bisa lebih jelas menatap nya.

Kriiiiiing....!!!

Suara gaduh itu membangunkan tidur ku, membuyarkan mimpi indah ku, sungguh menyebalkan, padahal seharusnya aku sudah bisa melihat wajah nya.

Dengan kening yang mengerut ku lihat ponsel di atas nakas ku dan samar-samar terlihat panggilan dari nomor tak di kenal tertera di layar ku. Sungguh mataku belum sepenuhnya melek.

"Siapa yang menelepon ku dini hari begini.. kayak gak ada kerjaan ajah..!!" gerutu ku.

Aku pun mulai menggeser sembarang tombol hijau di layar ponsel ku, dan meletakkan nya ke telinga "Assalamualaikum.." sapa ku sopan meski sedikit gedek.

"Apa benar, saya berbicara dengan Molly..?" tanyanya terdengar berteriak dan ada suara ribut dari musik yang tidak karuan juga kudengar dari seberang sana.

"Ya benar.. saya sendiri.. bapak siapa yaa..?" tanya ku penasaran.

"Ini.. teman nona Rena kan.? Non Rena sekarang ada di club kami, club xxxx, teman nona sudah tidak sadarkan diri, dan saya tahu nomor ini dari nona Rena sendiri, tolong ambil nona ini dari sini, sebelum ada laki-laki hidung belang membawanya.." sahut pria di seberang telepon membuat ku sedikit berjingkrak dari posisiku.

"Apa.? Diskotik..? Malam-malam begini pak..? Apa Rena sendiri di sana pak..?" tanya ku khawatir.

"Iya.. cepat lah non.." pungkasnya yang lalu menutup panggilan telepon nya.

"Ya Allah.. si Rena itu.. berani sekali dia.." ucap ku menggerutu tak tenang.

Tak mau membuang waktu aku pun segera mengambil switer dan berjalan serampangan menuruni anak tangga, aku takut jika Rena benar-benar di bawa laki-laki hidung belang, biar bagaimanapun juga dia itu sahabat terbaik ku. Suka duka ku rahasia ku gadis itu tahu.

Kulihat pintu kamar papah masih tertutup, dapur dan ruang tamu juga masih sepi, penghuni rumah ku masih lelap dalam tidurnya.

Sedang aku sudah tidak mengantuk lagi, sesungguhnya aku termasuk orang yang sulit tidur kembali saat sudah terbangun.

Tergesa gesa aku berlari menuju halaman parkir dan mulai memasuki mobil yang sudah siap pakai, kunci kendaraan ku memang selalu tercantol.

Lest go..!! Kita selamat kan Rena.. ucap ku menyemangati diri sendiri. Meski sebenarnya aku takut seandainya nanti aku bertemu dengan pria hidung belang di club itu. Tapi aku berpikir positif saja, mungkin di tempat seperti itu pun, akan ada orang yang menolong ku, buktinya ada orang yang menelepon ku dini hari begini memberi tahukan kondisi Rena padaku.

Dengan optimis ku lajukan mobilku menuju club langganan Rena, yaah teman ku Rena memang sering ketempat tempat seperti itu, semangaaaaaaaaaatttt...!!! Rena tunggu akuuuuuuu...!!!

Tiga puluh menit aku mengendarai mobil ku dan kini aku sudah berada di antara orang-orang yang tengah berjoget jingkrak jingkrak dengan mata yang terpejam, bagai menikmati musiknya.

"Itu orang bisa sesantai itu joged nya.. padahal musiknya amburadul begini.. aneh" gerutu ku sembari melanjutkan langkah, ku tolehkan kepalaku ke kanan dan kiri.

"Rena kemana..? Katanya di club ini.." gumam ku.

"Hoooeekkk...!!!"

"Yaa ampun..!! Bajuku..!! Kau..!!" ucap ku melotot dengan tangan yang menunjuk wajah pria yang sekarang berdiri di hadapan ku. Pria rese itu memuntahkan cairan berbau padaku.

"Maaf no....na..... Aku tidak sengaja.." ucapnya enteng berusaha menegakkan posisi berdiri nya tapi tidak bisa karena tampaknya pemuda itu mabuk berat. Aku hanya diam tak berkata apa-apa lagi, percuma saja berbicara dengan pria mabuk.

"Sorry sorry.. Oh my God, teman ku mengotori bajumu..?" sambar seorang pemuda yang sepertinya teman dari pria mabuk itu.

"Ini.. kamu bisa pakai ini untuk membersihkan nya.." ucapnya memberikan sapu tangan merah padaku.

Dan aku menerimanya tanpa ragu "Terimakasih.." ucap ku.

Kemudian aku membersihkan kotoran yang melantak di bajuku. Bau nya aneh sekali, sebenarnya apa yang pemuda itu makan, kenapa menjijikkan sekali baunya.

Ingin sekali ku lepas switer ku tapi aku hanya memakai baju tidur tipis yang sangat terbuka, jika ku lepas switer ku, bisa-bisa semua lelaki di dalam diskotik ini menyerbuku bagai semut berebut karamel. Aku kan sangat manis.

"Oke.. aku pergi dulu.. teman ku sudah terlalu mabuk.. maaf ya nona.." pamitnya dan kedua pria itu pun berlalu dari pandangan ku.

Tak lama dari itu seorang wanita menabrakkan tubuhnya padaku "Haaaaaiii sayaaaang..." ucapnya.

Keningku mengerut melihat wajah merah wanita itu, nafasnya bau, dia terus menerus meracau tak jelas "Rena.. kau benar-benar di sini.." celetuk ku dan tubuhku kehilangan keseimbangan karena berat tubuh Rena menerpaku.

"Rena.." teriak ku.

GEP... kurasakan sentuhan lembut menopang tubuh ku dari belakang.

"Wooy.. bantu kami.. cepat.." keras sekali kudengar dia berteriak di telinga ku. Karena posisi kita memang saling bertautan.

"Aduh.. bisa pelan sedikit tidak kamu.." ucap ku protes.

Kemudian seorang pria berseragam scurity berlari menuju kami, menarik tubuh Rena dari tubuhku, tapi entah kenapa aku masih saja bergelendot di tubuh pemuda itu.

"Hei.. berdiri lah.. sepertinya nyaman sekali kau berada di dadaku hah..?" ucapnya, mendorongku dengan dada kerasnya hingga aku sedikit tersorong ke depan.

"Aaww.. kasar sekali..!!" gerutu ku. Aku pun membalikkan badan, menatap wajah pria yang baru saja menopang tubuh ku.

"Alamak.... ganteng nya...." batinku tak berkedip.

"Apa.? kenapa kau menatap ku begitu? apa kau menyukai ku.? kau terpesona ketampanan ku hah.?" pemuda itu menatap ku dari atas hingga bawah dengan tangan yang bermain main di bawah bibirnya.

"Tapi maaf nona.. gadis seperti mu ini, bukan tipe ku.." ucapnya dengan smirk dingin pemuda itu menatap ku.

"Hah.? terpesona.?" aku berjingkrak dari posisiku. Aku ralat kembali kata kata ku..!! dia jelek..!! sangat jelek.!!

"Yang benar saja..!! terpesona sama orang jelek seperti mu.. NAJIS...!!" ucap ku menekan kata terakhir kalimat ku.

Beraninya dia mengatakan aku bukan tipe nya, padahal selama ini semua pria yang mengenal ku menyukai ku, jatuh cinta pada ku, mengagumi kecantikan ku. "Dasar pria aneh" batin ku mengumpat.

"Jelek.? jika aku kau bilang jelek.. lalu kau ini apa..? buruk rupa hah..?" ejeknya yang semakin membuat ku naik pitam.

"Kau...!!!" aku menunjuk wajahnya dengan alis yang hampir menyatu.

Dan pemuda itu menyatukan ujung jari telunjuk nya pada jari telunjuk ku seakan mencibir ku. Dengan reflek nya aku mengambil kembali jariku, jijik sekali rasanya bersentuhan dengan pemuda menyebalkan itu.

"Nona.. ini gimana temannya.?" sambar pria yang menyangga tubuh lunglai Rena.

"Oh iya pak.. kita bawa ke mobil yah.." jawab ku menunjukkan jalan padanya. Dan pria itu memapah Rena mengikuti langkah ku.

"Hai.. mau kemana kau nona buruk rupa..!!" ucap pemuda sombong itu meneriaki ku.

Tapi aku tetap berlalu dari pemuda sombong itu, sungguh sayang sekali wajah tampan nya, kenapa harus menempel ke pemuda arogan seperti nya.

Tiba di halaman parkir pria berseragam scurity itu mendudukkan Rena di jok mobilku.

"Terimakasih ya pak.." ucap ku seraya memberikan satu lembar uang merah padanya.

"Sama-sama nona.." dia tersenyum menunduk padaku.

Aku pun segera memasuki mobil, kemudian mulai melajukan nya sendiri, karena berangkat pun aku sendiri. Di tengah perjalanan Rena mual muntah di jok ku.

"Oh ya ampun Rena.. kau membuat mobil ku bau..!!"

Aku menggerutu sepanjang perjalanan ku, tapi Rena tidak mendengar gerutuan ku, sahabatku benar-benar tidak mengerti yang sudah ku alami di pembukaan hari ku ini, bangun dengan tiba-tiba, menjemput wanita mabuk di club, kemudian bertemu dengan pemuda yang super duper menjengkelkan. Kenapa sial sekali hari ku di mulai.

...----------------...

Bersambung...!!!

Chapter dua

POV Farrell.

Ku rebah kan tubuh lelah ku pada sandaran sofa yang terletak di sudut ruang tengah rumah ku, ralat, rumah papah ku, yaah... aku masih numpang.

Hoam... sebenarnya aku mengantuk, tapi entah mengapa mataku sulit sekali terpejam, padahal semalaman aku tak tidur, setelah bertahun tahun lamanya tak bertemu teman teman, mereka mengajak ku begadang di klub malam, yaah... aku memang baru saja tiba di Indonesia.

Selama lima tahun aku tinggal menetap di Amerika, kuliah di Harvard university. Di sinilah aku sekarang, kembali dan akan di tetap tugas kan sebagai seorang direktur.

Yah.. aku akan melayani papah yang CEO, owner plus founder di perusahaan tekstil kami.

"Aaaaah.. lelahnya aku.." ku pejamkan mataku berharap bisa larut dalam mimpiku.

"Hah.? terpesona.? Yang benar saja..!! terpesona sama orang jelek seperti mu.. NAJIS...!!"

Secepat kilat kubuka mataku kembali "Astaga...!! Kenapa aku mengingat gadis buruk rupa itu...??"

Oh mengapa tiba-tiba aku teringat gadis jelek di klub pagi tadi, gadis berbau aneh, memakai sendal tidak sama, rambut acak-acakan, dan switer itu, switer kotor nya, benar-benar membuat ku jijik.

Membayangkan nya kembali membuat ku reflek bergidik geli "Hiih amit-amit..."

Di zaman yang serba canggih, ternyata masih saja ada wanita buruk rupa seperti nya, huhh.. bukan kah sekarang wajah bisa di permak, di operasi, dada bisa di besar kan, kulit hitam di pemutih, gigi tonggos di bekel.

Masih ada saja wanita jelek. Malang sekali nasib suaminya nanti, bagaimana saat malam pertama nya..? Oh.. bahkan merem pun tak kan bisa membuat nya nyaman.

"Rell.." suara yang sangat aku kenal memanggil ku. Aku pun menoleh ke arah nya.

Papah berdiri di belakang sofa yang ku duduki. Kulihat ia masih sibuk membetulkan dasinya.

"Sudah pulang.? cepat sekali. Kamu tidak menghabiskan waktu dengan teman lama mu..?" tanyanya.

"Mood ku hilang, karena seseorang.." jawabku singkat.

"Hm..? seseorang..? apa seorang gadis..? apa dia pacar mu.?" tanyanya mencecar.

Papah sudah mulai kritis dengan status jomblo ku. Bukan tak laku, tapi aku memang pilih pilih.

"Pacar dari Hongkong..!! dia itu gadis jelek, bau, amburadul, acak-acakan, kayaknya dia pembantu yang menjemput anak majikannya mabuk di club.. gayanya benar-benar aneh.." sahut ku.

Tapi entah kenapa aku bisa menjelaskan segamblang itu pada papah, seperti memperkenalkan calon istri ku saja.

"Jangan menghinanya.. kamu bisa jatuh cinta pada nya.." sambung papah meledek ku.

"Cih...!!! jatuh cinta.??? membayangkan nya saja tak SUDI..!!" aku menekan kata terakhir di kalimat ku. Semoga saja tidak bertemu lagi, itu harapan ku.

"Sudah istirahat saja di rumah.." ucap papah.

"Oya.. bersiap lah.. nanti papah akan memperkenalkan mu dengan seseorang.." tambahnya membuat ku reflek mengerling sinis ke arahnya.

"Siapa pah..??" tanyaku menyipitkan mata ku curiga.

"Nanti juga kamu tahu.. dia cantik.. sangat cantik.. pribadinya juga baik.. kau pasti menyukai nya.." jawab papah tanpa menatap ku yang terus menerus menatap gerak tubuh nya.

"Siapa.?? pasti papah mau menjodohkan ku.." batinku, aku benar-benar tidak berani menanyakan apapun lagi padanya.

"Sudah.. papah berangkat.. kamu di rumah dulu saja.. dua Minggu lagi kamu mulai masuk kerja, jadi nikmati lah masa liburan mu.." ucap papah yang lalu melangkah pergi berlalu dari pandangan ku.

"Dua Minggu..?? liburan apa dua Minggu..?" gerutu ku.

...----------------...

POV Molly.

Nama ku Molly Arkana, aku anak pertama dari dua bersaudara, tapi meskipun begitu aku tidak tinggal bersama adikku, karena aku tinggal di rumah papah sedang adikku Mike tinggal bersama mamah, yah... kedua orang tua ku bercerai, bisa di bilang aku dan adikku korban broken home.

Tapi untungnya kami masih bisa bertemu, meskipun hanya satu Minggu sekali, itu sudah cukup untuk melepas rasa rindu ku pada adik laki-laki rese ku yang masih duduk di bangku SMA.

Hari hariku malah lebih sering bersama dengan sahabat ku Rena. Dia gadis yang cantik, sangat cantik, karena itulah Rena sering bergonta-ganti pasangan saking larisnya.

Meskipun di rumah papah aku tidak kekurangan kasih sayang, tapi tetap saja aku menginginkan belaian kasih sayang seorang ibu, tapi wanita itu, mamah ku, beliau tak pernah membelai ku, dia bahkan terlihat sangat membenci ku, mamah lebih memilih tinggal bersama Mike adikku dan meninggalkan ku begitu saja di rumah papah tanpa seizin ku.

Hanya mendapat kasih sayang dari satu orang tua saja, sudah menjadi kebiasaan bagiku, jadi ini tidak terlalu berat ku jalani.

Usia ku 21 tahun sekarang aku kuliah semester lima, dan hari ini hari yang ku centang, karena tepat di tanggal empat belas November adalah anniversary ku dengan my pacar.

Yah... aku sudah memiliki kekasih, dia tampan berwibawa juga pengertian, sudah tiga tahun lamanya kami berhubungan, dia seorang CEO berusia 39 tahun, tapi tunggu, kalian jangan mikir aku berhubungan dengan nya karena kekayaan nya.

Karena meski usia kami terpaut 18 tahun, aku sangat sangat menyukainya, kedewasaan nya lah yang membuat ku nyaman berada di dekatnya.

Dia tampan, dengan pawakan yang ideal untuk seorang laki-laki, senyumannya itu, sangat manis, manis sekali, aku menyukainya, aku gila padanya.

Tin tin...!!!!

"Molly,, sayang,, Alex dateng tuh.." teriakkan merdu mengalun di dalam rumah kami. Itu suara papah ku.

"Iya pah.. suruh tunggu sebentar.. Molly masih dandan.." saut ku.

Tak lama kemudian aku berjalan menuruni anak tangga dan kulihat di ruang tengah sudah ada kekasih ku, Om CEO ku.

"Malam sayang..." ucapnya tersenyum sangat manis padaku.

"Kalian mau pergi..?" tanya Papah menatap ku yang kini memakai gaun pendek berwarna putih biru.

"Iya.. boleh kan Roy.." jawab Om Alex.

Pacar ku memang selalu memanggil calon mertuanya dengan sebutan nama saja, karena usia mereka tidak jauh berbeda. Dan lagi mereka teman lama.

"Tapi jangan malam-malam pulang nya.." pesan papah.

Secepat kilat kami berlalu dari rumah sederhana ku, papah memang bukan orang kaya seperti pacar ku, papah hanya seorang PNS. Ia mengajar di SMA, dan untuk mobil yang sering ku bawa kemana mana, itu kado ulang tahun dari Om Alex.

"Kita makan malam yah.. kamu belum makan kan.." di tengah perjalanan Om Alex bertanya.

"Iya Om.."

Tiba di halaman parkir restoran, Om Alex turun terlebih dahulu kemudian berjalan memutar menuju ku, membukakan pintu, pacarku itu memang selalu memperlakukan ku layaknya seorang ratu.

"Hati-hati sayang..." ucapnya menggandeng tangan ku turun dari mobil.

Kami pun segera memasuki restoran fine dining yang super mewah, karena biasanya pun begitu, kami memang tidak pernah makan di tempat murah.

Dan di sinilah kami duduk bertatap muka di salah satu meja khusus yang sudah Om Alex pesan, mata kami saling bertemu pandang "Kamu cantik yank.." ucapnya membuat ku tersipu malu.

"Kamu mau pesan apa hm.?"

"Apa saja.. terserah Om.." ucap ku.

Kemudian Om Alek menjentikkan jarinya memanggil waiters dan segera memesan makanan, dan menu yang ia pesan selalu sama "Steik sapi, salad, dan air mineral" meskipun awalnya ia menanyakannya terlebih dahulu padaku.

Sepuluh menit berselang waiters sudah membawa pesanan kami, dan kami pun mulai melangsungkan ritual makan malam bersama.

"Yank..."

"Hm..?" aku menatap wajah tampan nya, yang mulai ingin menyampaikan sesuatu pada ku.

"Farrell.. putra Om sudah di Indonesia sekarang, jadi rencananya, Om mau memperkenalkan kalian.."

"Uhuk-Uhuk..." aku tersedak mendengar ucapan Om Alex. Di kenalkan? dengan putranya? yang mungkin lebih tua dari ku. Bagaimana jika putranya melarang hubungan kami.? aku takut.

"Hati-hati makan nya.. ini.. minum lah.. pelan-pelan.." Om Alex memberikan air putih padaku. Lembut sekali ia memperlakukan ku.

Visual nya karena aku ngefans sama mereka.. jadi suka suka khayalan ku ya gaiisss... 🤭

...----------------...

Bersambung...

Chapter tiga

Aku pun menerima gelas dari tangan Om Alex. Dengan mata yang menatapnya aku meneguk minuman itu. Setelah selesai, hati-hati sekali ku letakkan kembali gelas di meja.

"Ekm ekm.." aku mengembalikan suasana hati ku dengan berdehem kecil. Resiko mencintai duda beranak adalah harus bisa meyakinkan putra atau putrinya, tapi rasanya aku belum siap.

"Kenapa.? kamu takut bertemu dengan nya.?" tanya Om Alex padaku. Pria itu terlihat curiga dengan gerak tubuh ku.

"Sudah lama kita berhubungan loh yank.. tapi kamu belum mengenalnya.. lagi pula, Farrell itu pemuda yang sangat baik.. Om yakin dia akan menyukai mu.. dia pasti senang memiliki Mommy baru yang sangat cantik seperti mu.." sambungnya.

"Iya.. tapi kapan Om bawa Molly ke rumah Om.?" tanyaku.

"Besok atau lusa. Secepatnya..!!" jawabnya. Dan aku mengangguk dengan gerakan perlahan.

"Habiskan makannya, jangan terlalu di pikirkan yank.." ucapnya. Aku pun menurut tanpa membalas ucapannya lagi. Dan tak ada percakapan lagi setelah itu.

Setelah selesai makan Om Alex mulai mengganti posisi duduknya menjadi berdampingan dengan ku di sofa, kami mengobrol, curhat, bercanda gurau seperti biasa.

Pria tampan itu juga memberi ku buket bunga dan kalung berlian sebagai kado anniversary kami, Om Alex membuat ku terperangah dengan kejutan kejutannya. Hingga tak terasa hari sudah semakin larut.

"Kita pulang.? nanti Roy kelimpungan mencari putrinya.." ucapnya dengan tawa kecil.

"Iya.. lagi pula Molly dah ngantuk.. bangun jam tiga dini hari, belum tidur lagi sampai sekarang.." saut ku mengeluh dengan bibir yang mengerucut.

"Uh kasihan... kenapa? shalat malam.? biar Om makin sayang hmm.?" tanyanya sekaligus menggoda. Tangannya mengacak kecil rambut di ubun-ubun ku membuatku semakin nyaman berada di dekat nya.

"Begitulah.." jawab ku membual.

Tidak mungkin aku jujur, bisa-bisa di semprot aku, masuk ke club tanpa izin dari nya.

Setelah melakukan transaksi pembayaran, Om Alex menggandeng hangat tanganku menuju kendaraan mewah miliknya yang terparkir di ujung halaman. Kemudian memastikan ku aman memasuki mobilnya.

Dan kini kami sudah sama-sama berada di dalam mobil. Seperti biasanya pria gagah itu menarik sabuk pengaman ku dan memakaikannya. Hingga kini wajah kami hampir tak berjarak.

Dari jarak yang sedekat itu mata indahnya mengerling ke arah ku kemudian menatap lekat wajah ku, tangannya mulai menyingkap lembut anak rambutku.

Dag Dig Dug Der yang ku rasakan saat ini, aku yakin Om Alex mau menuntut sesuatu dari ku.

"Aku mencintaimu.. kau tahu yank.. semakin lama.. aku semakin candu berada di dekat mu..." ucapnya dengan suara serak yang mengalun indah, sungguh menyentuh kalbu.

Dan kini tidak hanya hatiku yang pria itu sentuh, tapi benda tak bertulang nya mulai meraba bibir ku menjalar ke leher jenjang ku. Lembut sekali ia memperlakukan ku.

"Om.."

"Hmm..?" sautnya tanpa menghentikan aktivitas nya.

"Ja-jangan begini Om.." tolak ku halus dengan napas yang mulai tak teratur.

Apa lagi saat wajahnya ia gusur kan membenam di gundukan padat milik ku. Untungnya aku memakai baju inner yang menutupi seluruh bagian depan tubuh ku. Tak hanya itu, bisa kurasakan raba tangannya mulai menyelusup ke dalam rok ku.

"Aku menginginkan nya.. tapi ini tidak benar..!!"

"Om.." tangan ku reflek mencekal gerakan tangannya.

"Hmm..?" Om Alex menghentikan aksinya, kemudian menatap ku protes.

"Kenapa..?" tanyanya lembut.

"Ki-kita belum menikah Om.." jawab ku mengingatkan nya. Mungkin saja pria itu khilaf.

"Aku tahu lalu kenapa.?" sambung Om Alex datar.

"Kenapa.?" ucap ku mengerutkan keningku.

"Ini tidak benar Om.. aku takut bablas.. ini dosa Om.." ucap ku lagi mengingatkan.

"Dosa.?" kulihat senyum sinis nya nampak di ujung bibirnya.

"Makanya secepatnya kita menikah.. mau sampai kapan kita berhubungan seperti ini hmm..? kamu kan tahu yank, aku sudah dewasa, butuh itu juga, bukannya aku sering melamar mu..? aku tahu ini dosa.. makanya aku mau menghalalkan mu.. sekarang jawab, kapan kamu siap aku nikahi..?" ujarnya mulai ketus.

"Om.. kita kan sudah sepakat.. kita gak akan menikah sampai mamah merestui hubungan kita.." saut ku.

"Lalu kapan..? kapan ibu egois mu merestui kita hm..? bukan kah yang akan menjadi wali hanya Roy saja..? dan dia sudah sangat setuju.." sambungnya.

"Tapi Om.. dia itu ibu ku.. bagaimana pun surga ku ada di telapak kaki nya.. dari pada protes lebih baik Om berusaha meminta izin dan mendapatkan restu dari nya.." tuntut ku yang juga mulai ketus.

"Iya.. ini aku mau berusaha.. aku harus membuat putrinya hamil dulu.. mungkin dia bisa merestui hubungan kita.."

Dengan gerakan yang sangat cepat Om Alex menyambar tubuhku "Om..!!!!" Aku meronta. Bahkan teramat kasar ia memperlakukan ku. Aku coba menepis dan mendorong sekuat tenaga ku.

"PLAK"

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi kiri nya. Hingga kini ia berpaling dan mematung. MENYESAL aku benar-benar menyesal menyakitinya.

"Om.. maaf.. aku.. tidak bermaksud begini.. apa sakit Om.. maaf kan Molly Om..?" tanyaku mencecar mencoba menyentuh pipinya yang mungkin terasa pedih. Tapi Om Alex menepis tangan ku.

Kini Om Alex duduk tenang kembali menghadap setir, dengan wajah marahnya pria itu mulai menyalakan mesin mobil.

"Maaf.." ucapnya datar. Kemudian melajukan mobil dengan wajah dingin. Permintaan maaf ku tak pria itu hiraukan hingga aku tak berani lagi mengeluarkan suara. Membuat suasana di dalam mobil berubah senyap.

Sesampainya di halaman rumah sederhana ku, Om Alex segera turun kemudian berjalan memutar menuju ku berniat membukakan pintu untuk ku, bahkan dalam keadaan marah pun pria itu masih memperlakukan ku layaknya seorang ratu. Tapi aku masih mematung di tempat ku, aku takut Om Alex marah dan tidak mau lagi menemui ku.

"Turun lah..." ucapnya datar.

"Turun Molly..." ucapnya sekali lagi. Dan perlahan aku mulai bergerak menurunkan satu persatu kakiku.

Brugh

Setelah menghentakkan pintu, Om Alex berjalan cepat menuju pintu bagian kemudi, yaah sepertinya pria itu mau meninggalkan ku dalam keadaan marah.

"Om.. mau kemana..? Om.. jangan pergi dulu.. maafkan Molly Om.." ucap ku merepek sembari mengikuti langkah nya.

Dan kini tangannya sudah akan membuka pintu mobil "Om..." aku mencegahnya.

"Tolong maafkan aku.. bisa kita bicarakan baik-baik kan Om.." ucap ku asal. Lelaki itu tampak memejamkan matanya geram.

"Sudah cukup Molly. Aku harus pulang.. sebelum aku menerkam mu di sini.. kamu tidak mau aku nikahi, tapi terus menggoda ku dengan busana pendek mu..!!" ucapnya geram.

Aku sadar aku salah, aku memang selalu ingin terlihat menggoda di matanya "Maaf Om.." lirihku menunduk.

Brugh

Om Alex masuk ke dalam mobil, meninggalkan ku begitu saja. Tidak ada kecupan sayang di keningku dari nya. Sepertinya dia benar-benar marah padaku. Aku maklum, sudah sangat lama pacar ku menduda pasti ia membutuhkan seseorang untuk menyalurkan keinginannya.

...----------------...

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!