Coincidence 2.0
Seoul
Suga, pria itu tengah sibuk mengangkut barang kesana kemari.
Nyonya Min
Kalian tega sekali meninggalkan ibu.
Nyonya min tengah duduk di karpet bersama menantunya. Memandang ke arah anaknya yang sibuk sedari tadi.
Lia
Aku juga tidak ingin pergi ibu tapi katanya rumah Suga tidak ada yang menempati di Seoul.
Hari ini Suga berencana pindah kembali ke rumahnya yang di Seoul, dulu Suga membuatnya untuk keluarga nya kelak, karena sekarang sudah mempunyai keluarga ditambah satu lagi masih dalam perut sang istri jadi Suga memutuskan untuk pindah sekarang.
Nyonya Min
Dijual saja rumahnya, kalian tinggal bersama ibu saja ya? Rumah ibu terlalu besar jika ditempati ibu saja.
Suga
Aku ingin mandiri ibu.
Sahut Suga sambil mengangkat kardus-kardus sisa barang-barang mereka.
Nyonya Min
Aku tidak bicara padamu, nanti kalau istrimu kelelahan bagaimana? dia kan sedang mengandung.
Lia
Aku tidak apa-apa, ibu tenang saja.
Lia
Lagipula Liam juga sudah semakin aktif, butuh ruang lebih luas untuk bermain.
Nyonya Min
Kalau begitu kalian beli rumah saja di Daegu.
Suga
Tidak bisa ibu, Namjoon butuh bantuan ku di pabrik pusat, dia kewalahan.
Nyonya Min
Itulah gunanya kalian mempunyai karyawan, percuma saja bayar karyawan mahal-mahal kalau masih kewalahan.
Suga tak menghiraukan, ia kembali membawa dua koper terakhir untuk ia masukkan ke dalam bagasi.
Lia
Bagaimana kalau ibu ikut pindah saja? bersama kami?
Nyonya min Sebenarnya ingin, tapi ada sesuatu yang tidak bisa ditinggal.
Nyonya Min
Makam ayahnya Suga ada disini, ibu tidak bisa pindah meninggalkannya.
Lia
Ibu tenang saja, aku akan sesering mungkin ke Daegu.
Nyonya Min
Baiklah, tapi jangan terlalu lelah ya? ibu juga akan sering-sering ke Seoul.
Percakapan itu diakhiri dengan kedatangan Suga, banyak peluh menetes di pelipisnya.
Suga
Ayo Lia, semua sudah siap.
Ucap Suga sembari mengangkat Wiliam yang daritadi sibuk bermain.
Lia langsung menatap nyonya min, berpelukan sebentar sebelum adegan penuh bawang dimulai.
Nyonya Min
Jaga diri baik-baik ya? kalau Suga merepotkan ganti suami saja, oke?
ucap Suga yang hampir menyentuh knop pintu.
Nyonya min mengangguk, ia kemudian mengantarkan anak, menantu dan cucunya untuk pindah ke Seoul. berat bagi nyonya min tapi ia tahu anaknya sekarang sudah berkeluarga.
Nyonya min mencium Wiliam berkali-kali, tidak menyangka sudah sebesar ini sudah bisa berjalan dan berbicara walaupun kadang tidak jelas.
Hingga Suga dan Lia masuk ke dalam mobil. lalu perlahan mobil mereka melesat bersama kendaraan lain. disitulah baru nyonya min meneteskan air matanya.
New House
Mobil Suga berhenti tepat di depan rumah gaya minimalis modern, ada sedikit aksen tradisional pada lantainya yang terbuat dari kayu.
Rumah Suga berlantai dua, cukup untuk keluarga mereka, tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Ada halaman di depan rumah dengan pohon mangga di samping rumah.
Pada pohon mangga sendiri ada sebuah ayunan kecil yang sengaja digantung. Lia mengamati itu sembari mengusap perutnya, suga ternyata lumayan memperhatikan detail rumahnya.n
Suga menggendong Wiliam kira-kira sampai di depan pintu, lalu menurunkannya untuk membuka pintu yang terkunci.
Lia terperangah begitu melihat desain interior rumah Suga, didominasi dengan warna-warna minimalis dengan lampu kuning temaram yang jika dinyalakan akan memberikan kesan hangat.
Suga sendiri menjelaskan seperti tour guide ruangan-ruangan yang ada di rumahnya. di sampingnya ia menggandeng si kecil Wiliam.
Lia mengangguk ia mengekor di sebelah Suga yang menuntun Wiliam untuk berjalan menaiki tangga kayu.
lucu sekali saat Suga melepaskan genggamannya, membiarkan Wiliam berjalan sendiri sambil tangannya memegang tembok untuk pegangan.
Suga
Wah dia sudah semakin besar.
Saat menyadari sesuatu Suga menoleh pada sang istri. Lalu pandangannya jatuh pada perut yang sedikit mengembang itu.
Suga
Aku lupa kau kan sedang mengandung, oh astaga.
Suga
Aku belum menata ruangan di bawah, kamar ku berada di lantai atas. Kau nanti naik turun tangga kuat tidak?
Suga menatap Lia cemas sampai melupakan Wiliam sudah hampir sampai di atas sendirian.
Lia
Aku kan hamil tidak lumpuh, masih bisa berjalan, tidak apa-apa.
Suga
Aku ini mencemaskan mu.
Sontak Suga pun menoleh ke atas mendapati Wiliam sudah menaiki tangga terakhir, buru-buru Suga berlari ke atas sebelum Wiliam tiba-tiba terjungkal
Keluarga kecil itu memasuki kamar milik Suga. tidak jauh beda luasnya dengan kamar di Daegu, Catnya berwarna krem dengan lantai kayu yang hangat.
Suga
Katakan saja jika ada yang ingin diubah, aku akan segera mengubahnya.
Lia mengelilingi ruangan, melihat-lihat interior kamar yang cukup nyaman.
Lia
Sejauh ini cukup, aku suka
Suga
Kita berdua akan tidur disini.
Suga
Aku sudah siapkan kamar untuk Wiliam.
Sudah dari jauh-jauh hari Suga menyiapkan ruangan untuk anaknya kelak, sekarang akan ditempati oleh Wiliam.
Lia
Wiliam masih kecil Suga
Suga
Tidak, kita harus biasakan Wiliam untuk tidur sendiri, kau tidak lihat ia sudah sebesar ini?
Ucap Suga sembari mengukur tinggi Wiliam dengan meletakkan telapak tangannya di kepala Wiliam.
Suga
Dia bahkan sudah bisa bicara walaupun masih berantakan.
Wiliam
Ma, pa, janan berperang begitu, kata paman Jim tidak boleh, beradu-beradu begitu tidak boleh.
Si kecil Wiliam mendekat ke arah kedua orang tua nya yang sedang berdebat.
Anak kecil saja tahu, walaupun bicaranya Wiliam masih tidak terlalu jelas tatanannya.
Suga
Pa tidak berperang Wiliam, Pa sedang berdiskusi dengan Ma mu.
Wiliam
Berisu...bersisu...bersisusi Itu apa?
Suga mengusap tengkunya, lain kali kalau bicara Suga harus memperhatikan penggunaan kalimat. otak Wiliam belum sampai dengan bahasa orang dewasa.
Lia
Ber-dis-ku-si Liam, bukan bersisusi.
Lia mendekat ke arah Wiliam, gemas sekali dengan anak pertamanya.
Suga
Kita lihat kamar mu saja bagaimana?
Suga langsung saja menggendong Wiliam sebelum si kecil itu kembali bertanya.
USG
Hari ini adalah jadwal rutin USG Lia, diantarkan sang suami dan anak pertamanya Lia berjalan di samping Suga yang tengah menggendong Wiliam.
Pria bermarga Kim yang kini tengah memakai jas putih itu lantas menoleh.
Wiliam mencoba turun dari gendongan Suga, berjalan tergesa-gesa menuju pamannya.
Adegan itu berakhir dengan berpelukan singkat antara Wiliam dan Seokjin yang berjongkok menyamakan tinggi Wiliam.
Seokjin
Wiliam sedang apa disini?
Wiliam
Antar Mama, kata Papa nanti perut mama di foto-foto begitu
Wiliam
Paman Jin, difoto itu apa?
Seokjin langsung menengok ke arah Suga, sementara Suga malah tertawa seolah mengatakan "rasakan"
Seokjin
Eum Wiliam mau ke ruangan paman tidak? paman punya permen.
Wiliam langsung membulatkan mata berbinar, ia bahkan melupakan pertanyaannya yang masih menggantung belum dijawab.
Wiliam
Kalu satu tidak mau, harus banyak-banyak paman ya?
Seokjin
Ada banyak, nanti buat Wiliam semua.
Wiliam tersenyum senang, tapi kemudian ia menarik-narik ujung jas Seokjin yang sudah terlebih dulu berdiri.
Wiliam
Nanti Wiliam tidak dicabut-cabut kan giginya? Kata paman Jim kalu Wiliam makan permen banyak-banyak nanti dicabut-cabut giginya.
Wiliam
Paman Jin gigi Wiliam belum banyak, lihat masih kecil-kecil kalu dicabut-cabut Wiliam nanti makannya pakai apa?
Seokjin kembali berjongkok.
Seokjin
Iya kalau Wiliam malas gosok gigi, nantinya dicabut mau tidak?
Wiliam
Tidak mau paman, Wiliam nanti menangis bagaimana? Wiliam malu banyak-banyak dengan adik Wiliam.
Suga mendekat ke arah sang putra.
Suga
Tidak akan Wiliam, Wiliam kan rajin gosok giginya. Nanti kalau dicabut Paman Jin Wiliam tendang saja, sudah diajari paman Kook caranya kan?
Wiliam
Nanti paman Jin kalu macam-macam Wiliam tendang, kata paman Kook Wiliam jagoan, bisa tendang-tendang.
Suga
Wiliam ikut paman Jin dulu, Pa mau mengantar Ma dulu ya.
Selepas itu Suga mengacak-acak Surai Wiliam, sebelum kembali berdiri.
Suga
Hyung aku titip Wiliam, ingat Hyung putraku sedikit terkontaminasi dengan Jimin, sabar saja ya.
Seokjin
Oh astaga, semoga aku kuat.
Suga dan Lia segera pergi menuju ruangan dokter kandungan. Sedangkan Wiliam sudah berada pada gendongan pamannya. ingin makan permen katanya.
Di ruangan Seokjin tengah bising dengan Wiliam yang bertanya ini itu tentang apapun yang ia lihat.
Wiliam
Paman, kak Yura tidak pernah ikut paman ya?
Tanya Wiliam yang tengah duduk di sofa menikmati permen yang diberikan Seokjin padanya. Yura adalah anak kedua Seokjin 3 tahun lebih tua dari Wiliam, kira-kira sudah masuk TK. Sedangkan anak pertama Seokjin Yeo, sudah memasuki sekolah dasar.
Seokjin yang tengah membalik-balikkan berkas lantas menoleh.
Seokjin
Tidak, Kak Yura kan sedang sekolah.
Seokjin kembali menghentikan aktivitasnya. ia sedang memikirkan kalimat yang tepat agar Wiliam mengerti.
Seokjin
Sekolah itu seperti bermain Wiliam.
Wiliam
Wiliam setiap hari bermain mobil-mobil kecil, jadi Wiliam juga sekolah ya paman?
Seokjin
Tidak bukan begitu.
Seokjin
Begini, sekolah itu bermain tapi diluar, bertemu teman-teman. kalau Wiliam kan bermainnya dirumah itu tidak sekolah.
Wiliam mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti.
Wiliam
Kata paman Jim, di perut Ma ada yang seperti Wiliam, paman tau tidak masuknya bagaimana?
Wiliam
Kata paman Jim Wiliam disuruh tanya paman Jin, paman Jin kan dokter.
Seokjin mengerjap berulang kali. Maksudnya bagaimana sih? masuknya ya. Jadi Seokjin harus menjelaskan seperti apa. Ia pun mengusap tengkunya, lain kali ia juga harus menjauhkan Yeo dan Yura dari Jimin. berbahaya.
Seokjin
Wiliam jangan dekat-dekat paman Jim ya.
Seokjin
Paman Jim itu nakal, nanti Wiliam tidak jadi jagoan kalau nakal. Jadi penjahat mau?
Wiliam
Tidak-tidak, nanti jadi penjahat tidak keren seperti paman Kook lagi, nanti Wiliam tidak bisa tendang-tendang lagi.
Untung saja pengalihan kali ini berhasil. Jadi Seokjin buru-buru menggendong Wiliam untuk dikembalikan kepada orang tua nya sebelum kembali mengucapkan pertanyaan-pertanyaan mautnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!