🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Rama Edrik Abraham
Raka Endro Abraham
Alisya Anggun Almira
Riana Puteri Afrizal
Juna Armando
Fiko Rahadian
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Disebuah rumah mewah nan megah, seorang pemuda tampan sedang mondar-mandir di dalam kamarnya sembari di tangannya memegang sebuah amplop berwarna putih.
"Aduh, bagaimana ini?" gumam Edrik.
Edrik melangkahkan kakinya keluar kamar, kepalanya celingukkan entah apa yang dia cari.
"Bi Ria, kesini sebentar," seru Endrik dengan suara pelan.
"Ada apa Den?"
"Mommy kemana?"
"Sepertinya Nyonya sudah tidur Den, ini kan sudah pukul sembilan malam."
"Kalau Daddy?"
"Ada di ruangan kerjanya."
"Selamat-selamat, terima kasih ya Bi."
Edrik segera melangkahkan kakinya menuju ruangan kerja Daddynya.
Tok..tok..tok..
"Daddy, boleh Edrik masuk?" seru Edrik dengan memperlihatkan kepalanya saja.
"Masuk saja, biasanya juga kamu langsung masuk tanpa minta izin," sahut Daddy Raffa tanpa melihat ke arah Edrik.
Perlahan Edrik membuka pintu ruangan kerja Daddynya, dengan ragu-ragu Edrik masuk ke dalam dan berdiri di hadapan Daddy Raffa.
"Ada apa?" tanya Daddy Raffa datar.
"Ini Daddy."
Edrik menyimpan amplop di tangannya ke hadapan Daddy Raffa. Daddy Raffa hanya meliriknya dan kembali melanjutkan pekerjaannya, Daddynya seakan sudah tahu apa isi dari amplop tersebut. Edrik menunggu Daddynya dengan perasaan tegang, hingga akhirnya Daddy Raffa menghentikan pekerjaannya dan menutup laptopnya.
"Ulah apa lagi yang sudah kamu lakukan?" tanya Daddy Raffa dingin.
Daddy Raffa menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam sembari tangannya memijat pelepisnya yang tiba-tiba terasa berdenyut.
Edrik hanya menundukkan kepalanya dan tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun, Edrik merasa merinding dengan pertanyaan Daddynya yang menurut Edrik sangat horor.
"Tawuran, membully adik kelas, atau bolos dari sekolah?" tanya Daddy Raffa kembali.
Edrik menggaruk kepalanya yang tidak gatal...
"Tidak tiga-tiganya Daddy, tadi Edrik tidak sengaja memukul Jojo sampai pingsan," sahut Edrik dengan masih menundukkan kepalanya.
Daddy Raffa mengusap wajahnya dengan kasar mendengar jawaban yang di lontarkan oleh putera sulungnya itu.
"Astaga Edrik, Mommy sama Daddy sudah pusing melihat tingkah laku kamu yang urakan seperti ini, perasaan Mommy dan Daddy mendidik kamu dengan benar, tapi kenapa kamu tumbuh menjadi anak yang tidak bisa diatur seperti ini? Daddy malu Edrik harus ke sekolah terus mengurusi kenakalan kamu. Lihat adik kamu Raka, dia begitu penurut bahkan di sekolah dia menjadi anak yang berprestasi," bentak Daddy Raffa.
"Si Raka memang kutu buku dan kuper, dasar anak tidak gaul," gerutu Edrik.
"Mommy dan Daddy itu sangat mengharapkan kamu bisa menjadi anak pintar dan membanggakan kami. Kamu tahu kan Daddy itu siapa? semua gerak-gerik keluarga kita itu ada yang ngawasin, semua media berlomba-lomba ingin mengorek kehidupan keluarga kita, jadi kalau kamu bertindak macam-macam diluaran sana dan sampai ada media yang mengetahuinya, reputasi Daddy bakalan hancur, mau di taruh dimana muka Daddy."
"Maaf Daddy."
"Sudah berapa ratus kali kamu minta maaf dan ratusan kali pula kamu mengulanginya, kamu dan Raka itu adalah penerus perusahaan Daddy jadi tolong belajar yang benar dan jangan membuat onar terus. Coba jelaskan apa alasan kamu sampai kamu memukul teman kamu itu?" tanya Daddy Raffa dingin.
"Waktu di kantin dia menabrak Edrik sampai minumannya tumpah membasahi seragam Edrik, ya jelas Edrik marahlah karena seragam Edrik menjadi basah dan kotor."
"Astaga Edrik, cuma itu dan kamu memukulnya sampai pingsan?"
"Iya Daddy," lirih Edrik.
"Daddy angkat tangan, Daddy sudah menyerah menghadapi kelakuan kamu berikan saja amplop itu kepada Mommy kamu," seru Daddy Raffa.
"Ya jangan dong Daddy, ampuni Edrik," sahut Edrik dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.
"Kamu takut sama Mommy kamu?"
"Nah, itu Daddy tahu," sahut Edrik cengengesan.
"Kamu takut sama Mommy kamu, tapi kenapa kamu tidak takut sama Daddy?"
"Karena Mommy kalau sedang marah sangat menyeramkan melebihi setan, jangankan Edrik, Daddy juga kan takut sama Mommy," seru Edrik keceplosan.
"Apa kamu bilang?"
"Ooppsss..sorry Daddy, memang kenyataannya seperti itu. Edrik pernah melihat Daddy merengek kepada Mommy gara-gara Mommy waktu itu marah sama Daddy."
"Apa?"
Daddy Raffa melepas sendalnya dan bersiap melemparnya ke arah Edrik, tapi sayang Edrik sudah lebih dulu kabur ngacir dari ruangan kerjanya.
"Dasar anak nakal," geram Daddy Raffa.
Edrik langsung berlari menuju kamarnya dan mengambil ponselnya untuk bermain game, tiba-tiba pintu kamar Edrik terbuka.
"Bang, kenapa sih lo hobi banget buat Daddy marah? lama-lama Daddy darah tinggi loh ngadepin kelakuan lo," seru Raka dengan merebahkan tubuhnya di samping Edrik.
"Dasar anak Mommy, sana jangan gangguin gue."
"Bang, rubah sikap lo kasihan Mommy sama Daddy mereka sangat berharap kepada kita jangan buat mereka kecewa."
"Aduh berisik banget sih lo, kalau lo datang kesini cuma buat nyeramahin gue, lebih baik lo keluar."
"Terserah lo saja deh Bang, gue sebagai adik lo cuma ngasih tahu lo doang karena gue sayang sama lo."
Raka pun pergi meninggalkan kamar Edrik.
"Sial, anak Mommy itu membuat mood gue tambah hancur saja," gerutu Edrik.
Tiba-tiba ponsel Edrik berbunyi dan tertera nama Juna disana.
"Hallo Jun, ada apa?"
"Bang, lo lupa ya kalau malam ini lo harus balapan sama si Pasha anak SMA sebelah," sahut Juna.
"Astaga gue lupa, Jun."
"Buruan kesini, si Pasha nungguin lo tuh Bang kalau dalam waktu tiga puluh menit lo ga muncul, lo bakalan dianggap kalah."
"Ah sial, ok gue segera kesana."
Edrik cepat-cepat mengambil jaket kulitnya dan mengendap-ngendap keluar rumah.
"Lo mau kemana Bang, malam-malam begini?" tanya Raka yang muncul dari dapur.
"Brengsek lo bikin gue kaget saja, gue mau keluar dulu sebentar."
"Pasti lo mau balapan liar lagi kan Bang?"
"Sudah jangan bawel deh lo, kalau sampai lo ngadu sama Daddy ataupun Mommy, lo bakalan tanggung akibatnya," seru Edrik dengan melangkah keluar pergi meninggalkan Raka.
Raka hanya bisa menghela nafasnya kasar, Edrik mengeluarkan motornya dengan pelan-pelan dan mendorongnya keluar gerbang
"Den Edrik mau kemana malam-malam begini?" tanya Pak Rudsi yang merupakan Satpam rumah Edrik.
"Stttt...Pak Rusli jangan berisik, aku mau pergi dulu sebentar gerbangnya jangan di kunci ya."
"Tapi Den----"
"Pokoknya tidak ada tapi-tapian, aku pergi dulu."
Edrik menyalakan motornya diluar gerbang dan dengan kecepatan tinggi Edrik langsung melesat menuju tempat balapan liar, Pak Rusli hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak majikannya itu.
Sementara itu di tempat balapan, Juna, Fiko, dan Riana sedang menunggu kedatangan Edrik dengan perasaan cemas. Usia mereka memang di bawah Edrik satu tahun, Edrik merupakan siswa kelas dua belas dan mereka semua merupakan siswa kelas sebelas.
Raka adalah yang paling kecil, seharusnya Raka duduk di kelas sepuluh tapi karena kepintarannya, Raka mengalami loncat kelas sehingga saat ini Raka pun sekelas dengan Juna dan kawan-kawan. Edrik tidak mempunyai teman sekelas yang dekat, karena walaupun Edrik dan yang lainnya beda usia, tapi Edrik lebih nyaman berteman dengan mereka semua.
"Mana si Edrik belum datang juga, jangan-jangan dia takut lagi bertanding sama gue," celetuk Pasha.
"Tunggu sebentar lagi, Bang Edrik pasti datang," sahut Fiko.
Sedangkan di tempat lain tidak jauh dari tempat balapan, seorang gadis cantik sedang membantu Ayahnya berjualan nasi goreng. Nasi goreng Ayah Bayu paling laku disana, selain rasanya sangat enak, tempatnya pun tidak jauh berada dari tempat balapan, jadi kebanyakan anak muda makan disitu sembari melihat balapan liar.
"Cha, lebih baik sekarang kamu pulang duluan sana besok kan hari pertama kamu sekolah, nanti kamu kesiangan," seru Ayah Bayu.
"Tidak Yah, Icha akan bantuin Ayah lagipula lihat tuh pembelinya sedang ramai mana tega Icha meninggalkan Ayah sendirian," sahut Icha.
"Tapi Ayah takut kamu kecapean nanti."
"Tidak Yah, Icha tidak capek kok sudah Ayah tenang saja Icha akan bantuin Ayah sampai dagangannya habis."
"Ya sudah terserah kamu saja, kamu memang keras kepala sama seperti ibumu."
Icha hanya menyunggingkan senyumannya mendengarkan ucapan Ayahnya.
***
Kembali ke tempat balapan...
"Sepuluh menit lagi dan si Edrik belum datang juga, kalau sampai si Edrik tidak datang kita anggap dia kalah," seru Pasha.
"Aduh, Bang Edrik kemana sih? lama banget," gumam Fiko.
Tidak lama kemudian, suara deru motor Edrik terdengar semua orang melihat ke arah motor yang baru saja datang itu dan mereka pun kembali bersorak-sorai dengan kedatangan Edrik.
"Bang Edrik," seru semuanya bersamaan.
Ketiga sahabatnya itu menghampiri Edrik dengan senangnya.
"Bang, kita sudah khawatir tahu kalau Abang bakalan telat," seru Riana.
" Tidak ada dalam kamus Edrik bakalan telat, Riana," sahut Edrik dengan mengacak-ngacak rambut Riana membuat Riana tersipu malu.
"Ternyata lo datang juga, gue pikir lo ga bakalan datang," cibir Pasha.
"Memangnya lo mau jadi pemenang tanpa balapan? dasar pengecut," ledek Edrik.
"Gue yakin, malam ini adalah malam keberuntungan gue karena malam ini gue bakalan kalahin lo dan mempermalukkan lo di hadapan anak-anak."
"Kita lihat saja nanti."
Edrik pun kembali menaiki motornya, begitu pun dengan Pasha. Keduanya sudah berada di garis finis, sama-sama saling tatap dengan tatapan yang tajam.
"Ok, kita mulai ya sekarang. Satu...dua...tiga..."
Seorang perempuan melempar syalnya dan dengan hitungan detik kedua motor itu melesat sangat kencang, semua anak-anak tampak bersorak-sorai.
"Ayo Bang, lo pasti jadi juara," teriak Juna.
Alisya atau yang akrab di sapa Icha itu menoleh ke arah jalanan yang terdengar sangat bising, motor Edrik dan Pasha melewati gerobak nasi goreng Icha.
"Astagfirullah, mereka jalanin motor kenceng amat, mereka ga mikirin nyawanya sendiri ya," seru Icha.
"Anak-anak zaman sekarang memang tidak pernah memikirkan perasaan orangtuanya, yang ada di otak mereka hanya kesenangan," sahut Ayah Bayu.
"Ayah tidak takut setiap malam jualan disini? mereka anak-anak brandalan loh Yah, bagaimana kalau mereka malak Ayah? masih mending mereka malak, lah ini amit-amit sampai ngelukai Ayah bagaimana? kan bahaya Yah, lebih baik Ayah cari tempat lagi," seru Icha dengan perasaan cemas.
"Alhamdulillah Nak, selama ini Ayah tidak apa-apa, mereka semua anak orang kaya Nak jadi meskipun mereka brandalan tapi kalau mereka makan di sini, mereka selalu bayar."
"Tapi tetap saja Icha khawatir sama Ayah."
"Sudah ah, sudah terlalu malam ayo bantuin Ayah beres-beres kita pulang."
"Baik Yah."
Tiga puluh menit berlalu, semuanya tampak harap-harap cemas menunggu siapa yang duluan sampai di garis finis.
"Bang Edrik," teriak Riana.
"Yeahhh Bang Edrik, memang the best," teriak Juna.
Edrik pun sampai duluan dari Pasha dan tidak berselang lama motor Pasha pun sampai, semua bersorak.
"Wah, Bang Edrik hebat," seru Riana dengan memeluk Edrik dan Edrik pun membalas pelukkan Riana dan menepuk punggung gadis cantik itu.
"Bang Edrik tidak akan terkalahkan pokoknya," seru Fiko.
"Siapa dulu dong, Edrik," ucap Edrik dengan bangganya.
Pasha dan teman-temannya datang menghampiri Edrik dan langsung mengulurkan tangannya.
"Selamat bro, lo memang tidak terkalahkan."
"Terima kasih," sahut Edrik dengan membalas uluran tangan Pasha.
"Tapi jangan senang dulu, lain kali gue pasti bisa ngalahin lo."
"Ok gue tunggu."
Tapi tiba-tiba suara mobil polisi mengejutkan semuanya, mereka cepat-cepat naik ke atas motor mereka masing-masing dan kabur entah kemana, yang penting mereka terlepas dari kejaran polisi.
"Riana, cepetan naik," seru Edrik panik.
"Iya Bang."
Semuanya berhamburan entah kemana...
"Ayo Nak kita pulang," ajak Ayah Bayu.
"Iya Yah."
Icha membawa wadah berisi sisa bahan-bahan nasi goreng, sedangkan Ayah Bayu mendorong gerobaknya. Disaat Icha mau menyebrang, motor yang dikendarai Edrik pun muncul.
"Bang, awas Bang ada orang nyebrang," teriak Riana dengan memukul pundak Edrik.
"Woi, awas...." teriak Edrik.
"Aaaaaaaaa....."
Icha berteriak sekeras mungkin dengan menutup matanya dan wadah yang dia bawa pun terjatuh sehingga isinya berhamburan dijalan. Dengan cepat Edrik mengerem motornya, dan berhenti tepat di hadapan Icha bahkan ban motornya pun menempel di badan Icha.
Perlahan Icha membuka matanya, dengam nafas yang tersengal-sengal, Icha menatap tajam Edrik yang saat ini memakai helm full face hanya matanya saja yang terlihat.
"Woi, lo kalau pakai motor itu yang benar kalau lo nabrak gue dan gue mati bagaimana?" teriak Icha.
"Lo yang nyebrang ga lihat-lihat, sudah sana minggir," bentak Edrik.
"Lo harus ganti rugi bahan dagangan gue yang tumpah," Icha balik membentak Edrik.
Suara mobil polisi semakin mendekat membuat Edrik dan yang lainnya semakin panik.
"Lo bisa minggir ga?" bentak Edrik.
"Enggak, pokoknya lo harus ganti rugi dulu," sahut Icha.
"Cha sudah, ayo kita pulang," ajak Ayah Bayu dengan mencoba menarik tangan Icha.
"Tidak bisa Yah, lihat bahan dagangan kita tumpah semua."
Edrik semakin panik karena polisi semakin dekat, dengan reflek Edrik menekan klakson dengan kencangnya sehingga membuat Icha dan Ayah Bayu menutup telinganya. Edrik mengambil kesempatan itu untuk kabur.
"Woi, jangan kabur lo," teriak Icha.
"Sudahlah Icha, ayo kita pulang ini sudah terlalu malam."
"Awas kalau sampai gue ketemu sama lo, gue sudah catat nomor plat motor lo," batin Icha dengan kesalnya.
Dengan perasaan kesal dan gondok, Icha pun akhirnya pulang ke rumahnya.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Yuhuuuu sebagai permintaan kalian, RAQILA season 2 sudah rilis nih jangan lupa dukungannya yang kenceng ya🙏🙏🤗🤗
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Edrik dan yang lainnya akhirnya berhasil kabur dari kekaran Polisi, Edrik mengantarkan Riana ke rumahnya.
"Terima kasih Bang, hati-hati di jalan."
"Siap."
Edrik pun langsung melesat menuju rumahnya, sesampainya di rumah waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi, Edrik mematikan motornya dan menggedor gerbang.
"Pak Rusli, buka gerbangnya," seru Edrik dengan suara yang tidak terlalu keras.
"Ya ampun Den, sudah pukul setengah satu pagi kenapa Den Edrik baru pulang," tanya Pak Rusli.
"Iya Pak, biasa ada sedikit masalah."
Perlahan Edrik mendorong motornya dan segera menyimpannya kembali ke dalam garasi. Setelah itu Edrik masuk ke dalam rumah dengan menggunakan kunci cadangan. Edrik sangat berhati-hati membuka pintu takut-takut orang rumah bangun apalagi kalau sampai Daddy dan Mommynya bangun, bisa digantung hidup-hidup dia.
"Aman..aman..selamat gue malam ini," gumam Edrik.
Edrik sangat kelelahan malam ini, dia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur tanpa mengganti pakaian bahkan sepatunya pun tidak sempat dia buka.
Keesokkan harinya...
Daddy Raffa, Mommy Aqilla, dan Raka sudah berada di meja makan untuk sarapan.
"Edrik kemana, kok belum turun?" tanya Mommy Aqilla.
"Masih tidur kali Mom," sahut Raka.
"Masih tidur? memangnya dia tidak mau masuk sekolah, dasar ya anak itu," seru Mommy Aqilla dengan kesalnya dan beranjak dari duduknya.
"Kamu mau kemana, sayang?" tanya Daddy Raffa.
"Mau bangunin anak nakal itu."
"Biar Daddy saja yang bangunin Edrik, Mommy duduk saja."
Daddy Raffa pun segera naik ke atas menuju kamar Edrik, sesampainya di kamar Edrik, Daddy Raffa langsung membuka gorden kamarnya dan terlihat Edrik masih tertidur dengan pulasnya.
Daddy Raffa melihat penampilan Edrik, seketika wajah Daddy Raffa tampak merah padam menahan amarah. Daddy Raffa cepat-cepat menuju kamar mandi dan mengambil air ke dalam ember kecil.
Byuuuuuurrrrr....
Daddy Raffa menyiram Edrik, sehingga Edrik langsung terbangun.
"Banjir...banjir..." teriak Edrik dengan polosnya.
Daddy Raffa melempar ember itu ke lantai sehingga seketika mata Edrik terbelalak karena terkejut.
"Daddy, apa yang Daddy lakukan? kenapa Daddy menyiram Edrik?"
"Lihat pukul berapa sekarang?" seru Daddy Raffa dengan gemasnya.
Edrik pun dengan santai melihat jam beker yang berada di meja samping.
"Baru juga pukul setengah tujuh, Dad," sahut Edrik dengan santainya.
Satu detik...
Dua detik...
"Whaaaattt, pukul setengah tujuh," teriak Edrik yang langsung melompat dari tempat tidur tapi sayang Daddy Raffa menahannya dengan cara menarik baju bagian belakang Edrik.
"Mau kemana?"
"Mau mandilah, Dad."
"Tadi malam kamu pasti ikutan balap liar lagi kan?" tanya Daddy Raffa.
"Ti--tidak Daddy, habis dari ruangan kerja Daddy, Edrik langsung tidur," dusta Edrik.
"Benarkah?" tanya Daddy Raffa dengan menyipitkan matanya.
"Suwerrr Daddy, mana berani Edrik bohong sama Daddy," sahut Edrik dengan mengancungkan jarinya membentuk hurif V.
"Kalau kamu tidak ikutan balapan liar dan langsung tidur, kenapa kamu tidur memakai jaket kulit dan sepatu?" sarkas Daddy Raffa.
Edrik memperhatikan pakaiannya, benar saja tadi malam dia lupa mengganti pakaian dan melepas sepatunya saking lelahnya. Edrik melihat ke arah Daddynya yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan tajam.
Edrik cengengesan dan dengan langkah seribu, Edrik langsung kabur masuk ke dalam kamar mandi dan langsung menguncinya.
"Edrik, awas kamu Daddy akan menghukummu," seru Daddy Raffa sembari keluar meninggalkan kamar Edrik.
"Hufftt...selamat-selamat, astaga bego banget sih kenapa gue sampai lupa mengganti pakaian gue," gumam Edrik.
Edrik melakukan ritual mandi kadal karena dia mandi hanya mengguyur tubuhnya hanya dengan air tanpa memakai sabun. Waktu sudah sangat mepet, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh dan setengah jam lagi waktunya bel masuk.
"Pagi Daddy, pagi Mommy," seru Edrik dengan mencium pipi Mommy Aqilla.
"Ya ampun Edrik, ini sudah jam berapa dan kamu masih di rumah," seru Mommy Aqila.
"Maka dari itu, Edrik langsung berangkat saja."
"Kamu tidak sarapan dulu?"
"Tidak Mom, sudah siang."
Edrik menghampiri Daddy Raffa dan membisikkan sesuatu di telinga Daddy Raffa.
"Jangan lupa hari ini Daddy harusbke sekolah," bisik Edrik.
Daddy Raffa menatap tajam ke arah Edrik, Edrik hanya cengengesan dan terakhir mencium punggung tangan Daddy dan Mommynya.
"Edrik berangkat dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Edrik segera melajukan motornya menuju sekolah, sementara itu Raka dan yang lainnya sedang duduk di atas motor masing-masing yang berada di parkiran menunggu kedatangan Edrik.
"Rak, kayanya Bang Edrik bakalan kesiangan nih," seru Juna.
"Hooh, mana kemarin Bang Edrik sudah dapat surat cinta dari kepala sekolah karena sudah mukul si Jojo sampai pingsan," sahut Fiko.
"Makannya kalian itu insyaf jangan jadi anak-anak yang nakal, memangnya kalian tidak kasihan apa sama orang tua kalian," seru Raka.
"Huuu...dasar bocil sudah pintar ceramah sekarang," ledek Riana dengan mengacak-ngacak rambut Raka.
"Eits, walaupun gue bocil tapi gue sudah bisa bikin bocil, lo mau coba?" goda Raka kepada Riana.
Riana dengan kesalnya memukul kepala Raka..
"Dasar bocil mesum," seru Riana.
"Sakit Ri, lo ya penampilan cewek tapi tenaga kaya tukang kuli, kuat bener mukulnya," seru Raka dengan mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit.
"Apa lo bilang, tukang kuli? wah lo minta dipukul lagi," seru Riana.
Riana sudah mengangkat tangannya untuk bersiap memukul Raka dan Raka pun sudah menutup kepalanya dengan tasnya tapi suara motor Edrik menghentikan keduanya.
"Nah, itu Bang Edrik," seru Fiko.
Motor Edrik memasuki gerbang, tapi tanpa di duga seorang gadis cantik hendak menyebrang membuat Edrik terkejut dan menekan rem secara mendadak, begitu pun dengan gadis itu jauh lebih terkejut lagi.
"Aaaaaa....." teriak gadis itu dengan menutup wajahnya.
"Astaga, lo ga lihat apa motor gue mau lewat? makannya kalau mau nyebrang itu lihat-lihat dulu, apa jangan-jangan lo sengaja mau menabrakkan diri lo sendiri untuk cari perhatian gue, iya kan?" bentak Edrik.
Gadis itu membuka matanya dan menatap Edrik yang masih memakai helm fullfacenya itu.
Deg...
Edrik terpaku melihat wajah cantik gadis itu.
"Wah bahaya nih, yuk kita samperin mereka," ajak Juna.
Juna, Fiko, Raka, dan Riana pun menghampiri mereka, gadis itu memperhatikan motor yang di pakai Edrik dan seketika terbelalak. Dengan kesalnya gadis itu memukul helm Edrik dan membuat semuanya melotot dengan tingkah gadis itu.
"Buka helm lo, lo orang yang tadi malam hampir nabrak gue kan, sampai-sampai bahan dagangan gue tumpah di jalanan," bentak gadis itu yang tidak lain adalah Alisya.
"Oh jadi lo penjual nasi goreng yang tadi malam menghalangi jalan gue," sahut Edrik.
"Woi, buka helm lo ga sopan banget sih lo jadi orang," Alisya kembali membentak Edrik.
Edrik pun membuka helmnya...
Deg...
Sama seperti Edrik tadi, Alisya pun merasa terpesona dengan ketampanan Edrik yang di atas rata-rata mana tampangnya bule banget. Kemudian Edrik menjentikkan jarinya di hadapan Alisya.
"Woi, gue tahu gue memang tampan tapi lo ga usah sampai melongo kaya gitu, mana iler lo sampai menetes kaya gitu," ledek Edrik.
"Sembarangan lo kalau ngomong, percaya diri banget lo, gue mau minta ganti rugi sama lo karena tadi malam sudah membuat bahan dagangan gue tumpah," seru Alisya.
"Enak saja, lo sendiri yang kurang hati-hati nyebrang jalan ga lihat-lihat, pokoknya gue ga mau ganti rugi," tolak Edrik.
"Oh jadi lo ga mau ganti rugi? ok, ga masalah tapi jangan salahkan gue, kalau gue aduin lo ke kepala sekolah karena lo sudah ikutan balap liar dan hampir di tangkap Polisi," ancam Alisya dengan senyumannya.
Edrik dan teman-temannya membelalakkan matanya, berbeda dengan Raka yang merasa terpesona akan gadis cantik yang berada dihadapannya itu. Edrik turun dari motornya dan mencengkram lengan Alisya.
"Berani lo aduin gue ke kepala sekolah, gue bakalan membuat hidup lo menderita selama sekolah disini," ancam Edrik.
"Silakan, gue ga takut," tantang Alisya.
"Sudah-sudah jangan berantem disini, dia adalah Abang aku jadi berapa yang harus Bang Edrik bayar untuk mengganti kerugian yang kamu alami," seru Raka menengahi antara Edrik dan Alisya.
Alisya mulai menghitung kerugiannya menggunakan jari membuat Edrik dan teman-temannya menatap tajam ke arah Alisya.
"Satu juta," sahut Alisya dengan senyumannya.
"Whaattt...lo mau minta ganti rugi apa mau ngerampok gue?" bentak Edrik.
Raka mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya kepada Alisya.
"Ini satu juta dan aku mohon jangan di perpanjang masalah ini, apalagi sampai dilaporkan kepada kepala sekolah," seru Raka.
"Ok tidak masalah, kalau begitu terima kasih ya," sahut Alisya dan langsung pergi meninggalkan semuanya.
"Gila baru pertama kali ini ada yang berani melawan Bang Edrik, cewek lagi, apa jangan-jangan ketampanan Bang Edrik sudah lumtuh kali ya," ledek Fiko.
Plettaaakkk...
Edrik memukul kepala Fiko dengan tangannya..
"Jangan sembarangan lo kalau ngomong, ketampanan gue itu kaya di formalin awet bro, ga bakalan luntur sampai kapanpun juga," sahut Edrik.
"Cantik..." batin Raka.
Tiba-tiba bel masuk pun berbunyi, semua siswa bergegas masuk ke dalam kelasnya masing-masing termasuk Edrik dan teman-temannya.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Dikelas sebelas, terlihat Juna duduk bersama Fiko, sedangkan Raka bersama satu teman yang lainnya dan Riana terlihat duduk sendirian.
"Selamat pagi anak-anak!!" sapa Bu Andini.
"Selamat pagi, Bu!!"
"Hari ini kelas kita kedatangan murid baru pindahan dari Bandung, ayo silakan masuk," seru Bu Andini.
Perlahan seorang gadis sederhana yang terlihat sangat cantik walaupun tanpa polesan makeup tebal, memasuki ruangan kelas.
"Silakan perkenalkan nama kamu," seru Bu Andini.
"Selamat pagi semuanya, nama saya Alisya Anggun Almira, kalian cukup memanggil saya dengan sebutan Icha saja, saya pindahan dari Bandung," seru Alisya.
"Bukannya itu cewek yang di parkiran tadi ya," bisik Juna.
"Iya, yang minta ganti rugi sama Bang Edrik," sahut Fiko dengan berbisik pula.
"Oh jadi namanya Alisya," batin Raka.
"Alisya, kamu duduk di samping Riana saja."
"Baik Bu, terima kasih."
Alisya pun melangkahkan kakinya dan duduk bersebelahan dengan Riana.
"Hai, gue Riana," seru Riana dengan mengulurkan tangannya.
"Hai juga."
Bu Andini pun memulai pelajarannya, semuanya tampak serius mendengarkan penjelasan Bu Andini kecuali Juna dan Fiko yag terlihat masa bodo. Waktu pun berjalan dengan cepat, bel istirahatbpun berbunyi dan semua anak-anak bersorak gembira dan menghambur keluar kelas.
"Hai, kenalkan nama gue Juna."
"Gue Fiko."
"Dan aku Raka, adiknya Bang Edrik yang tadi kamu marahin di depan parkiran."
"Maaf ya, tadi pagi-pagi gue sudah buat rusuh," sahut Icha dengan senyumannya.
"Tidak apa-apa, santai saja," sahut Riana.
"Ngomong-ngomong, kamu beda banget ya sama Kakak kamu, dia begitu menyebalkan dan songong," seru Alisya.
"Dia menyebalkan kalau dengan orang yang belum dia kenal, tapi kalau sudah kenal Bamg Edrik baik kok," sahut Raka.
"Cha, ke kantin yuk!!" ajak Riana.
"Boleh."
Alisya pun ikut ke kantin bersama Raka and the geng. Sementara itu di sebuah parkiran, sebuah mobil mewah memasuki halaman sekolah, semuanya sudah tahu kalau orang itu adalah orang tuanya Edrik dan Raka yang sekaligus pemilik sekolahan.
Daddy Raffa sangat gagah dan masih terlihat sangat tampan walaupun usianya sudah tidak muda lagi, bahkan murid-murid disana pun tampak terpesona kepada Raffa si hot Daddy yang mampu membuat semua wanita klepek-klepek.
Jadi sudah jelaslah, kalau ketampanan Edrik dan Raka menurun dari siapa. Walau pun Edrik dan Raka mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang, Edrik cenderung dingin, songong, cuek, kasar dan itu cerminan Daddy Raffa banget.
Lain halnya dengan Raka, dia lebih kalem, cool, penurut, dan itu merupakan cerminan dari Mommy Aqila. Raka adalah anak yang sangat pintar bahkan Raka sekarang bisa loncat kelas karena kepintarannya, berbeda dengan Edrik sebenarnya Edrik juga mempunyai otak cerdas sama seperti adiknya cuma Edrik terlalu malas belajar dan berpikir jadi dia lebih memilih jalan pintas dan siswa yang berprestasi menjadi target Edrik untuk mengerjakan tugas dia.
"Astaga Tuan Raffa tampan sekali, kalau dia cari istri kedua, gue siap dinikahi."
"OMG, tua-tua keladi makin tua makin menjadi."
Itulah celetukkan-celetukkan dari para siswi perempuan, anak zaman sekarang memang tidak tahu diri. Raffa memasuki ruangan kepala sekolah dan disana sudah ada Jojo dan kedua orang tuanya.
"Selamat siang, Tuan Abraham," sapa Pak Yudi selaku kepala sekolah.
"Selamat siang, Pak Yudi."
Kedua orang tua Jojo sangat terkejut dengan kedatangan Raffa yang notabene seorang pengusaha no satu di Indonesia.
"Apa ini anak yang dipukul oleh Edrik?" tanya Raffa dingin.
"Iya Tuan," sahut Pak Yudi.
"Berapa saya harus ganti rugi kepada kalian? akibat ulah yang sudah dilakukan oleh putera saya?" tanya Raffa kembali.
"Ti--tidak Tuan, tidak apa-apa lagipula sekarang anak saya sudah sembuh," sahut Papanya Jojo.
"Tidak bisa seperti itu, saya tetap harus tanggung jawab dengan kelakuan putera saya."
"Kalau Tuan memang mau tanggung jawab dengan yang dilakukan putera Tuan, tidak usah mengganti pengobatan anak saya tapi cukup Tuan mengizinkan perusahaan saya bergabung dengan perusahaan Tuan," sahut Papanya Jojo tidak tahu malu.
Raffa tersenyum penuh arti...
"Rey, keluarkan cek."
"Baik Tuan."
Rey pun mengeluarkan kertas cek dan dengan cepat Raffa menuliskan beberapa nominal disana.
"Ini cek untuk anda, semoga anak anda lekas sembuh dan sisa uangnya bisa anda pakai untuk modal perusahaan anda. Pak Yudi, sepertinya urusan saya sudah selesai, saya permisi dulu," seru Raffa dan langsung meninggalkan ruangan Pak Yudi.
Sementara itu, Papanya Jojo tampak terkejut dengan jumlah uang yang diberikan oleh Raffa.
"Se--seratus juta," seru Papanya Jojo dengan tangan bergetar.
"Apa Pa? Tuan Raffa memberi kita cek seratus juta? padahal biaya pengobatan Jojo cuma seratus ribu," sahut Mamanya Jojo.
"Dasar, anak sama bapak sama-sama songong," batin Jojo.
Tidak lama kemudian orang tuanya Jojo pun berpamitan kepada Pak Yudi.
Sementara itu, Raka dan yang lainnya sedang makan di kantin, Edrik pun menghampiri semuanya.
"Loh, ngapain cewek ini ada disini?" ketus Edrik.
"Icha anak baru Bang, sudahlah biarkan dia gabung bersama kita, kasihan Icha belum punya teman," sahut Riana.
"Bodo amat, emang gue pikirin."
"Ishh..mulut lo pedes banget kaya sambel," sahut Icha.
"Terus kenapa? lo mau protes?" ketus Edrik kembali.
"Bang, sudahlah jangan berantem mulu," seru Raka.
"Diam lo, gue ga ngomong sama lo. Jadi sekarang bagaimana? gue yang pergi dari sini atau cewek itu yang pergi?" seru Edrik.
Semuanya saling pandang satu sama lain, tapi tiba-tiba saja Alisya berdiri dengan membawa bakso dan es jeruknya.
"Biar gue saja yang pergi, lagipula gue malas satu meja sama lo bikin nafsu makan gue jadi hilang," sahut Icha dengan meninggalkan meja Edrik and the geng.
"Apa lo bilang?" bentak Edrik.
"Sudahlah Bang," seru Riana menenangkan Edrik.
Edrik menatap tajam ke arah Icha yang saat ini sudah duduk di meja lain, tapi Icha malah menjulurkan lidahnya dan itu membuat Edrik semakin kesal.
"Awas saja lo, gue bikin lo ga tenang sekolah disini," batin Edrik.
***
Waktu pulang pun tiba, saat ini Icha sedang menunggu Angkot lewat di depan sekolah. Tiba-tiba rombongan geng Edrik lewat dengan motor masing-masing.
"Icha, lagi ngapain lo? kok belum pulang?" tanya Riana.
"Lagi nungguin angkot, Ri," sahut Icha.
"Bukannya tadi lo sudah dapat uang ganti rugi dari si Raka, ngapain nungguin angkot? naik taxi aja kan lebih enak," ledek Edrik.
"Uang itu untuk belanja bahan-bahan dagangan yang tadi malam lo tumpahin, bukan dipakai untuk ongkos taxi. Lagipula gue ga kaya kalian yang hanya bisanya enak-enak dan ngabisin uang orang tua kalian, gue sudah terbiasa naik angkot dan itu terasa nyaman buat gue," sahut Alisya.
Tidak lama kemudian, sebuah angkot pun berhenti setelah Alisya melambaikan tangannya untuk menghentikan angkotnya.
"Gue pulang duluan, permisi," seru Alisya dan langsung memasuki angkot.
Semuanya tampak melongo dengan ucapan Alisya.
"Wow, cewek yang tangguh dan mandiri," batin Raka yang diam-diam mengagumi sosok Alisya.
"Ayo guys kita pulang," seru Edrik.
Edrik dan teman-temannya pun mulai melajukan motor mereka menuju rumah masing-masing.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Hai guys, ayo dong mana dukungannya jangan lupa tekan gambar hati untuk dijadikan favorit dan masukin ke rak buku kalian ya🙏🙏😘😘
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!