Terlihat begitu banyak mobil mewah sudah berjajar rapi di halaman parkir sekolah.Tak satupun dari mobil itu yang memiliki usia tua maupun lecet sedikitpun. Sekolah yang terkenal dengan fasilitas yang begitu baik dan megah, serta memiliki Guru pilihan, menjadikan sekolah itu menjadi kawasan elit bagi para anak bangsawan untuk bersekolah disana.
Akan tetapi, tidak ada niatan bagi sekolah tersebut untuk tidak memasukkan anak yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, sehingga sekolah mengeluarkan beasiswa bagi anak yang lulus dengan nilai tinggi dan hasil tes kecerdasan yang begitu tinggi.
Salah satu gadis yang cerdas adalah Ayana Meilan. Seorang gadis berhijab satu-satunya disekolah, dengan latar belakang ekonomi di bawah rata-rata, sehingga membuatnya sering di kucilkan dan di bully oleh para siswa kaya dengan aroma uang yang selalu menjadi kebanggaan mereka.
Tapi semua itu tidak menyurutkan hasratnya untuk tetap bersekolah di sana dan mendapatkan nilai yang lebih daripada murid lainnya.Ayana selalu berusaha keras untuk mencapai nilai yang terbaik, dengan belajar sendiri dirumah, dan dukungan selalu diberikan Ibunya, orang tua satu - satunya yang di miliki Ayana saat ini.
"Ayanaa, aku tidak tau tentang bab ini, ayo kerjakan ,setelah selesai berikan kepadaku Ok" seru Samuel sambil tertawa menyodorkan kertas kerjanya ke wajah Ayana.Ayana menerima kertas itu dengan sedikit takut.
Para siswa lain tertawa menatap wajah lugu Ayana yang menatap kertas dalam diam.
Tak terkecuali Lucas Wayne yang ikut menertawakan Ayana.Walaupun di dalam hatinya dia tidak tega juga melihat Ayana di perlakukan seperti itu. Namun dia hanya mengikuti teman - temannya.
" Kalau punya Sam sudah, ganti punyaku Ayana, huft mau bagaimana lagi, tadi malam aku benar-benar sibuk di pesta bersama teman-teman " pinta Kiki seraya menyodorkan kertas kerjanya juga.
Gelak tawa kembali terdengar dari mulut mereka.Mereka sangat bahagia dia atas penderitaan Ayana. Selain itu juga kebutuhan akan nilai membuat mereka memanfaatkan kecerdasan gadis polos itu, tanpa sedikit pun mereka berusaha sendiri.
Perlakuan seperti inilah yang selalu diterima Ayana dari teman-temannya. Dia hanya menerima agar permasalahan cepat selesai pikirnya, dan tidak ada kekerasan yang bisa saja ia dapatkan. Dengan menurut, bagi Ayana semua pasti akan baik - baik saja, namun semua tidaklah semudah pemikiran Ayana, setiap hari dia seperti kewalahan meladeni teman- temannya yang menginginkan ini itu.
***
Hari sudah sore, senja orange sudah hampir tenggelam di barat sana, Ayana masih berjalan pulang dari sekolah, menyusuri setiap jalan dan melewati gang sempit untuk bisa menuju rumahnya.
Rumah yang begitu kecil yang jalannya pun hanya bisa dilewati oleh kendaraan kecil. Terlihat seorang Ibu berumur sekitar 40th, sedang sibuk menutup toko buahnya yang tidak cukup besar.Ayana menghampiri Ibu itu.
" Ibu, Ayana sudah pulang " Ayana memeluk Ibu nya dari belakang.
" Bagaimana sekolahmu tadi, apa semua lancar? "Seorang Ibu yang dengan telatennya selalu menanyakan kabar anaknya di sekolah, karena ia tahu, anaknya berada di tengah para anak pejabat kaya yang bisa saja melakukan apapun kepada orang miskin seperti mereka. Namun semua itu di tutupi oleh Ayana, sedikitpun dia tidak ingin membuat Ibu nya bersedih dan khawatir, dia selalu memberi kabar bahagia kepada Ibunya.
" Tenang saja Ibu, semua berjalan lancar, setiap hari juga seperti ini, tidak ada yang perlu Ibu khawatirkan " Senyum Ayana yang ia buat demi menenangkan hati sang Ibu tercinta, Orang satu-satunya yang merawat Ayana saat ini, dengan berbekal dagangan buah yang setiap hari mungkin akan sulit untuk menjadi lembaran uang.
" Baiklah, masuklah ke dalam, tadi Ibu sudah membuat sup ayam, Makanlah dan ganti bajumu ! " Perintah Ibu Starla Ibunya Ayana sambil meneruskan kembali pekerjaannya.
***
Lucas masih berada di dalam mobil mewahnya,ditemani oleh sopir pribadi yang selalu menemani Lucas kemana ia pergi, membuat Lucas begitu risihrisih dengan perlakuan yang dia dapat dari keluarganya. Dalam hati kecilnya, dia ingin hidup bebas seperti teman- temannya.
" Aku ingin kerumah Sam. antar aku kesana sekarang ! "
" Tapi Tuan Angkasa menyuruh Tuan Muda untuk segera pulang. sudah tiga hari anda tidak pulang Tuan Muda "
Huft, malas sekali kalau harus pulang ke rumah.
" Baiklah, terserah kalian saja " Lucas menghela napas kasar.Dia tidak ingin membantah lagi, karena itu akan percuma saja.
***
Di sebuah rumah yang begitu mewah, seorang perempuan berumur sekitar 40th dan seorang pria tua berusia sekitar 60th sedang duduk di ruang tamu ditemani minuman mereka yang berada di atas meja dan buah sebagai pelengkapnya.
" Apa Lucas nanti akan pulang? " tanya pria tua itu, yang tak lain adalah ayah Lucas bernama Angkasa Wayne.
" Aku sudah menyuruh sopir untuk membawa Lucas pulang sayang " jawab Ibu Lucas sembari memakan potongan buah dihadapannya.
Seorang wanita berusia 50th nan menghampiri mereka dengan membawa map di tangannya.
" Fanny, kau itu Ibunya, harusnya kau bisa mengendalikan anakmu agar bisa disiplin, apa -apaan, sudah tiga hari dia tidak pulang kerumah, bagaimana dia bisa mengurus bisnis keluarga kita kelak "
"Leticya, sudah urus saja Louis yang juga tidak pernah pulang sampai sekarang, berhubungan dengan keluarga hanya melalui ponsel" Angkasa memperingatkan istri pertamanya untuk tidak membuat keributan.
" Louis tidak pulang karena dia mengurus pekerjaannya, kau sudah tau itu " sembari duduk menikmati potongan buah di meja.
" Ini, tanda tangani " Leticya memberikan map kepada Angkasa.
Fanny hanya diam tanpa berkata apa-apa. Dia tau betul, kemampuan dia dalam bisnis tidak seberapa. Sehingga hanya rumah yang menjadi kesibukannya saat ini. Melihat Leticya dan suaminya sibuk dengan pekerjaan, dia berdiri hendak kebelakang, namun Lucas masuk tanpa menyapa mereka.
" Lucas kau sudah pulang sayang " Fanny mencium kedua pipi anaknya dan menyuruhnya untuk duduk.
" Aku kira kau lupa jalan pulang " seru Leticya tanpa menatap Lucas.
Fanny hanya mengelus dada anaknya, agar Lucas tidak terpancing emosi yang di buat Leticya.
" Ayo sayang, Ibu sudah menyuruh Bibi memasakkan makanan kesukaanmu ! " Lucas kembali berdiri bersama Fanny.
" Belajarlah bisnis di kantor, itu akan menjadi pengalaman setelah kau lulus sekolah sebentar lagi ! " seru Angkasa.
Lucas hanya terdiam menatap Ibu, berharap membawanya pergi dari tempat itu.
" Biar dia makan dulu, itu bisa di bicarakan nanti! " Fanny menarik tangan Lucas dan membawanya pergi menuju dapur.
" Duduklah sayang. ...Bibi,.. .bawa tas Lucas ke kamar ! " Pelayan rumah itu segera menerima tas yang di berikan Fanny, dan segera pergi menuju kamar Lucas.
"Tunggulah sebentar, Ibu akan mengambilkan makanan untukmu " Lucas hanya diam melihat Fanny mengambil makanan untuknya.
" Ini makanlah yang banyak! "
.
.
.
.
.
.
.
.
Salam buat pembaca semua, jangan lupa like vote dan komen ya 🙏💕
Huft membosankan sekali kalau berada di rumah.
Lucas merebahkan tubuhnya sambil menatap atap rumahnya dengan pandangan kosong. Pandangannya menerawang mengingat kakaknya yang sudah setahun tidak pulang. Setiap kali Lucas menelpon, tidak pernah ada jawaban dari Louise. Entah kenapa Louise begitu bencinya kepada Lucas, tapi tidak sedikitpun Lucas membeci laki-laki seayah dengannya itu.
Cekrek.
Pintu kamar Lucas terbuka, membuyarkan lamunan Lucas akan kakaknya. Lucas melirik ke arah pintu yang terbuka, kaki lurus mungil ibunya yang mulai melangkah mendekatinya. Lucas masih berbaring tanpa menoleh kearah Fanny yang sudah duduk di dekatnya.
"Kenapa kau sering pergi dari rumah, apa kau tidak mau berbagi dengan Ibu? "Fanny mengelus rambut Lucas yang sedikit memanjang.
" Apa Ibu bisa mengerti Lucas kalau Lucas berbicara kepada Ibu? " Lucas memiringkan tubuhnya membelakangi Fanny.
" Kalau yang kau inginkan tinggal di apartemen sendiri, Ibu tidak bisa mengizinkan. Kau masih tergantung dengan kami semua Lucas "
" Aku bisa Bu, aku tidak tahan berada di rumah kalau ayah terus menekan Lucas untuk belajar bisnis, Lucas masih ingin bebas menikmati masa muda Lucas Bu "seru Lucas sambil membalikkan badan menatap Ibunya.
Fanny menghela napas merasakan kesedihan anaknya, tapi Fanny tidak memiliki kuasa untuk membela anaknya. Semua keputusan di luar maupun di dalam rumah ada di tangan Angkasa suaminya, juga Leticya sebagai orang kedua di keluarga Wayne setelah Angkasa.
"Sudahlah Lucas, keinginanmu tidak akan bisa kau raih sayang, ayahmu terlalu keras kepala, apalagi Leticya tidak akan mungkin mengizinkan keinginanmu itu"
" Kalau ada kakak, dia pasti akan membantuku " raut wajah kecewa Lucas terlihat di mata Fanny.
" Louise membencimu, bagaimana dia bisa membantumu "
" Apa Ibu lupa, Louise dulu menyayangiku, baru beberapa tahun ini dia jadi membenciku, aku yakin ada sesuatu yang membuat dia salah paham kepadaku "
Fanny mengangguk menyadari apa yang dikatakan Lucas.
" Sudah istirahatlah, Ibu keluar dulu " Fanny menepuk kaki Lucas lalu berdiri meninggalkan kamar Lucas.
" Rumah ini seperti penjara bagiku " gumam Lucas sambil mengacak-acak rambut yang hampir memanjang itu.
Lucas menatap ke arah pintu, sebuah ide terlintas di benaknya. Menurutnya ide itu benar-benar briliant.
Lucas berdiri dan membuka pintu mengintip keluar. Tidak ada siapapun. Lucas menutup pintu kembali dan menguncinya rapat-rapat.
Dia memegang ponsel dan mengetikkan sebuah nama, lalu memencet icon berwarna hijau bersiap untuk menelpon nama itu.
" Hallo, Lucas, ada apa? "
" Jemput aku di seberang jalan sekarang, aku akan segera menemuimu ! "
tut tut tut
Aku belum menjawab, kenapa dimatikan, huft dasar Lucas.
Lucas celingukan mengintip dari balik jendela kamar. Dia keluar kamar melalui jendela, dan melipir melewati jalan yang sangat sempit, berusaha mencari jalan untuk turun dari lantai dua.Banyak usaha dia lakukan, sampai akhirnya usaha itu tidaklah sia- sia.
" akhirnya aku bisa turun " gumam Lucas. Dia masih mengendap endap mencoba menghindar dari para penjaga yang masih berkeliaran.
Apa mereka tidak pernah tidur. Dasar penjaga sialan.
Lucas benar-benar kesulitan keluar dari rumah sendiri yang dia rasa penjara untuknya.
Dia memanjat pagar dinding di sebelah rumah yang tertutup tanaman tinggi.
Akhirnya aku bisa keluar dari sini.
Lucas berjalan di tepi jalanan rumahnya sambil menunggu Samuel.
Tak lama sebuah mobil melintas di sebelahnya.
" Lucas, masuklah " teriak Samuel
Lucas memasuki mobil Samuel, sebelum mobil itu melaju kencang meninggalkan kawasan rumah Lucas.
" Kau mau kabur lagi? " tanya Samuel yang masih fokus menatap depan.
Lucas menyandarkan kepalanya yang terasa penat.
" Menurutmu bagaimana, kalau aku tetap disana Ayah pasti akan terus menyuruhku mempelajari bisnis keluarga. Aku masih ingin bebas, semua bisa kulakukan saat aku sudah lulus kuliah nanti "
" Kau benar, Ayahku juga sering bicara begitu, tapi dia tidak mengekangku "
" Itulah bedanya kau dan aku "
" lalu sekarang, aku mengantarmu kemana? "
" Ke rumahmu " Samuel menatap tajam mata Lucas.
" Kau membuatku dalam masalah lagi " Lucas menyambut kata-kata Sam dengan senyuman bahagia.
Samuel masih menjalankan mobilnya di jalanan yang sudah lumayan sepi menuju rumahnya.
***
" Ayo, masuklah! "Lucas melihat sekeliling rumah Sam.
" Sepi sekali, dimana Ayah Ibumu? " Lucas duduk di sofa ruang tamu tanpa disuruh Samuel.
" Mereka tadi siang berangkat ke luar negri, sepertinya agak lama mereka disana, kau mau minum apa? " Samuel mendudukkan tubuhnya di sofa yang berbeda dengan Lucas.
" Terserah kau saja "
" Bibiiiii...... ambilkan air putih ! " Lucas menatap Sam.
" Hanya air putih, kau pelit sekali? "Lucas menautkan alisnya.
" Kau sudah merepotkanku kau masih bisa bilang aku pelit, berteriak kepada Bibi juga butuh tenaga "
" Hah terserah kau saja " Lucas merebahkan tubuhnya di sofa.
" Hei, Lucas, apa Ibumu tidak akan mencarimu? "
" Mungkin Ayahku yang kebingungan mencariku, Ibuku pasti tau aku ada di rumahmu "
kring
Ponsel Lucas berbunyi. Dia segera mengambil nya.
Ibu
" Ada apa Bu? "
" Kau kemana lagi sayang, Ayah mencarimu, dia marah-marah melihat kamu pergi? "
" Kapan - kapan aku akan pulang Ibu, jangan mencariku lagi, aku yang akan menemui ibu! "
Ting Tong
Suara bel rumah berbunyi. Lucas sudah menutup pembicaraannya dengan Fanny.
"Aku akan membukanya" pinta Samuel seraya berdiri.
Samuel membuka pintu, dia terkejut setelah beberapa orang memakai seragam hitam rapi berjajar di depan pintu rumahnya dengan memakai kacamata khas pengawal.
" Apa kau yakin kalau hanya Ibumu yang tau kau bersembunyi di rumahku? Kau membuatku dalam masalah Lucas " Samuel masih memandang orang-orang itu, tapi berbicara kepada Lucas yang menyusulnya dari belakang.
Lucas yang melihat orang-orang itu hendak lari, namun salah seorang dari mereka berhasil menerobos masuk dan menarik paksa Lucas dari belakang.
" Maafkan kami Tuan Muda, Tuan Besar menyuruh kami membawa anda pulang! " seorang pria yang memegang Lucas segera menyuruh yang lain untuk memegangi Lucas. Lucas pun tak bisa mengelak dari pegangan kuat para pengawal.
" Huft, aku pulang dulu Sam, besok kita bertemu di sekolah lagi " Lucas menundukkan wajah memelas sambil berlalu dengan tubuh yang masih di pegangi pengawal.
" Kau seperti tahanan yang tertangkap karena mencoba kabur Lucas " gumam Samuel sambil tersenyum geli.
Saat hendak masuk mobil.
" Aku akan pulang, lepaskan tangan kalian! "
Para pengawal melepas Lucas, namun kesempatan itu dimanfaatkan Lucas dengan baik. Dia memukul seorang yang berada di belakangnya lalu berlari sekencangnya. Pengawal lain segera menyusul Lucas, pengawal lainnya membantu rekannya yang terjatuh ke tanah karena pukulan keras Lucas.
Beberapa pengawal masih mengejar Lucas. Mereka mengumpat kesal setelah menyusuri jalanan tanpa melihat Lucas lagi.
" Berpencar, jangan sampai Tuan Muda kabur lebih jauh, kita yang akan kena masalah nanti !" teriak seorang pengawal.
***
"Aku sudah menelpon Lucas sesuai perintahmu, tapi.... " Fanny menunduk.
" Tapi dia tidak mau pulang, hah anak itu keras kepala "
Sama keras kepalanya denganmu, Memang siapa yang ditiru kalau bukan Ayahnya.
" Kalau dia tidak mau pulang, aku cabut kartu kredit dan mobilnya, dia tidak akan mendapat fasilitas apapun kalau sampai dia tidak segera pulang! " Angkasa berdiri meninggalkan istrinya yang masih mematung mendengar ucapannya.
Lalu bagaimana hidupnya diluar sana nanti
Fanny masih terlarut dalam pikirannya.
Napas Lucas masih ngos-ngosan meskipun dia sudah berhenti dari larinya. Dia bersembunyi di balik pohon besar, sesekali dia menengok ke arah para pengawal yang mengejarnya.Dia duduk mengatur napasnya. Dadanya masih terasa berdegup kencang.
"Aku lelah sekali, tidak mungkin aku kembali kerumah Sam "Lucas mengintip kembali dari balik pohon.
" Mereka sudah tidak ada " Lucas keluar dari balik pohon, dia masih menoleh ke kanan dan kiri memastikan pengawal yang mengejarnya sudah tidak meneruskan niat mereka kembali.Lucas berjalan tak tentu arah.
Kemana aku harus pergi. Apa mungkin ke hotel, Ah tidak, Ayah pasti dengan mudah menemukanku.
Lucas masih berjalan, melewati jalanan kecil agar tidak terjangkau oleh pengawal yang mengejarnya. Dari kejauhan dia melihat kursi yang panjang berad di depan sebuah pertokoan.
" Di sini agak tersembunyi tempat nya, tidak mungkin pengawal itu akan mengejarku sampai sini "Lucas duduk di kursi panjang itu " Malam ini aku tidur di sini saja "
Lucas merebahkan tubuhnya yang lelah karena berlari sejauh itu. Kakinya begitu lemas seperti tidak bertenaga.
" Aku orang kaya, kenapa harus berlarian seperti ini ,lelah sekali ternyata" gerutu Lucas sambil memijat kakinya yang meringkuk.
Semakin lama semakin malam, semakin dingin pula udara yang menerpa tubuh Lucas. Nyamuk yang bernyanyi riang di telinganya membuat Lucas tidak bisa tidur dengan nyenyak.Sesekali Lucas harus menepuk nyamuk yang mencoba hinggap di pipi mulusnya itu
" Hei nyamuk, apa kau tidak tau aku orang kaya, berani sekali kau mengganggu tidurku " Lucas berdiri sambil mengumpat kesal pada nyamuk yang mengganggunya.
Dia rebahan kembali sambil menatap langit.
Seperti inikah rasanya jadi orang miskin, Tidak punya rumah, atap tidurpun langit, selimut ,udara malam.
Tak terasa mata Lucas sudah mulai terpejam tanpa di sadari pemiliknya. Dia sudah berada di alam mimpinya.
***
Di kediaman Angkasa masih terdengar ribut karena para pengawal tidak bisa membawa Lucas kembali. Membuat Angkasa marah dan menyalahkan para pengawalnya.
Andai Tuan Besar ikut, aku yakin Tuan juga tidak bisa membawa Tuan Muda pulang.
Mungkin itu yang saat ini ada di dalam hati para pengawal yang lelah karena berolahraga malam.
" Istirahatlah sayang, dia tidak akan apa-apa di luar sana, kalau kau mencabut semua fasilitas yang dia miliki, aku yakin Lucas akan kembali tanpa kau minta " senyum licik keluar dari bibir Leticya yang sedang berpura- pura baik.
Fanny menatap Leticya dengan penuh amarah.
Dasar nenek sihir.Bisa - bisanya terlihat sok baik di depan Angkasa.
Angkasa terdengar mendesah kesal. dia berdiri,Angkasa berlalu hendak melewati Fanny, langkahnya terhenti saat sudah berada di dekat telinga Fanny.
" Peringatkan anakmu atau dia akan menerima hukuman dariku " Angkasa kembali berlalu meninggalkan Fanny dan Leticya.
Kesempatan itu di gunakan Leticya untuk menyalahkan Fanny.
" Lihatlah caramu mendidik anak, menyusahkan saja. Louise yang terbaik sehingga dia pantas menjadi ahli waris tunggal keluarga Wayne " senyum sinis kembali menghiasi bibir Leticya.
" Lucas belum menunjukkan kehebatannya, suatu saat semua akan terjawab" Fanny mendekatkan bibirnya di telinga Leticya "siapa yang lebih unggul, anakmu atau anakku Lucas,ingat itu nenek sihir" Fanny meninggalkan Leticya yang memasang wajah kesal.
" Berani - beraninya dia berkata seperti itu kepadaku " Leticya mengepalkan kedua tangannya.
Fanny masuk kedalam kamarnya.Fanny memendam amarahnya kepada Leticya dan mengingat Lucas kembali.
" Lucas, kau dimana sekarang? " Fanny merasa bingung, tapi dia mencoba menenangkan dirinya dan berpikir positif.
Mungkin dia berada di rumah temannya yang lain. Tidak mungkin dia kembali kerumah temannya Sam itu.
Fanny masuk ke kamar mandi, mencuci mukanya untuk menghilangkan kecemasan di pikirannya.
Fanny keluar kamar mandi dan segera mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Dia mencoba menghubungi Lucas, namun tidak ada jawaban dari sana.
Fannya memejamkan mata dan berusaha untuk tetap berpikir kalau Lucas baik - baik saja.
***
Pagi hari di sekolah.
" Sam,dimana Lucas, biasanya dia tidak pernah masuk kelas terlambat? " tanya Felly, gadis satu kelas dengan Lucas, yang juga menyukai Lucas.
" Ponselnya juga tidak aktif " imbuh Felly.
Samuel hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Felly.
" Apa kau tidak dengar aku bicara Sam? " Felly mulai kesal.
" Entahlah, mungkin hari ini dia tidak masuk atau ada keperluan aku tidak tau " Samuel menutupi kejadian tadi malam kepada teman - temannya.
Di luar kelas Lucas, para murid kelas lain sedang heboh. Mereka menjadi gaduh membuat penghuni kelas Lucas ikut keluar untuk melihatnya.
Felly dan lainnya melongo menatap penampilan Lucas.
" Astaga Lucas " Sam menarik masuk tubuh Lucas. Lucas hanya diam dan begitu lemas.
" Lucas, apa yang terjadi padamu " Felly ikut heboh karena penampilan Lucas.
" Menurutmu apa? " Lucas menatap Felly kesal.
"Ih, kau kumal sekali, apa kau juga belum mandi, lihatlah rambutmu, kulitmu juga bentol-bentol" Felly merasa jijik dengan penampilan Lucas yang tidak seperti biasanya.
Ayana yang melihat teman satu kelasnya heboh karena Lucas, hanya menggelengkan kepala. Dia tidak pernah peduli urusan teman-temannya.Dia hanya memilih duduk sambil membaca buku.
Lucas terlihat berbisik kepada Sam
" Pinjami aku uang, perutku lapar sekali! " Sam terkejut
" Lucas tidak punya uang " Sam mengeraskan suaranya membuat seisi kelas menatap mereka.
Lucas celingukan.
" Hei kau ini bicara apa, mana mungkin Lucas tidak punya uang " Lucas juga mengeraskan suaranya dan menoleh ke teman-temannya berharap semua temannya mendengar teriakannya
" Haha Sam sudah gila " Lucas tertawa dengan terpaksa, membuat tatapan temannya beralih ke yang lain.
Merasa perhatian temannya sudah tidak kepadanya lagi, Lucas mendekatkan wajahnya di telinga Sam.
" Kau jangan berteriak Sam, aku ini memberitahukan rahasia kepadamu " Sam mulai paham maksud Lucas.
"Memang dimana kartu kredit mu? " tanya Sam lirih.
" Ayah memblokir kartu kreditku. ayo ikut aku ke kantin, sejak semalam aku belum makan! " saat mereka hendak berdiri, Guru sudah masuk dan akan memulai pelajaran.
Niat Lucas pun terurungkan. Dengan sabar dia menahan perutnya yang mulai melilit karena kelaparan.
Saat jam istirahat sekolah, Sam dan Lucas pergi ke kantin. Lucas melahap semua makanan yang ia pesan membuat Sam hanya menelan ludah setelah temannya menghabiskan makanan mereka berdua.
" Hah, lega sekali, thanks Sam " Lucas mengelus perutnya yang membuncit.
" Kau tidak membagi makanan sedikit kepadaku Lucas " Sam menatap piring yang sudah kosong.
" Kau masih bisa pesan lagi " Sam menyandarkan punggungnya.
" Nafsu makanku sudah hilang " Lucas tertawa melihat temannya itu.
" Lalu, kau mau tinggal dimana? apa di kolong jembatan? lebih baik kau pulang saja, turuti apa kata ayahmu! "
" Kau pikir mudah berada di penjara itu lagi "
" Entahlah " Sam mengangkat kedua bahunya.
" Ayo kita ke kelas saja! " Sam mengiyakan ajakan Lucas.
Saat Lucas dan Sam masuk ke dalam kelas.
" Lucas, lihatlah ini, bukankah ini fotomu? " Kiki memberikan sebuah foto kecil yang sepertinya di gunting.
" Iya, kau dapat darimana? " Kiki menunjuk ke arah Ayana yang menunduk malu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!