NovelToon NovelToon

Dea I Love You

Menikah Karena Terpaksa

Dea, I Love You

Oleh Sept

"Saya terima nikah dan kawinnya Dea Kanaya binti Rudi Askoro dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Seketika kata sah mengema di dalam ruangan yang dipenuhi tamu undangan. Bila diperhatikan dengan seksama, tidak ada raut kebahagiaan pada pasangan baru tersebut.

Terutama Daniel, ia sangat menentang pernikahan ini. Kalau saja bukan karena mamanya yang mendesak dengan gigih, ia lebih baik memilih kabur ke luar negeri. Menikahi Dea yang terpaut 10 tahun dan betapa Dea bukan tipikal wanita ideal, membuat Daniel ingin melenyapkan saja Dea dari muka bumi ini.

Ini adalah takdir yang seperti lelucon bagi pria seperti Daniel Mahendra. Seorang CEO dipaksa menikah dengan gadis jelek dan enggak banget. Sungguh, mamanya benar-benar ingin menyiksa Daniel secara perlahan.

Tunggu saja, Daniel akan membuat Dea menyesal karena menikah dengannya. Bila Dea menolak, ia pasti bisa bebas dari penjara pernikahan yang memuakkan ini. Sayang, gadis bodoh dan jelek itu malah menerima perjodohan ini. Sial! Benar-benar nasib sial bagi seorang pria keren, tampan dan menawan seperti Daniel.

Hotel Nakula Presidential Suit

BUGH

"Kau tidur di sofa!" Daniel melempar sebuah bantal tepat ke muka Dea.

Gadis itu melotot tajam ke arah Daniel, pria yang baru beberapa saat lalu jadi suaminya.

"Cowok sialan!" batin Dea sambil meremas bantal yang ada dalam pelukannya.

"Kenapa berdiri saja? Nggak terima?" Daniel melotot balik kepada Dea. Berani-beraninya gadis itu menatapnya dengan tajam. Ia pikir siapa dirinya?

Tidak mau berdebat, lagian ini malam pertama mereka. Sangat lucu bila Dea kabur dari hotel, dengan menghela napas panjang. Dea memilih merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang warna maroon itu.

"Hey! Jorok sekali ... bersihkan dulu make up yang menempel pada wajahmu!" teriak Daniel yang melihat Dea langsung bersiap tidur.

"Tolong jangan ganggu! Aku lelah!"

Daniel menatap tak percaya, "Hey! Wajahmu bisa rusak!"

"Apa pedulimu! Bisa tidak jangan ganggu!" bentak Dea.

"Gila! Bisa teriak juga nih bocah." Gumam Daniel kemudian berjalan mendekati Dea.

"Hey anak kecil! Aku bicara demi kebaikanmu. Lihat betapa tebal bedak yang kau pakai untuk menutupi lubang jerawatmu!" Daniel menatap jijik pada wajah istrinya sendiri.

"Ya Tuhan! Kau cerewet sekali!" keluh Dea karena suara Daniel yang begitu berisik di telinganya.

"Kau ... kau ... panggil yang sopan! Dan lagi aku adalah suamimu!"

"Astaga! Aku hampir lupa, telah menikah dengan pria tua dan cerewet sepertimu!"

"Itulah pentingnya memilih pendamping hidup yang berpendidikan!" Daniel berkacak pinggang, menatap remeh pada Dea. Ia merasa ini benar-benar pernikahan yang salah. Menikahi Dea yang masih duduk di bangku kuliah. Gadis jelek dengan attitude yang di bawah rata-rata bagi seorang Daniel. Membuat ia ingin cepat-cepat menceraikan istri kecilnya itu. Sayang, itu semua bagai mimpi.

Janjinya pada sang Mama membuat Daniel harus bertahan menikah dengan Dea. Setidaknya sampai gadis itu lulus kuliah.

"Ya Tuhan!" Tiba-tiba pria itu memegangi kepalanya yang terasa pusing, ia menghitung kapan Dea akan lulus. Bila berjalan lancar 2 tahun lagi, itu adalah waktu yang sangat lama.

Sedangkan Dara, kekasihnya tahun depan akan pulang ke Indonesia. Sial! Benar-benar sialan sekali. Daniel mengacak-acak rambutnya, terlihat sekali kalau ia nampak begitu prustasi.

Tengah malam, Daniel yang sudah tidur tiba-tiba terbangun karena suara dengkuran Dea.

"Ya ampun ... anak itu!" Daniel meraih bantal. Ia tidur tengkurap sambil bantal menutupi kepalanya. Tapi, semakin ia mencoba memejamkan mata kembali, suara dengkuran Dea makin nyaring.

Kesal, Daniel turun dari ranjang. Pria itu berjalan mendekati sofa dengan perasaan gusar.

"Bangun! Tidurlah dengan sedikit tenang!" Daniel menyentuh pundak Dea menggunakan remote AC. Aneh, seperti kebo. Gadis itu tidak mau bangun, malah mendengur semakin kencang.

"DEA!" teriak Daniel dengan kencang di telinga gadis tersebut.

Kontan saja, tubuh Dea langsung tersentak. Gadis muda itu terhenyak kaget bukan main karena Daniel berteriak tepat di telinganya.

"Astaga!" Dea memegangi dadanya. Jantungnya hampir copot.

"Lo mau jadi duda ya? Dengan ngebunuh gue kayak gini?"

"Ish! Ngomong sama siapa kamu itu? Elo ... elo .... gue ... gue!" Daniel tidak terima, Dea harus bersikap sopan pada dirinya. Sedangkan dia sendiri? Dia bebas melakukan apa saja.

"Pikir-pikir dong mau ngagetin orang!" Dea masih tidak terima.

"Makanya, kalau tidur jangan mendengkur!" Daniel berjongkok, kemudian menyentil dahi Dea.

"Aihs ... !" Dea meringis, mengusap dahinya yang terasa panas.

Melihat Dea yang masih mengosok dahinya, Daniel pun berbalik. Sambil bibirnya mengulas senyum.

"Ini baru permulaan, Kita lihat nanti. Sebentar lagi kamu akan menangis dan memintai cerai." batin Daniel sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang luas dan empuk. Namun sayang, ia tidak mau membaginya dengan Dea.

Pagi harinya, ponsel yang terus berdering membuat Daniel bangun dari tidurnya. "Jam berapa ini?" Ia menatap jam yang menempel pada dinding. Baru jam lima, tapi suara berisik di kamar mandi membuat ia memutar bola matanya dan nampak berpikir.

"Apa dia sudah bangun?" Pria itu mencoba mencari tahu keberadaan Dea, istri kecilnya. Tapi tidak ada di mana-mana.

Dari gemricik air dari kamar mandi, ia menduga, pasti Dea sedang mandi.

"Baguslah! Gadis itu bahkan semalam tidur dengan make up full!" pikirnya.

Ceklek

Buru-buru Danie langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, pria itu dengan liciknya pura-pura tidur.

Dea berjalan menuju sofa, ia menghela napas dalam-dalam. Tas kopernya tidak ada, dan bodohnya lagi, ia malah baru menyadarinya. Alhasil, ia masih menggunakan handuk model kimono. Menunggu sampai seseorang mengambilkan koper miliknya. Tapi siapa? Ia lantas melirik ke atas ranjang. "Ah ... lupakan!" Dea malah mendesi kesal saat melihat ke arah Daniel.

Gara-gara pria itu, kini tubuhnya terasa sakit semua. Tidur semalaman di sofa, membuat otot-ototnya terasa kaku dan badannya jadi sakit semua. Dea kini terlihat bingung, mau ngapain lagi? Hari masih gelap, karena tidak tahu harus apa. Akhirnya ia pun merebahkan tubuhnya di sofa lagi. Gadis itu malah kembali tertidur, sama seperti semalam. Ia mendengkur, namun dengkuran Dea kini terdengar lebih lembut dan berirama.

Daniel yang sejak tadi pura-pura tidur, kini dengan perlahan ia turun dari ranjang. Diliriknya Dea yang sudah kembali tidur pulas.

"Ya ampun, ngebo banget nih bocah!" Daniel berdiri di samping sofa dengan berkacak pinggang bagai seorang bos besar.

"Bisa-bisanya tidur hanya memakai handuk? Ish!" gumamnya.

Baru juga akan berbalik, tiba-tiba Dea bergerak. Sebelah kaki gadis itu menjuntai ke lantai, membuat handuk kimono yang dikenakan sedikit tersingkap.

"Astaga!"

Daniel tetaplah seorang pria. Pria yang jiwanya bisa goyah bila mendapati pemandangan yang menggoda iman. Bersambung.

Yang belum kenalan sama penulis Dea, I Love You, cuss ke Instagram ya : Sept_September2020

Baca juga novel Sept yang lain

Dinikahi Milyader

suami Satu Malam

Dipaksa Menikah

Wanita Pilihan CEO

Dea I love you

Kanina Yang Ternoda

cinta yang terbelah

menikahi pria dewasa

Pernikahan Tanpa rasa

The Lost Mafia Boy

Menikahi pria Cacat

suamiku Pria Tulen

dokter Asha and KOMPOL Bimasena

crazy Rich

KEKASIH BAYARAN

selengkapnya kalian bisa klik profile Sept

Terima kasih

Tikus Dan Kucing

Dea, I Love You (Episode 2) Rate 18+

Oleh Sept

"Gadis model apa? Tidur seperti mayat. Ngebo ... dan lihat. Ya ampun, mengapa dia tidak pakai daleman?" batin Daniel ketika melihat istrinya tidur dengan posisi yang mengusik imunnya.

Daniel, pria tiga puluh tahun itu langsung menelan ludah dengan kasar. Sampai usianya saat ini, menginjak kepala tiga. Pria itu masih perjaka ting-ting. Dan ketika mendapati pemandangan yang meresahkan, Daniel memilih mengambil bedcover.

Tidak mau matanya ternoda, tidak mau imannya juga tergoda. Dia pun sudah punya pacar, tidak mau melakukan hal yang bukan-bukan. Meski Dea adalah istrinya yang sah. Daniel memilih berbalik, dan kembali ke ranjangnya.

"Dia jelek, udik, jorok ... jelek, udik, jorok! Jelek udik dan jorok!" bibir Daniel komat-kamit mengucap mantra, bayangan paha yang tersingkap itu malah berlarian di pelupuk mata pria itu.

"Astaga! Mengapa pikiranku jadi kotor? Dea memang virus! Aku harus cepat-cepat menyingkirkan gadis pilihan Mama itu!" gumam Daniel, matanya melirik ke kaki Dea yang terlihat menjuntai ke bawah.

Dengan cepat ia menggeleng kepalanya, kemudian mengambil selimut. Sembunyi di dalam sana, ia mencoba meredam panas di dalam tubuhnya.

"Sial!"

Mencoba mengalihkan perhatian, otaknya malah terpusat pada Dea. Arghh! Tidak tahan. Daniel langsung ke kamar mandi, menyalakan shower. Ia langsung membiarkan tubuhnya diguyur air. Biar hasratnya yang sempat muncul segera hilang.

Jangan sampai tangannya menyentuh gadis di bawah standard SNI itu. Usaha Daniel perlahan berhasil, panas tubuhnya mulai turun. Jika semula wajahnya juga ikut merasakan sensai yang hangat dan penuh gejolak. Kini pria itu sudah bisa menahan dengan sempurna.

Melihat Dea, bahkan sudah tidak ada efek sampingnya sama sekali. Daniel bersyukur, mungkin itu hanya hasrat sesaat.

Saat berdiri di depan cermin, lewat pantulan kaca, Daniel melihat pergerakan Dea.

"Malas sekali, wanita model apa jam delapan baru bangun?" cibir Daniel. Pria itu sudah terlihat rapi, wangi, maskulin dan tentunya membuat hati kaum hawa bisa berdesir meski hanya sekali tatap.

Dea yang mendengar sarapan kata berupa omelan, hanya menguap dengan lebar. Mulutnya terbuka, sengaja tidak ia tutupi. Dan hal itu menambah rasa ilfeel pada pria yang memandang dirinya.

"Mahluk apa yang aku nikahin ini?" batin Daniel.

"Mandi sana!"

"Enak aja, aku tadi udah mandi tau!" balas Dea.

"Hey! Kau bahkan tidur lagi! Sana mandi, aku tidak mau dekat-dekat dengan orang jorok!"

"Ish!" Dea mendesis kesal, diliriknya Daniel yang sudah terlihat rapi. Kemudian ia menatap pada dirinya sendiri. Benar-benar bumi dan langit.

"Ambilkan koperku!"

"Aku? Enak saja. Aku bukan asisten pribadimu," tolak Daniel dengan keras.

"Kamu mau aku ke sana ke mari memakai handuk ini?"

"Terserah! Satu lagi, panggil aku yang sopan. Jangan sampai Mama mengira aku tidak mengajarimu!"

Dea mengerutkan dahi, bibirnya mengerucut. "Kamu mau aku panggil apa? Suamiku? Honey Bunny Sweety? Ish ... ogah!"

Daniel langsung melotot, pria itu pun berjalan ke arah sofa dan mendekati Dea. Pria itu setengah menunduk, kemudian menyentil dahi Dea.

"Aauh!" Dea langsung mengadu, tangannya spontan memegangi dahi.

"Jangan main KDRT, aku bisa laporin nanti!" ucap Dea masih sambil mengusap dahinya.

Daniel hanya bisa berkacak pinggang, kemudian menghela napas dalam-dalam, ia pun menatap remeh pada Dea.

"Itu hukuman kecil untuk anak nakal sepertimu!"

"Anak nakal? Anak? Hey Tuan sombong, aku bahkan bisa membuatkan anak untukmu!" ujar Dea, ia tidak suka dipanggil anak.

Sedangkan Daniel, pria itu mendengus kesal. "Hihhh ...!" Ia bergidik ngeri. Amit-amit membuat anak bersama Dea. Membayangkan saja ia tidak pernah, tiba-tiba ia menggeleng kepalanya keras-keras.

"Jangan harap!" cetusnya kemudian.

"Jangan sampai kamu mengigit lidahmu sendiri!"

"Mimpi kamu Dea!!! Mimpi!" Daniel mengatakan penuh keyakinan, ia tidak akan menyentuh gadis itu sampai kapan pun, meski seujung kuku. Bila hanya ada satu wanita yang tersisa di dunia ini, lebih baik ia jadi perjaka karatan.

Mendengar kata-kata Daniel, Dea malah tersenyum di dalam hati. Kebetulan sekali bila Daniel tak bernafsu pada dirinya. Sebab ia juga sangat membenci pria itu.

Ingin menguji, apakah betul Daniel tidak akan tergiur dengan bodinya yang pas-pasan. Dea pun bangkit dari duduknya, ia membuang bedcover yang semula menutupi tubuhnya.

Dengan sengaja ia berjalan melewati Daniel, mengambil air mineral di dalam kulkas. Tanpa menuang ke dalam gelas, Dea langsung menengak sampai habis.

Dea jahil sekali, gadis itu dengan sengaja minum dengan gaya seksi.

"Sedang apa dia itu?" batin Daniel sambil mengeryitkan dahi.

"Hey ... kau sedang apa! Mandi sana!" sentak Daniel saat Dea menatapnya. Daniel gusar karena dilihatnya Dea memberikan sebuah tatapan seperti cacing yang kepanasan.

Sambil berjalan menuju kamar mandi, Dea terkekeh. Ia menertawakan aksinya barusan. "Ya ampun Dea, kau sama gilanya dengannya!" gumam Dea sambil menutup pintu kamar mandi.

Beberapa saat kemudian.

Dea keluar dengan rambut basah, masih menggunakan handuk kimono.

"Ini kopermu!" Daniel mendorong koper Dea yang barusan dikirim oleh pelayan hotel.

"Terima kasih! Bisa keluar sebentar? Aku mau ganti baju!"

"Jangan perintah-perintah! Ganti di kamar mandi sana!"

Masih ingin memastikan bahwa Daniel tidak tergiur pada dirinya, dengan sengaja Dea berbalik kemudian melepas handuk yang semula membungkus tubuhnya.

"Ish ... Dea! Pakai handukmu lagi!" teriak Daniel sambil menutupi matanya dengan tangan. Namun dasar pria, ia masih sempat-sempatnya mengintip lewat sela jari-jarinya.

"Sial!" umpat Daniel. Bersambung.

Pemandangan Yang Mengusik Hati

Dea I Love You - Episode 3

Oleh Sept

"Gila tuh anak!" rutuk Daniel sembari melangkah keluar kamar. Pria itu merasa tidak tahan, meskipun Dea bukan tipenya, Daniel masih pria normal. Melihat wanita tanpa memakai apapun, pasti sinyalnya ikut mendeteksi.

Sementara itu, Dea yang mendengar suara pintu ditutup dengan kencang, ia pun tersenyum penuh dengan kepuasan, dia merasa dia lah yang menang perang batin barusan.

"Ish ... ish ... ternyata dia tidak tahan juga. Sepertinya aku harus mulai waspada nih!" gumam Dea sembari memakai baju yang ia ambil dari koper warna silver di dekatnya.

Selesai merias diri, Dea berkaca. "Dia bilang aku bukan tipenya? Memangnya typenya itu yang seperti apa?" Dea lantas menatap cermin, gadis itu pun mengerucutkan bibir yang baru ia poles dengan pelembab rasa cery.

"Apa tipenya seperti ini?" Bibir Dea manyun lima senti, gadis itu berpose seksi di depan cermin seperti orang kurang kerjaan.

"Hey apa yang kamu lakukan?" sentak Daniel yang baru masuk ke dalam kamar hotel itu. Ia sudah menunggu lima belas menit di luar pintu. Begitu masuk, malah mendapati pemandangan yang absurd dan membuatnya geli.

"Apa masalahmu? Terserah aku mau begini atau mau begitu!" ledek Dea. "Aduh!"

Karena tidak sopan lagi, Dea mendapat sentilan kembali di dahinya yang lebar.

"Kenapa suka sekali main tangan?" protes Dea.

"Itu peringatan! Nanti di bawah, kalau ada Mama bicara yang sopan!"

Dea mendengus kesal, kemudian ia pun memilih keluar kamar duluan. Perutnya lapar, ia ingin makan. Jam sarapan sudah lewat, dan sudah dari tadi terdengar suara keroncongan dari dalam perutnya.

"Dea! Tunggu!" Daniel menarik tangan Dea.

"Apa lagi, sih?" Gadis itu menepis tangan suaminya.

"Di depan Mama, nanti kamu harus bersikap yang benar!"

"Sikap yang benar? Benar apa dulu? Benar yang bagaimana? Katakan yang jelas."

Daniel langsung melotot, tidak usah diberi tahu, harusnya Dea paham apa yang ia maksud.

"Kamu mau Ayahmu terkena serangan jantung lagi?" ancam Daniel.

Makin kesal lah si Dea, Daniel sudah mulai main ancam.

"Oke ... oke! Mari berakting paling bagus!" Dea langsung melingkarkan tangan ke lengan pria yang kini berstatus sebagai suaminya.

Mulanya Daniel mau melepas tangan gadis itu, tapi dari jauh. Dilihatnya sang Mama jalan mendekat ke arah mereka.

Terlanjur dilihat Mama Rosie, Daniel pun pura-pura membelai rambut Dea dengan mesra.

"Mama kok ke sini? Kami baru mau turun!" tanya Dea.

"Iya, Ma. Kami mau turun," tambah Daniel.

"Mama tunggu kalian lama banget, Mama sampai belum makan apapun karena menunggu kalian."

"Maafin Dea, Ma. Ini gara-gara Mas Daniel!" ujar Dea dengan mengelayut manja pada lengan kekar itu.

Mendengar Dea yang bicara lemah lembut di depan sang Mama. Membuat telinga Daniel jadi gatal. "Pantes banget jadi pemain sinetron!" batin Daniel dalam hati.

"Daniel, Dea masih kuliah. Tahan dikit, jangan dibuat hamil dulu," goda Mama dengan nada bercanda.

Dea langsung kesusahan menelan ludah, melihat wajah Dea yang pucat. Daniel kini merasa yang menang.

Dua pengantin baru itu saling menatap, bukan tatapan penuh cinta. Lebih tempatnya tatapan pura-pura saling menginginkan.

Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam lift, sepanjang di dalam lift, dua pasangan itu terlihat sangat mesra. Hal itu membuat hati Mama Rosie jadi senang dan lega.

Sampai di restaurant di lantai bawah, Daniel masih bersikap manis sekali. Dengan penuh perhatian, pria itu menarik kursi untuk Dea.

"Terima kasih!" Dea melempar senyum paling manis pada suaminya, berdoa semoga Daniel cepat-cepat terkena diabetes.

Sementara itu, Daniel membalas senyum sang istri tak kalah manisnya. Ia juga punya doa yang terselip dalam hati, semoga gula darah Dea juga naik drastis.

"Pengantin baru memang manis banget ... duh, Mama jadi inget Papa," celetuk Mama Rosie yang sejak tadi memperhatikan keduanya.

"Papa udah tenang di surga, Ma. Udah ... Mama fokus saja sama kesehatan Mama."

"Iya Niel! Cuma ... kalian sekarang mengingatkan Mama pada sikap Papa yang sangat romantis pada Mama dulu."

"Cih! Romantis dari apanya?" rutuk Dea dalam hati. "Kalau Mama tahu, bagaimana pria sombong ini melempar bantal ke Dea. Menyuruh Dea tidur di sofa. Ah ... sudahlah!" batin Dea meronta.

"Maaf ya Mama, Dea jadi membuka kenangan sedih Mama!" Dea memegang tangan mertuannya yang ada di atas meja. Wajahnya menyiratkan sebuah rasa sesal.

Entah simpati betulan atau hanya akting, Daniel tidak tahu. Yang jelas ia harus berterima kasih pada Dea, kehadiran gadis di bawah standardnya itu, setidaknya membuat mamanya lebih semangat menjalani hidup.

Mamanya kini jadi sering tersenyum, tidak hanya melamun saja seperti yang sudah-sudah.

Karena pelayan sudah datang, membawa makanan yang mereka pesan, semua pun mulai melahap hidangan sedap dan lezat itu.

Daniel sempat melirik, ada saus tomat di ujung bibir Dea.

"Usap bibirmu!" bisik Daniel di telinga sang istri. Pria itu memang memiliki ketertarikan pada kebersihan yang berlebihan.

Dea pun mengusap bibirnya, sayang ia mengusap ke arah yang salah.

"Bukan di situ!" ucap Daniel.

"Ah sudahlah!" Dea malah melanjutkan lagi makannya. Keduanya tidak sadar sedang diamati oleh Mama Rosie.

Dasar Daniel si pria perfectionist, tangannya spontan mengusap sudut bibir Dea karena tidak tahan. Hal itu malah justru membuat Mama Rosie makin tersenyum lebar, wanita paruh baya itu jadi baper sendiri melihat betapa perhatiannya Daniel pada menantunya.

Dikira romatis, padahal karena Daniel tak bisa melihat ada hal jorok sedikit di sekitarnya.

Setelah selesai makan, Mama Rosie kembali membuka obrolan.

"Untuk apartemen kalian, Mama sudah kirim barang-barang. Sekedar untuk nambah furniture di sana."

"Mama nggak usah repot-repot, biar Daniel urus sendiri."

"Nggak apa-apa sayang, anggap saja ini hadiah buat pernikahan kalian. Oh ya Dea, karena letak apartemen yang jauh dari kampus. Mama punya sesuatu buat kamu."

Mama Rosie meraih tas yang ada di kursi sebelahnya. Ia merogoh sesuatu dari dalam tas kulit buatan Italy tersebut.

"Buat kamu, hadiah dari Mama."

Mata Dea mengamati sebuah benda yang diberikan padanya. "Kunci mobil?"

Mama Rosie mengangguk, "Selamat atas pernikahan kalian."

"Tapi, Ma." Dea merasa tak enak, menerima hadiah yang pasti sangat mahal itu.

"Terima saja, nggak usah malu-malu!" celetuk Daniel.

"Mama akan senang, kalau kamu memakainnya," ucap Mama Rosie dengan tulus.

Sebenarnya, kebetulan banget, ia memang butuh mobil. Di rumahnya hanya ada satu mobil, biasanya ia pakai gantian dengan sang Ayah.

"Terima nggak ya? Rejeki masa ditolak?" batin Dea. Antara mau tapi sungkan.

"Makasih ya, Ma!" ucap Dea kemudian.

Mama Rosie pun hanya mengangguk tidak lupa tersenyum ramah pada anak mantu kesayangannya itu. Karena Mama Rosie masih ada urusan, ia pun meninggalkan mereka berdua.

Baru beberapa menit Mama Rosie pergi, dua orang itu langsung berubah jadi Tom and Jerry kembali.

"Kembali sendiri ke kamar hotel, atau ke mana terserah. Aku mau pergi sekarang." Tanpa menunggu respons dari Dea, Daniel beranjak meninggalkan istrinya sendiri.

Melihat Daniel pergi, Dea masa bodoh. Mau jungkir baling juga terserah. Mumpung Daniel tidak ada, Dea langsung naik ke lantai atas. Ia mau merebahkan tubuhnya, capek setelah resepsi kemarin saja belum istirahat. Malah harus tidur di sofa, Daniel benar-benar sungguh terlalu.

Kamar presidential suite

Dea menyalakan musik keras-keras, berjoget tidak jelas di atas ranjang. Menikmati hentakan musik yang selaras dengan jiwa mudanya. Puas mengekpresikan diri, akhirnya gadis itu tepar juga. Dea tidur karena kelelahan.

Dasar kebo, gadis itu tidur sampai malam menjelang. Sepertinya ia benar-benar kecapekan.

Pukul delapan malam, kalau bukan karena rasa lapar. Sepertinya Dea akan memilih meneruskan tidurnya.

"Jam berapa ini? Laper banget?"

Dea melirik jam yang ada di sampingnya. Ia mengosok matanya, "Buset dah, kok udah jam delapan aja!"

Gadis itu langsung mandi, mau turun ke bawah. Mau makan sekalian keluar kamar, suntuk juga seharian hanya di dalam sana. Sudah wangi, cantik. Meski tidak memenuhi standard Daniel. Dea itu cantik kok, dia seperti batu akik yang belum di poles saja.

Dengan bersenandung lirih, ia turun ke lantai dasar dan menuju lobby. Mau makan di cafe saja. Bosen menu di restaurant tempatnya menginap. Sekalian mau cuci mata.

Bukannya cuci mata, mata itu kini malah terlihat seperti sedang iritasi. Kedua mata Dea tiba-tiba memerah. Ada pemandangan yang mengusik hati. Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!