Selamat membaca
Velia berjalan mengekori sang mama yang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk acara pertemuan antar ibu-ibu sosialita.
"Boleh ya mah, plis!" Kata Velia memohon.
"I said no .. " Kata mama Velia tegas. Ia mengingat kejadian terakhir yang dibuat Velia hingga membuat suaminya uring-uringan.
"Please mah, Veli janji deh ga akan macam-macam." Bujuk gadis itu lagi.
"No Veli .. kamu mau papa kamu marah lagi sama kita? Terus uang belanja mama bakalan dipotong. Ih .. mama ga mau ya." Mama Velia bergidik ngeri membayangkan uang belanjanya akan di potong sang suami jika dirinya kedapatan membantu putrinya lagi.
Velia menghentakkan kakinya kesal. "Veli benci mama."
Ia langsung pergi meninggalkan mamanya yang hanya melirik lewat kaca di meja riasnya. Kemudian kembali sibuk menata rambutnya lagi.
"Huh .. kalo mama bantu kamu lagi bisa habis uang jatah bulanan mama Vel." Gumam nyonya Bianca, ibunda Velia.
Velia yang kesal terhadap mamanya, membanting pintu kamar dengan sangat keras hingga para pelayan yang berjumlah 10 orang yang sedang bekerja di lantai bawah terlonjak kaget.
"Ya ampun nona kalo lagi marah ngeri banget ya." Ujar salah seorang pelayan di rumah itu.
Semua yang ada dalam rumah itu tahu tabiat Velia jika sedang marah.
Saat ini gadis itu sedang dalam masa hukuman karena membuat bisnis yang bernilai miliaran rupiah harus kandas di tengah jalan. Mendadak kliennya membatalkan kerja samanya dengan alasan putrinya tak bersikap dengan baik kepada kliennya.
"Apa tuan Al Fares mau menemui kita?" tanya tuan Daniel pada asisten.
"Iya tuan, beliau bilang kita bisa menemuinya nanti siang pukul 2." Ujar asisten tuan Daniel.
"Sebenarnya apa yang Velia perbuat?" Kata tuan Daniel mendesah berat.
.
.
.
Di dalam kamarnya Velia yang terlanjur marah membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil beberapa perhiasan dan jam tangan mahal miliknya. Ia mengeluarkan ransel besar miliknya dan mengisinya dengan beberapa lembar pakaian. Bahkan Velia mengambil ijazah dan akta lahir nya siapa tahu diperlukan nantinya.
Velia membulatkan tekad untuk kabur dari rumahnya. Bagaimanapun dia tak suka cara ayahnya memberinya hukuman.
Velia mematikan daya ponsel nya dan mengeluarkan SIM cardnya lalu memasang sim card baru. Lalu menyalin semua kontak yang ada di SIM lamanya. Berjaga-jaga jika nanti ia membutuhkan bantuan teman-temannya jadi ia tak perlu repot mencari nomor mereka.
Velia keluar dari kamarnya, lalu ia turun kebawah untuk mengisi tenaga sebelum melancarkan aksinya. Sembari makan Velia terus memikirkan kira-kira apa yang akan dilakukan dirinya selama masa kaburnya. Uang cash yang dia bawa hanya sekitar 10 juta. Ditambah uang yang dipinjam oleh sahabatnya, dan Velia sudah meminta sahabatnya untuk mengembalikannya secara Cash. Beruntung sahabatnya tau betul jika seperti itu artinya Velia sedang bermasalah.
Setelah selesai makan Velia naik lagi ke atas. Ia mengeluarkan peralatan Wall climbing miliknya. Ia mencari sudut yang tidak tertangkap CCTV rumahnya untuk menjalankan aksinya. Ia menunggu mamanya pergi terlebih dahulu.
"Veli, mama pergi dulu. Dan jangan buat kekacauan lagi." Ujar nyonya Bianca pada sang putri. Namun Velia enggan membuka pintu atau menyahut perkataan mamanya. Nyonya Bianca menghela nafas panjang. Putrinya benar-benar sulit di taklukkan.
Setelah mendengar deru mobil milik ibundanya, Velia berganti baju dan menggendong tas ranselnya yang sudah berisi persiapan kaburnya.
Velia menulis memo untuk kedua orangtuanya.
"Kalian sudah merebut hak asasi Velia. Jangan cari Velia. Velia butuh waktu sendiri." Tulis Velia di memo itu.
Velia mengunci pengait wall climbing nya di gantungan gorden kamar mandinya. Ia langsung meluncur turun tanpa kendala. Velia langsung berlari kearah jalan raya. Dan menyetop taksi. Ia harus segera menemui sahabatnya.
.
.
.
Tuan Daniel sudah tiba di perusahaan milik Rian. Hari ini Rian baru mau menemuinya setelah satu Minggu lamanya tak mau menjawab telepon darinya.
Rian sedang memikirkan hukuman apa yang pantas di dapatkan oleh gadis angkuh itu. Padahal Rian tak tau jika gadis itu sudah kabur dari rumah.
"Selamat siang tuan Daniel." Sapa Rian.
"Selamat siang tuan Rian. Senang bisa menjumpai anda." Ujar ayah Velia basa-basi.
"Ada keperluan apa anda menemui saya, tuan Daniel. Bukankah putri anda sudah membatalkan kerjasama antara perusahaan kita?" tanya Rian.
"Maafkan atas kelancangan putri saya tuan Rian. Apakah bisa jika kita memulai semuanya dari awal. Saya tidak ingin hubungan yang sudah terjalin baik harus putus hanya karena ulah putri saya." Kata Tuan Daniel lagi.
"Kalau begitu keinginan anda. Silahkan bawa putri anda kemari dan buat dia mengakui kesalahannya." Ujar Rian penuh dengan keangkuhan.
Tuan Daniel mengiyakan permintaan Rian. Bagaimanapun dia harus membawa putrinya menemui Rian untuk minta maaf.
"Baiklah besok saya akan kembali menemui anda dan membawa putri saya kemari." Ujar Tuan Daniel.
Kekayaan keluarga Velia memang tak terhingga, namun Daniel selalu memegang teguh prinsipnya. Hubungan yang sudah terjalin baik tidak boleh rusak hanya karena keangkuhan. Sikap putrinya benar-benar membuatnya kehilangan muka.
.
.
.
Sore hari nyonya Bianca pulang dari acara kumpul-kumpul sesama kaum sosialita. Ia menanyakan keberadaan putri semata wayangnya pada seorang pelayan.
"Bi, tadi lihat Velia turun ga?" tanya nyonya Bianca.
"Engga nyonya. Sehabis makan non Veli ga kelihatan keluar kamar." Jawab pembantu itu.
"Oh ya sudah bi, saya keatas dulu."
Bianca naik keatas ke kamar putri semata wayangnya. Ia harus membujuk gadis itu jika tidak bisa fatal akibatnya. Tanpa dia tau, penolakannya tadi pagi memang berujung fatal.
Tok .. tok .. tok
"Sayang, mama boleh masuk ga?" tanya Bianca sambil mengetuk pintu. Lama ia mengetuk sampai sekelebat pikiran buruk menghinggapi pikirannya. Dia menyentuh gagang pintu kamar putrinya dan mulai menariknya kebawah. Dan langsung terbuka. Wajah Bianca semakin memucat karena biasanya Putrinya jika marah akan mengurung diri dan mengunci kamarnya. Tapi kenapa sekarang pintunya tidak terkunci.
Bianca langsung mencari ke setiap sudut ruangan. Namun seketika matanya membelalak mendapati tali wall climbing milik putrinya tergantung di jendela. Tubuh Bianca seketika lemas. Ia berteriak memanggil pelayannya.
Para pelayan menunduk takut saat satu persatu ditanyai kapan terakhir kali mereka melihat Velia.
Bianca meraih telepon genggam miliknya. Ia segera menghubungi suaminya untuk mengabarkan kelakuan putrinya.
"Halo ma, ada apa?" tanya tuan Daniel saat ia dalam perjalanan kembali ke kantor.
"Pa, Veli kabur." Ujar nyonya Bianca sesenggukan.
"APA ...?" seru tuan Daniel.
Ia segera memerintahkan supir untuk putar haluan. Ia harus secepatnya menemukan keberadaan putrinya.
Visual tokoh
Velia Agatha Hartanto
Rian Al Fares
Zafrina Ayunda Ardana
Jangan lupa like, vote dan hadiahnya untuk Zafrina.. semoga karya ini melambung seperti Menikahi ibu susu baby Zafa ya!!
Velia sampai di cafe tempat janjian bertemu sahabatnya. Ia duduk di tempat biasanya dan memesan latte sambil menunggu sahabatnya datang.
Tak butuh waktu lama sahabat Velia datang bersama pacarnya.
"Seriusan mau kabur Vel?" tanya Dina sahabat Veli.
"Iya, udah cepet mana duitnya." Kata Velia tak sabaran.
"Iya sabar dulu kenapa sih?" Dina geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang tak sabaran itu. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan amplop coklat yang berisi uang.
Velia langsung mengambil amplop itu tanpa basa-basi. Dia harus bergegas agar tidak tertangkap orang suruhan ayahnya.
"Pesan aja sesuka kalian, aku yang bayar. Waktuku ga banyak. Jadi cepetan." Kata Velia sesekali matanya melirik ke kiri dan ke kanan seperti maling yang takut ketahuan.
"Kamu mau kabur kemana?" tanya Dion pacar Dina.
"Maaf Yon, aku ga bisa kasih tahu kamu. Yang jelas aku harus pergi sekarang. Jangan lupa kabari aku kalo papa atau mamaku menghubungi kalian." Kata Velia, ia memeluk sahabatnya lalu bergegas pergi dari kafe itu.
.
.
.
Rian terus memikirkan caranya mempermalukan Velia, sampai dering ponselnya berbunyi. Menampilkan nama si pemanggil.
"Papi .." Rengek Zafrina saat video call tersambung. Wajah menggemaskan putrinya sungguh membuatnya tak ingin berlama-lama jauh dari gadis kecilnya.
"Ada apa sayang?"
"Papi lupa ya sama janji papi?" Ujar Zafrina kesal.
"No, papi tidak lupa. Tapi papa Gerry tidak memberi ijin sama papi, untuk membawa Zafrina liburan sayang."
"Kata papa Gerry boleh, asal papi bawa mami buat Ina." Rengek gadis itu. Lagi-lagi rival si*alannya itu mengompori putrinya yang suci.
"Sayang, papi harus cari mami yang benar-benar bisa sayang sama kamu. Papi ga bisa sembarangan memilih orang."
Wajah gadis kecilnya mulai berkaca-kaca.
"Papi ga sayang sama Ina, papi ga pengen deket-deket Ina ya? Papi jahat .. " Ujar Zafrina mulai menangis.
Inilah yang dibenci Pria itu. Melihat wajah polos itu menangis. Syarat dari Gerry benar-benar membebani dirinya. Ditambah putrinya yang sudah tidak sabaran ingin tinggal dengannya. Membuat Rian mengacak rambutnya kasar.
Wajah Zafrina sudah berganti menjadi wajah cantik nan teduh Dian. Wanita itu tersenyum. Rian masih saja sering di buat terpesona oleh kecantikan mantan istrinya itu.
"Maaf ya mas, Zafrina seperti itu." Kata Dian.
"Tidak apa-apa Dian. Terimakasih, dan tolong bujuk dia agar tidak marah kepadaku." Ujar Rian. Setelah itu ia mematikan sambungan teleponnya.
Rian mengusap wajahnya, ia benar-benar frustasi. Semua orang mendorongnya untuk menikah. Tapi jujur saja Rian sebenarnya enggan menikah lagi. Bukan karena apa, tapi rasanya Rian sungguh tak membutuhkan pendamping lagi.
.
.
.
Velia duduk di halte. Penampilannya kali ini jauh dari kata mewah. Dia hanya memakai celana panjang jeans dan kaos oblong longgar.
Setelah mencegat taksi Velia berniat mampir dulu ke sebuah mall.
"Veli .." Tegur pria yang mengikutinya tadi.
Velia menoleh menatap pria itu. Wajah Velia berbinar saat melihat Pria yang sempat disukainya ada di depannya.
"Hai kak Michael." Balas Velia.
Michael menatap Velia seperti mangsa yang sangat menggiurkan. Apa lagi gadis itu terkenal kaya raya dan memiliki banyak uang.
"Mau kemana Vel?" tanya Michael basa-basi. Velia awalnya ingin berbasa basi sebentar dengan Michael namun matanya tanpa sengaja melihat rekan bisnis papanya yang beberapa waktu lalu bertingah menyebabkan hingga akhirnya membuatnya dihukum.
"Aku sedang ada urusan kak. Maaf aku buru-buru." Kata Velia, matanya sesekali melirik pria yang berada tak jauh darinya.
Pria itu juga sebenarnya sudah melihat Velia. Ia terkejut melihat penampilan Velia yang berbeda dari saat pertama mereka bertemu.
Michael memegang tangan Velia. "Tunggu Vel, mau kemana kamu?"
"Lepasin kak," Velia meronta-ronta. Tapi karena cengkeraman tangan Michael begitu kuat Velia tak bisa melepaskan diri. Ia diseret Michael ke sudut dekat tangga darurat.
Tangan Michael mengunci kedua tangan Velia keatas. Wajah keduanya sudah sangat dekat. Velia menoleh ke kiri saat Michael hampir mencium bibirnya.
"Kak, jangan seperti ini."
"Kenapa, bukankah kau menyukaiku?" Ujar Michael berbisik di telinga Velia membuat bulu kuduk Velia merinding.
Velia menoleh menatap tajam Michael. Ia tak menyangka jika pria yang sempat disukainya dulu ternyata hanyalah pria ba*jingan.
"Sebenarnya apa maumu?" kini nada bicara Velia mulai terdengar geram.
"Tentu saja aku ingin dirimu dan tentu saja uangmu beb, aku dengar kau pergi dari rumah. Pasti kamu bawa uang kan?"
Rian mengawasi keduanya dari jarak yang sedikit jauh. Ia akan bertindak saat pria itu berbuat lebih jauh pada wanita menyebalkan itu.
Velia tersenyum miring mendengar permintaan Michael. "Dasar parasit." Gumam Velia dan Michael masih dapat mendengarkan ucapannya Velia baru saja.
"Lihat posisimu nona. Kau sudah terpojok." Kata Michael menekan tubuhnya pada Velia.
Velia seketika melayangkan tendangan mautnya ke pusaka Michael. Hingga pria itu terhuyung sangking merasakan kesakitan. Rian sampai menutup pusakanya sendiri dengan tangannya membayangkan tendangan itu.
"Lihat dulu siapa lawanmu bung." Velia merapikan dirinya. Ia menghampiri Michael yang masih berguling-guling merasakan sakit yang teramat sangat. Ia mengeluarkan lima lembar uang merah dan melemparnya ke wajah Michael.
"Ini kompensasi untukmu. Jangan sekali-kali mencari masalah denganku." Kata Velia menepuk-nepuk pipi Michael.
.
.
.
Rian mengikuti kemana Velia pergi. Ia jadi penasaran dengan gadis itu.
Rian melupakan tujuannya datang ke mall itu, ia berencana membeli hadiah untuk Zafrina. Namun gerak gerik Velia membuatnya curiga pada gadis itu.
"Mau kemana dia?" batin Rian. Ia pun masuk ke dalam taksi dan meminta supir taksi mengikuti taksi di depannya yang berisi Velia.
"Pacarnya ya mas?" tanya supir taksi pada Rian.
"Iya .. " Jawab Rian sekenanya.
Rian berinisiatif menghubungi Daniel ayah Velia. Karena taksi yang mereka tumpangi menuju luar kota.
"Maaf mengganggu anda tuan Daniel." Ujar Rian begitu sambungan terhubung.
"Ada apa tuan Rian? apakah ada sesuatu yang penting."
"Aku hanya ingin menanyakan, jam berapa besok anda dan putri anda akan datang?" tanya Rian.
"Maafkan saya tuan Rian. Sepertinya saya tidak jadi menemui anda besok. Karena putri saya kabur dari rumah. Anak buah saya sedang berusaha mencarinya." ujar tuan Daniel tak enak hati pada Rian.
"Oh baiklah jika begitu." Kata Rian langsung mematikan sambungannya. Dia tersenyum miring. Matanya tak berhenti menatap taksi yang terus berjalan meninggalkan ibukota.
"Bingo .." Ucap Rian mendapat ide. Semoga ide yang ia dapat bisa menyelesaikan semua masalahnya.
Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam taksi yang ditumpangi Velia berhenti di sebuah rumah yang bisa dibilang paling megah diantara bangunan yang lain. Rian ikut turun tak jauh dari rumah itu. Saat Velia memutar kunci rumah itu tangannya dipegang oleh Rian.
"Eh apa-apaan ini?" ujar Velia marah, namun saat ia menoleh ia terkejut melihat Rian yang menyeringai.
"Hai .."
"Ka-kamu ..!" seru Velia tergagap. bagaimana bisa pria itu ada disini. Ditempat persembunyiannya yang paling aman."
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Hay jangan lupa like komen dan Vote, beri hadiah juga untuk Velia dan Rian ya.
Love you all 😘😘
"Cepat katakan apa maumu?" Ujar Velia geram saat Rian tak kunjung melepaskan tangannya.
"Turuti semua kemauanku. Atau aku akan datangkan ayahmu kemari. Agar kau semakin dikurung seperti cerita Rapunzel." Ujar Rian tentu saja dia tau kisah-kisah seperti itu karena setiap Zafrina menginap selalu minta dibacakan kisah dongeng para princess.
"Apa Rapunzel? ha .. ha .. ha" Velia tertawa, sedang Rian sudah memasang wajah garang. --- muka kaya preman bacaannya Rapunzel." Ejek Velia. Rian yang tak terima mendapat hinaan dari gadis itu pun menarik tangan Velia hingga gadis itu membentur dada bidang Rian.
Kini tidak ada lagi jarak diantara keduanya, Velia dapat merasakan hembusan nafas Rian tepat berada di atas kepalanya. Velia mendongak sesaat tatapan mereka bertemu. Seakan tersihir oleh pesona Rian, tatapan Velia terkunci pada mata biru keabu-abuan milik Rian.
Rian mendekatkan wajahnya kearah Velia. Lalu berbisik "Tutup mulutmu agar serangga tidak masuk kedalamnya." Seketika Velia tersadar, wajahnya memerah malu bukan main.
"Apa maumu, cepat katakan dan pergi dari sini." Setelah Velia mengatakan hal itu. Tiba² hujan lebat turun. Memang sedari tadi cuaca disana sudah mendung.
Rian menyeringai. "Kau harus membiarkanku menumpang disini."
"Tapi .." telunjuk Rian sudah menempel di bibir tipis merah muda Velia.
"Diam, atau aku akan buat kau menyesal." Ancam Rian.
Entah mengapa Velia langsung terdiam. Bukan karena takut. Saat ini, berdua dengan pria arogan ini membuat hati Velia tiba-tiba berdebar tak karuan.
"**** ada apa denganku? kenapa aku membiarkan pria arogan ini mengaturku." Batin Velia.
Rian mengitari dalam rumah itu. Rumah yang begitu nyaman dan tenang. Rian menyukainya.
"Aku mau ke kamarku, kau silahkan berbuat apapun yang kau mau." Kata Velia. Lagi-lagi ucapannya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Dan benar saja, Rian mengekor dibelakang Velia saat gadis itu masuk ke kamarnya Rian langsung ikut menyelinap masuk.
"Sebenarnya apa maumu?" tanya Velia sangat emosi. Namun Rian tetap santai menanggapinya.
"Tidak ada, aku hanya mengikuti saranmu untuk berbuat semauku." Kata Rian. Velia terdiam dia sudah kehabisan kata-kata. Ia memijit pelipisnya yang mendadak terasa pusing. Pasti gula darahnya naik.
"Apa kau baik² saja?" tanya Rian melihat Velia terpejam sambil memijat pelipisnya.
"Diamlah .." Kata Velia. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa memperdulikan Rian yang terus menatapnya.
Di rumah itu sebenarnya ada 2 orang yang selalu datang untuk membersihkan rumah itu. Dan pulang saat sore hari. Velia membeli rumah itu agar memiliki waktu sendiri. Dia gadis kaya yang tidak suka foya-foya. Dia gadis yang apa adanya dan tidak suka berpura-pura.
Velia tertidur karena merasa lelah. Berbeda dengan Velia, Rian justru mendekat ke arah ranjang dan memandang gadis itu.
"Gadis yang unik. Kau bahkan sama sekali tak memperdulikan bahaya yang saat ini mengintaimu.
Rian keluar dari kamar itu dan mencari kamar lain. Dia juga butuh istirahat. Setelah menghubungi Asistennya Rian masuk ke salah satu kamar dan membaringkan tubuhnya disana. Keduanya terlelap. Namun mereka tidak menyadari jika mereka telah melanggar aturan di tempat itu.
.
.
.
"Apa kamu yakin dengan yang kamu katakan Gus?" tanya pak lurah.
"Yakin sekali pak. Rumah yang sering di bersihkan Mak Ijah itu kan pemiliknya perempuan. Dan tadi perempuan itu masuk rumah sama laki-laki ganteng kaya bule. Wong saya lihat sendiri mereka turun dari taksi berbeda. Ya kan Jon?" Ucap Bagus, mencoba meyakinkan pak lurah.
"Betul begitu Jon?" tanya pak lurah.
"Iya pak." Jawab Joni.
"Ya sudah ayo bawa pak Bukhori sekalian. Jika mereka terbukti belum menikah. Kita nikahkan saja sekalian. Jangan sampai kampung kita kena kutukan karena membiarkan hal seperti ini terjadi." Kata pak lurah. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di balai warga itu langsung berbondong-bondong mendatangi rumah Velia. Sedang gadis itu tak tau sama sekali jika sebentar lagi nasibnya akan berubah.
.
.
.
"Gimana pa? apa sebaiknya kita lapor polisi saja." Ujar Bianca cemas.
"Tenanglah, anak buahku sedang mencarinya. Semoga saja Velia tidak pergi jauh." Kata Tuan Daniel.
"Aku juga tidak habis pikir dengan tingkah putri kita. Apa sebaiknya kita nikahkan saja Velia." Kata Bianca.
"Kau tau sifatnya sangat keras menuruni sifat ayahku. Jika kita memaksanya bukankah akan membuatnya semakin membenci kita." Ujar Daniel.
Tanpa mereka tau sebentar lagi mereka akan segera mendapatkan kejutan dari putrinya.
.
.
.
Rian yang sedang tertidur merasa terusik dengan suara gedoran pintu. Begitu juga Velia, ia terbangun karena suara gedoran pintu yang tak kunjung berhenti.
Rian dan Velia keluar dari kamar masing-masing dengan wajah bantal mereka. Kerah kemeja Rian bahkan terbuka 3 kancing memperlihatkan dada bidang nan berbulu yang begitu seksi. Velia sama sekali tak memperhatikan penampilan Rian. Dengan masih mengucek matanya Velia membuka pintu diikuti Rian dibelakangnya.
"Masya Allah .." Ucap beberapa ibu-ibu yang melihat dada Rian yang berbulu tampak begitu menggoda.
Velia kaget melihat kerumunan orang berada diluar rumahnya. Seketika rasa kantuknya menghilang, perasaan Velia menjadi was-was.
"Ada apa ini bapak-bapak ibu-ibu semuanya? kenapa kalian berkumpul di rumah saya." Tanya Velia.
Pak lurah maju, didampingi pak Bukhori selaku pemuka agama dikampung tersebut dan juga berprofesi sebagai seorang penghulu.
"Maafkan kami mengganggu istirahat Anda nona .." Pak lurah pun belum begitu hafal nama Velia.
"Saya Velia pak." Ujar Velia --- silahkan masuk dulu pak." Velia membukakan pintunya lebar-lebar. Beberapa perwakilan masuk ke rumah Velia dan sebagian pulang. Rian yang belum terlalu mengenali situasi kehidupan di kampung hanya mengekor.
"Begini nona, apakah anda tahu aturan di kampung ini?" tanya pak lurah. Velia menggeleng.
"Di kampung ini dilarang tinggal bersama satu atap dengan orang yang bukan mahramnya. Jika hal itu terjadi kalian harus dinikahkan." Ujar pak lurah.
"Maaf saya belum mengerti maksud anda pak. Menikah?"Jawab Velia, dia bisa menangkap gelagat tak mengenakkan. Velia mulai cemas.
"Apakah mas bule ini suami nona Velia?" tanya pak Bukhori, dan Velia menggeleng. Semua memandang Velia dan Rian bergantian lalu berseru.
"Astaghfirullah .." Ujar semua yang ada disana kecuali Velia dan Rian yang masih menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kalau begitu kami akan nikahkan kalian sekarang juga. Kami tidak ingin kampung ini terkena kutukan gara-gara ulah kalian." kata Pak lurah. Dan semua yang ada disana mengangguk kecuali kedua orang itu.
Duar ..!! suara petir membahana dari luar.
Velia terdiam, ia tak dapat berkata apa-apa lagi. Bibirnya mendadak kelu. Lelucon apa lagi ini? batinnya.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Ayo ayo semangat donk kasih likenya. jangan bolong-bolong. Ditunggu Vote dan hadiahnya juga guys.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!