Arnia Tayumi seorang wanita cantik berusia 23 tahun, memiliki usaha rumah makan terkenal di daerah jakarta. Ia merupakan keturunan Korea-Cina yang lahir di Indonesia. Sayangnya, sejak berumur 7 tahun ia tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya karena ibunya meninggal dunia. Ia pun besar di Panti Asuhan Sayang Ibu Sang ayah tidak sanggup membesarkan dan merawat Ayumi.
Seorang pria gagah, tinggi, berpendidikan, dan bekerja sebagai CEO. Sayangnya, sifatnya yang dingin, angkuh, dan berdarah dingin membuatnya hingga kini belum memiliki pasangan. Ia adalah Alex Putera Ornando, CEO muda berusia 29 tahun dari perusahaan Ornando Kim.
-----------------------------------☆--------------------------------------
Di kantornya, Alex marah besar.
"Kurang ajar! Ada yang berani bermain api denganku rupanya!" serunya. Ia geram karena ada yang berani melakukan korupsi di perusahaannya.
"Bagas... Bagas, ke mana kamu?" tanyanya dengan suara menggelegar di lorong kantor.
"Huh... akan kucabik-cabik orang yang mencari masalah denganku dan menggangguku," gumam Tomy, asisten pribadinya yang selalu mendampingi Alex dan mengetahui semua perjuangannya.
"Saya datang, Tuan. Ada apa?" tanya Bagas dengan sedikit berlari.
"Bunuh orang ini sekarang dan buang mayatnya!" perintah Alex. "Baik," jawab Bagas singkat.
Tomy Pradana, pria berusia 29 tahun, adalah teman sekaligus asisten/sekretaris Alex. Tak jauh berbeda dengan Alex, pria ini pun berdarah dingin. Ia bagaikan peliharaan yang tunduk hanya kepada tuannya, Alex. Ia juga seorang pembunuh sadis yang menyingkirkan siapa pun yang mengganggu perusahaan.
Berbeda dengan suasana di kantor Alex, di rumah makan milik Yummi, ia dikenal sebagai manajer yang baik dan ramah. Jarang sekali karyawannya melihat Yummi marah atau membentak. Di dalam Rumah Makan 2 Puteri, Yummi menyapa karyawannya,
"Ayo, pagi ini kita bekerja dengan semangat, oke? Jangan lupa senyum." Ia selalu mengawali hari dengan memberikan semangat kepada para pekerjanya.
"Kak Ayummi itu sudah cantik, baik, wanita sukses lagi!" puji karyawan pertama.
"Kamu benar, Kak Yummi itu bos terbaik," tambah karyawan kedua. Pagi itu, di Rumah Makan 2 Puteri, mereka bekerja dengan semangat dan bahagia. Rumah makan ini telah berdiri selama 5 tahun dan sudah memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia. Tiba-tiba, ponsel Yummi bergetar. Tertera nama yang tidak dikenal.
"Halo, dengan Rumah Makan 2 Puteri di sini," jawab Yummi dengan ramah.
"Iya, saya dari perusahaan Ornando Kim," kata seseorang di seberang sana.
"Iya, ada apa?" jawab Yummi bingung.
"7 hari ke depan perusahaan kami akan mengadakan acara ulang tahun kantor. Apakah bisa kami memesan makanan dan minuman? Ah iya, perkenalkan nama saya Bagas Pradana," jawab Bagas yang merupakan sekretaris kedua dan adik dari Tomy.
"Ah... iya, baik. Apakah kita bisa bertemu untuk bicara lebih lanjut?" jawab Yummi dengan rasa bingung dan senang. Bagas Pradana, pria berusia 28 tahun, adalah adik dari Tomy, asisten sekaligus sekretaris kedua Alex Putera Ornando.
-----------------------------------☆--------------------------------------
Di tempat lain, yaitu di kediaman keluarga Ornando, mereka sibuk mencari pasangan yang tepat untuk pewaris satu-satunya dari keluarga Ornando. "Kamu harus pulang cepat, Alex," kata seorang wanita paruh baya dengan suara tegas. "Ah... Mami di kantor ada masalah besar. Aku tidak bisa—" Tapi sayang belum selesai ucapannya panggilan sudah di putus.
Dia adalah Clarissa Tamara
Happy reading 🤗😉
-----------------------------------☆--------------------------------------
Halo semua kalau ada yang mampir baca kali ini kalian akan kembali dengan cerita yang sama tapi kemasan lebih jauh baik
Aku revisi semua bab untuk memuaskan kalian dalam membaca dengan membuatnya lebih nyaman
Tapi cerita tidak berubah sama sekali
Saranghae 😍🫰😘💛🤗
Setelah beberapa hari yang lalu Yummi sepakat dengan Bagas, ia berjanji untuk bertemu di sebuah kafe dekat danau. Suasana sore itu begitu tenang, angin sepoi-sepoi berhembus lembut, menggoyangkan dedaunan pepohonan di sekitar danau. Cahaya matahari yang mulai meredup menciptakan pantulan keemasan di permukaan air, menambah keindahan panorama alam sekitar. Yummi tiba lebih dulu, hatinya berdebar menantikan pertemuan ini. Ia memilih tempat duduk di dekat jendela, menghadap ke arah danau yang menawan. Sambil menunggu, ia memesan secangkir kopi hangat dan menikmati pemandangan yang menenangkan.
"Aku sudah sampai... di mana kamu?" terdengar suara Bagas dari seberang telepon.
"Ah... iya, aku sudah di depan kafe," jawab Yummi sambil bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu masuk untuk mencari Bagas.
Dan ia menemukan Bagas sudah duduk di dekat jendela. Tanpa sadar, Yummi mengagumi ketampanan Bagas. Rambutnya yang rapi, rahangnya yang tegas, dan senyumnya yang menawan membuat Yummi terpesona. Ia merasa seperti melihat ciptaan Tuhan yang sempurna. Untuk sesaat, Yummi terpaku, lupa akan tujuan awal pertemuan mereka.
"Apa sudah puas kamu mengagumi aku?" kata Bagas dengan sedikit menahan tawa, menyadari tatapan Yummi yang tertuju padanya
"Ah, iya... ti... tidak..." jawab Yummi gugup, tersadar dari lamunannya. Pipinya merona merah karena ketahuan mengagumi Bagas.
"Duduklah, aku tak punya banyak waktu," ujar Bagas mempersilakan Yummi duduk.
Yummi pun duduk berhadapan langsung dengan Bagas tanpa banyak tanya. Ia mencoba menenangkan debaran jantungnya dan fokus pada pertemuan bisnis mereka.
"Langsung saja, perusahaan kami butuh makanan sebanyak 500 porsi dan 500 minuman untuk malam tanggal 14. Apa kamu sanggup?" tanya Bagas to the point.
"Baiklah, kami sanggup. 500 makanan dan 500 minuman pada tanggal 14," jawab Yummi sedikit terkejut dengan jumlah pesanan yang cukup besar.
Ia segera memikirkan persiapan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan tersebut.
Tak lama setelah mereka berbincang, Bagas pergi meninggalkan Yummi. Yummi yang tersadar tak kunjung pergi karena masih bergulat dengan pikirannya. Ia masih terbayang akan ketampanan Bagas.
"Ah... kenapa aku bisa mengaguminya... Ya Tuhan, pria itu membuatku gila," gumam Yummi dalam hati.
Ia pun pergi dari kafe dengan berjalan kaki menyusuri danau yang indah di malam hari. Suasana malam semakin menambah romantisme tempat itu. Lampu-lampu kota yang berpendar di permukaan air danau menciptakan pemandangan yang memukau. Yummi berjalan dengan sedikit melamun dan melihat sekitar yang banyak pasangan muda-mudi asik bercanda dan bergurau. Ia merasa sedikit iri melihat kemesraan mereka.
Tiba-tiba...
"Bug! Ah! Di mana matamu, Tuan? Jangan berhenti sembarangan!" teriak Yummi tanpa melihat siapa yang menabraknya. Ia merasa kesal karena lamunannya terganggu.
Alex pov ^-----^
Alex keluar kantor dengan amarah yang memuncak karena ibunya terus memaksanya untuk menikah. Ia merasa tertekan dengan tuntutan ibunya yang ingin segera menimang cucu. Di usianya yang hampir menginjak 30 tahun, Alex belum menemukan wanita yang tepat untuk dijadikan pendamping hidupnya. Ia lebih fokus pada karirnya dan belum siap untuk membangun rumah tangga.
"Alex... kamu sampai kapan, Nak, akan seperti ini terus?" teriak ibunya memanggil sang putra.
Alex tetap berjalan tanpa melihat dan menghiraukan ibunya. Ia merasa lelah dengan perdebatan yang sama yang selalu terjadi.
Beberapa saat lalu, ibunya datang untuk menunjukkan beberapa foto gadis untuk dijadikan istri Alex. Namun, tak satu pun dari mereka yang menarik perhatian Alex.
"Ibu, aku gak mau berbuat kasar padamu! Sekali aku bilang tidak, ya tidak! Cukup dari dulu kau memaksaku. Aku tidak mau, ya tidak!" bentak Alex pada ibunya yang terus memaksanya menikah.
"Terus kapan kamu akan memberi ibumu ini cucu, Nak? Sampai kapan? " pinta ibunya dengan mata berkaca-kaca.
Alex pov berakhir ^----^
Yummi pun mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang menabraknya. Tak berapa lama, mata mereka saling tatap. Yummi terkejut melihat pria yang berdiri di hadapannya. Pria itu tinggi tegap, berwajah tampan, namun dengan sorot mata yang tajam.
"Kau jelas-jelas kau yang tak punya mata! " bentak pria itu, yang tak lain adalah Alex.
Refleks, Yummi menamparnya dengan keras. Ia merasa tersinggung dengan bentakan Alex.
"Kau beraninya kau!..." bentak Alex. Amarahnya kini memuncak.
Yummi bukannya takut, malah tambah memperlihatkan matanya dengan melotot menatap Alex.
"Apa? Ha? Apa? Jelas-jelas kau yang salah, kau malah bentak aku!" tantang Yummi.
Alex mengerutkan dahinya. Pikirnya,
"Baru kali ini ada wanita yang berani membentaknya, bahkan menamparnya." Padahal banyak wanita yang rela dekat dengannya tanpa status, tapi kini ada wanita yang berani menamparnya.
Yummi pulang dengan wajah merah, lesu, dan capek karena pria yang tak dikenalnya, Alex. Pertemuan tak terduga itu membuatnya kesal dan bingung. Ia tak menyangka akan bertemu dengan pria sekasar Alex.
"Dasar..." gumam Yummi dalam hati, masih kesal dengan kejadian barusan.
Happy reading 🤗😉
-----------------------------------☆--------------------------------------
Semoga kalian makin suka ya dengan Revisi kali ini
Saranghae teman-teman 🤗🫰
Pagi itu, mentari baru saja menampakkan sinarnya, namun Yummi, pemilik Cafe Garden, cabang pertama dari rentetan bisnis kulinernya, sudah tiba di kafe dengan langkah gontai dan wajah yang dibayangi kelelahan. Kerutan halus di dahinya dan lingkaran hitam di bawah matanya menceritakan kisah malam yang kurang tidur. Suasana hatinya tampak muram, berbeda dengan biasanya yang selalu ceria dan bersemangat.
"Kak, kenapa kakak kelihatan capek banget gitu?" tanya Indah, seorang gadis muda dengan senyum ramah yang merupakan salah satu karyawan sekaligus orang kepercayaan Yummi.
Indah sudah dianggap Yummi seperti adiknya sendiri, kehadirannya di kafe selalu membawa suasana positif dan membantu Yummi dalam mengelola operasional sehari-hari. Keduanya memiliki ikatan batin yang kuat, layaknya saudara kandung.
"Eh, Indah... Kakak nggak apa-apa, cuma kurang tidur aja," jawab Yummi, berusaha menutupi kelelahannya dengan senyuman tipis.
Meskipun ia mencoba terlihat tegar, Indah dapat merasakan beban yang dipikul Yummi. Ia tahu betul bagaimana Yummi mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk bisnis kafe ini.
"Kakak istirahat aja, biar kafe aku yang urus," tawar Indah dengan penuh perhatian. Ia tak tega melihat Yummi yang kelelahan masih harus bekerja. Indah selalu siap sedia membantu dan meringankan beban Yummi.
"Baiklah, makasih ya, Ndah. Kakak ke dalam dulu ya," jawab Yummi, menerima tawaran Indah dengan rasa terima kasih. Ia pun melangkah menuju ruangannya di bagian belakang kafe, berharap bisa mendapatkan sedikit istirahat untuk memulihkan tenaganya.
"Sama-sama, Kak," balas Indah dengan senyum tulus. Ia kemudian melanjutkan pekerjaannya, memastikan semua berjalan lancar di kafe.
Hampir tiga jam berlalu, Yummi tertidur pulas di ruangannya. Kelelahan yang terakumulasi membuatnya terlelap dalam tidur yang nyenyak. Sementara itu, Indah dengan sigap mengurus segala keperluan kafe, mulai dari melayani pelanggan, mengawasi karyawan, hingga memastikan stok bahan baku tercukupi.
"Indah, ke ruangan saya sekarang," panggil Yummi melalui telepon internal kafe. Suaranya terdengar sedikit lebih segar setelah beristirahat.
"Baik, Kak," jawab Indah segera. Ia bergegas menuju ruangan Yummi, penasaran dengan apa yang dibutuhkan oleh atasannya.
Tak lama kemudian, pintu kantor Yummi terbuka perlahan.
"Kreeek..." suara pintu berderit memecah keheningan. Indah masuk ke dalam ruangan dengan langkah hati-hati.
"Kak, ada apa, Kak?" tanya Indah.
"Aku tidur terlalu lama ya? Kok nggak bangunin aku sih, Indah?" tanya Yummi, sedikit heran.
"Indah lihat Kakak sangat lelah, jadi Indah nggak tega," jawab Indah jujur. Ia tahu Yummi membutuhkan istirahat yang cukup.
"Ya sudah, kirim berkas-berkas ke email saya sekarang ya. Dan data-data pemasukan pengeluaran kafe ini," pinta Yummi pada Indah.
"Oke, Ibu Bos cantik," jawab Indah dengan nada ceria. Ia pun pamit keluar dan segera mengirimkan data-data yang diminta Yummi.
Hari pun beranjak malam. Indah keluar dari kafe dan mengendarai motor maticnya menuju rumahnya. Setelah seharian bekerja keras, ia merasa lelah namun puas karena telah membantu membereskan cafe bersama karyawannya.
Di rumah, Indah tinggal sendirian. Ia duduk di sofa dan menatap langit-langit rumahnya. "Aku rindu kamu, Nana," ucapnya lirih, hampir menangis. Kenangan tentang sahabatnya itu kembali memenuhi pikirannya.
Flashback on
Pagi itu, semua anak SMA Jaya akan mengadakan perpisahan. Semua siswa mengenakan pakaian terbaik mereka, terlihat cantik dan tampan. Suasana penuh haru dan bahagia menyelimuti seluruh sekolah.
"Yummi..." panggil seseorang dari arah belakang. Yummi pun menoleh dan melihat sahabatnya, Nana, atau
Riana Puteri Ornando, seorang gadis cantik yang usianya tak jauh berbeda dengan Yummi. Mereka bersahabat sejak awal masuk SMA.
"Nana!" seru Yummi sambil berlari mendekati Nana. Keduanya berpelukan erat, meluapkan rasa bahagia karena telah lulus sekolah.
"Akhirnya ya, kita lulus! Aku senang banget, Mimi!" kata Nana dengan senyum lebar. Mimi adalah panggilan kesayangan Nana untuk Yummi.
"Aku juga senang banget... Tapi..." tiba-tiba Yummi menunduk dengan wajah sedih dan mata berkaca-kaca, hampir menangis.
"Kenapa, Mimi? Kamu kok sedih, Mimi?" tanya Nana dengan khawatir.
"Aku sedih... (sedikit mengambil napas) Setelah kita lulus, kamu benar akan pergi... Hiks... hiks..." kata Yummi yang akhirnya menangis tersedu-sedu.
"Iya, maaf. Aku nggak bisa kuliah di sini. Aku harus ke Paris... Hiks... hiks..." Mereka pun menangis sambil berpelukan erat, meratapi perpisahan yang tak terelakkan.
Flashback off
Hampir lima tahun mereka tidak bertemu lagi karena Nana melanjutkan kuliahnya di Paris. Namun, mereka tetap berhubungan melalui video call dan telepon. Rasa rindu yang mendalam selalu menyelimuti hati Yummi setiap kali teringat sahabatnya itu.
"Akh... lebih baik aku telepon dia," kata Yummi.
"Tuut... tuut..." Tak lama kemudian, panggilan pun diangkat oleh Nana.
"Hai, Mimi..." ucap Nana dari seberang.
"Nana, aku rinduuuu... Hiks... hiks... Kapan kamu pulang?" Yummi berbicara sambil menangis karena rindu dengan sahabatnya.
"Aku juga, Beb... Dua minggu lagi aku akan pulang. Perusahaan kakakku akan ulang tahun dan aku akan lama di Indonesia sambil menunggu hasil kelulusan aku sebagai dokter," kata Nana dengan gembira.
"Ah... Benaran, kamu? Benar, kan, nggak bohong? Aku bakal jemput kamu... Oke?" kata Yummi dengan semangat.
"Oke, oke, sayangku," jawab Nana tak kalah semangat.
"Aku matiin ya, aku lelah, aku ingin tidur," kata Yummi.
"Ya sudah, bye, sayangku," Panggilan pun berakhir. Yummi tersenyum bahagia, hatinya dipenuhi rasa rindu yang terobati. Ia pun terlelap, mimpi bertemu kembali dengan sahabatnya.
Happy reading 🤗😉
-----------------------------------☆--------------------------------------
semoga suka jangan lupa like,love sma commetnya😊😘😘
sarangheo
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!