"Keenan Pradipta Adiguna!!" seru pembawa acara dengan bersemangat.
Suara riuh tepuk tangan para hadirin terdengar menyambut seorang mahasiswa peraih ipk tertinggi tahun ini. Seorang mahasiswa yang begitu terkenal karena ketampanan, kepintaran dan kemapanan nya.
"Assalamualaikum wr. wb. Sebelumnya saya mengucapkan banyak sekali terimakasih kepada dosen yang telah membimbing saya sampai sekarang…" suaranya terdengar menyapu pendengaran dengan lembut.
Riuh tepuk tangan kembali terdengar ketika seorang Keenan menerima trophy dan penghargaan.
Dari tempat nya berdiri, dapat ia lihat raut wajah bahagia dan bangga dari kedua orangtua yang begitu cintai.
Ken turun dari panggung kemudian menghampiri mama dan papa nya yang sudah membuka tangan untuknya.
"Mama!!" seru Ken dalam pelukan Sandra.
"Mama bangga sama kamu, Nak." Ucap Sandra mengusap punggung putranya.
"Ini semua karena mama dan papa yang selalu ada bersamaku, terimakasih. Aku menyayangi kalian." Ungkap Ken berganti memeluk sang papa.
"Kamu memang penerus papa, Ken." Cetus Harun menepuk punggung putranya pelan.
"Ayo kita keluar, Kia dan Rival sudah menyiapkan sesuatu untuk kamu." Ajak Sandra seraya menggandeng tangan putranya.
"Sayang, aku yang harus kamu gandeng bukan Ken," protes Harun menekuk wajahnya.
"Ya ampun, Mas!" pekik Sandra mendengar ucapan suaminya itu.
"Papa sangat mencintai mama, lihat lah dengan ku saja papa cemburu." Ledek Ken kemudian pergi sebelum terkena amukan sang papa.
Keenan keluar dari aula di susul oleh kedua orang tuanya, kakinya berjalan ke arah parkiran sesuai instruksi mama dan papa nya.
"Happy Graduation, Kak!!!" seru Kiara dan Rival bersamaan.
"Astaga, kalian membuatku terkejut." Omel Ken memegangi dadanya.
"Ini untuk kakakku yang paling tampan dan paling pintar." Tutur Kia memberikan sebuket bunga mawar pada Ken.
"Kau pikir aku perempuan diberikan buket bunga begini? tapi ya sudahlah," balas Ken menerima pemberian sang adik.
"Dan ini dariku," tukas Rival memberikan kotak hitam pada Ken.
"Terimakasih." Balas Ken menerima hadiah kelulusan dari Rival.
"Mama sama papa juga ada hadiah untuk kamu." Ucap Harun mendekati putranya yang tampak bingung.
"Apa? semoga bukan kabar memiliki adik ya, karena Kia sudah cukup merepotkan ku." Canda Ken mendapat jeweran dari sang mama.
"Kamu ini senang sekali menggoda papa dan mama ya!" tukas Sandra gemas sekali pada putranya itu.
"Aduhh….mama ampun….sakit…" ringis Ken melepas tangan sang mama dari telinga nya yang terasa ingin putus.
"Hahaha, rasakan itu. Biarkan saja mama dan papa punya anak lagi, mereka juga masih muda." Celetuk Kia menatap mama nya dengan jahil.
"Ya ampun, mas. Anak anak kamu ini lho kerjaan nya ngelek aku terus," adu Sandra memeluk suaminya.
"Oh ayolah om dan tante, lupakan persoalan adik, kalian bisa membuatnya setiap hari. Sekarang waktunya menunjukkan hadiah Ken, aku sangat penasaran." Celetuk Rival tanpa rem.
"Heh, nih lagi anak ikut ikutan godain om dan tante. Tante bilangin mama sama papa kamu ya," timpal Sandra menjewer telinga Rival juga.
"Awwww…..tante putus….aduh…" ringis Rival melepaskan tangan Sandra dari telinga nya.
"Sudah sudah, ayo lihat hadiah Ken." Ajak Harun melerai perdebatan unfaedah mereka.
Harun merogoh saku celana nya, ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang yang hanya diketahui oleh Harun dan Sandra.
Setelah beberapa saat selesai menelpon namun tak ada tanda tanda ada hadiah yang diberikan oleh mama dan papa nya.
"Mama dan papa memberikan aku apa?" tanya Ken menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Disana." Jawab Harun menunjuk sebuah truk yang membawa mobil mewah.
Baik Ken, Kia dan Rival sama sama terpana melihat mobil berwarna mustard di hadapan mereka saat ini.
"Papa apa mobil kuning itu untukku?" tanya Ken terbata menunjuk mojil seharga 6,4M itu.
"Tidak. Mobil untukmu yaitu mobil truk nya," jawab Harun bergurau.
"Mas." Tegur Sandra karena suaminya terus menggoda Ken.
"Mobil ini untukmu, Ken. Kamu sudah sangat membuat mama dan papa bangga," tutur Harun dengan senyuman hangat.
"Papa!!" seru Ken langsung berhamburan ke pelukan Harun.
"Happy Graduation, Ken." Ucap Harun masih memeluk Keenan.
"Kamu suka?" tanya Sandra ketika suami dan anaknya melepas pelukan mereka.
"Suka, Ma. Suka sekali, terimakasih." Jawab Ken cepat.
"Huaaaa…kakak pinjam…." rengek Kia menunjuk mobil kuning yang sudah di inginkan kakak nya sejak lama.
"Tidak boleh. Perbaiki nilai mu dulu," jawab Ken kejam.
Ken sangat bahagia, mobil Lamborghini Aventador yang sudah lama ia impikan kini menjadi kenyataan. Tak menyangka jika kedua orang tuanya akan memberikan hadiah semahal itu padanya.
LIKE, KOMEN DAN VOTE 🌹
BERSAMBUNG..................
Acara perpisahan yang dibuat oleh para mahasiswa lulusan tahun ini digelar di sebuah kafe ternama milik salah satu teman Ken juga, acara yang dibuat untuk saling berpisah dan menentukan pekerjaan, bidang dan profesi apa yang ingin digeluti.
"Ken, jadi apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Aril teman satu kelasnya di fakultas ekonomi manajemen.
"Belum tahu nih, bro. Kau sendiri apa yang akan di lakukan setelah ini?" tanya Ken balik pada pria berkemeja panel itu.
"Kau ngapain bingung, Ken. Perusahaan papa mu kan besar, dan aku yakin perusahaan itu akan diberikan padamu kelak. Sementara aku, aku justru yang masih bingung akan kemana." Tukas Aril menepuk bahu Ken pelan.
"Bisa saja kau melamar di perusahaan besar, Ril. Lagipula aku, meskipun perusahaan papaku besar tetapi tetap saja aku harus mengikuti prosedur yang ada untuk bekerja disana." Timpal Ken sebelum menyedot minumannya.
Perbincangan di malam itu antara kedua teman terus berlanjut sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.30
"Astaga! kenapa waktu tidak terasa sama sekali, aku harus pulang." Ucap Ken ketika melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kenapa terburu-buru, Ken. Nikmati acara perpisahan ini," sahut Aril dan teman temannya.
"Terima Kasih tetapi aku harus kembali sekarang," ujar Ken berniat untuk menghubungi sang mama tetapi ponselnya habis baterai.
"Baiklah, hati hati ya." Pesan Aril di hadiahi jempol oleh Ken.
Ken bergegas keluar dari kafe, meraih kunci kemudian masuk ke dalam mobil hadiah pemberian sang papa kemarin.
"Mama pasti sangat khawatir," gumam Ken buru buru tancap gas menuju rumah.
Ditengah perjalanan tiba tiba hujan turun dengan deras, Ken meninggikan kecepatan mobilnya agar bisa cepat sampai ke rumah terlebih lagi jalanan pun cukup renggang malam ini.
Mobil melaju bak di arena balap, Ken sampai lupa batas rata rata mengendarai mobil di jalanan kota.
Karena terlalu cepat Ken tak sadar di depannya ada jalanan yang sedang diperbaiki, ketika sudah dekat, Ken membulatkan matanya dan membanting setir sampai mobil keluar jalur.
"Astaga!!" pekik Ken memutar setirnya ke kanan dan kiri.
Dari depannya terlihat sebuah mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan sedang, Ken mencoba menghindar tetapi rasanya sudah sangat terlambat.
Sampai dalam hitungan detik kedua mobil itu saling menabrak, mobil Ken terpental menabrak pohon sementara mobil sedan hitam itu terbalik dan membentur tiang listrik yang cukup besar.
"Akhhhhhh….." erang Ken sebelum akhirnya tak sadarkan diri dengan luka di bagian kepala dan juga kakinya.
***
Satu persatu korban dimasukkan ke dalam ambulance, seorang polisi mencoba mencari identitas dari ketiga korban. Identitas Ken ditemukan, polisi itu mengetahui keluarga Adiguna dan tanpa pikir panjang ia segera menelpon keluarga konglomerat itu.
"Selamat malam, kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa putra anda mengalami kecelakaan di jalan Merpati dan saat ini sedang di larikan ke rumah sakit medical center."
Setelah mendapat jawaban, polisi beralih menelpon keluarga korban lainnya. Mencoba mencari identitas lain namun tidak ditemukan kecuali sebuah handphone yang sudah sangat hancur tak berbentuk.
"Pak, saya tidak menemukan identitas korban dari mobil hitam itu." Lapor polisi itu seraya menunjuk mobil hitam yang tak berbentuk.
"Tetapi saya menemukan ini," lanjutnya memberikan ponsel hancur itu pada komandan nya.
"Kita tunggu kabar dari pihak rumah sakit, sementara kita bisa menyimpan ini sebagai barang bukti." Timpal komandan polisi yang dibalas hormat oleh bawahannya itu.
LIKE, KOMEN DAN VOTE🌹
BERSAMBUNG.................
Terlihat tiga orang tengah berlari dari lorong lorong rumah sakit guna melihat keluarga mereka yang menjadi korban kecelakaan. Kepanikan dan juga kekhwatiran akan keadaan anak mereka terlihat dari raut wajah ketiga orang itu.
"Sayang, pelan pelan, nanti kamu bisa jatuh." Tegur Harun pada istrinya yang begitu tak sabar melihat keadaan putranya.
"Bagaimana bisa tenang, Mas. Saat ini Ken dalam bahaya, aku gak tau gimana dia sekarang!" balas Sandra kesal.
Setelah melewati lorong-lorong dan beberapa kamar, akhirnya mereka sampai di ruang UGD tempat dimana Keenan sedang ditangani oleh dokter.
"Permisi suster, bagaimana keadaan putra saya?" tanya Harun pada suster yang keluar dari kamar UGD.
"Apa kalian keluarga pak Keenan?" tanya suster itu.
"Iya, sus. Kami keluarganya," jawab Kita cepat.
"Saat ini pak Keenan masih ditangani oleh dokter, kami masih menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut setelah dokter selesai." Jawab suster itu kemudian permisi untuk pergi.
Sandra terduduk lemas di kursi depan ruang UGD, air mata mulai membanjiri wajah seorang ibu yang kini tengah merasakan kesedihan karena putranya. Tubuhnya bergetar dengan tangan yang menutupi mulutnya guna meredam tangis kesedihannya.
"Mama, jangan menangis. Aku yakin kak Ken akan baik-baik saja," ucap Kiara mencoba menenangkan sang mama.
"Sayang, apa yang putrimu katakan itu benar. Jangan menangis dan kita doakan yang terbaik untuk Ken." Sahut Harun ikut menenangkan istrinya.
Sandra menyadarkan kepalanya di dada sang suami sambil tetap menangis, matanya enggan beralih dari pintu UGD menantikan putra nya yang keluar dari dalam sana dengan keadaan baik-baik saja.
Setelah tiga puluh menit, akhirnya dokter keluar. Sandra, Harun maupun Kia menghampiri dokter muda itu untuk menanyakan keadaan putra mereka saat ini.
"Luka di kepala dan juga kakinya mendapat enam jahitan dan syukurlah saat ini keadaannya baik baik saja, kita hanya perlu menunggu beliau sadar." Jelas dokter membuat Sandra dan Harun mendapat kelegaan di dada mereka.
"Apa kami boleh menemui nya, dok?" tanya Harun.
"Silahkan, Pak. Tapi mohon jangan mengganggu pasien," jawab dokter itu kemudian pergi.
Sandra segera masuk ke dalam ruang UGD, ia tidak sabar untuk melihat putranya. Harun dan Kia menyusul ke dalam kamar UGD.
"Ken." Lirih Sandra mengusap kepala putranya yang sudah di perban rapi.
Sandra kembali menangis melihat luka luka di wajah putranya, kakinya yang juga di perban diusap lembut oleh Sandra berharap rasa sakit putranya dapat berkurang.
"Ken, baik kok, Ma. Kita tunggu sampai dia sadar ya," tutur Harun mengusap lembut punggung istrinya.
***
Pagi menjelang, matahari sudah bersinar terang memancarkan cahaya nya. Ken telah sadar, ia membuka mata dan melihat sang mama tengah menangis sambil memegangi tangannya.
"Mama." Panggil Ken pelan.
"Ken!! kamu sudah sadar, Nak?!" tanya Sandra senang melihat putranya yang sudah sadar.
"Iya, Ma." Jawab Ken pelan.
Sandra segera menekan bel untuk memanggil dokter, hanya dalam dua menit dokter datang dengan seorang suster untuk memeriksa keadaan Keenan.
"Keadaan pak Ken sudah baik baik saja, anda hanya butuh perawatan selama beberapa hari untuk memulihkan kondisi anda saat ini." Ucap dokter pada Ken yang hanya manggut-manggut.
"Setelah ini pak Ken, akan kami pindahkan ke ruang rawat." Lanjut dokter beralih bicara pada Sandra.
"Baiklah, dok. Terimakasih," balas Sandra tersenyum ramah.
Ken dipindahkan ke ruang rawat VIP, Harun dan Kia juga sudah kembali setelah membeli sarapan untuk mereka. Kini keempatnya tengah bersama di ruang rawat Ken.
"Ken, bagaimana kecelakaan ini bisa terjadi?" tanya Harun pelan namun juga tegas.
"Aku mengendarai dengan kecepatan tinggi, pa." Jawab Ken menundukkan kepalanya, ia mengakui jika dirinya telah membuat kesalahan.
"Aku bahkan menabrak mobil lain," lanjut Ken membuat Sandra dan Harun sama sama menoleh satu sama lain.
"Apa ada korban selain kamu?" tanya Sandra.
"Mungkin, apa dokter tidak memberitahu?" tanya Ken menatap kedua orangtuanya.
"Ma, pa. Aku akan tanyakan kepada dokter," ucap Kia diangguki oleh kedua orangtuanya.
Kia pergi ke bagian resepsionis, ia menanyakan apakah ada korban lain yang terlibat dalam kecelakaan bersama sang kakak semalam.
"Ada, Nona. Pak Toni dan juga putrinya, Kinanti. Saat ini mereka berada di kamar ICU." Jawab suster setelah beberapa saat mencari di layar komputer.
"Baiklah, sus. Terimakasih banyak," ucap Kia kemudian pergi.
Kia bergegas ke ruang ICU untuk melihat korban lain akibat kecelakaan semalam bersama sang kakak. Sesampainya di ruang ICU, kebetulan ia bertemu dengan dokter yang sama dengan dokter yang menangani Keenan tadi.
"Dokter bagaimana keadaan mereka?" tanya Kia pada dokter muda di depannya.
"Anda bukankah keluarga pak Keenan? untuk apa anda menanyakan keadaan pak Toni dan Nona Kinanti?" tanya dokter itu.
"Mereka korban kecelakaan yang sama dengan kakakku, bisakah aku melihat mereka?" tanya Kia berharap di perbolehkan.
"Saat ini kedua pasien sedang dalam masa kritis, mereka tidak diperbolehkan untuk ditemui dulu." Jawab dokter membuat Kia menghela nafas berat terutama mendengar kata 'kritis'.
LIKE, KOMEN DAN VOTE 🐙
BERSAMBUNG.....................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!