"Kripik kripik !!!" Teriak Hawa
"Iok iok" bunyi terompet toet toet yang dipencet pencet oleh Hawa
"Kripik singkoooonnnnggg iok iok" Hawa teriak teriak memanggil pembeli
"Rasa original, rasa pedas asin, rasa pedas manis, rasa sayang sayangeeeee" Hawa terus menjajakan dagangannya dengan beriklan dan berteriak teriak, tak kenal lelah sambil menyambut para karyawan yang mulai keluar dari pabrik
Seluruh karyawan berjubel menyerbu dagangan Hawa
"Cicipin cicipin cicipin....." Teriak Hawa sambil menyodorkan kripik khusus buat cicipan
"Berapa ini mbak satu plastiknya?" Tanya salah satu karyawan yang ingin membeli dagangan Hawa
"Sepuluh ribuan mbak, ini tulisannya" Tunjuk Hawa pada tulisan yang menempel pada grobak kacanya
"Iok iok iok" Hawa terus memencet trompet klakson untuk memanggil para pembeli
"Oh maaf mbak nggak lihat" Ucap karyawan
"Nggak pa apa mbak, lihat aku aja seorang" Goda Hawa
"Aku satu mbak"
"Satu mbak"
"Satu mbak"
"Ok ok" Hawa
"Laris manis tanjung kimpuuuuulllll..... Dagangan habis, duit ngumpullllllll" Hawa selalu cablak ceria
Duit bayaran dari pembeli, ia tabok tabokkan pada kripik yang menggantung mengelilingi grobaknya
"Ini mbak duitnya" Pembeli
"Siap mbak, terimakasih ayo... dipilih dipilih dipilih.... Kripik rasa original, rasa pedas asin, rasa pedas manis, dan rasa sayang sayangeeeeee cuma sepuluh ribu aja boskuuuuuu murah meriaaaah"
"Iok iok"
"Eh iya, perkenalkan, namaku Hawa Hasnawi, panggilan kerenku Hawa. Orang bilang sih, Hawa tercipta didunia, untuk menemani sang Adam. Apakah aku harus mencari seorang pria yang bernama adam ??? ah iya, usiaku 22 tahun, dua semester lagi, kuliahku akan segera kelar"
Lanjut
"Iok iok iok"
Dagangan Hawa satu persatu, diburuh pembeli. Butuh satu jam istirahat pabrik, ludes diserbu karyawan.
"Alhamdulillah" Hawa menata duit yang acak acakan ditas pinggangnya
"Laris neng" Ucap pak Sueb pedagang buah buahan dan lotis, menghampiri Hawa sambil tersenyum
"Alhamdulillah pak, tinggal satu. Ini, buat bapak seorang" Hawa tersenyum lebar
"Wahahaha bapak dapat cipratan rejeki juga ya neng" Pak Sueb
"Iya pak... Dagangan bapak juga laku keras kan pak?" Hawa
"Alhamdulillah neng, berkat doa neng juga, dagangan bapak ludes" Pak Sueb
"Aamiin..." Hawa menangkupkan kedua telapak tangannya kewajah "Bapak, Hawa pulang dulu ya pak, mau kuliah dulu, biar cepet lulus" Pamit Sifa
"Iya neng hati hati" Pak Sueb
Tin tin
Suara klakson mobil hitam, tiba tiba keluar dari dalam pabrik
"Cekikiki bremmmm"
Bunyi tossa milik Hawa
Dug
Pantat tossa Hawa menyenggol bamper mobil
Jendela mobil langsung terbuka "Heiii !!!, Woman !!! Turun kamu !!!" Pemuda tampan keluar dari mobil " Turun !!" Tunjuk Fariz pada Hawa
"Daganganku habis bos, besok ya?" Jawab Hawa dengan polosnya. Padahal Fariz sudah keluar tanduknya
Fariz menendang Tossa milik Hawa
Duakkkk
"Turun !!!" Teriak Fariz
Pedagang yang belum pulang, semuanya takut, karena yang marah marah adalah pemilik pabrik tersebut
"Apa si bos, main tendang tendang. Sudah kukatakan, daganganku habis. Besok lagi ya boskuuu" Hawa turun dengan wajah tanpa dosa
"Saya, tidak butuh daganganmu. Tapi mobilku, sudah kamu tabrak. Lihat !!!" Hawa ditarik lengannya oleh Fariz
"Kapan aku menabraknya?" Hawa sedikit takut, karena Fariz mendelik mendelik, dan lebih takutnya, mobil sipemuda garang itu penyok bamper depannya
"Kapan kamu bilang !!!? Sini KTP mu" Ucap Fariz sambil berkacak pinggang
"Buat apa KTPku bos ?" Hawa
"Bas bos bas bos... Emang aku bos kamu !!"
Hawa membuka tas, dan mengambil Dompet
"Mana, mana KTPmu !!" Fariz
"Ya sabar...."
Usel usel, Hawa usreg mengambil KTP dari dompet
KTP sudah ditangan Hawa, tapi ragu untuk memberikannya pada pemuda garang yang ada didepan Hawa
"Sini !!" Fariz merebut KTP, lalu menjentikkan jarinya pada KTP tersebut "Bagus !! mana nomer ponselmu"
"Buat apa lagi?" Hawa menolak
"Biar kamu tidak kaburlah ! dan kamu, harus bertanggung jawab pada mobilku, yang sudah kamu tabrak" Fariz masih ngotot
"Laki laki kok begitu, nggak ada halus halusnya dikit pada wanita" Gerutu Hawa
"Ngomong apa tadi kamu !! Ha?? jawab !!"
"Dibawa kebengkel ketok magicnya bang Somad kan bisa brow" Hawa
"Apalagi kamu panggil. Bra bro bra bro. Mana ponselmu buruuu !!" Fariz
Hawa mulai mrekatak ( merinding) tengkuknya, hidup dan mati, ada ditangan pemuda garang ini
Tangan Hawa sudah dingin dan bergetar, seperti orang kelaparan dua hari dua malam
"Sini !!" Fariz sudah merebut ponsel tersayang milik Hawa
"Ini ponsel tahun berapa kacanya retak semua" Omel Fariz
"Tahun sebelum raja Fir'aun lahir" Celetuk Hawa
Fariz melirik Hawa dengan tajam
Fariz sudah memanggil dengan menggunakan ponsel Hawa
"Nih, nomermu sudah aku simpan. Jika kau sampai ganti nomer ponsel, kau akan tanggung akibatnya. Dan satu lagi, jangan berani kamu dagang didepan sini lagi. Paham !!!" Ancam Fariz
Tes
Airmata Hawa menetes
Hawa memasukkan ponsel pada tasnya. Berdiri bengong memandang pemuda yang mengancam dan mendelik delik kepadanya.
Pemuda tadi berlalu meninggalkan Hawa, masuk kedalam mobil, dan mengendarainya dengan kencang.
Hawa mengusap airmatanya kasar
Pak Sueb mendekat "Yang sabar ya neng"
Hawa mendengar pak Sueb memberi hati, langsung mewek
"Orang susah itu, nasibnya juga susah ya pak. Diinjek injek" Hawa berucap sendu
Pak Sueb mengusap punggung Hawa "Suatu saat, kau pasti menemukan jalan yang mudah neng. Orang itu, tidak akan susah terus. Pasti ada saat bahagia, tinggal menunggu giliran dan waktu" Pak Sueb menguatkan Hawa
"Dari kecil, Hawa sudah tidak dianggap oleh orang tua Hawa. Giliran gede, sama juga. Diusir sama orang. Berasa pengemis pak. Sudah ah, Hawa pulang ya pak?"
"Iya neng, hati hati" Pak Sueb
-
Hawa pulang dengan hati yang sakit. Sakit dihina, sakit dibentak bentak. Retak seperti screenguart ponselnya Hawa.
Hawa memarkirkan tossanya dihalaman rumah bu Sifa yang sangat luas halamannya. Bu Sifa adalah, orang yang menganggap Hawa seperti anak kandungnya sendiri
Tiap bulan, ia dikucuri dana, untuk sekolah Hawa. Tapi Hawa tidak tinggal diam. Ia selalu berdagang, sebisa dia, untuk menyambung hidup.
Hawa pernah diajak kerumah bu Sifa yang berada dikota sekali, tapi tidak betah. Karena disana, Hawa tidak punya teman. Apalagi, anak anak bu Sifa, semuanya cowok kembar 4 , jadi Hawa risih.
Sebenarnya, Hawa belum pernah bertemu dengan keempat putranya, dan tidak begitu kenal, apalagi hafal. Sama sekali Hawa tidak hafal.
Hawa berlari menuju rumah mendiang neneknya.
Ia melakukan kegiatan seperti mandi, melakukan ini dan itu, itu dirumah neneknya. Sedang dirumah bu Sifa, Ia hanya membersihkan dan merawat rumah mungil milik bu Sifa.
Hawa kembali berseri, ketika menaiki motor pemberian pak dokter Ilham, atau suami ibu Sifa untuknya
"Aku harus kuat. Kasihan bu Sifa dan pak dokter, jika nilai kuliahku jelek. semangat"
-
-
Hai readers... Selamat datang dinovelku berikutnya
Disarankan untuk membaca novelku sebelumnya, yang berjudul "Jodoh Sang Dokter Duda"
Jangan lupa,
Like
Vote
Tips
Dan juga komen... Semoga terhibur...
BERSAMBUNG............
Dikampus
"Hawa, nanti kamu jangan pulang dulu" Mr Hadi Sumarto, dosen killer yang mengejar cinta Hawa
Hawa hanya diam, dan berjalan terus menuju parkiran
"Hawa tunggu" Panggil Hadi sambil berlari supaya bisa mendahului langkah Hawa
"Huff.. Gerren lagi, Gerren lagi" Hawa
"Bapak maunya apa sih?" Hawa
"Tunggu. Kamu kenapa sih, selalu menghindar" Hadi
"Aku tidak ingin diikuti bapak. Aku sibuk, pekerjaanku banyak" Hawa
"Memang banyak itu pekerjaanmu apa?" Hadi
"Macul ( Nyangkul )" Hawa berlari
"Hawa !!!" Mr Hadi teriak, dan habis itu, garuk garuk
"Mister... Mister mencari siapa?" Sriponirah
"Eh Pon, tidak apa apa" Hadi langsung berbelok menjauhi Ponirah
"Mister.... Iiiih, mister kenapa sih. Kenapa selalu menghindar" Ponirah gejuk gejuk
Ini kasus kejar kejaran. Sriponirah mengejar Hadi, Hadi mengejar Hawa, Hawa mengejar pria yang bernama Adam. Tapi Author sengaja tidak memunculkan Adam.
Lanjut
Hawa pulang tergesah gesah
Siiitttt
"Yah, lampu merah" Hawa celingak celinguk sambil membuka kaca helm, biar tidak sumpek
Tiba tiba disamping kanan, sebuah mobil hitam yang ketabrak tadi siang, berhenti disamping Hawa "Busyetttt... Itu orang yang bentak bentak aku tadi siangkan?" Hawa langsung menutup kaca helmnya, dan tidak bernafas "Ya Allah, menghilang menghilang menghilang" Hawa berdoa sambil merem biar bisa menghilang seperti difilm Aladin, agar tidak ketahuan
Hawa merasa, menunggu lampu beruba hijau itu, seperti menunggu empat tahunan seperti tahun kabisat.
Keringat jagung sudah membasahi badan, jantung berdebar seperti bola behel yang loncat loncat.
Lampu berubah hijau "Yesss" Hawa langsung tancap gas 40, 60, 80 Ngoeeennngggg
Motor Hawa tidak ada giginya, ompong semua, jadi, tinggal poressss
Beberapa menit kemudian
Ukluk ukluk ukluk
"Apa ini..." Hawa panik, motornya batuk batuk "Yaelah Astagfirullah.... Bensin lenyap"
Hawa turun dari motor ingin menangis. Untung pom bensin terlihat dari Hawa berdiri. Tapi, walaupun terlihat, tetap saja ratusan meter, harus narik motornya yang beratnya kayak kebo mogok nggak mau jalan
"Ya Allah tledornya aku..." Hawa mengutuki nasibnya sendiri, sambil menggandeng pacarnya yang batuk batuk
-
Malamnya
Badan Hawa seperti digebukin maling satu kampung. Kaki linu semua, ingin nangis tapi nangisnya sama siapa.
-
Sementara ditempat lain
Flashback
Fariz tetap tinggal dirumah papi dan maminya Setelah pulang dari studynya. Fatih, Hanan dan Husayn, mereka mengenyam pendidikan magister semua. Karena mereka tidak mau menjadi dokter umum. Sedangkan Fariz, dia tidak ingin melanjutkan kuliahnya, hanya S1 saja jurusan management.
Kejadian diatas, itu 4 tahun silam, sebelum kakak kakaknya menjadi dokter spesialis.
Fariz pulang keindonesia, setelah lulus sarjana penuh
Papi sebenarnya muring muring "Jaman dulu saja, papi, dan papamu, berpendidikan S2 semua, Kenapa kamu yang bau kencur, anak jaman sekarang, malah S1. Mlorot nggak karuan" Omel Anand
"Fariz ingin usaha aja pih"
"Apa, jadi QC lagi ?? Nggak bisa. Sudah ditempati orang. Papi nggak mungkin pecat orang tanpa salah" Anand bersungut sungut. Padahal, Anand orangnya super sabar
"Terus, Fariz bagaimana pih?"
"Kuliah lagi. Mau apa? mau nikah !! Nggak usah monyok !! Kalau kamu mau kuliah lagi, papi masih sanggup biayain kamu"
Akhirnya, dengan terpaksa, Fariz pulang lagi kenegara inggris, untuk kuliah S2 nya
-
Dua tahun kemudian
Setelah lulus dari S2, Fariz kembali kerumah Anand lagi. Pagi itu, tak sengaja Fariz membuat Roti tawar isi selai. Dan selainya, ia bikin sendiri dengan resepnya.
Anand dan Wahidah mulai duduk
"Kamu makan apa?" Anand
"Roti pi.. Coba pih, tadi aku bikin selai anggur, dan capucino" Jelas Fariz
"Mami yang rasa anggur nak" Wahidah minta dibikinkan rasa anggur
"Kalau begitu, papi yang rasa cappucino" Anand
"Ok ratu, dan tuan raja yang ganteng dan cantiknya tak terkira"
Oles oles oles
Akhirnya "Tarraaaaa.. Silahkan dimakan" Fariz
Fariz memberikan roti tersebut sambil bernyanyi
"To deewani to deewana🎶🎶"
"Kau dewiku kau dewaku🎶🎶"
"Ahaha ada ada kamu, nyanyi india segala.." Anand akhirnya memakan roti buatan Fariz, begitupun Wahidah
"Ih enak sayang... selainya lembut, dan pas manisnya" Wahidah
"Bener mih?" Fariz
"Asli mami nggak bohong" Wahidah
"Punyaku juga iya mi pas pas enak. Belajar darimana kamu?" Anand sedikit menyipitkan mata
"Ehehe... Dari kafe pi"
"Hanya pelanggan, kamu bisa membuat resep lembut seperti ini? papi tak percaya" Anand masih butuh jawaban
"Sebenarnya, Fariz bekerja dikafe pi.. Hanya paruh waktu saja pih. Tapi bener enak kan mi, pi ?" Fariz sudah berkaca kaca
"Mami yes" Wahidah
"Papi juga yes. Tapi, papi butuh penjelasanmu. Kenapa, kamu harus bekerja paruh waktu. Apa kiriman papi kurang?" Anand
Fariz geleng geleng sebagai jawaban tidak
"Kenapa kau lakukan?" Anand
"Fariz kan punya pacar. Lalu uang kencan, apa papi mengirimnya juga? kan nggak cukup" Ucapnya sendu
"Ahaha, lalu pacarmu, sekarang mana? Saudara saudaramu semua, pulang langsung minta dilamarkan. Padahal mereka belum membayar lelah keringat orang tuamu. terus, mana pacarmu?" Anand
Fariz dingkluk menatap rotinya sambil dicubles cubles ( Colok) pakai garpu "Fransiska, temanku waktu SMA, dia selingkuh pih.. Dan Dona, pacar waktu kuliahpun sama. Capekku dibalas perselingkuhan" Mata Fariz merah berkaca kaca
"Kau tau sendiri?" Anand
"Iya pih.. Mereka hamil" Fariz
Tes tes tes
Airmata Fariz menetes
"Sudah, jangan menangis. Masih banyak cewek yang lebih baik dari Fransiska dan Dona" Anand menepuk nepuk pundak Fariz "Besok, datanglah kerumah papamu. Buatkan roti ini untuknya"
"Harus pih?"
"Harus.. Kalau perlu, papi ikut kamu kesana"
"Ok pih"
Malamnya, Fariz datang disambut kedua orang tuanya dengan hangat.
"Menginaplah disini, papa juga ingin ngobrol denganmu Fariz" Ilham sudah bisa menerima Fariz, meskipun berbeda profesinya, ia harus legowo. Tentunya berkat kakaknya yang mengajarkan Fariz mandiri.
Paginya, Fariz mengusir para pelayan yang ada didapur. Ia berkutat membuat beraneka macam selai. Dari rasa, nanas, mangga, strawberry, pokoknya, yang ada dikulkas ia buat
Sifa keluar kamar bersama Ilham "Bau apa ini, manis manis begini " Sifa, begitupun Ilham
"Maaf nyonya, hari ini, kami tidak bisa menggunakan dapur" Ucap Bedah agak takut
"Ada den Fariz nyonya" Sambungnya
Sifa langsung berjalan menuju dapur. Selai sudah tertata pada toples berbagai macam warna, dan rasa.
"Kamu yang membuatnya nak?" Sifa merangkul pinggang Fariz
"Iya ma, ayo ma. Dicicipin" Fariz menggiring Sifa, kemeja makan
"Mbok, buatkan minum saja mbok. Biar sarapannya roti ala Fariz saja" Ilham dengan senyum ikhlas "Ma, buatkan Roti untuk papa"
"Biar Fariz yang bikinkan pa" Fariz
Oles oles oles
Dengan cepat, Fariz menyajikan tiga tumpuk roti, dengan beraneka macam rasa
"Wah enak ma" Ilham tidak percaya
Dan, dari sinilah, Fariz membuka usaha roti tawar isi selai. Dengan harga yang terjangkau, relatif murah. Lalu ia setorkan dipasar tradisional yaitu ditoko ciki atau makanan kecil
BERSAMBUNG........
Masih Lanjut Flashback
Setelah musyawarah antara Ilham dan Anand, akhirnya, Fariz dikontrakkan disebuah ruko yang lumayan luas dibagian dapurnya. Fariz mencoba membuat roti kelas rumahan, ia merekrut tetangga tanpa harus menggunakan ijazah
Pertama membuat, Fariz langsung membuat sekitar 5 Kilogram tepung terigu, dan satu karyawan saja untuk bantu bantu.
Tujuan Pertama Fariz adalah, pasar induk tradisional. Yaitu depot penjual aneka makanan ringan atau ciki.
Dihari pertama, Fariz setor beberapa ratus pcs dengan harga jual 2.000 per pcs. Berarti dari Fariz harga harus dibawah duaribu dong. Paling tidak, 1.600 / pcs. Tak masalah, namanya bisnis, jangan muluk muluk dulu.
Dan ternyata, Fariz datang paginya kedepot kemarin, roti buatan Fariz, ludes. Artinya, depot satu, sudah Fariz kuasai.
Dihari ketiga, Fariz membuat kue tersebut, ditambahi hingga 25 kilogram atau satu kantong tepung terigu. Dan siangnya Fariz kepasar untuk setor roti, bukan didepot yang kemarin. Ia keliling lagi mencari depot lain, karena dipasar induk, depot ciki bukan satu atau dua orang, melainkan banyak.
Sebulan kemudian, Fariz sudah merekrut beberapa karyawan, untuk memproduksi roti buatannya, hingga bagian packing, semuanya sudah ada bagian masing masing. Tidak seperti pertama Fariz buka usaha dulu. Satu orang untuk semua bagian.
Dan sekarang, bagian pemasaran dan sopir kepercayaan Fariz, sudah Fariz lepas untuk mencari pelanggan dipasar induk lain. Atau dengan kata lain, melebarkan sayap keberbagai depot, yang ada dipasar pasar induk
Fariz hanya didapur sewaan papanya, dan mengatur stokis untuk para pelanggan, agar tidak terlambat pengiriman.
-
Setahun kemudian, ruko ini habis masa kontraknya. Fariz juga sudah bisa membeli mobil box ukuran pick up beberapa unit.
Karena produksi semakin meningkat, otomatis, karyawan juga harus ditambah. Ruko ini sudah tidak muat untuk memproduksi
"Pih, ruko hampir habis masa kontraknya. Barang barangpun, sudah tidak muat. Fariz harus bagaimana pih" Fariz
"Kamu punya uang?"
"Ada, tapi hanya sembilanpuluhan juta"
"Baiklah, ini kan masih ada waktu. Nanti papi rembuk dengan papamu. Oh iya, besok kan hari pernikahan Sayn. Kamu libur dong"
"Ah libur, pusing tau pih. Nanti para karyawan bagaimana? kan harus didampingi pih. Mana kontrakannya mau habis. Tabunganku, hanya bisa mengontrak 3 unit ruko, kalau ingin lebar produksinya. Pusing" Fariz sudah gorak garuk
"Hahaha itulah, namanya pengusaha itu seperti itu. Semua saudaramu, mereka tinggal gajian yang hampir mencapai seratus juta perbulannya. Sedang kamu, mengumpulkan uang segitu, butuh berbulan bulan. Belum lagi bayar karyawan, belum lagi habis kontrakannya. Tapi ada senengnya, kau adalah bos, bukan calon lagi"
"Ish, papi bisa aja"
-
Setelah dirembug dengan semua orang tua, akhirnya, mereka sepakat, membeli sebuah pabrik, dengan hasil uang kontengan. Atau bahasa kerennya, saham gabungan.
-
Pabrik baru saja kebeli, Ilham sudah dipusingkan Hanan. Yaitu ingin nikah secepatnya.
Begitu pabrik baru produksi beberapa bulan, Ilham juga dipusingkan lagi, kalau Fatih ingin menikah juga
Akhirnya, ketiga putra Ilham, sudah menikah semua. Tinggal Fariz seorang, pengusaha muda, yang sudah menggenggam seluruh pasar, diberbagai pelosok negri ini
-
Kembali ke Fariz saat ini
Fariz pulang kerumah papi maminya
"Mami, mami kok belum tidur?" Fariz bertanya, saat Wahidah duduk sendirian.
Fariz membungkuk, lalu mencium pelipis Wahidah, dan duduk disampingnya
"Belum sayang" Jawab Wahidah, lalu mengusap punggung Fariz
"Mana papi mi?" Fariz sambil melepas jas
"Diruangan" Wahidah
"Papi ada tamu?" Fariz bertanya, tapi tangannya sibuk melepas dasi, dan menekuk kemejanya sampai kesiku
"Iya... Sana mandi. Bau" Ejek Wahidah
"Bau juga, mami demen dipeluk" Fariz menyenggol lengan Wahidah
"Itu terpaksa" Wahidah mengusap rambut Fariz
"Ih mami.. Nyakitin, tapi ngangenin.. Emmuah" Fariz kembali mencium pelipis Wahidah, dan kabur kekamarnya
Fariz mandi dan mengganti baju rumahan, lalu tidur tanpa mengunci pintu
-
"Mi, mana Fariz? tadi sepertinya ada suaranya?" Anand
"Tadi masuk kamar pi, tak suruh mandi" Wahidah
"Oh..Il coba lihat, masih apa dia. Bujangan ko senengnya bertapa" Anand
"Dimana kamarnya kak?" Ilham
"Atas sebelah kanan" Anand
"Oh, bukan yang kiri?" Ilham
"Bukan, yang kiri kamar Xander" Anand
Ilham akhirnya naik kelantai atas, dan
Tok tok tok
Ilham mengetok pintu kamar Fariz
"Lagi apa anaknya?" Anand
"Belum dijawab kak" Ilham
"Coba" Anand melangkah kedepan, lalu memutar handle pintu "Nggak dikunci"
"Ya Tuhan.... Gimana mau dapat jodoh, pulang pulang langsung molor" Anand mendekati Fariz
Ilham tersenyum, dan duduk disamping Fariz sambil berkaca kaca, mengusap kepala anaknya, yang sekarang lebih memilih tinggal dirumah kakaknya.
"Besok dikasih tau saja kak, kami akan kekampung. Bila perlu, Fariz disuruh menyusul" Ilham
"Ya.. Boleh deh, besok kakak sampaikan"
Ada jedah
"Kalau tidak lupa.. Ahaha huff... Lupa, kalau ada bocah tidur. Ayo keluar" Anand merangkul Ilham untuk keluar. Takut mengganggu bocah istirahat
-
Visual yang sudah author bayangkan, semoga banyak yang suka.
Anggap saja foto diatas, fotonya papi Anand, dan mami Wahidah. Sosok pasangan yang setia, hingga menua bersama. Walaupun dulu hasil perjodohan, tapi mereka awet hingga menjadi nini nini dan aki aki.
Usia Anand saat ini, sudah 83 tahun. Sedangkan Wahidah berusia 78 tahun, sama seperti Ilham. Hanya beda bulan, Ilham lebih muda beberapa bulan dari Wahidah.
Sedangkan usia Sifa sekarang, 50 tahun, dan sikembar berusia 27 tahun.
Ilham tua dan Sifa paruhbaya.. Kira kira cocok nggak. Anggap saja cocok ya.. Soalnya Foto dokter Ilham yang biasa author pakai, masih tetep saja segitu.. Belum tua.
Ketiga putra kembarnya sudah menikah semua, dan tinggal Fariz yang ketinggalan kereta
Dr. Alfatih Putra Zayn Sp. Jp (Spesialis jantung)
Dr. Alhanan Putra Zayn Sp.OG ( Spesialis kandungan )
Dr. Alhusayn Putra Zayn Sp.PA ( Spesialis patologi anatomi / Laboratorium)
Alfarizi Putra Zayn M.M (Magister management)
Anggap saja mereka kembar... Soalnya othor suka lupa wajah, dengan kembar identik. Suka salah salah nyebut nama.
Kira kira visualnya cocok nggak.. Kalau kurang cocok maaf ya.. Othor sudah cari dokter yang paling tampan, diseluruh fikiran othor.. dan inilah penilaian othor.
Next
Pagi harinya, Fariz sudah rapih, dan akan berangkat kepabrik
Mereka bertiga lagi sarapan
"Nak, semalam papamu datang kemari, ingin mengunjungimu" Anand membuka suara
"Oh, kok Fariz tidak tau pih. Bareng mamakah?" Fariz
"Tidak, papamu dari rumah sakit, dan langsung kemari" Anand
"Lah, emang Fariz lagi dimana? apa belum pulang? kok tidak tau" Fariz
"Kamu baru pulang. Mami menyuruhmu mandi, bukan menyuruhmu tidur. Tapi, kau malah tidur sampai lupa daratan" Wahidah
"Ish mami.." Fariz
Setelah selesai sarapan, merekapun bubar tangkar.
Wahidah ketoko emas, Anand keshowroom, Fariz kepabrik
BERSAMBUNG.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!