NovelToon NovelToon

Haruskah Aku Merelakanmu

Prolog

Tuhan ... haruskah aku selalu setia pada janjiku

haruskah aku bertahan untuknya, batin Nayla. Bergejolak, mana kala penantian panjangnya untuk sang kekasih tak kunjung mendapat kabar.

Wanita dewasa berwajah cantik ini memang sedang dalam masa penantian. Menanti sesuatu yang tak tahu ada jawabannya atau tidak. Rindu tak bertuan.

***

Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam. Nayla merapikan pekerjaannya. Malam ini dia harus menjemput adiknya di Bandara. Lintang, sang adik yang bekerja sebagai pramugari itu sangatlah manja padanya. Dan Nayla tak pernah merasa keberatan soal itu.

Taksi yang sudah ia pesan telah menunggu di depan butik milliknya. Wanita cantik ini pun segera bergegas, agar tak mengecewakan adik kesayangannya itu.

Tak butuh waktu lama, ia pun akhirnya sampai di tempat tujuan. Sayangnya pesawat yang lintang tumpangi mengalami kendala. Dan Nayla telat membaca pesan dari adik tercintanya itu.

Setelah sekian lama menunggu, rasa bosan mulai menghampirinya. Bukan hanya rasa bosan, kantuk pun menyerangnya. Tak lama pemberitahuan bahwa pesawat yang adeknya tumpangi telah mendarat sempurna. Nayla tersenyum bahagia.

"Huff... akhirnya landing juga," gumannya sambil melihat jam tangan yang menepel di tangan cantiknya.

Nayla merasakan getaran di tas miliknya mungkin itu getaran ponsel pertanda ada panggilan masuk. Benar saja adik cantiknyalah yang menghubunginya.

"Ya sayang, udah mau keluar belum?" sambut Nayla.

"Sepuluh menit lagi , Kak. Aku pamit sama kawan-kawan dulu ya. Tungguin," balas Lintang manja.

"Iya, Kakak tungguin," jawab Nayla. Mereka pun mengakhiri panggilannya.

Sepuluh menit kemuadian ...

Nayla tersenyum manis melihat adik kesayanganya sedang berjalan ke arahnya. Gadia periang itu berlari kecil seolah tak sabar ingin segera bersua dengan sang Kakak. Maklum jadwal terbang Lintang sangatlah padat.

"Hai Kakakku yang syantik kangen .... " ucap Lintang tersenyum manja sambil menghambur kepelukan Kakaknya.

"Kakak juga kangen sayang," jawab Nayla sambil melepas pelukan adiknya.

"Sini Kakak bawain kopernya, mobil Kakak di bengkel kita naik taksi aja ya," ucap Nayla.

"What, taksi malem-malem gini, astaga Kakak! harusnya Kakak nggak usah jemput. Aku bisa nebeng temen kalau gitu. Nggak abis pikir Aku sama Kakak ini," balas Lintang terlihat kesal.Nayla hanya tersenyum tak perduli ocehan adiknya.

Tak perduli dengan kekesalan adiknya, ia pun segera memencet tombol ponselnya untuk segera memesan taksi.

Lintang diam, dan menunggu apa yang kakaknya kerjakan. Tak lama ada seseorang yang memanggilnya.

"Lin!" panggil orang itu. Nayla dan Lintang menoleh bersamaan.

"Hay Capt," jawab Lintang membalas panggilan Captain pilot pimpinan dalam krunya.

"Katanya dijemput kok belum jalan?" tanya sang Captain pada Lintang.

"Yang jemput oneng Capt malem-malem ngajak nunggu taksi," ucap Lintang sambil melirik Kakaknya.

"Lin, masak sama Kakaknya dikatain oneng nggak sopan kamu," ucap sang Captain.

Nayla tersenyum malu karena tanpa ia minta, pria tampan ini membelanya. Nayla memang bersalah, tapi tak seharusnya juga sang adik kesal padanya.

"Rumah kalian dimana?" tanya Captain.

"Kita di Cengkareng, Capt," jawab Lintang.

"Ya udah ikut mobil aku aja, aku anterin," Captain pilot tampan itu mencoba menawarkan bantuan.

"Beneran Capt, nggak ngrepotin?" tanya Lintang.

"Nggak apa-apa, ayo itu mobil aku udah kesini." Captain menunjuk mobil yang menuju kearah mereka. Dan mereka melihat mobil Pajero Sport hitam menghampiri mereka. Seseorang keluar membukakan pintu depan untuk Sang Captain.

"Ayo," ajak Sang Captain. Ia pun langsung masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya.

"Eh, Dek, apa nggak apa-ap kita ngrepotin pimpinanmu?" tanya Nayla sambil menarik ujung baju adeknya tanda dia ragu.

"Nggak apa-apa Kak, Captain baik kok. Lain kali kita ajak beliau makan, sebagai tanda terima kasih oke. Ayo masuk cepetan, " ajak Lintang sambil menarik tangan Kakaknya.

"Ayo jadi ikut nggak ni?" tanya Captain pilot tampan itu.

"Jadi Capt, ayo Kak," ajak Lintang, ia pun membukaan pintu mobil untuk kakaknya.

Di dalam mobil mereka berdua hanya diam Lintang tak berani banyak bicara karena di sampingnya ada kakaknya dan juga atasanya.

"Oia Lin, rumah kamu sebelah mana?" tanya Sang Captain.

"Lampu merah depan ambil kiri Capt," jawab Nayla sambil melirik Lintang.

Deg

Tiba-tiba jantung Captain berdetak lebih cepat, saat mendengar suara lain yang ia yakini bukan suara Lintang. "Okey," jawabnya singkat. Suasana kembali hening, tak ada pembicaraan lagi disana.

"Itu Capt, rumah cat putih pagar biru depan," ucap Lintang memberi tahu letak pasti rumah mereka.

"Okey, mang kita berhenti di depan ya," ucap Captain memberi intruksi pada sopirnya. Sang sopir agaknya paham ia pun menuruti perintah majikannya.

Mobil berhenti tepat di depan rumah pribadi Nayla. Dan kakak beradik itu pun keluar dari mobil sang pria baik hati ini.

"Makasih banyak ya Capt, makasih ya Mang," ucap Lintang dan Nayla barengan.

"Nggak mampir dulu Capt," tawar Lintang basa-basi.

"Lain kali aja udah malem, kapan kapan aja ya," tolak pria tampan itu. Walaupun jujur sebenarnya dia ingin mampir.

"Oia, Capt ulang tahun Sania besok, dateng nggak?"

tanya Lintang.

"Dateng dong," jawab Captain

"Okey Capt sampai ketemu besok malem ya," balas Lintang lagi.

"Oke, eemmm Kakaknya nggak dikenalin nih?" tanya pria tampan ini sambil melirik Nayla.

"Oh lupa Capt, maaf ... ini Kakak saya namanya Nayla. Kak ini Captain pilot di tempat adik kerja," ucap Lintang memperkenalkan mereka. Nayla tersenyum manis pada Captain. Captain pun sama. Mereka pun berjabat tangan.

"Rezza Wijaya, kamu bisa panggil aku Rezza," ucap Rezza memperkenalkan diri.

"Nayla Novianti bisa dipanggil Nayla," jawab Nayla.

Mata mereka saling menatap sepersekian detik. membuat debaran aneh diantara keduanya.

Tanganya hangat banget, batin Nayla.

Huff ni cewek beda banget ama adiknya, adem batin Captain Rezza.

"Okey, aku pamit dulu ya Nay Lin," ucap Rezza berpamitan.

"Okey Capt hati hati di jalan ya," balas Lintang.

"Siap. Sampai ketemu besok ya," ucap Captain Rezza mengingatkan pesta yang akan mereka hadiri sama sama.

"Oke daaa." Nayla dan Lintang pun melambaikan tangan dan pria tampan itu pun masuk ke dalam mobilnya dan berlalu.

Bersambung.....

Ndoi nan jauh disana..mamas bara

Bimbang

Penantian ini sulit, sangat sulit. Aku kadang ingin sekali berpaling, tapi senyumannya, tatapannya seolah selalu menyuruhku untuk menunggu.

Dia ya dia aku masih merindukan dia.

Namanya Bara, teman SMA ku dulu. Sebenernya dia adik kelasku sih, tapi gimana lagi, kami saling menyayangi waktu itu. Setelah lulus aku memutuskan kuliah di Jogja dan dia ikut orang tuanya ke Amerika. Kami berdua berjanji akan bertemu lagi di kota ini. Di kota kelahiranku di mana dulu dia pernah ikut paman dan bibinya.

***

05.00 am.

Seperti biasa Nayla bangun dan bersiap memulai aktivitasnya.

"Ya Allah, sudah subuh rupanya terlalu larut aku tidur sampai nggak denger suara azan." guman Nayla sambil berjalan ke kamar adeknya.

tok tok tok (Nayla mengetuk pintu kamar Lintang).

"Dek bangun sholat subuh dulu," panggil Nayla.

" Iya Kak, aku bangun bentar ya," jawab Lintang dari dalam. Lintang bangun dan menjawab panggilannya.

Nayla kembali ke kamar dan membersihkan diri serta melaksankan kewajibannya sebagai muslim. Setelah itu, seperti biasa, dia akan menyiapkan sarapan untuknya dan adik kesayangannya.

"Pagi, Kak, "sapa Lintang.

"Pagi sayang," jawab Nayla.

"Heemmm harum banget Kak, Kakak bikin apa?" tanya Lintang.

"Nasi goreng, Dek," jawabnya.

"Kelihatanya enak ini Kak, jadi kangen Ibu," ucap Lintang.

"Rencananya selesai proyek ini Kakak mau pulang kampung Dek, kamu mau ikut nggak?" tanya Nayla.

"Kapan Kak? Aku cek jadwalku dulu ya. Semoga aku bisa. Udah kangen ini sama ibu bapak," jawab lintang sambil menghayal membayangkan indahnya pulang kampung.

"Ya udah ni sarapan dulu," suruh Nayla.

"Matur suwon (makasih) Mbak Yu," canda Lintang.

"He em," jawab Nayla. Mereka pun menikmati sarapannya tanpa bersuara.

"Alhamdullilah, masakan Kakak emang best. Aku yakin, suami Kakak pasti bahagia nanti. Udah cantik pinter bikin baju, baik, pinter masak lagi," ucap Lintang memuji.

"Kamu bisa aja, pasti modus. Mau jodohin Kakak ama captain-mu 'kan!" tangkas Nayla. Lintang hanya tertawa.

"Sini Kak, biar aku aja yang cuci piring," ucap Lintang menawarkan diri.

"Baiklah," jawabnya.

"Oia Kak, aku pinjem mobil ya. Nanti malem mau ke pesta temen. Kakak mau ikut?" tanya Lintang.

"Kayaknya Kakak nggak bisa deh. Kakak dikejar deadline ni," jawab Nayla.

"Yakin Kakak nggak mau ikutan. Nggak pengen ketemu Babang Capt hem, hem," Lintang mulai menggoda Kakaknya.

"Hemmmm mulai lagi."

"Hehehe lumayan kan Kak buat melipur hati. Kali aja jodoh hehehe," goda Lintang lagi.

"Tahu ah gelap," jawab Nayla sambil pergi meninggalkan dapur. Dia tak ingin mendengarkan adik konyonya ini bertingkah. Ia pun mengambil tas dan peralatan kerjanya, bersiap berangkat kerja.

"Dek, Kakak ke butik dulu ya. Nanti mobilnya ambil aja ke butik," ucap Nayla.

"Siap Bosku, aku minta gaun boleh tak?" rayu Lintang.

"Heeem, ambil aja." jawabnya.

"Gratis kan?" kembali Lintang merayu.

"Ya, asal nggak pulang malem-malem. Nggak minum macem-macem dan jangan terlalu dekat sama laki- laki. Ingat jaga diri baik-baik," ucap Nayla memberi nasehat pada adeknya.

"Siap Bosku," jawab Lintang sambil memberi hormat pada kakaknya. Nayla hanya tersenyum melihat kekonyolan adeknya.

"Daa ... Kakak jalan dulu ya Assalamu'alaikum," Nayla mulai melangkah meninggalkan rumah.

"Waalaikumsalam,"

****

Kediaman Wijaya....

Disisi lain ada Babang Rezza yang lagi malas-malasan di ruang tamu rumahnya.

"Mas, anterin Mami ke butik yuk!" ajak Maminya Rezsa.

"Ah malas ah Mi. Ezza mau malas-malas hari ini capek Mi," kata Rezza menolak. Dia masih saja asik memainkan ponselnya.

"Mas, ayolah ... kapan lagi kita jalan bareng?

Kamu tu jangan kerja-kerja melulu, ntar kayak papimu itu kebanyakan kerja. Kalau capek bawaanya ngomel mulu," ucap Mami Rezza sambil memonyongkan bibirnya.

"Papi jangan diikut-ikutin lah Mi. Papi kerja kan buat Mami juga," saut Papi Rezza. Rezza hanya tersenyum.

"Pagi Za, sampai jam berapa semalem?" tanya Papi, sambil menghampiri mereka di ruang tamu.

"Pagi juga, Pi. Jam satuan lah. Cuaca lagi kurang bagus. Jadi nggak sesuai jadwal," jadwal Rezza.

"Kamu turutin lah Mamimu itu sekali-kali. Siapa tahu dapat jodoh. Kamu kan udah nggak muda lagi Za. Udah mau kepala tiga masak main HP aja. Nggak pengen maen sama anak apa?. Mami sama Papi kan udah nggak muda lagi Za. Udah pengen gendong cucu." ucap Papi lagi.

"Ck, santai aja lah Pi," jawab Rezza.

"Kalau sampai akhir bulan kamu nggak bawa pulang calon mantu. Papi jodohin kamu sama anak pak Hasan yang baru lulus itu. Siapa Mi namanya?" ancam Papi.

"Heeemmm Papi mulai," sahut Rezza.

"Kalau Mami sih setuju setuju aja, Pi," tambah Mami. Mereka tersenyum melihat expresi Rezza.

"Aah, Mami Papi nanti Ezza bawain calon mantu. Tenang aja. Mami sama Papi mau yang kayak gimana?" tantang Rezza berani.

"Yang penting seiman, baik dan nggak neko-neko!" jawab Papi memberi syarat.

"Ya udah Papi jalan dulu ya Mi, Za. Kamu resign aja lah bantu Papi di perusahaan. Papi agak kewalahan ini," Pinta Papi.

"Ahh ... Papi. Ezza seneng Pi kerja di sana. Kan itu cita cita Ezza Pi. Papi kan masih gagah strong gini," ledek Rezza pada Papinya.

"Papi nggak mau tahu pokoknya bulan ini bawa calon mantu sama bantu Papi di perusahaan."

"Dih ... maksa."

"Okey bulan depan nggak bawa mantu berarti kamu setuju sama pilihan Papi ya kan Mi," ancam Papi lagi.

"Ya Ezza usahain sabar ya, Pi," ledek Rezza sambil senyum-senyum.

"Jangan senyum-senyum kamu. Papi serius, oke Papi jalan dulu Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam hati-hati Pi," jawab mereka serempak.

***

"Ayo anterin Mami. Mami kenalin cewek," ajak mami.

"Ampun deh, nggak Mami, nggak papi. Sama aja, tunggu Ezza ganti baju dulu," ucap Rezza sambil beranjak dari duduknya. Mami hanya tertawa pelan melihat kekesalan Rezza.

Sepuluh menit kemudian mobil yang dikendarai Rezza pun meninggalkan rumah mewah itu.

"Butiknya di daerah mana mi?" tanya Rezza.

"Di Suderman, nanti Mami kasih tahu," jawab Mami sambil mengotak atik ponselnya. Mungkin dia membuat janji dengan pemilik butik

"Kamu nggak tertarik gitu sama salah satu kru kamu Za. Kan mereka cantik-cantik?" tanya Mami penasaran.

"Kami kerja sudah kayak saudara lah Mi. Belum ada yang pas dihati Ezza, Mi," jawab Rezza santai. Rezza pun terus melajukan kendaraaannya sesuai arahan maminya.

"Oke lah kalau begitu. Depan ambil kanan nanti kelihatan butiknya Dreami Colletion. Nah, itu, "kata Mami sambil menunjukkan plang yang ada di depan butik. Rezza pun berhenti tepat di depan butik itu dan memarkirkan mobilnya dengan sempurna.

"Ayo turun," ajak Mami.

"Nggak ah Mi, Ezza di mobil aja," tolak Rezza.

"Orang Mami mau kenalin sama cewek kok. Ayo buruan dari pada dijodohin sama papi nanti," ancam Mami lagi.

"Lah ini apa bedanya sama papi atuh Mi, ngacam terus," jawab Rezza, ia terlihat malas, tapi apalah daya ancaman maminya bikin doi merinding. Rezza pun mengalah pasrah dan mereka pun melangkah masuk ke dalam butik.

"Selamat siang Nyonya. Selamat datang di Dreami ada yg bisa saya bantu?" sapa salah satu pegawai di sana.

"Saya sudah ada janji sama atasanmu, bisa saya ketemu," jawab Mami Rezza.

"Baik tunggu sebentar Nyonya, saya tanyakan pada beliau dulu, maaf kalau boleh saya tahu dengan Nyonya siapa?" tanya pegawai Nayla.

"Saya nyonya Shinta yang mau ambil pesanan," jawab Ibu Sinta.

"Baik Nyonya, bisa tunggu sebentar saya hubungi atasan saya dulu."

"He em." jawab Ibu Sinta.

Beberap detik kemudian ...

"Silakan Nyonya, Anda langsung saja ke ruangan beliau mari saya antar," ucap Aisyah.

"Oke makasih ya Mbak, ayo Mas," ucap Ibu Shinta.

Ibu Sinta dan Rezza pun mengikuti langkah Aisyah menuju ruangan Nayla. Aisyah mengetuk pintu ruangan bosnya.

tok tok tok..(bunyi ketukan pintu).

"Masuk," jawab Nayla dari dalam.

ceklek

"Hallo Tante, apa kabar?" sapa Nayla sambil berjalan menghampiri Ibu Shinta dan menjabat tanganya.

"Baik sayang, gimana kamu sehat?" balas Ibu Shinta.

"Sehat Tante, Alhamdulilah."

Rezza hanya diam mematung, menyaksikan interaksi kedua mahluk sejenis yang beda usia itu.

"Oia sayang, Tante mau kenalin seseorang. Ini anak Tante, abangnya Rico namanya Rezza," ucap Bu Shinta sambil memperkenalkan anaknya.

Nayla menatap orang yang dimaksud ibu Sinta.

Mereka pun saling melempar senyum.

"Capt ...!" sapa Nayla tak percaya.

"Hay ..." jawab Rezza gugup

"Kalian udah saling kenal?" tanya Ibu Shinta penuh selidik.

"Itu Mi, dia kakak salah satu kru Ezza," jawab Rezza gugup.

"O ... baiklah Mami jadi nggak perlu repot-repot," ucap Ibu Shinta sambil tersenyum dan melirik Rezza.

Rezza malu, sampai menggaruk alisnya yang tak gatal untuk menutupi rasa gugupnya.

"Oia sayang, mana pesenan Tante. Udah ready belum?" tanya Ibu Shinta.

"Sudah Tant. Sekalian punya om juga udah jadi. silakan bisa dicoba, sebentar ya," ucap Nayla sambil mengangkat ganggang telepon miliknya.

Nayla menghubungi pegawainya dan meminta padanya untuk membawakan pesanan Ibu Shinta ke ruangannya.

"Tunggu bentar ya, Tan," pinta Nayla.

"Oke,"

Beberapa saat kemudian, pegawai Nayla pun datang membawakan pesanan Ibu Shinta.

"Nah itu Tant, udah datang. Mari silakan dicoba!"

"Wah cantik banget, kamu emang pinter calon mantuku, "puji Ibu Shinta.

"Apa Tant!" Nayla merasa mendengar sesuatu yang aneh.

"Ah nggak, nggak ada apa-apa," jawab Ibu Shinta cuek.

Ibu Shinta pun mengikuti langkah Aisyah menuju ruang ganti. Sekarang tinggallah mereka berdua yang terlihat canggung.

"Ni cewek manis juga kalau dilihat terang gini jadi gemes pengen aku makan aja rasanya," batin Rezza.

"Hem ... kamu sudah lama kerja disini Nay?" tanya Rezza.

"Sudah mau empat tahun Mas, eh Bang eh apa enaknya aku panggilnya?" tanya Nayla terlihat gugup.

"Nama aja Nay," jawab Rezza.

"Nggak sopan lah. Mas kan lebih tua!" jawab Nayla lagi.

"Ya udah terserah kamu aja. Emang kamu umur berapa?" tanya Rezza. Dih ... Mas Rezza tanya tanya umur, emang mau ngapain Mas?.

"Aku 26 tahun, Mas"

"Ooo...."

"Mas mau minum apa?" tanya Nayla.

"Apa aja asal nggak pakai sianida," jawab Rezza asal.

"Mas bisa aja."

"Ya kan aku belum nikah, Nay."

"Kalau udah nikah boleh gitu dikasih sianida." Nayla menanggapi candaan Rezza.

"Ya kalau kamu tega." jawab Rezza. Mereka saling melirik dan melempar senyum malu-malu. Bahkan, mereka pun tak menyadari kedatangan Ibu Shinta.

Ibu Shita pun mengajak merek berdua mengobrol panjang lebar, sembari mempelajari kira-kira mereka bisa jodoh apa tidak. Selamat mempelajari ya Bu....

Bersambung...

CA," Novel ini dalam tahap revisi ya gaes. Harap maklum kalau kurang nyambung. Aku benerin biar enak dibaca oke!!" 😍😍😍😍

Pria Aneh

Di dalam kamar Lintang mondar-mandir binggung. Kesal, semua gaun yang ada di lemarinya telah ia

keluarkan, tapi tak ada satu pun yang cocok di hatinya.

Gaun yang ia miliki sepertinya sudah usang dan membosankan. Gadis cantik ini pun menggerutu sendiri. Karena  apa yang ia miliki tak sesuai dengan kehendak hati.

Untuk meredakan rasa kesalnya, gadis ini pun perhi ke dapur untuk mengambil minum. Di dapur seketika ingatan tentang siapa kakaknya pun datang.

“Kakak kan punya butik, ngapain aku capek-capek kesal dari tadi. Berantakin isi lemari nggak jelas gini,” ucap Lintang. Senyum pun mengembang begitu saja di bibir manisnya.

Gadis cantik ini pun segera mencari ponselnya dan bersiap merayu sang kakak. Beruntungnya Nayla

langsung menjawab panggilannya.

“Kakak di mana?” tanya Lintang.

“Kakak masih di butik, Sayang,” balas Nayla.

“Kak, ntar malam temenin aku yuk,” rayu Lintang.

“Aduh gimana ya! Kakak banyak kerjaan nih.”

“Ya Kakak ma, nggak asik.” Lintang cemberut.

“Bukan gitu, Honey. Serius Kakak lagi banyak kerjaan.” Nayla masih berusaha menolak dengan

halus. Nayla sangat tahu bagaimana adeknya. Tukang ngambek jadi tak bisa dikasarin.

“Nggak mau tahu, pokoknya Kakak harus temenin aku,” tu kan maksa.

 Di sebrang sana terlihat Nayla hanya tersenyum.

“Ya udah deh, tapi janji nggak malam-malam pulangnya ya.” Nayla berusaha menawar.

“Oke, siap Bosku. Emmm ... Kak!” jawab Lintang girang.

“Apa lagi?” tanya Nayla pelan.

“Adek nggak punya gaun ni, bagi dong!” pinta Lintang. Nah kan ada lagi yang dia minta.

“Pilih aja di lemari,” jawab Nayla.

“Oke, terima kasih banyak bebebku, Akak memang terbaik. Pulangnya jangan malam-malam dari

butik, lepas magrib kita cusss, oke,” ucap Lintang sambil tertawa bahagia.

“Oke, baiklah,” jawab Nayla sambil mengakhiri penggilannya.

...

Tak terasa hari sudah sore, sesuai  janjinya pada sang adik. Nayla pun segera merapikan pekerjaanya.  Bersiap pulang untuk menepati  janji pada sang adik, tentu saja  Nayla tak ingin mengecewakan Lintang.

***

Di rumah ...

Lintang sudah siap dengan gaun cantik yang ia pilih dari lemari kakaknya. Gadis ini telihat gelisah, ia takut kalau kakaknya tak jadi datang dan menemaninya ke pesta. Hampir tiga puluh menit ia menunggu. Tetapi belum juga ada tanda-tanda kakaknya akan datang.

Selang beberapa menit kemudian terdengar suara deru mobil masuk ke dalam garasi. Lintang yakin kalau itu adalah kakaknya. Dengan hati bahagia ia pun langsung membuka pintu dan menyambut wanita yang ia sayangi.

“Kirain nggak jadi ikutan,” ucap Lintang dengan senyum manisnya.

“Jadi dong, udah ayuk,” ajak Nayla.

“Kakak gitu aja?” tanya Lintang.

“Emang ini kurang cantik ya?” Nayla malah bertanya balik akan penampilannya.

Lintang malah tersenyum. Kakaknya ini memang kadang sangat lugu, apa pun yang Lintang ucapkan kadang dianggapnya serius.

“Udah, ah ayuk. Kakak udah cantik kok,” jawab Lintang sambil menggandengan tangan kakaknya.

Dengan raut wajah sedikit bingung Nayla pun mengikuti langkah adeknya menuju mobil.

Nayla membawa mobilnya dengan sangat tenang.

Sepertinya Nayla tak menyadari bahwa adeknya ini memiliki rencana untuk mempertemukannya dengan sang captain tampan itu. Terlihat Lintang terus saja tersenyum. Pertanda dia memiliki niat terselubung.

Sesampainya di tempat tujuan ...

Nayla memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Tanpa sengaja mobil miliknya bersebelahan dengan mobil milik sang captain yang baru juga sampai.

Nayla dan Lintang turun. Tak lama sang captain juga turun, bersama dengan seorang wanita yang sangat sexy.

Gaun biru dongker dengan belahan dada rendah menambah kesan glamour sang wanita. Ditambah lagi handbag yang terlihat mahal.

Lintang yang melihat atasannya pun menyapa.

 

"Malam capt," sapa Lintang.

 "Malem, Lin. Kamu sama siapa?" balas Rezza.

 "Sama kakak, Capt," jawab Lintang. Rezza menatap ke arah Nayla.

"Oo, mari masuk!" ajak Rezza dengan senyum tampannya.

"Mari, Capt," jawab Lintang.

 Mereka pun beriringan masuk ke dalam pesta.

Di dalam pesta, mereka berpisah. Lintang asik dengan teman-temannya sedangkan Rezza pun sama.

Tinggallah sekarang  Nayla, ia memilih tempat duduk yangvjauh dari keramaian. Duduk di meja paling ujung cafe. Menunggu sambil memainkan ponselnya. Tak lama ada seorang pria yang menghampirinya.

 "Hai manis," sapa pria itu.

 "Maaf ada bicara sama saya?" Nayla menunjuk pada dirinya sendiri.

Tanpa izin, pria itu langsung duduk di depan Nayla.

 "Boleh gabung?" tanya dia.

"Silakan," jawab Nayla singkat.

"Kamu dari maskapai mana? Kok aku nggak pernah melihatmu di maskapai kami?" tanya pria itu penuh

selidik.

"Aku tidak kerja di maskapai, aku ke sini hanya menemani adikku, " jawab Nayla jujur.

"Adik? Di mana adikmu?" tanya dia lagi.

 "Itu," tunjuk Nayla sambil melihat ke arah Lintang.

"Ooo, kamu kakaknya Lintang."

"Ya," jawab Nayla singkat.

"Oke, kenalkan nama aku Dewa. Aku temanya Lintang kami satu tim," ucap Dewa, ya pria itu bernama Dewa.

Dia adalah co-pilot di mana Lintang bekerja.

 "Oh, aku Nayla panggil aja Nay." Mereka pun berjabat tangan dan melempar senyum.

 "Maaf jika mengganggu." Lintang tiba-tiba datang menghampiri.

Lintang sangat tahu jika kakaknya sering tak nyaman jika didekati lawan jenis.

 "Nggak apa-apa. Udah selesai belum?" tanya Nayla pada adeknya.

"Belum kak, mumpung lagi pada ketemu kita mau kangen-kangenan. Kan susah kita cari waktu kayak gini. Tunggu bentar lagi ya," pinta Lintang mencoba menawar pada kakaknya.

 "Oke, kamu nikmati aja pestamu Kakak tunggu sini," jawab Nayla.

 "Bener kak?" tanya Lintang memastikan kakaknya nyaman dan baik-baik saja berada di samping pria yang baru ditemuinya.

 "Iya bener, nggak apa-apa," jawab Nayla memastikan. Bahwa dirinya tak masalah.

"Wa, lo mau nemenin kakak gue?" tanya Lintang pada Dewa.

"Iya ni gue temenin," jawab Dewa antusias.

 "Jangan diapa-apain ye," pesen Lintang.

 "Ya elah nggak percayaan amat sih."

 "Oke, aku tinggal gabung ama temen-temen ya Kak. Nanti kalau udah jenuh samperin aku aja di meja itu, ya," ucap Lintang sambil menunjuk tempat di mana dia nantinya akan bergabung bersama kawan-kawannya.

 "He um," jawab Nayla menyetujui.

 Lintang pun meninggalkan mereka dan

bergabung lagi bersama teman-temanya yang lain.

***

Dewa dan Nayla melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda gara-gara kehadiran Lintang tadi. Sesekali mereka tertawa. Sayangnya, mereka tak menyadari ada sepasang mata terus memperhatikan

tingkah mereka.

 Tanpa sengaja, ditengah-tengah obrolan bersama teman barunya. Mata Nayla bertemu dengan mata sang captain. Pria itu menatap Nayla dengan tatapan yang sedikit manakutkan.

Meski heran Nayla tetap berusaha menepis perasaan aneh yang tiba-tiba menyerang pikirannya.

Ada apa dengannya, kenapa gitu amat sih ngliatinya, batin Nayla. Sedikit takut sih.

Gadis ini merasa seperti sedang ketahuan selingkuh saja. Padahal mereka ada hubungan pun tidak.

 Nayla melirik jam tanganya, jarum jam sudah menunjukan pukul 11.30 malem. Saatnya pulang. Gadis ini pun menghampiri adeknya dan mengajaknya pulang.

 "Lin, pulang yuk!" ajak Nayla.

 "Oke, Kak." Lintang menyetujui ajakan kakakya. Dia pun berpamitan dengan teman-teman dan juga sang pemilik pesta tentunya.

Kakak beradik itu akhirnya keluar dari restoran itu, berjalan menuju parkiran. Mereka berdua tidak menyadari kalau sang captain tampan ini sedari tadi memperhatikan mereka. Bahkan saat ini pria tampan itu tengah berada di belakang mereka.

 "Sini, Kak, aku aja yang bawa mobilnya," ucap Lintang menawarkan diri.  Nayla pun menyetujui dan memberikan kunci mobil pada adeknya.

Karena Lintang yang bawa mobil, maka Nayla pun mau tak mau harus duduk di kursi penumpang. Tak di sangka saat hendak masuk kedalam mobil ia berpas-pasan dengan Rezza . Mata mereka saling menatap, Nayla berusaha baik dan memberikan senyum tanda hormat pada Rezza.

Sayangnya Rezza tak menyambut senyuman itu, ia malah mencekal kasar lengan Nayla dan mendekatkan wajahnya ke telinga gadis ini.

 "Sebaiknya kamu jangan dekat-dekat dengan laki-laki lain selain aku. Aku tak suka," ucap Rezza

memperingatkan Nayla.

Peringatan yang aneh, bukan? Anda ini siapanya saya? Ingin rasanya Nayla menjawab seperti itu. Tapi tiba-tiba lindahnya terasa kelu. Tak sanggup untuk menolak maupun menyetujui peringatan

aneh itu.

Setelah mengucapkan kata itu Rezza langsung masuk ke dalam mobil. Pria aneh itu terlihat marah. Nayla menjadi bingung.

 ***

Sepanjang perjalanan Nayla hanya diam. Otaknya berputar memikirkan perkataan Rezza. Di samping itu Nayla juga terbayang wajah Rezza yang terlihat marah padanya. Membuatnya bergidik ngeri.

 "Ada apa denganya aneh sekali," guman Nayla.

 "Ada apa, Kak? Kakak mengatakan sesuatu?" tanya Lintang.

 "Nggak, Kakak diam-diam aja dari tadi" jawab Nayla gugup. Untungnya Lintang percaya dan tak mempermasalahkan tentang pendengarannya.

"Kapan rencana Kakak mau pulang kampung?"

 "Paling sepuluh harian lagi, Dek," jawab Nayla.

"Oke, nanti coba aku ngajuin cuti deh," tambah Lintang.

 "Oke, nanti kalau udah dapet cuti kamu kabari aja."

 ***

Sesampainya di rumah Nayla dan Lintang langsung masuk kamar masing-masing.

Nayla merebahkan tubuh lelahnya di kasur kesayanganya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Wanita ini pun meraih ponselnya dan melihat pesan. Nayla mengerutkan keningnya. Karena ia mendapatkan pesan dari nomer yang tidak dikenal. Ini aneh sekali, bukan?

Kamu sudah sampai rumah, isin pesan itu.

 Nayla hanya membaca pesan itu karena merasa tak mengenal sang pengirim. Dia pun menaruh ponsel itu kembali.

Beberapa menit berlalu ... akhirnya ...

 Ada panggilan masuk, nomer tak di kenal itu lagi.

Nayla tak menghiraukan panggilan itu. Karena sekali lagi dia merasa tak mengenal nomer itu. Tetapi sang pemilik nomer  tak putus ada. Dia terus melakukan panggilan tanpa henti. Tak ada pilihan lain, Nayla pun menyambut panggilan itu.

 "Assalamu'alaikum. ini siapa ya?" tanya Nayla.

 "Waalaikumsalam," Mereka diam sejenak.

"Kenapa kamu nggak balas pesanku?" tanya penelepon aneh itu.

 "Maaf ... aku nggak tahu kalau itu kamu yang kirim pesan. Nomernya aku nggak kenal," jawab Nayla.

Tenyata yang kirim pesan dan telepon adalah Mas Rezza. Nayla tersenyum malu sendiri.

 "Ya udah kamu save nomer aku. Lain kali dibales," perintah pria aneh itu lagi.

"Ya," jawab Nayla.

 "Lain kali kalau cuma di-read doang, aku hukum kamu." Dih ngancem.

 "Ya." Nayla enggan berdebat.

"Ya udah bobo sana. Selamat malam, mimpi indah ya," tambahnya lagi, terdengar ketus. Nayla tak menjawab, ia hanya tersipu sendiri.

"Malam juga," balas Nayla dan mereka pun mengakhiri panggilannya.

"Aneh, siapa dia? Kenapa sih ngancem mulu?" gerutu gadis cantik ini.

"Kuatkan hati hamba Ya Allah, ngadepin mahluk aneh satu ini. Siapa-siapa bukan? Ngatur, ngancem pula. Nggak jelas banget," guman Nayla lagi.

Bersambung...

Semoga terhibur ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!