THARA AZZAHRA
Suara hingar bingar musik memekakkan telinga. Tapi itu sudah keseharianku berada ditempat ini. Melepaskan penat dan juga tempat pelarian dikala stress melanda. Minuman beralkohol menjadi menu favoritku. Aku bahkan mampu menghabiskan satu botol namun tetap sadar. Aku adalah pemabuk yang handal.
Hari ini adalah hari spesial untukku. Hari dimana aku dilahirkan. Dan hal yang paling menyenangkan untuk merayakannya hanyalah disini. Bersama teman-temanku dan juga pacarku yang kini sedang memelukku dari belakang.
Namanya Viki Aryan. Cowok tajir melintir. Ganteng, dan yang pastinya hot.
"NIKMATI MALAM INI SEPUASNYA...!!" Aku berteriak kencang, sembari memegang sebotol wisky ditanganku. Suara sorak dan tepuk tangan dari teman-temanku membuatku semakin bersemangat. Aku berjoget dilantai dansa dengan gayaku yang pastinya sangat menggoda.
Pakaian sexy dengan body goals. Perfect! Begitulah yang sering orang-orang katakan tentang penampilanku. Dan aku yakin, hal itu juga yang membuat Viky tergila-gila padaku.
"Kau sangat liar malam ini, sayang." Viky berbisik dibelakang telingaku. Dan aku langsung berbalik merangkul lehernya agar tubuh kami lebih dekat. Aku tersenyum menggoda padanya.
"Dan kau menyukainya... "
Viky menyunggingkan senyuman nakalnya. Entah mengapa menurutku dia semakin tampan dengan senyuman itu.
Kami berpesta ria menghabiskan malam yang indah, tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi besok. Karena bagiku, tidak ada hari esok untuk bersenang-senang.
****
AUTHOR POV
Ditempat lain. Seorang pria tengah menggulung kemejanya. Selepas seharian bekerja. Dia menyempatkan diri untuk mampir ke masjid. Mengambil air wudhu dan mengumandangkan Adzan seperti biasanya.
Suaranya merdu. Sangat merdu.
Hingga siapapun yang mendengarnya akan terkesima. Dan semakin bersemangat untuk datang kemasjid tersebut, dengan berbondong-bondong. Mencari tahu siapakah pemilik suara yang indah itu.
Sosok laki-laki tampan dan mapan. Mereka kagum. Namun tidak ada yang tahu bahwa laki-laki itu adalah seorang CEO. Dia kaya, namun kekayaannya tidak membuatnya silau akan dunia. Lulusan Al-Azhar. Namun memilih meneruskan perusahaan ayahnya yang telah lama wafat. Karena wasiat terakhir dari ayahnya.
Namanya Ayaz Mahendra.
Setelah mengumandangkan Adzan dengan begitu khusyuk. Dia juga menjadi imam disana. Lantunan ayat suci Al-Quran yang keluar dari mulutnya pun tidak kalah indah.
Setelah selesai sholat isya berjamaah. Ayaz meninggalkan masjid dan langsung kembali kerumahnya. Namun saat membuka pintu mobilnya. Sosok wanita berhijab panjang mendekatinya. Begitu manis dan anggun.
"Mas Ayaz!"
"Fatma, Kau masih disini? bukannya kamu bilang sedang haid? Aku pikir sudah pulang duluan."
"Fatma tadi emang mau pulang duluan. Tapi takut... Inikan udah malem. Boleh Fatma nebeng mobil Mas Ayaz lagi?" wanita itu tersenyum malu. Siapapun bisa melihat bahwa dia menyukai pria ini. Dengan alasan seperti itu, Ayaz tidak mungkin menolaknya.
"Baiklah. Ayo masuk."
Benar saja. Fatma bersorak senang dalam hatinya.
Mereka pulang bersama. Ayaz begitu pendiam. Dia hanya bicara seperlunya saja. Namun dia bukan termasuk pria dingin. Dia bisa ramah pada siapa saja. Apalagi orang-orang fakir dan yatim. Ayaz sangat senang menyantuni mereka.
Fatma sudah terbiasa dengan sikapnya. Karena memang sudah bertahun-tahun mengenal baik pria ini bahkan ibunya. Fatma pikir Ayaz adalah jodoh yang pas untuknya. Tapi sayangnya Ayaz menganggap biasa saja setiap perhatian dan sikap baik Fatma. Bagi Ayaz, Fatma hanyalah teman kecilnya. Namun tidak begitu dekat, hanya Fatma saja yang menyukainya dalam diam. Dan berharap Ayaz akan segera meminangnya.
"Em, Mas. Besok Fatma mau kembali ke Turky untuk sementara waktu. Masih ada banyak kerjaan yang harus diselesaikan disana. Bisa nggak, Fatma minta tolong dianterin sampe bandara," cicitnya.
"Kayaknya nggak bisa. Mantan Dosen saya sedang sakit. Besok saya ingin menjenguknya. Biar Mama saja yang anter kamu, ya?" ucap Ayaz dengan lembut. Dan hal itu membuat Fatma kecewa. Namun tetap tersenyum padanya.
"Yaudah kalo nggak bisa."
Mereka akhirnya sampai. Fatma segera turun dari mobil. Sebelum akhirnya masuk kedalam rumah neneknya. Kedua orang tuanya sudah tiada. Sebab itulah Fatma lebih bertumpu pada keluarga Ayaz. Beruntung ibunya Ayaz juga menyukai Fatma yang menurutnya adalah wanita sholeha.
****
THARA POV
Aku menguap lebar. Mataku rasanya sulit sekali terbuka. Kepalaku rasanya pusing gak karuan. Entah berapa banyak alkohol yang kuhabiskan. Intinya sekarang aku berakhir ditempat tidur seperti biasanya. Dan saat aku menoleh, Viky masih nyenyak dalam tidurnya dengan tubuh tengkurap.
Huh, aku ingat semalam kami menghabiskan malam panas seperti biasanya. Viky terkesan liar setiap kali diranjang. Namun sangat jarang memberiku kepuasan. Dia hanya memikirkan kepuasannya sendiri. Untung aku sayang sama nih orang. Kalo enggak, udah aku tinggalin.
"Sayang. Sayang, bangun!"
Nih orang kalau tidur emang kayak kebo. Susah bangunnya. Padahal badannya udah digoyang bahkan diguncang. Karena kesel, aku akhirnya teriak.
"SAYANG!!"
Viky langsung bangun dengan mata merahnya.
"Bisa gak kalo bangunin orang itu yang bener?!"
Huh, aku benci kalo lagi di situasi kayak gini. Cuma dibangunin begini aja udah marah.
"Aku udah bener tadi banguninnya. Kamu aja yang ngebo! Susah bangun."
Hal yang membuatku terkejut adalah...
Viky mendorong tubuhku sampe jatuh ke lantai. Dan rasanya tuh sakit banget. Bukan cuma fisik tapi juga hati!
Cowok kayak dia emang selalu gini. Tempramen dan bikin aku kadang jengah.
"Kamu bisa gak sih, gak usah kasar?! Kamu pikir aku gak sakit didorong kayak gitu!!"
"Salah sendiri bangunin orang seenaknya. Mamam tuh sakit!"
Jangankan merasa bersalah. Dengan santainya nih orang balik tidur. Dan inilah yang selalu terjadi pada kami setiap kali ketemu. Setelah seneng-seneng bareng dari pesta alkohol sampe ***. Setelahnya kita berantem kayak kucing sama anjing.
Cowok sialan emang!
Udah dapet enak. Boro-boro mau nganterin pulang.
Aku beranjak dari tempat tidurku. Lalu membersihkan diri dikamar mandi hotel. Terus pulang kerumah. Nggak guna lama-lama deket sama si cowok tempramen macam Viky. Entar juga kalo dia kangen paling dia sendiri yang nyariin.
Diperjalanan pulang aku udah nyiapin mental tentunya. Buat ngadepin papi dirumah. Jelas bakal kena amuk ini. Tapi yah, kalo nggak gitu ya bukan Thara namanya. Udah makanan sehari-hari dengerin si papi kotbah.
"Wah...
Ada tamu nih. Kayaknya kali ini aku bakal lolos dari kotbah papi." Aku bersorak senang dong. Papi gak mungkin marahin aku didepan tamunya.
Asikkkk
Baru aja satu langkah aku masuk kedalam rumah. Suara Papi udah menggelegar.
"Dari mana saja kamu?!"
Aku terjingkat kaget terus menatap papi yang pastinya udah melotot nih. Wah... Biasanya kalo ada tamu papi gak marah. Ini kok...
Eh tunggu dulu...
Itu cowok siapa ya?
Kok aku baru liat. Wih... ganteng banget. Body nya hot. Keliatan banget dari kemeja yang dia pakek, pasti Ada roti sobek di mana-mana. Dan hal yang bikin aku heran. Kok ada ya, cowok punya warna bibir seger gitu. Biarpun tebel biasanya item. Tapi dia...
Arrrggggg.....
Sayangnya aku gak suka sama kaca mata yang dia pakek. Kesannya agak kuno gitu. Tapi lain dari situ, aku sih yes!
"Thara, Papi bicara sama kamu!"
****
Lanjut?
****
WARNING!!
BERKOMENTAR LAH YANG BAIK DAN SOPAN. CERITA INI MEMANG SEDIKIT BERBEDA KARENA PEMERAN UTAMA WANITANYA BUKAN WANITA BAIK-BAIK. SETIAP CERITA ADA PEMBELAJARANNYA DAN JUGA HIKMAH. KISAH INI TENTANG PEREMPUAN YANG MERASA DIRINYA KOTOR DAN HINA NAMUN DIPERTEMUKAN DENGAN LELAKI SHOLEH YANG AKAN MENUNTUNNYA KEJALAN YANG LEBIH BAIK.
KISAH INI BERBEDA. JIKA TIDAK SESUAI DENGAN KEINGINAN PEMBACA, YA JANGAN DI BACA. ITU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA BERKOMENTAR HANYA UNTUK MENJATUHKAN.
TERIMAKASIH BAGI YANG SUDAH MENDUKUNG DAN JUGA MEMBERIKAN APRESIASI BERUPA HADIAH DAN LIKE SERTA KOMENTAR YANG BAIK. SEMOGA KALIAN BISA MENGAMBIL HIKMAH DALAM KISAH INI.
SILAHKAN LANJUT JIKA BERKENAN. JIKA TIDAK MAKA TINGGALKAN. BACA DISINI GRATIS TANPA HARUS SUSAH PAYAH BELI KOIN. JIKA TIDAK INGIN MEMBERI HADIAH SETIDAKNYA TAHAN JEMARI UNTUK TIDAK BERKOMENTAR YANG BURUK.
SELAMAT MEMBACA.....
AYAZ POV
Saat berbincang dengan Pak Surya. Rasanya aneh sekali tiba-tiba seorang wanita nyelonong masuk begitu saja tanpa mengucapkan salam. Aku tidak pernah tahu dengan anak Pak Surya. Karena ini adalah kali pertamanya aku menemui Pak Surya langsung dirumahnya. Selama ini kami hanya ketemuan diluar.
Memang selama ini Pak Surya sering membujukku untuk datang ke rumahnya. Sekedar bersilaturahmi dan berkenalan dengan anaknya. Aku sendiri bingung, kenapa dia begitu gencar memperkenalkan aku pada anaknya. Karena kesibukanku dalam karir yang baru saja aku jalani, aku tidak bisa memenuhi keinginannya. Dan pada saat aku mendengar kabar dia sakit, aku langsung merasa tidak enak dan segera menjenguknya.
Dan disinilah aku sekarang. Duduk diruang tamu berbincang dengannya dan tiba-tiba saja wanita dengan pakaian yang....
Ah entahlah. Bahkan menurutku itu tidak pantas disebut sebagai pakaian. Terlalu terbuka, dan aku segera menundukkan pandanganku. Astagfirullah...
Meski aku tidak sedang menatapnya. Tapi aku tahu, wanita ini sedang memperhatikanku dengan seksama. Entah apa yang dia pikirkan. Itu cukup mengganggu.
"Thara, Papi bicara sama kamu!" suara Pak Surya terdengar keras. Dan wanita ini langsung terkejut kemudian berdecak kesal. Ya Allah, bisa-bisanya dia bersikap seperti itu dengan orang tuanya.
"Ck, Papi nggak bosen apa marah-marah terus. Kesehatan Papi tu harus dijaga. Siapa yang bakal jaga Thara kalo Papi gak ada!"
"Papi seperti ini juga karena kamu, Thara. Papi capek sama kelakuan kamu yang kayak begini. Lihat jam berapa sekarang?! Kemana aja kamu semaleman, hah!!"
"Thara kan ulang tahun Pi... Ya Thara ngadain pesta lah diluar."
Aku mencoba tidak begitu peduli dengan perdebatan antara ayah dan anak ini. Biarlah mereka menyelesaikan urusan mereka. Saat aku hendak pamit untuk pulang. Tiba-tiba Pak Surya memanggilku.
"Ayaz, maaf pertemuan kita jadi seperti ini. Saya hanya ingin memperkenalkan pada kamu. Inilah anak saya yang bernama Thara. Dan Thara, ini Ayaz Mahendra."
Aku mengangguk kaku. Dan tiba-tiba saja wanita yang bernama Thara ini syok mendengarnya. Aku sendiri bingung, kenapa memang?
"Anjir... Jadi kamu yang namanya, Ayaz? Ayaz Mahendra? Oh My God! Kamu tahu nggak sih. Gara-gara kamu, akutuh jadi sering banget dibanding-bandingin sama papi dari dulu sampe sekarang. Papi bilang, aku harus rajin seperti Ayaz, aku harus baik seperti Ayaz, aku harus sopan seperti Ayaz. Dan kamu mau tahu apa yang bikin aku kesel dan rasanya kepala ini mau pecah?!"
Aku hanya mengernyit heran. Thara bicara dengan sarkasnya. Namun aku tahu bahwa dia tidak bermaksud menyinggungku. Dia bahkan memegang kepalanya untuk menunjukan ekspresinya.
Dan disisi lain, aku melihat Pak Surya malah mengusap wajahnya. Dia begitu gusar.
"Aku di suruh nyari suami macam kamu, Ayaz... Oh no! Sampe-sampe Papi pernah bilang mau jodohin kita. Konyol, kan?!"
Aku tidak bersuara sedikitpun. Hanya menatapnya sekilas lalu membuang wajahku. Yah, dia benar. Konyol memang kalau Pak Surya ingin menjodohkan kami. Tapi aku juga berpikir mungkin Pak Surya hanya bercanda. Dia tidak serius dalam ucapannya.
"Tapi kamu tenang aja. Aku udah punya pacar, kok. Dan aku yakin, cowok kayak kamu mana mau lah sama aku. Papi bilang kamu alim dan kental banget mendalami agama. Sedangkan aku... kamu udah bisa nilai sendiri. Kita berdua nggak akan pernah cocok."
Aku hanya mengangguk seolah setuju dengan yang dia katakan. Dan hal itu malah membuatnya tertawa keras.
"Hahah. Aku suka sama gaya kamu yang kalem. Aku harap kita bisa ketemu lagi biarpun cuma sekedar teman."
Thara segera pergi setelah mengatakan hal itu. Dan aku juga langsung berpamitan untuk pulang. Aku bisa melihat dari tatapannya, Pak Surya seakan tidak rela dengan kepergianku. Entah apa maksud lain dari tatapan itu. Aku hanya berharap semoga hubungan antara dirinya dan juga anaknya akan baik-baik saja.
****
THARA POV
Demi apa coba, tadi aku lihat ekspresi si Ayaz. Gemesin banget!
Dia cuma ngangguk kaku. Diem, tapi tetep cool abis. Setelah sekian lama, akhirnya aku tahu siapa cowok yang bernama Ayaz Mahendra itu. Cowok kebanggaan Papi yang katanya layak jadi suami aku. Cih! Gak sudi aku nikah sama dia. Culun. Kuno. Tapi kalo dia lepas kaca matanya, mungkin aku bakal pikir-pikir lagi.
Bye the way... Viky mana yah? Kok tumben gak langsung nelpon, pas ditinggal sendirian. Mati, apa tuh orang?!
Dah lah, mending aku siap-siap kerja. Cari duit buat seneng-seneng ntar malem.
Baru aja keluar kamar. Eh, Papi udah berdiri didepan pintu. Hem... Mau kotbah lagi pasti nih orang!
"Papi mau ngomong sama kamu!"
"Ngomong apa, sih Pi. Thara udah hampir telat. Apa kata para karyawan lain coba, kalo aku dateng telat terus."
Hilih. Sok banget akutuh. Padahal emang setiap harinya aku dateng telat. Ya bodo lah. Mau dateng jam berapa juga terserah aku.
"Papi ingin kamu menikah dengan Ayaz. Papi takut saat Papi pergi nanti. Nggak ada yang bisa jaga kamu."
"Aduh Pi. Kan ada Viky. Thara bentar lagi nikahnya sama Viky loh Pi. Emang Papi mau kemana?"
"Laki-laki macam itu tidak akan bisa menjaga kamu dengan baik, Nak. Percayalah dia tidak akan mampu mendidik kamu dengan benar. Papi ingin melakukan yang terbaik untuk kamu dengan menikahi Ayaz. Supaya Papi bisa pergi dengan tenang."
Kok aku jadi sedih sih. Emang sih Viky gak pernah ada kepastian kapan mau nikahin aku. Tapi kenapa Papi ngomong seolah mau ninggalin aku selamanya gitu...
Serem banget.
"Emangnya Ayaz mau nikah sama Thara? Kalo dia tahu siapa Thara sebenarnya. Thara yakin dia bakal kabur, Pi. Gak ada yang mau nerima Thara selain Viky. Dan tolong Papi hargain dong pilihan Thara. Thara bahagianya cuma sama Viky."
"Itu hanya kebahagiaan sesaat. Kamu nggak tahu sifat laki-laki itu secara keseluruhan. Sedangkan Ayaz. Papi mengenal betul anak itu sejak dia masih sekolah di Al-Azhar. Dia-"
"Aduh Pi. Thara udah telat!"
Sebagai pelarian. Aku melangkah kaki seribu biar bisa lolos dari kotbah Papi. Dengan alesan telat, ya karena emang udah beneran telat.
Saat sampai di kantor. Pemandangan pertama yang aku liat, adalah. Si Viky dengan ganjennya godain cewek lain. Astaga... Nih orang emang ya! Mau minta di sleding kepalanya.
Kami emang satu kantor. Dan Viky sebagai asisten CEO. Sementara aku... cuma sekertaris biasa.
"Dasar cowok ganjen! semua cewek digodain. Gak sekalian anak kambing sana, lo cemek-cemek!"
Aku langsung masuk keruanganku. Membanting tas diatas meja. Tanpa memperdulikan Viky yang mengejarku dari belakang. Aku emang gak pernah paham sama sifat tuh orang. Bisa-bisanya dia kayak gitu tanpa mikirin perasaan aku. Dia pikir aku gak bisa apa ngelakuin hal yang sama.
"Baru dateng udah marah-marah. Nanti cantiknya ilang, loh." Aku mendengus mendengarnya. Dan dengan santainya nih orang malah meluk-meluk. Karena kesel, ya aku jauhin dengan kasar tangannya.
"Kamu tuh jadi cowok gak pernah berubah, ya? Didepan aku aja kamu kayak begitu, apalagi dibelakang aku! pernah gak sih kamu mikir sekali aja, gimana perasaan aku?!"
"Ck, Aku cuma main-main aja kok sayang. Kamu kok nanggepinnya serius gitu."
"Main, main aja terus sana! Seharian ini kepalaku udah mau pecah karena Papi. Dan sekarang kamu juga...?"
"Emangnya Papi kamu kenapa? kan biasanya kamu gak pernah nanggepin omongannya. Kenapa sekarang kamu jadi pusing?"
"Asal kamu tahu, ya... Papi mau jodohin aku sama cowok lain."
Hal yang membuatku semakin kesel. Viky malah ketawa keras kayak orang kesetanan. Emangnya apa yang lucu, coba?
"Kamu kok ketawa sih! entar kalo aku beneran dinikahi sama cowok lain. Baru tau rasa, kamu!"
"Yah nggak papa lah. Kita masih bisa main selingkuh, selingkuhan di belakang suami kamu. Kan seru?!"
Emang sialan nih orang! bukannya panik ceweknya mau diambil orang lain. Malah ngajakin main selingkuh, selingkuhan.
"Kamu emang nggak pernah serius, ya Vik! nggak ada apa dibenak kamu buat nikahin aku dalam waktu cepat."
"Nikah itu gampang. Tapi ngejalaninnya yang susah Kamu mau, nanti waktu kamu habis buat didapur, ngurus anak dan lain sebagainya?"
Aku membuang nafas gusar. Sialan emang! selalu aja jawaban Viky kayak gitu tiap kali diajak nikah. Dan aku ngerasa nih cowok emang gak serius. Mau enaknya doang. Dah lah...
"Udah lah. Keluar sana! aku mau kerja."
"Kamu ngusir aku?"
"Anggep aja gitu."
"Oke. Tapi kalo pengen... aku ada di lantai atas. Kamu nggak lupa minum pil kontrasepsi kan?"
Aku nggak habis pikir sama nih orang. Isi kepalanya cuma sex doang.
"Emangnya kenapa kalo aku lupa? kamu takut aku hamil? dan kamu nggak mau tanggung jawab?!"
"Marah, marah aja terus sana! jadi cewek tempramen banget!!"
Viky keluar dari ruanganku. Aku terkejut saat dia ngebanting pintu dengan keras. Sial! kok jadi aku yang ngerasa bersalah sih? jelas-jelas dia yang ngeselin.
Arrrggghhh
****
AUTHOR POV
Ayaz melajukan mobilnya dengan kencang. Dia ingat saat seseorang tiba-tiba saja menelpon. Mengatakan bahwa Pak Surya sepertinya sedang sekarat. Dan dia meminta Ayaz untuk datang menemuinya dirumah sakit.
Ayaz begitu panik.
Dia masih tetap berharap bahwa Surya tetap baik-baik saja.
Sesampainya dirumah sakit. Ayaz langsung diantar oleh perawat untuk langsung saja masuk kedalam ruangan rawatnya.
Dan yang membuatnya heran. Disana sudah ada seorang pria paruh baya. Memakai peci dan juga sorban. Namun dia tidak memperdulikan hal itu. Dia hanya khawatir pada Surya yang kini sedang terbaring lemah. Pria itu tersenyum haru menatap nya.
"Pak Surya. Saya sudah datang." Ayaz menyentuh tangan Surya dengan lembut. Detak jantungnya melemah. Surya bahkan kesulitan mengatur nafasnya.
"Ayaz... terimakasih sudah datang. Sekarang kita tunggu sampai Thara juga datang."
Ayaz mengangguk. Sampai akhirnya pintu terbuka, dan memperlihatkan sosok Thara yang datang dengan air mata yang sudah berada dipelupuk mata. Wanita itu histeris.
"PAPI...!! Papi sakit apa? kenapa nggak pernah ngasih tau Thara kalo Papi sakit... " Thara terisak. Dan Surya mengusap lembut kepala anaknya yang kini memeluknya.
"Thara... kamu satu-satunya putri Papi. Papi sayang sama kamu, Nak... "
"Thara tau. Thara juga sayang sama Papi. Papi harus sembuh, jangan tinggalin Thara sendiri."
"Papi nggak bisa, Nak. Waktu Papi tidak akan lama lagi. Papi mengundang kalian berdua kesini untuk mengutarakan keinginan Papi yang terbesar. Papi mohon penuhi agar Papi bisa pergi dengan tenang."
"Nggak, Papi nggak boleh pergi. Maafin Thara Pi... maafin sikap Thara selama ini. Maafin Thara yang nggak pernah bisa bikin Papi bahagia."
Thara semakin terisak dipelukan Surya. Sementara Ayaz hanya memperhatikan mereka. Perasaannya bercampur aduk menjadi satu. Entah mengapa melihat wanita ini yang sedang rapuh. Hatinya terhenyuh. Dia sangat ingin menenangkan Thara namun tidak mungkin hal itu dia lakukan.
"Kalau kamu mau Papi bahagia. Tolong Nak... tolong menikahlah dengan pria pilihan Papi."
Thara mengangkat wajahnya. Entah bagaimana cara dia menanggapi ucapan Surya. Bahkan untuk menyela saja dia tidak tega. Baru kali ini Thara bungkam saat Surya bicara.
Sampai akhirnya Surya menatap Ayaz penuh permohonan. "Ayaz... kamu laki-laki baik. Saya tahu, saya tidak pantas meminta hal besar ini padamu. Tapi saya tidak punya pilihan lain. Thara putriku satu-satunya. Dan aku tidak bisa menjaganya dalam waktu yang lama. Aku.... aku meminta tolong padamu, Ayaz... tolong nikahi putriku. Jadikan dia istrimu. Aku mohon.... " Surya merapatkan tangannya. Menatap Ayaz dengan mata yang berkaca-kaca.
Ayaz sendiri bingung. Perasaannya semakin berkecamuk. Ada rasa tidak enak dalam hatinya. Entah apa yang harus dia lakukan. Dia sendiri bingung. Sekaligus terkejut dengan permohonan Surya yang menurutnya cukup berat.
"Pak Surya. Jangan bicara seperti itu. Anda akan sembuh. Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya."
"Ayaz... saya tahu Thara tidak pantas untukmu. Putriku ini memang bukan wanita baik. Tapi dengan menikahimu, aku yakin dia pasti bisa berubah. Tolong Ayaz... tolong nikahi dia. Aku sudah membawa penghulu untuk kalian. Biarkan aku pergi dengan tenang, dengan melepaskan Thara bersamamu." kali ini Surya benar-benar menagis pilu. Dan tentu saja Ayaz tidak tega melihat hal itu.
Ayaz menelan ludahnya. Ini adalah keputusan yang berat. Bagaimana bisa dia menikah secara mendadak seperti ini. Bersama wanita yang tidak pernah dia kenal. Ayaz terdiam dan menatap Thara yang kini semakin terisak dipelukan Surya.
Tatapan Surya penuh dengan permohonan. Dia tidak tega. Sementara selama ini pria itu sangat berjasa padanya. Apakah ini satu-satunya cara untuk membalas kebaikannya selama ini?
Ayaz semakin kalut. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk istikharah. Dia takut bagaimana menghadapi ibunya jika tahu dia sudah menikah secara mendadak.
'Ya Robb... apa yang harus aku lakukan?'
Detak jantung Surya semakin melemah. Thara semakin panik. Tangisannya semakin keras. Dan Ayaz semakin terdesak untuk segera menjawab permohonan Surya yang sangat mendadak ini.
"Baiklah, Pak Surya. Saya akan menikahi putri Anda."
Seulas senyuman terbit diwajah Surya. "Terimakasih, Ayaz... terimakasih banyak. Saya sudah menyiapkan penghulu untuk kalian. Saya ingin kalian menikah di sini. Di hadapanku."
Ayaz menatap pria yang tadi sempat membuatnya heran. Rupanya Surya telah menyiapkan semuanya. Dia ingin Ayaz menikah dengan Thara dihadapannya. Sementara Thara hanya diam membisu. Entah apa yang dia pikirkan. Matanya menatap kosong.
Namun ketakutan terlihat jelas disana. Thara takut. Takut Surya benar-benar akan pergi meninggalkannya. Dia belum siap untuk itu. Mengingat selama ini hubungan mereka tidak begitu baik.
Dan kini...
Thara hanya bisa pasrah, saat Surya menikahkannya dengan pria asing. Pria yang menjadi kebanggaan Surya selama ini.
Lalu bagaimana dengan Viky?
Apakah hubungannya akan segera kandas setelah ini?
Penghulu itu langsung saja menjalankan tugasnya. Mengingat kondisi Surya yang semakin melemah. Dia khawatir, Surya tidak sempat melihat anaknya menikah.
Dan Ayaz. Dia juga pasrah. Menyetujui dan segera mengikuti semua yang diucapkan penghulu itu.
Dengan sekali tarikan nafas. Dia mengucapkan...
Saya terima nikahnya dan kawinnya Thara Azzahra binti Surya Adi Putra dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!