"Ce, panggil kakak kamu sayang. Makan malam sudah siap." Teriak seorang wanita.
Wanita cantik berumur 41 tahun itu adalah Rain. Dia sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk suami serta ketiga anaknya yang sudah beranjak remaja. Dia sangat menyukai perannya sebagai ibu rumah tangga, di bantu 4 asisten rumah tangga, membuat pekerjaannya sedikit ringan.
Maklumlah, rumah peninggalan mertuanya itu cukup besar, hingga butuh banyak asisten rumah tangga untuk membantunya. Kedua mertuanya sudah meninggal satu tahun yang lalu karena kecelakaan, hingga dia terpaksa harus pindah kerumah itu. Dulunya hanya Delmar yang tinggal disini bersama opa dan omanya.
"Siap Mama cantik." Jawab gadis manis bernama Oceana Kalandra yang biasa dipanggil Cea. Gadis itu tak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang memberinya nama yang sangat mirip dengan nama papanya. Papanya adalah Ocean Kalandra dan biasa dipanggil Sean. Perbedaan namanya hanya terletak pada huruf A saja. Cea segera naik kelantai dua untuk memanggil kedua kakak tampannya yang sedang asik bermain game.
"Kak dipanggil mamah tu. Makan malam udah siap."
"Nanggung nih lagi asik." Jawab Delmar si kakak sulung yang enggan meninggalkan game nya.
"Udah dulu kak, nanti lanjut lagi. Entar kita kenyang omelan mama kalau gak segera turun." Dylan segera meletakkan stick game nya. Dylan kalandra, anak ke dua Sean dan Rain memang sangat penurut. Sifatnya sangat berbeda dengan kakaknya Delmar kalandra karena berbeda asuhan.
Sejak kelahiran Dylan, Delmar diasuh oleh oma dan opanya. Entah bagaimana cara mereka mengasuhnya, Delmar menjadi anak yang sangat arrogant.
"Yaelah, gak asik lo Dyl. Jadi anak nurut banget." Delmar berdecak kesal saat Dylan mengakhiri gamenya. Karena tak ada lawan, dia terpaksa ikut berhenti.
Ketiga anak remaja itu turun dan langsung menuju meja makan. Disana sudah tampak mama dan papanya yang sedang suap suapan.
"Cie.... romantis banget." Goda Cea sambil menarik kursi tepat disebelah mamanya. Rain hanya tersenyum mendengar ledekan putrinya.
"Kebiasaan gak pernah mau nunggu." Kesal Delmar sambil mengambil duduk didepan mamanya.
"Kelamaan nunggu kalian, papa udah keburu lapar, kangen suapan mama." Jawab sang papa dengan santai. Tiap hari ketiga anak remaja itu kenyang melihat kemesraan kedua orang tuanya.
Ketiga anak itu segera mengambil makan dan melahapnya tanpa banyak bicara.
"Kamu jangan main game terus Del, ingat sebentar lagi kamu ujian akhir." Sean mengingatkan Delmar. Anak itu sudah duduk dikelas XII dan beberapa bulan lagi akan ujian akhir.
"Kok Del doang, Dylan gak?" protes Delmar. Sejak dulu, dia memang selalu iri pada Dylan. Dia menganggap jika kedua orang tuanya membuangnya sejak Dylan lahir. Dia merasa jika orang tuanya hanya sayang pada Dylan, sedang dirinya sama sekali tidak disayang.
"Dylan masih kelas VIII, ujian akhirnya masih tahun depan." Jawab Sean.
******, selalu aja gue yang diomelin. Si Dylan anak kesayangan gak pernah sama sekali. Delmar menggerutu dalam hati sambil memakan makanannya dengan cepat.
Dia memang paling malas kumpul keluarga kayak gini. Dia merasa asing ditengah keluarganya sendiri. Padahal keluarganya tak pernah menganggapnya seperti itu.
Tanpa ada yang tahu jika Delmar menyimpan kekecewaan yang besar pada kedua ornag tuanya. Dia sakit hati dan menganggap orang tuanya pilih kasih. Dia diberikan pada opa omanya, sedangkan kedua adiknya diasuh sendiri oleh papa mamanya.
BRAK BRAK BRAK
Ting tong ting tong
BRAK BRAK BRAK
"Siapa sih yang ngedor pintu kayak gitu?" Tanya Rain sambil menatap suaminya.
Gedorannya udah macam depkolektor yang mau nagih utang. Tapi perasaan dia gak punya utang.
Sean hanya mengedikkan bahu karena dia memang tak tahu.
"Bi Lela, tolong bukain pintu."
"Enggeh Nyah."
Bi Lela yang sedang didapur segera keluar untuk membuka pintu. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan wajah kesal karena menganggap jika tamu yang datang sangat tidak sopan.
"Maaf tuan ada yang nyariin tuan sama nyonya." Ucap Bi Lela.
"Siapa Bi?" Rain mengerutkan keningnya.
"Nggak tahu nyah. Katanya ada perlu sama Tuan, nyonya dan den Delmar."
"Gue." Delmar menunjuk dirinya sendiri.
"Enggeh Den."
Sean segera keluar bersama Rain dan diikuti Delmar dibelakang. Mereka melihat seorang pria paruh baya dengan dua orang wanita yang sepertinya ibu dan anak sedang menangis.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sean. Dia merasa tak mengenal orang orang itu.
"Apa dia yang bernama Delmar?" Teriak seorang pria paruh baya sambil menujuk ke arah Delmar.
Delmar mengerutkan keninganya, dia merasa tak mengenal satupun dari mereka bertiga, tapi kenapa mereka mengetahui namanya.
"Tolong bicara yang sopan saat berada dirumah kami." Rain tak terima pria itu berteriak dirumahnya. Dikiranya ini lapangan apa, bisa teriak teriak sesuka hati.
"Sopan?" Pria itu tertawa sinis. "Berani anda bicara tentang kesopanan disaat anda sendiri tak tahu caranya mendidik sopan santun pada anak anda." Maki pria itu.
"Siapa anda berani menghina istri saya seperti itu?" Sean pasang badan saat istrinya dihina.
"Siapa saya? hahaha." Lagi lagi pria itu tertawa. "Anda tak perlu tahu siapa saya. Anda hanya perlu tahu apa tujuan saya datang kerumah anda."
"Memangnya apa tujuan anda?" Sean mendengus kesal sambil berkacak pinggang. Emosinya naik gara gara kelakuan orang tak dikenal yang marah marah dirumahnya.
"Kami kemari untuk meminta pertanggungjawaban. Putra anda yang bernama Delmar itu telah menghamili Putri saya." Teriak pria itu sambil melotot dan menunjuk ke arah Delmar.
Deg
Jantung Rain seperti berhenti berdetak mendengarnya. Spontan dia menoleh ke arah Delmar. Begitu juga dengan Sean, dia langsung menatap Delmar.
Delmar hanya geleng geleng saat tatapan semua orang mengarah padanya. Saat Rain dan Sean syok, sebenarnya Delmar lebih syok lagi. Siapa yang tidak syok jika tiba tiba seorang gadis mengaku hamil anaknya.
"Bohong Pah, Mah. Del tak mengenal perempuan itu." Del menunjuk seorang gadis yang sejak tadi menangis dipelukan ibunya.
Del merasa tuduhan ini sangat tak berdasar. Menghamili? mana mungkin? kenal saja tidak. Bahkan Del merasa tak pernah melihat gadis itu.
"Siapa lo tiba tiba fitnah gue? gue gak kenal lo?" teriak Delmar sambil berjalan mendekati gadis itu.
Gadis itu hanya menunduk sambil menangis dan memegangi lengan ibunya. Dia sama sekali tak berani menatap Del. Tubuhnya makin bergetar saat Delmar berjalan mendekatinya.
"Bagus, sudah berbuat tak mau bertanggung jawab." Pria paruh baya itu menarik lengan Del lalu mendorongnya hingga hampir terjatuh.
"Jangan kasar pada anak saya." Rain yang tak. terima segera memegangi tubuh Del.
"Apa benar tuduhan itu Del?" Sean menatap Del dengan nafas naik turun. Dia butuh kejelasan saat ini.
"Bohong Pah, ini fitnah. Del berani bersumpah jika Del tak mengenal perempuan ini. Jangankan kenal, ketemu saja gak pernah. Mana mungkin dia hamil anak Del. Ini sangat konyol."
"Jadi menurut kamu, anak saya yang berbohong disini?" Pria itu tak terima dengan ucapan Delmar. "Baiklah kalau kamu tak mau bertanggung jawab. Saya akan melaporkan kasus ini kepolisi." Ancam pria itu.
"Laporkan saja, saya tidak takut. Anak saya tidak mengenal putri anda. Jadi susah jelas jika ini hanya fitnah." Sean balik menantang. Sean diancam, yang ada dia balik mengancam. Pria itu memang tak ada takut takutnya.
Rain merasa ada kejanggalan disini. Dia bisa melihat jika Del berkata jujur. Tapi gadis itu, dia tampak lugu dan bukan seperti gadis ******.
"Tunggu sebentar, biar saya tanya pada gadis ini." Rain berjalan mendekati seorang gadis yang sejak tadi hanya menangis.
"Siapa nama kamu?" Tanya Rain sambil mengangkat pelan dagu gadis itu.
"A, Akilla tante." Jawab gadis itu dengan terbata sambil terisak.
"Apa benar kamu hamil anak Delmar?" Rain bertanya sambil gemetar. Dia takut mendengar jawaban yang bisa menghancurkan masa depan putranya.
"Be, benar tante." Jawab Akilla sambil mengangguk.
Rain memejamkan matanya. Dadanya terasa sesak. Air mata tak sanggup lagi dia tahan. Jika memang ini benar, sebagai seorang ibu, dia merasa gagal mendidik putranya.
Sebagai seorang wanita yang mempunyai naluri kuat, dia bisa melihat jika gadis itu tidak sedang berbohong.
"Bohong, jangan sembarang bicara. Gue gak kenal lo." sanggah Delmar. Dia bingung harus dengan cara apa membuktikan jika bukan dia ayah dari anak dalam kandungan gadis bernama Akilla itu.
"Apakah yang kau katakan benar?" Kali ini giliran Sean yang bertanya pada Akilla. Dengan mata tajamnya, dia menatap gadis itu. Sedangkan yang ditatap hanya menunduk tak berani balik menatap. "Saat ini teknologi sudah sangat canggih. Saya bisa saja melakukan tes DNA pada janin dalam kandungan kamu. Jadi jangan coba coba bermain main dengan keluarga saya. Jika kamu berbohong, saya pastikan kamu dan keluarga kamu akan membusuk dipenjara karena pencemaran nama baik serta fitnah." Ancam Sean pada Killa.
Jantung Akilla berdegup kencang. Siapa yang tak takut dengan ancaman seperti itu. Apalagi gadis berusia 16 tahun seperti dirinya. Tapi dia tak punya pilihan lain. Orang tuanya akan mengusirnya jika dia tak memberitahu siapa ayah dari bayi dalam kandungannya.
"Putri saya tak pernah berbohong. Yang ada, anak kalian yang akan membusuk dipenjara jika tak mau bertanggung jawab." Ayah Killa sama sekali tak gentar. Dia tahu jika putrinya tak mungkin berbohong untuk masalah sebesar ini.
"Apa kamu berani melakukan tes DNA?" Rain bertanya dengan lembut. Dia sudah tak ada tenaga untuk berteriak seperti para pria disana.
"Saya berani melakukan tes DNA." lirih Killa diantara isak tangisnya.
Delmar merasa lututnya lemas. Dunianya sekan runtuh. Kejutan apa ini? april mop ? rasanya bukan, karena ini bulan februari Apakah ini konten you tube, dan dia target pranknya? Entahlah.Tapi yang pasti, dia tak mengenal Akilla. Tapi kenapa gadis itu terlihat sangat yakin jika Delmar adalah ayah dari janin dalam kandungannya.
KIRA KIRA BRNERAN HAMIL ANAK DELMAR ATAU CUMA DIJEBAK? YUK BACA KELANJUTANNYA.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN HADIAHNYA
NOVEL INI SEKUEL DARI NOVEL HARGA SEBUAH KEHORMATAN YANG MENCERIKATAN KISAH ANTARA RAIN DAN SEAN, ORANG TUA DELMAR.
SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA. JANGAN LUPA SELALU KASIH LIKE, KOMEN, HADIAH DAN VOTE.
.
BUGH BUGH BUGH
Sean menghajar Delmar hingga anak itu babak belur. Beruntung saat ini Sean sedang memakai pakaian santai. Kalau saja dia memakai pakaian kerja, sudah pasti ikat pinggang melayang ke tubuh Delmar.
Dia sangat kecewa pada Delmar. Sean memang buka pria baik semasa muda. Tapi setidaknya dia tak pernah memperkosa seorang gadis. Dia hanya tidur dengan wanita yang bersedia menawarkan diri atau yang sengaja dia bayar.
Delmar sama sekali tak melawan, dia hanya bisa pasrah sambil membayangkan masa depannya. Besok dia terpaksa harus menikah dengan seorang gadis yang sama sekali tidak dia cintai. Jangankan cinta, kenal saja tidak.
Flashback
"Saya berani melakukan tes DNA." lirih Killa disela isak tangisnya.
"Bagus, gue juga gak takut. Kerena gue gak pernah merasa menghamili lo. Nyentuh lo aja gue gak pernah." Ucap Delmar sok berani. Sebenarnya dia sedikit takut melihat Killa yang begitu berani. Dalam hatinya, dia terus bertanya tanya, apa alasan Killa melakukan hal ini? Dan kenapa dia seberani ini?
Rain makin bingung, kenapa kedua anak ini sama sama berani. Siapakah yang sebenarnya berbohong disini.
"Killa, Delmar bilang dia tak mengenalmu. Jadi bagaimana Mungkin kamu hamil anak Delmar?" Rain berusaha mencari titik terang. Permasalahan ini bagai benang kusut yang bisa tidak bisa harus segera diurai. Dia tak mau salah satu dari anak ini menjadi korban ketidak adilan.
"Kak Delmar udah memperkosa Killa tante."
Deg
Memperkosa? bagaimana mungkin? bertemu saja tidak pernah, bagaimana aku bisa memperkosanya. Dasar gadis aneh. Sungguh fitnah yang tak masuk akal. Batin Delmar.
"Aku bukan pria rendahan seperti itu." Sangkal Delmar dengan tangan mengepal erat. Emosinnya benar benar dipuncak sekarang. Bagaimana tidak emosi, dia difitnah memperkosa gadis yang tidak dia kenal.
"Tapi kenyataannya memang seperti itu." Killa mulai berteriak, sepertinya dia mulai terbawa suasana saat mengingat kejadian 2 bulan yang lalu. Malam kelam dimana mahkotanya direnggut paksa oleh kakak kelasnya yang diam diam dia sukai.
"Coba kakak ingat ingat lagi kejadian 2 bulan yang lalu. Saat kakak mabuk lalu masuk kedalam ruangan bimbel Killa. Saat itu tidak ada siapapun. Semua orang susah pulang. Dan kakak memperkosa Killa ditempat itu."
Delmar mencoba mengingat kejadian itu. Sedikit demi sedikit, sebuah ingatan mulai muncul dikepalanya.
"Dimana tempat bimbel kamu?" Tanya Delmar dengan suara yang sedikit gemetar. Dia mulai merasa ketakutan.
"Bimbel generasi cerdas yang ada di jalan Majapahit."
JEDER
Seketika Delmar seperti tersambar petir. Lututnya terasa lunglai. Keringat dingin mulai mengucur membasahi tubuhnya. Ya, sekarang dia ingat. Kejadian yang dia pikir mimpi basah itu ternyata sebuah kenyataan.
Malam itu, Delmar mabuk dirumah Rey, teman sekolahnya. Tiba tiba ada telepon dari Laura, kekasihnya yang minta dijemput ditempat bimbel.
"Sayang jemput aku ya ditempat bimbel. Sopir aku belum dateng, udah malem, aku takut pulang sendirian."
"Kayaknya gak bisa beb, aku lagi teler dirumah Rey. Ini aja aku gak bisa pulang."
"Rumah Rey kan deket dari tempat bimbel aku. Kamu kesini jalan kaki aja. Yang penting temenin aku nunggu jemputan. Habis itu aku antar balik kerumah Rey atau kerumah kamu terserah. Aku takut Yank kalau sendirian. Ditempat ini sepi."
Karena tak tega membiarkan kekasihnya sendirian, Delmar segera pergi ketempat bimbel.
Saat sampai disana dia melihat tempat itu beneran sudah sepi. Bahkan Beberpaa lampu sudah dimatikan. Dengan langkah sempoyongan, Delmar memasuki ruangan demi ruangan untuk mencari Laura. Hingga akhirnya dia menemukan seorang gadis yang tengah mengemas buku bukunya.
"Ternyata kamu disini beb, aku nyariin kamu daritadi."
"Nyariin aku?" Tanya gadis yang ternyata adalah Killa. Tapi dimata Del, tampak seperti Laura.
"Iyalah nyariin kamu, memang nyariin siapa lagi." Delmar berjalan mendekati Killa, tapi karena langkahnya yang sempoyongan, tubuhnya menabrak meja dan jatuh menimpa tubuh Killa.
Mereka berdua saling bertatapan beberpaa detik dengan posisi Del diatas tubuh Killa.
"Kamu cantik sekali malam ini Laura. Tubuh kamu juga wangi." Delmar mulai menciumi rambut dan leher Killa.
"Jangan kak, hentikan. Aku Killa bukan Laura." Killa mulai ketakutan. Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetaran. Dari jarak sedekat itu, dia bisa mencium bau alkohol. Killa tahu siapa pria yang sekarang sedang menindihnya. Dia adalah Delmar kakak kelas yang paling populer disekolah.
Bukannya menghentikan, Del malah makin brital mencium bibir Killa. Killa terus berontak tapi pergerakannya justru makin membuat tubuh bawah Del menegang. Del yang sedang mabuk tak bisa mengontrol diri dan terus melakukan aksi brutalnya hingga merenggut mahkota gadis malang itu.
Setelah semuanya selesai, Del kembali memakai pakaiannya. Killa pikir Del akan meminta maaf lalu pergi. Tapi ternyata dia salah. Del yang kelelahan malah tidur disamping Killa yang sedang menangis. Dengan sisa sisa tenaganya, Gadis itu lalu bangkit dan membenarkan pakaiannya. Setelah itu dia Meninggalkan Del yang masih tertidur entah teler.
Del baru tersadar saat hampir pagi. Dia sendiri bingung kenapa bisa tertidur ditempat itu. Dia mencoba mengingat ingat tapi tak ingat. Kepalanya pusing gara gara kebanyakan minum. Dia melihat noda merah seperti darah yang sudah mengering dilantai yang berwarna putih itu. Dan satu lagi, tangannya memegang sebuah liontin bertuliskan huruf A.
Akhirnya Delmar menyimpulkan bahwa dia yang sedang mabuk dan tanpa sadar tertidur ditempat itu. Dia teringat seperti melakukan hubungan badan. Dia pikir mungkin hanya mimpi basah, karena tak ada siapa siapa ditempat itu.
"Apa kakak sudah ingat?" Killa membuyarkan lamunan Del. Dia melihat wajah Delmar yang mulai memucat.
"Aku tidak berbohong kak. Kalau kakak tidak percaya, kita bisa tes DNA. Aku masih perawan saat itu. Dan kakak satu satunya pria yang sudah meniduriku dengan paksa. Dan anak ini sudah pasti anak kakak." Ucap Killa sambil memegang perutnya yang masih rata.
Seketika tubuh Delmar jatuh kelantai. Dia merasa kakinya sangat lemas hingga tak mampu menopang berat tubuhnya. Wajahnya pucat pasi dan seluruh tubuhnya bergetar hebat.
FLASHBACK OFF
"Stop Pah." Rain yang baru masuk ke ruangan kerja Sean segera menghentikan suaminya. Ibu mana yang tega melihat anaknya dihajar habis habisan.
"Biarkan papa menghajar anak tak tahu diri ini mah. Anak seperti dia tidak patut dibela. Anak berandalan, bisanya cuma mempermalukan keluarga."
"Ya, Del memang hanya bisa mempermalukan papa dan mama. Del memang anak tak tahu diri. Makanya Papa dan mama membuang Del sejak kecil."
"Bangsat." Sean makin murka mendengar perkataan Delmar. Dia mengambil asbak kayu dimeja kerjanya dan melemparkannya pada Del hingga mengenai kening anak itu.
"Papah." Teriak Rain. Dia segera menghampiri Del dan memeluk putranya itu. Rain mengangkat wajah Del, dia bisa melihat darah segar mengalir dari kening serta bibir dan hidung Delmar.
Rain membawa Delmar keluar dari ruangan Sean. Dia mendudukannya di sofa ruang keluarga dan mengambil kotak p3k.
Rain mengobati luka Delmar sambil menangis. Apalagi saat Delmar meringis menahan perih, Rain makin menangis. Hatinya jauh lebih sakit daripada perih yang dirasakan Delmar.
Semua ini salah Mama. Seharusnya mama tak mengijinkan oma mengambilmu. Harusnya mama sendiri yang mengasuhmu. Kalau hidupmu jadi seperti ini, itu semua salah mama karena tak mampu mendidikmu dengan baik.
Rain terus menyalahkan dirinya. Menyalahkan kebodohannya yang telah memberikan hak asuh Delmar pada opa dan omanya. Entahlah Bagaimanan oma opa nya mengasuh. Tapi yang jelas, Del salah asuhan. Sejak SMP anak itu sudah merokok dan kerap bolos sekolah. Dan saat SMA, dia makin menjadi, dia sudah mulai terbiasa mabuk.
Delmar dididik bagai raja dirumah itu. Apapun kemauannya pasti dituruti. Dan apapun kesalahannya tak pernah dimarahi. Del hidup dengan limpahan harta dan kasih sayang dari opa omanya. Tapi dia merasa haus kadong sayang kedua orang tuanya.
"Jangan pernah berkata seperti tadi. Mama dan Papa tak pernah membuangmu. Kami menyayangimu sama seperti Dylan dan Cea. Kamu harus tahu Del, tak ada orang tua yang tak menyayangi anaknya." Ucap Rain sambil sesenggukan.
"Tapi kenapa harus Del yang ikut oma? Kenapa bukan Dylan? Karena mama lebih sayang pada Dylan?" Delmar tak sanggup menatap mamanya yang sedang menangis. Seperih apapun luka yang dia rasakan selama ini, dia tetap menyayangi mamanya.
"Mama terpaksa saat itu nak. Oma terus memaksa mama. Mama pikir kau akan bahagia bersama oma dan opa. Apalagi kamu betah tinggal dirumah ini. Sedangkan Dylan masih bayi, dia masih butuh asi mama. Disisi lain, oma dan opa sendirian, tak ada yang menemani hari tua mereka. Tolong pahami posisi mama saat itu."
"Apa mama pernah memahami posisi Del? Apa mama pernah memikirkan perasaan Del? Del merasa sebagai anak yang tidak diinginkan ma."
"Maaf, maafkan mama dan papa nak. Tapi kamu harus tahu, papa dan mama sangat menyayangimu." Rain memeluk Del dengan sangat erat. Dia tak tahu jika Del merasa terbuang selama ini.
"Tidurlah, besok pagi kamu akan menikah."
"Maukah mama menemani Del sampai tertidur."
"Tentu saja, ayo mama antar kekamar kamu."
Rain menuntun Del sampai kekamarnya. Dia duduk sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang dengan Delmar yang tidur dipangkuannya.
"Tidurlah sayang, semuanya akan baik baik saja." Ucap Rain sambil membelai kepala Delmar. "Mama dan papa menyayangimu sama seperti Dylan dan Cea. Tolong jangan pernah ragukan hal itu."
Rain, sekeluarga segera menuju ruang tamu saat keluarga mempelai wanita datang. Tak seperti pernikahan umumnya yang ramai pengantar, Killa hanya datang bersama ayah dan ibunya.
Killa tampak cantik dengan kebaya putih sederhana dan rambut disanggul modern. Make up flawless membuatnya tampilannya terkesan natural.
Akad nikah diadakan dirumah Delmar karena orang tua Killa tak mau sampai tetangga mereka tahu tentang Killa yang hamil diluar nikah.
Rain kembali menangis melihat gadis yang memakai kebaya putih itu. Hatinya terenyuh melihat Killa yang seharusnya menikmati masa remaja, harus hamil gara gara ulah putranya.
Del tetap terlihat sangat tampan dengan setelan jas berwarna abu abu meski tiada senyum diwajahnya. Raut wajahnya terlihat tertekan. Dia memang tak menginginkan pernikahan ini.
Del menatap Killa sekilas lalu membuang pandangannya ke arah lain. Marah, kesal, benci, itu yang dia rasakan sekarang. Dia merasa jika Killa sudah menghancurkan masa depannya. Dia masih muda, masih ingin bersenang senang. Apalagi dia memiliki gadis yang dia cintai, yaitu Laura.
Killa, jangan ditanya bagaimana perasaannya saat ini. Jika semua orang sedih dan terluka, dialah orang yang paling merasakan hal itu. Ingin menangis tapi sudah tak sanggup. Air matanya terasa sudah kering hingga dia hanya bisa merasakan sesak yang teramat sangat didadanya.
Killa duduk disamping Del dengan tubuh gemetaran. Jantungnya berdegup sangat kencang saat Delmar mengucap ikrar ijab qabul.
SAH
Ucap seluruh saksi yang ada disana.
Rain menghela nafas lega saat putranya berhasil mengikrarkan ijab qabul dalam satu nafas.
"Gue gak nyangka lo bakal jadi kakek Sean." Ledek Dino sahabat Sean sambil terkekeh.
"Sialan lo, gue masih muda, ogah dipanggil kakek." sunggut Sean.
"Lha terus lo mau dipanggil apa? Opa? atau mbah? hahaha." Dino makin gencar meledeknya.
"Gue gak pantes dipanggil semua itu. Gue ini masih muda, cakep, kaya, gak ada minusnya."
"Perasaan lo aja kali masih muda. Orang umur lo udah 46." Dino menyebikkan bibirkan.
"Lo tahu gak, pria seusia kita ini lagi puber kedua. Pria kayak gue ini lebih cocok jadi hot daddy daripada jadi kakek." Ucap Sean sambil melipat tangannya didepan dengan gaya sok cool.
"Hot daddy gimana sih? kurang paham gue."
"Ya hot daddy yang punya baby. Masak lo gak paham sih, gak usah sok polos, gak cocok sama muka lo yang mesum."
"Punya baby?" Dino mengernyit bingung. "Sugar baby maksud lo?" Dino membelalak tak percaya. "Elo punya sugar baby?" Pekiknya tertahan.
"Apa!" Rain yang tak sengaja mendengar langsung memelototi Sean sambil berkacak pinggang. "Kamu punya sugar baby pa?"
"Mati lo Sean." Lirih Dino sambil menahan tawanya.
"Kamu salah denger beb, bukan sugar baby, tapi baby. Aku pengen punya baby lagi." Sean melingkarkan tangannya di pinggang Rain. Mencoba merayu agar istrinya tidak ngambek.
"Bohong." Rain melepaskan tangan Sean dan langsung meninggalnya.
"Sialan lo Din, gara gara lo ngomong keras, Rain jadi denger kan?"
"Sorry gue gak tahu kalau ada Rain."
Sean ingin pergi menyusul istrinya tapi dicegah oleh Dino.
"Jelasin dulu, lo beneran punya sugar baby?" Dino tak ingin mati penasaran.
"Ya enggak lah. Mana berani gue. Ogah gue nyari masalah sama Rain." Sean segera menyusul istrinya.
"Sudah gue duga, bucin akut kayak lo mana berani macem macem. Lo itu suami takut istri, cemen. Tapi sama sih kayak gue." Dino bermonolog sambil senyum senyum sendiri.
...****...
Setelah semua proses selesai, ayah Killa segera memberikan 2 koper besar pada anaknya.
"Mulai sekarang kamu tinggal disini. Jangan pernah menginjakkan kaki dirumah sebelum kamu melahirkan. Ayah gak mau nama baik keluarga kita tercemar gara gara kamu." Tegas ayahnya.
Killa ingin sekali menangis mendengar ucapan pedas ayahnya. Seburuk itukah dirinya? Dia hanya korban, tapi kenapa semua semua ini seolah kesalahannya.
"Oh iya, jangan pernah meminta uang pada ayah. Kamu sudah bukan tanggung jawab ayah lagi. Dan untuk uang mahar, semua jadi milik ayah."
Ayah Killa meminta mahar 100 juta. Kalau keluarga Sean tak mau memberi, dia mengancam akan melaporkan Delmar ke polisi. Dia memang segila itu pada uang.
"Tapi yah." Killa sebenarnya tak rela jika ayahnya mengambil semua maharnya. Killa pikir dia bisa menyimpan uang itu untuk biayain kuliahnya nanti.
"Tak ada tapi tapian. Anggap saja itu balas budi karena kami sudah membesarkanmu. Kamu pikir biaya sekolahmu selama ini murah?"
Sungguh ayah yang tak beradap, bisa bisanya dia mengungkit soal biaya sekolah. Padahal semua itu sudah menjadi kewajibannya sebagai orang tua. Tanpa pamit, orang tua Killa meninggalkan rumah itu.
Killa bingung, dia tetap berdiri disamping kopernya. Sedangkan Delmar, dia sudah naik ke kamarnya tanpa mempedulikan Killa.
"Sayang, mana Del?" Tanya Rain yang datang menghampiri Killa.
"Gak tahu tante."
"Mulai sekarang jangan panggil tante, panggil mama kayak Del."
Killa mengangguk, dia bersyukur karena mertuanya terlihat begitu baik. Bahkan lebih baik dari orang tuanya.
"Dylan, bantu kak Killa bawa kopernya ya. Sekalian anter ke kamar kan Del." Rain memanggil Dylan yang tak sengaja lewat.
"Baik ma."
"Killa, ini Dylan, adiknya Del."
Killa hanya mengangguk sambil tersenyum pada Dylan.
"Ayo kak." Dylan segera menyeret koper Killa dan mengantarkannya ke kamar Delmar.
"Ini kamarnya kak. Ya udah aku pergi dulu ya."
Killa mengangguk lalu mengetuk pintu kamar Del.
Tok tok tok
Dengan langkah malas Del membukakan pintu.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Del sambil bersedekap dan menatap sinis kearah Killa.
"Em.. Mama nyuruh Killa kesini kak." Jawab gadis itu dengan sedikit takut.
"Maksudnya?" Del mengernyit bingung. Dia lalu manatap dua koper besar yang ada disebelah Killa. "Lo disuruh mama tidur disini?"
Killa mengangguk pelan.
"Ya udah cepetan masuk." Dirumah ini, ucapan mamanya adalah perintah yang mutlak harus ditaati. Jangankan Del, papanya saja tak berani membantah.
Killa menarik dua kopernya masuk kedalam kamar Del. Kesan maskulin sangat nampak dikamar itu. Sangat luas, tapi sedikit barang, seperti itulah kamar Del. Del menginginkan kamar yang luas agar dia nyaman saat bermain game bersama teman temannya.
Killa membuka kopernya lalu mengambil pakaian ganti. Setelah berganti baju dan membersihkan make up di kamar mandi dia bingung harus ngapain. Berada dalam satu kamar bersama Delmar membuat hormon adrenalinnya naik. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.
Killa duduk dikursi meja belajar Del sambil sesekali melirik ke arah Delmar yang tengah asik bermain ponsel.
"Ngapain lo lihat lihat?" Bentak Delmar.
"Eng, enggak kok kak."
Delmar bangkit lalu menghampiri Killa. Killa segera berdiri dan minggir, dia pikir Delmar ingin duduk di kursi meja belajarnya. Tapi ternyata dia salah, Delmar berdiri dihadapannya dengan sorot mata yang sangat tajam.
"Puas lo sekarang? Puas udah ngehancurin kehidupan gue? Seneng lo sekarang? Inikan yang lo mau?"
Disini sebenarnya siapa sih yang korban? Aku yang diperkosa, aku yang hamil. Tapi kenapa aku seolah olah yang jahat dan Kak Del adalah korban, batin Killa.
"Lo udah ngerencanain ini semua kan? Lo sengaja manfaatin keadaan saat gue mabuk? Cih, udah ketebak rencana busuk lo. Ngaku hamil anak gue, lalu minta tanggung jawab. Tapi ujung ujungnya apa? minta duitkan?"
Air mata Killa tak bisa ditahan mendengar semua tuduhan Delmar. Sungguh bukan seperti itu dirinya. Dan masalah uang mahar, semua tidak ada dalam pikirannya. Semua itu ulah ayahnya, tapi lagi lagi Killa yang jadi korban.
Tapi Killa hanya mampu diam, menyangkalpun tak ada gunanya. Toh yang semua orang lihat saat ini adalah dia dan keluarganya yang mata duitan.
.
**JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN KASOH HADIAH BIAR AUTHOR MAKIN RAJIN UP.
TERIMAKASIH**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!