Sinar matahari yang menelusup membangunkan sosok pria tampan yang sedang tidur lelap itu, dia terbangun dengan meraih ponsel nya yang berada di atas nakas dan di lihat sudah hampir pukul 07, dia bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beres dengan ritualnya dia turun ke bawah bergegas untuk sarapan, di lihat meja makan nya yang hanya sarapan nya yang tersaji oleh asisten rumah tangganya. Dia menghela nafas sebelum duduk di kursi makan, dan melirik kursi kursi yang kosong dengan membayangkan bahwa orangtuanya ada duduk di sana, tapi itu hanya bayangan Martin belaka.
Bergegas pergi ke kampus setelah sarapan. dengan gaya coolnya dia masuk ke dalam mobil lalu melajukannya hingga sampai ke kampus. Mata Martin berkeliling hingga matanya terhenti memandang ke arah sahabatnya yaitu Reyhan dan Dimas yang sudah berdiri di ambang gerbang kampus, dengan gaya coolnya pun dia menghampiri, tak luput dari pandangan mahasiswi-mahasiswi yang sangat mengidolakan Martin.
"Noh tuuh si balok es...," kata Dimas yang ternyata menunggu kedatangannya dengan Reyhan.
"Sorry ... gue telat," Martin yang sudah sampai pada mereka pun merasa bersalah karena lambat.
"Ok no problem," sahut Reyhan yang menimpali. bergegaslah mereka masuk ke kelas, karena sebentar lagi akan ada mata pelajaran yang di mulai.
Setelah jam pelajaran usai mereka memilih duduk di kantin untuk mengisi perutnya.
pandangan mereka teralihkan ketika mendengar celotehan mahasiswa yang lain kepada seorang gadis yang baru saja masuk kantin, dia bernama Adelia. Adelia dengan santainya masuk kantin bersama kedua temannya yaitu Mita dan Desi. banyak celotehan yang mereka dengar yang jelasnya celotehannya untuk Adelia.
"Gileee Bening banget tuuh cewek ...."
"Gue pengen deh deketin dia ...."
"Pantes aja dia di bilang bunga Kampus, orang dia memang Perfect ...."
Begitulah ocehan yang Adelia dengar dari mahasiswa lainnya. Mata Adel sempat beradu pandang dengan tiga sekawan yaitu Martin, Reyhan dan Juga Dimas.
"Ayo.. ke sana," tunjuk Adel kepada Mita dan Desi.
Ternyata yang Adel tunjuk itu tempat duduk, Desi mengira mereka akan menghampiri Martin cs.
"Yaelah ... kirain kita nyamperin tuuh cogan." Desi bercicit.
"Kepala lu... hanya cogan aja," Mita menimpali.
"Kalian ke sini mau makan atau mau adu mulut?," Adel selalu pusing kalau Desi dan Mita selalu adu mulut.
"Ok gue pesen makanan nya dulu," Desi pun bergegas untuk memesan makanan.
"Adel... Lihat gak di depan meja kita, ini langka looh," Mita dengan antusiasnya mengedip-ngedipkan matanya berarah ke depan meja, yang ternyata ada Martin,Reyhan dan Dimas.
"Iyaa... iyaa... Gue tahu." Adel coba menimpali Mita.
"Gue pengen coba dekat mereka, atau kenal gitu," Mita dengan antusias dengan melamun.
"Niih pesenan kalian," Desi datang dengan pesenan nya. Yang membuat Mita sadar dari lamunannya.
"Ah eluu... gangguin otak gue yang sedang berselancar ni," Mita dengan menyedot minumnya.
"What... Berselancar?." Desi dengan melotot.
"Jangan bilang kalau lho, berselancar Cogan yang di depan," tambah Desi dengan nunjuknya pakai dagu.
"Emang...." satu kata yang tepat dari Adel.
Tanpa mereka sadari Martin,Reyhan, dan Dimas ternyata sedang memperhatikan ke arah dimana Adelia, Mita dan Desi. Namun yang mereka perhatikan tepat kepada satu gadis. Yaitu Adelia, yang mempunyai sejuta pesona.
Duuh bagaimana ya kalau ternyata Martin Cs suka pada gadis yang sama?
...----------------...
Jam kuliah selesai, Adelia tergesa-gesa keluar kelas nya tanpa menghiraukan Mita dan Desi.
"Tuuh bocah mau kemana sih?," Desi dengan serius menatap Adelia yang berlarian kecil.
"kebelet kali...." Mita yang menimpali. Dengan langkah mereka yang mengekori Adelia.
Tanpa sengaja Adelia menabrak seseorang yang keluar dari ruangan kelas yang lain.
Brak....
Adelia melotot ketika pinggangnya sudah berada di lengan seseorang yang menjadi idola gadis-gadis kampus.
Tepatnya Martin yang Adelia tabrak barusan, seketika pandangan mereka beradu.
1 menit
2 menit
3 menit
Hampir saja Adelia terjatuh karena teriakan dua temannya yaitu Mita dan Desi, dan datang pula Reyhan juga Dimas.
"OMG hello.... sungguh romantis," Desi dengan suara cemprengnya.
Seketika itu Adelia Langsung berdiri tegak begitu juga dengan Martin yang masih lekat memandang Adelia.
"Maaf." Satu kata dari bibir cantik Adelia.
"Saya kebelet..." dengan mulai berjalan tergesa Adelia meneruskan apa tujuannya tadi.
Seketika tanpa teman-temannya sadari sudut bibir Martin tertarik, dengan senyuman yang menawan.
"Gadis yang menarik dan juga Lucu...." bathin Martin.
Desi dan Mita sampai menganga karena baru melihat seorang Martin tersenyum.
Dengan cepat Martin merubah Wajah nya dengan tampang yang cool lagi.
"Terus kalian ngapain masih disini?."
Suara Dimas memecah keheningan dengan pertanyaan kepada Mita dan Desi.
"Maaf... yaa Ampun kita lupa mengejar Adel...."
Mita dengan berusaha menarik tangan Desi.
"Sepertinya ada yang terpesona pada kita?," kata Dimas.
Tanpa di peduliin oleh Martin dan Reyhan yang sudah berjalan menuju parkiran.
"Ooh iyaa, gimana acara kita?," tanya Reyhan kepada Martin dan Dimas yang mau masuk ke dalam mobil masing-masing.
"Gue mau ngecek cafe dulu."
Martin yang langsung masuk ke dalam mobilnya.
"Gue pulang aja dech... entar kalau si Es balok udah ngabarin baru kita ngumpul, gimana?," cicit Dimas dan di jawab anggukan oleh Reyhan.
Tak berselang lama sampailah Martin di depan cafe yang bertuliskan Fresh Cafe , sengaja ia menamainya dengan Fresh Cafe bertujuan agar pengunjung nyaman berada di cafe nya.
Setelah memarkirkan mobilnya Martin langsung masuk dan mengernyitkan dahinya karena pengunjung cafe semuanya tersenyum ke arah Live Music yang memang ternyata ada seorang gadis yang sedang bernyanyi dengan merdu bersama dengan teman band nya. Martin pun sampai terpaku di tempatnya karena merasa terpesona dengan suara merdu sang gadis yang sedang menyanyikan sebuah lagu on my way lagu miliknya Alan Walker dengan coveran yang bagus semua pengunjung sampai ikut menyanyikan liriknya.
Tidak beda dengan pengunjung, seorang Martin pun sampai lupa niat kedatangan nya ke cafe itu untuk mengecek omset atau laporan keuangan nya. Pandangan nya teralihkan ketika karyawan cafe tersebut menyapa sang pemilik cafe.
"Kak Martin, apa kak Martin memerlukan sesuatu?," tanya karyawan cafe dengan sopan. Martin di sana di panggil dengan sapaan Kakak, karena Martin merasa masih seorang pelajar jika di panggil Bos atau Sebutan Bapak, Martin tidak mau.
Dengan terperanjat Martin pun menoleh
"Sejak kapan anak Band itu Live Music di sini?."
Alih-alih menjawab Martin malah memberikan pertanyaan
"Ooh itu Sejak hari minggu kak, Anak Band itu meminta ijin kepada kak Irwan," Jelas karyawan Cafe. Dan Irwan itu adalah Asisten Pribadi Martin.
Martin Bergegas untuk Masuk lebih dalam ke Cafe miliknya, ternyata teman-teman sekelasnya sudah berada di sana sedang menikmati santapan yang di sajikan Cafe miliknya.
Ketika Martin Melangkah lagi, Martin kaget karena di tabrak oleh seorang gadis.
Braakkkk....
Mata mereka Beradu dengan saling pandang.
"Kamu...." Dengan mata yang melotot Martin menyapa seseorang yang sedang ia pegang pinggangnya, tak ayal gadis yang di pegangpun melototkan matanya karena dua kali hari ini dia menabrak seseorang yang sama.
Adelia dengan nyengir kudanya yang membuat lesung pipinya terlihat
"Maaf, saya terburu-buru," begitulah alasan Adelia yang ia katakan dengan sopan, karena kata-kata yang bar-bar nya hanya dengan kedua sahabatnya.
Dengan di lepaskannya pegangan untuk sang gadis Martin pun berdiri tegak.
"Kali ini aku maafkan. Tapi jika suatu saat lagi kamu menabrak ku, kamu harus tanggung jawab...." Begitulah kata yang terucap dari mulut sang Martin.
Dengan berjalan tergesa-gesa Adelia pun mencerna apa yang sudah ia dengar dari mulut yang sudah ia tabrak, dan bertanya-tanya, "Apa yang harus aku tanggung jawab bila aku menabraknya lagi?," kata Adelia di dalam hati.
Adelia Memberhentikan langkahnya di trotoar untuk menunggu taksi.
Dari kejauhan teman Band nya yang bernama Rasya memberhentikan Motornya karena melihat seorang gadis yang selalu mengusik hatinya sejak duduk di Sekolah Menenangah dengan tersenyum.
"Adel, kamu masih di sini? aku kira kamu sudah pergi jauh dari area cafe ini."
Sapa Rasya yang sedang sengaja turun dari motornya. Melihat Rasya yang menghampirinya Adelia pun tersenyum.
"Aku sedang menunggu Taksi," kata Adelia masih dengan senyumnya.
"Ayo, bareng aku aja... pasti kamu tergesa-gesa tadi karena mau ke rumah sakit, kan.?"
Adelia pun mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan serta ajakan Rasya.
Bagaimanapun Rasya sudah mengetahui kehidupan seorang Adelia, sehingga ia tetap menaruh hati terhadap sang gadis yang ia anggap gadis yang istimewa karena kehidupannya.
Ternyata dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan gerak gerik Rasya dan Adelia. Dia tersenyum Lirih karena merasa bahwa Adelia dan Rasya sepang kekasih.
"Bodoh aku, sampai tertarik ke itu cewek," batin nya merutuki kebodohannya karena sudah mulai tertarik kepada gadis yang hari ini dua kali menabraknya.
...Bersambung....
Ok guys ini karya pertama aku, jangan di bully ya aku masih belajar. Dan mohon maaf jika ada typo.
Happy Reading.
Di depan Rumah sakit Adelia turun dari atas motor temannya yaitu Rasya.
"Makasih ya Rasya, kamu selalu aku repotkan..." Adelia sambil tersenyum dan menyerah kan helm kepada Rasya.
"No Adel, kamu tidak pernah merepotkan ku, justru aku suka bahkan senang jika selalu bisa membantu mu.."
Rasya seraya mengelus puncuk kepala Adelia dengan senyum tampan nya.
"Kalau begitu aku masuk dulu ya,,," Adelia pamit kepada Rasya.
tapi tangan Rasya mencekal tangan Adel..
"Kalau ada apa-apa Kabari aku... aku selalu ada untuk mu Adelia," yang membuat Adelia menganggukan kepalanya dan berlalu dari pandangan Rasya.
Rasya masih di tempatnya dengan senyuman yang masih mengikuti arah sang gadi berjalan, sampai tak terlihat Rasya bergegas pulang.
Adelia sampai di depan Ruang rawat sang ibunda yang sudah lama di rawat di Rumah sakit itu, ibunya koma sudah lama setelah kecelakaan Lima tahun yang laly,Ayah dan adiknya meninggal di tempat, beruntung ibunya Selamat namun dinyatakan koma. Setiap pulang sekolah, bahkan sekarang Adelia duduk di bangku kuliah setiap hari ia berceloteh dan menceritakan setiap kegiatannya setiap hari tanpa ada yang terlewati.
Dan sekarang Adelia sedang duduk di sebuah kursi dekat dengan ranjang pasien, ia memandang wajah ibunya dengan berkaca-kaca dan tersenyum.
"Ibu,,, hari ini Adelia sedang apes." dengan tersenyum dan sedikit bernafas Adelia menceritakannya
"Hari ini Adelia sudah dua kali menabrak seseorang yang sama..."
"Dan anehnya orang yang aku tabrak, ekspresinya dingin banget,,,"
"hmmm,,, mungkin mau dingin gimana sikapnya orang aku sudah menabrak dia dua kali"
dengan di selingi candaan Adelia menceritakannya kepada sang ibu, seakan sang ibu mendengar. tapi bagi Adelia yakin bahwa sang ibu bisa mendengarkannya.
Adelia bergegas keluar ruang rawat ibunya, dengan langkah yang pelan kali ini, sorot matanya tajam kedepan dengan berkaca-kaca Adelia melamun membayangkan akan sampai kapan hidupnya begini, Ibunya selalu koma tak ada perkembangan sedikitpun dari lima tahun yang lalu.
Braaak.....
ternyata ada seseorang yang tak sengaja menabraknya, seseorang itu menajamkan penglihatannya dengan sorot mata yang seakan akan ingin memangsa mangsanya.
"Hei, kamu..." dengan tangan yang masih menggenggam sang gadis yang baru saja ia tabrak. tapi sang gadis masih tetap dalam lamunannya, bahkan tak merasakan apa-apa ketika di tabrak seseorang.
"Hei,,, kamu melamun?" dengan di lambaikan tangannya kepada sang gadis. tapi dia kaget karena mata sang gadis berkaca-kaca. Martin pun merasa bersalah, karena ia pikir sang gadis merasa kesakitan setelah ia tabrak. iya yang menabrak adalah Martin.
"Mana yang sakit,?" repleks pertanyaan itu keluar dari mulut Martin dengan memeluk sang gadis. 😂
sang gadis pun tersadar dari lamunannya, dan matanya melotot ketika tubuhnya ada yang memeluk dengan spontan tangan nya memukul dada orang yang memeluknya.
"Kamu siapa,,, kenapa memeluk ku,?" dengan meronta ronta Adelia di pelukan Martin.
"Kamu sekarang sadar,?" Martin dengan melepas pelukannya.
"Kamu..." Adelia pun kaget. ternyata yang memeluknya barusan adalah orang yang hari ini ia tabrak dua kali.
"Hei,,, di Rumah sakit itu jangan melamun, bagai mana kalau kamu kerasukan arwah suster ngesot, Atau arwah penunggu ruang mayat,?" dengan wajah datarnya seorang Martin berceloteh kepada Adelia.
"Kenapa memeluk ku,,?" Adelia masih saja penasaran dengan kejadian barusan, karena ia tengah melamun sampai tak tahu ada yang menabraknya.
"Sialan,, aku harus menjawab apa.? masa iya aku mengatakan kalau aku menghwatirkannya karena telah aku tabrak. hmmm... sepertinya dia tidak menyadari kalau aku menabraknya. oke akan aku kerjain.." batin Martin yang berbicara seraya menahan senyum.
"Kamu tadi telah menabrak ku.." Martin pun mulai beraksi akan mengerjai sang gadis.
"Apa,,,?" Adelia pun ingat atas perkataan Martin, jikalau ia menabrak kembali harus bertanggung jawab.
"Apa yang harus aku tanggung jawab,?" dengan rasa bersalah Adelia mengajukan pertanyaan nya.
"Hahaaa,,,, dia ternyata masih mengingat perkataan ku waktu siang tadi," batin Martin.
"Oke, catat nomor hp mu di sini," Martin dengan Menyerah kan ponselnya kepada Adelia.
dan Adelia pun menuliskan nomornya dengan di catatkan nama Adelia di situ.
"Apakah hanya dengan mencatat nomer hp saja, itu sudah termasuk tanggung jawabku,,?" dengan polosnya Adelia menanyakan.
"Eittss,,, Enak saja. Kamu harus tahu badan aku berasa remuk berbenturan dengan badan mu yang lebar itu." Cerocos Martin sedikit menghina Adelia.
"Apa kamu bilang, Badan aku lebar,,?" dengan melotot nya Adelia tak terima jika badannya di bilang lebar oleh cowok tampan yang sedang di depannya. jelas-jelas badannya itu ideal bagi seorang cewek. bahkan di luaran sana ingin badan sepertinya harus bersusah payah untuk berolah raga. begitu pikir Adelia.
"Jelas Saja tubuhmu yang kerempeng,," Adelia sekarang merasa marah sampai mulutnya mengeluarkan hinaan.
"Hahaaaa.... " repleks mulut Martin tertawa karena jelas kerempeng yang menurut Adelia itu tidak benar. Justru badannya sangat atletis yang mampu menggoda kaum hawa.
"Besok aku akan mengatakan apa yang harus kamu tanggung jawab,," dengan wajah yang kembali serius dan dingin Martin berlalu dari hadapan Adelia.
Masih keterpakuannya Adelia berpikir apa yang harus dia tanggung jawab kepada seorang Martin yang terkenal mempunyai semuanya.
"Aah... masa iya dia meminta uang untuk ganti rugi,,?"
"hmmm... atau apa yaaaa?" dia pusing sendiri dengan pikirnnya.
Sampailah Adelia di sebuah Warung makan, dia sedari tadi berniat untuk mengisi perutnya. tapi malah ada gangguan.
"Bu, Nasi sama Soto dagingnya yaa. "
"Airnya teh tawar aja,," begitulah Adelia memesan makanan. karena ia harus mengirit keuangan, untuk biaya rumah sakit ibunya.
tak berselang lama datanglah makanan yang Adelia pesan.
"ini neng pesanannya..." kata si ibu pemilik warung.
dan di santaplah dengan lahap oleh Adelia yang sedari tadi menahan lapar karena harus berdebat dulu dengan Martin.
"Kenapa dia ada di Rumah sakit,,?" pertanyaan itu lolos di pikirannya.
"Ahh... kenapa aku harus tau tentang dia."
"Yang jelas sekarang aku tahu bahwa dia menyebalkan, nggak seperti kata mahasiswi di kampus yang mengidolakanya karena tampan dan cool.." pikiran batin Adelia terus bercicit.
Setelah Makan Adelia pergi dulu ke Mini market yang dekat dengan Rumah sakit,,,
"Adelia...." seseorang menyapanya, dan ternyata seorang pria tampan yang ramah, dia Dosen di kampusnya dan menjadi idola juga di kampus karena ketampanan sang dosen.
"Pak Diki,,," Adelia pun menyapa sang dosen.
"Kamu sendirian del...?" dosen itu kembali bertanya.
"oh iya pak,, saya sendiri." Adelia menjawab serta berpamitan.
"Mari pak,, saya duluan" dengan sopan Adelia berpamitan.
dengan anggukan dan senyum yang mempesona dosen itu menjawab.
"Sungguh Adelia beda dengan mahasiswi yang lain, bila bertemu denganku mereka selalu bersikap salting. beda dengan Adelia yang selalu sopan dan biasa saja." Batin dosen tampan itu.
Martin kini berada di ruangan pamannya yang sedang sakit, dengan tante dan juga sepupunya.
"Martin..."tante Meli pun menyapa Martin yang berjalan menuju ke arahnya. Tante Meli merasa sangat senang baru kali ini seorang Martin mau menemuinya di kala sang suami masuk rumah sakit. Begitu juga dengan Rima sang sepupu yang sangat senang melihat Martin ada di depannya. karena sudah Lama Rima menyukai Martin, tapi tidak dengan Martin yang cuek dan tak peka akan apa yang di lakukan Rima padanya.
"Tante, Bagaimana keadaan Om Andre?" tanya Martin yang sudah berada di dekat tante Meli.
"Lumayan membaik, tadi Dokter sudah menyuntikan pencairan darah untuk om,," kata tante Meli
"Martin, terima kasih kamu mau kesini menjenguk om,," kata tante Meli lagi.
jadi tadi pas Martin di ruangannya yang berada di cafe, di telepon oleh tante Meli bahwa om Andre pamannya Jantungnya kambuh.
"Iya tante, sama-sama.." jawab Martin yang sekarang duduk di sofa di sebelah Rima.
"Martin,, apakabar?" Rima langsung menjabat tangan ketika melihat Martin ada di dekatnya.
"Baik.." begitu jawab Martin
"Sejak kapan kamu udah di Indo,?" tanya Martin yang ia tahu Bahwa Rima ada di Amrik.
dengan senyum yang sangat menawan Rima menjawab "Dua hari yang lalu,,,".
Martin merasa jenuh berada di rumah sakit, dia merogoh ponsel dan ngechat ke dua temannya yaitu Reyhan dan Dimas.
Martin
kalian datang ke cafe gue sekarang,,!
Reyhan
ok siap....
Dimas
asssiap bosss
Martin pun merasa cukup untuk menjenguk om nya, dia berpamitan dan mengatakan akan kembali lagi lain hari jika om nya belum sembuh.
dan ketika berjalan dan mendekati taman wajahnya serius menatap seorang gadis yang sedang duduk di kursi taman. ia adalah Adelia,, tadi sepulang dari mini market dia duduk dulu di taman untuk menangis dan menenangkan pikirannya. karena tak mungkin dia menangis di depan ibunya walaupun keadaan ibunya sedang koma.
didekatinya keberadaan sang gadis, dan berhenti tepat di belakangnya Martin Memicingkan matanya, bahkan dahinya sampai berkerut karena mendengar sang gadis sedang menangis pilu, bahkan seorang Martin yang mendengarnya pun merasakan bahwa begitu sedihnya gadis di hadapannya ini.
dengan langkah pelan, Martin duduk di dekat sang gadis tanpa sepengetahuannya, lebih jelas isakan tangis sang gadis yang terdengar oleh Martin. tanpa mau bertanya dan masih terdiam Martin sengaja mendengarkan kata-kata menyentuh hati sang gadis di sela tangisnya.
"Oh Tuhan, sampai kapan aku hidup begini."
"Aku tak seberuntung mereka yang mempunyai kasih sayang dari orang yang tersayang"
"Bahkan sudah lima tahun lebih aku selalu berada di sini menyaksikan sang ibu yang tak kunjung bangun, Tuhan hamba Mohon pada Mu sembuhkan lah ibu ku,"
dengan isakan Adelia berkata kepedihannya.
sampai Tangan Martin repleks dan merangkul Adelia untuk masuk ke pelukannya, Martin merasakan apa yang di rasa Adelia. Adelia butuh kasih sayang seperti dirinya .
Adelia pun tak menyadari, dia masuk kepelukan Martin bahkan wajah nya ia benamkan di dada yang mendekapnya.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat seakan mereka bermesraan, ya sepasang mata itu yaitu Rima sepupu sekaligus yang mencintai Martin begitu dalam. dia Marah dengan Rasa cemburu nya ia berlalu pergi.
Setelah cukup menumpahkan tangisnya, Adelia terperanjat kaget dirinya ternyata berada di dalam dekapan seseorang.
deg...
Adelia mendongak melihat siapa yang memeluknya
"Kamu..." Adelia kaget ternyata Martin yang tengah memeluknya.
"Diam dulu,,," cegah Martin yang tau bahwa Adelia akan memarahinya dan melepas pelukannya.
di hirup aroma wangi rambut sang gadis kuat-kuat, begitu nyaman yang Martin rasakan. tanpa mau melepas pelukannya. Martin malah bertanya.
"Masalah jangan di pendam sendiri,," begitu cicitnya
dan melarai pelukannya dengan mata yang tetap menatap sang gadis begitu dalam.
Adelia sampai tertegun di tempatnya karena seakan tersihir oleh kata-kata Martin, seakan Martin menawarkan dirinya untuk mendengar keluh kesahnya.
Martin mengelus Rambut Adelia dengan lembut, dan pergi berlalu.....
Bersambung.....
Sinar pagi membangunkan gadis yang tertidur di kasur lantai di ruangan rawat inap, ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Selesai dengan aktivitas mandinya, dia memoles sedikit make up natural ke wajahnya, dia berpikir dengan wajahnya sedikit di rias dia berharap kesedihan nya tak nampak pada wajahnya, dan itu benar adanya tak ada yang menyangka bahwa gadis ceria ini menyimpan kesedihan yang dalam pada dirinya, hanya sebagian teman dekat yang mengetahuinya. di rasa cukup merias diri, Adelia bergegas duduk di dekat ranjang sang ibu untuk pamit dan bersalaman.
"Ibu, Adelia ke kampus dulu yaa,,, Semoga ibu Sehat dan cepat sembuh. do'ain Adel,,, biar urusan Adel di luar lancar," setelah mencium tangan sang ibu, Adelia pun bergegas keluar untuk pergi ke kampus.
Sesampai di ujung jalan Rumah sakit Adelia di kejutkan dengan sosok Tampan Rasya yang sedang tersenyum padanya, Adelia pun sedikit mempercepat langkahnya untuk sampai dimana Rasya berada.
"Rasya, sudah lama mnunggu,?" Adelia dengan tersenyum menyapa Rasya.
"Tidak, baru aja nyampe..." Rasya dengan membalas tersenyum kepada Adelia, dan menyerahkan helmnya untuk di pakai Adelia.
Adelia pun memakai helmnya, sedikit dengan anggukan mengajak Rasya untuk berangkat.
"Siap Tuan Putri,,, ayo kita berangkat,!!" dengan Canda Rasya mengajak berangkat Adelia.
Motor Rasya pun melesat meninggalkan Rumah sakit dan membelah jalanan. ketika Perempatan Motor Rasya pun terhenti karena adanya Lampu merah. tanpa Adelia dan Rasya sadari, ada seseorang di dalam mobil yang telah memperhatikannya dengan sorot mata yang tajam.
"Sial kenapa harus melihat tuuh cewek lagi..." batin Martin yang sedang memperhatikan Adelia yang di Bonceng Rasya.
"Pasti itu Pacarnya, Kenapa hati Aku panas melihatnya.." Batin Martin terus berucap, tanpa sadar bahwa rasa cemburu yang menguasainya saat ini.
Lampu merah pun berganti,,, dengan tancapan gas yang kuat Mobil Martin melesat di depan motor Rasya, sampai Rasya sedikit mengerem, dan berhasil membuat Adelia yang sedang melamun terkaget, tangannya repleks memeluk tubuh Rasya yang ada di depannya.
"Adel sorry,,, tadi ada mobil yang cepet banget di samping kiri motor aku" Rasya dengan tidak enaknya meminta maaf kepada Adelia, karena tau dengan Adelia memeluknya Adelia pasti kaget.
"Iya gak apa apa Rasya,,, aku hanya kaget saja mungkin, karena aku tadi sedikit melamun" Adelia pun tak menyalahkan Rasya.
"Udah gak kaget lagi kan sekarang,?" dengan Senyumnya Rasya melihat tangan Adelia yang masih melingkar di perutnya. Rasya senang di peluk sang pujaan hati.
Tanpa terasa Motor Rasya pun sampai di Gerbang kampus, dengan santai masuk ke parkiran karena Rasya juga kuliah di kampus yang sama namun berbeda jurusan.
Adelia turun dari motor Rasya, tapi sekarang Adelia kesusahan untuk membuka helmnya.
"Sini aku bukain,,," Rasya langsung membuka helm yang Ada pada Adelia.
Lagi-lagi Martin melihat mereka berdua, bahkan dia kesal sendiri.
"Mau pamer kemesraan yaa,,," Batin Martin
sambil terus berjalan Martin di kagetkan dengan kedua temannya yaitu Reyhan dan Dimas, buru-buru mukanya di buat se cool mungkin.
"Nih... Anak, gimana sih kemarin bukannya ngejanjiin ketemu di cafe. di tunggu malah gak nongol.." Dimas mulai bercicit. tapi hanya jawaban "Sorry.." dari mulut Martin.
Sambil terus berjalan... sampai ketiga nya berpapasan dengan Adelia dan juga Rasya yang masih mengobrol di tempatnya.
"Pagi Adel..." sapa Dimas memberanikan untuk menyapa
"Pagi juga.." Tapi Rasya yang menjawab bukan Adel.
Dimas pun menyengir, dan berlalu di hadapan Adel.
sontak Adelia pun hanya menggelengkan kepala mengamati raut wajah Rasya yang terus mengamati Dimas cs,, tapi Adelia pun sedikit kaget karena seseorang yang semalam membuatnya syok ada di antara mereka.
"Aku ke kelas dulu..." Adelia Pamit kepada Rasya
"Jangan Nakal, " Rasya seraya mengacak rambut Adelia dengan gemas.
Sesampainya di kelas, Adelia di kejutkan dengan keberadaan Mita dan Desi yang sudah santai di kelas.
"Waah, benar-benar kalian, kalau gue gak inisiatif sendiri untuk masuk ke kelas, terus aja gue mematung menunggu kalian di parkiran" Cerocos Adelia yang tak terima ternyata kedua temannya sudah di kelas.
"Siapa suruh nunggu di situ.." Desi dengan sengaja ingin beradu mulut.
"iih... karena Gue gak lihat mobil kalian di depan. jadi gue pengen nungguin..." Adelia dengan kesalnya.
"Udah... udah..." Mita menengahi "Sorry Del, kita berdua gak bawa mobil,," Mita dengan menyengir meminta maaf kepada Adel.
"Ok..ok fine. tapi gara gara gue kelamaan di parkiran, gue ketemu orang ngeselin lagi,," Adel bergumam namun tetap terdengar di telinga Mita..
"What... siapa yang menurut lho orang menyebalkan itu.." Mita dengan penasaran.
Tapi untungnya Dosen sudah mulai masuk untuk mengajar.
Siswi-siswi pun mulai merapih kan penampilan nya, karena yang masuk saat ini yaitu Dosen muda dan juga idola di kampus.
Dosen itupun memulai pelajaran nya, dengan menyalakan in focus sebagai alat sarananya, tapi siswi-siswi yang lain bukan fokus ke materi yang di beri sang dosen, tapi malah menatap wajah Rupawan sang dosen.
Sang dosen pun mulai kesal, karena para siswi dengan senyum-senyum tanpa malu ketika di berikan pertanyaan, malah bilang tidak pada mengerti.
"Saya Mohon, kalian fokus ke materi yang saya ajarkan.." dengan mulai kesal Dosen bernama Diki itu menegur para siswinya.
"Sorry yaa pak,, Kita gak bisa lewatin kesempatan ini dengan menatap pak dosen.." siswi yang tidak tahu menimpali peringatan sang dosen.
dengan gelengan kepala sang dosen merasa aneh...
"Tapi lihat Adelia,,, dia selalu fokus ketika belajar,," tunjuk dosen itu kepada Adelia.
Adelia pun merasa kan kaget, karena di bandingkan dengan siswi-siswi yang selalu suka akan pesona sang dosen.
"iih apaan sih pak Diki ini,,, kita kok di bandingin dengan Adel sih, emang dia monoton.. terlalu serius dalam belajar tanpa tau apa artinya pacaran.." timpal siswi yang tadi dengan tidak tahu malunya.
Adelia pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa mau bersuara membela diri sendiri.
"Udah, udah... Kalian bukannya malu terhadap Prestasi Adelia. malah ngatain yang gak jelas.."
Dosen itu membela.
"Sebagai hukuman, kalian buatkan Makalah sebanyak lima puluh bab," Pak Diki dengan menunjuk siswi-siswi yang menurutnya gak fokus.
Jam pelajaran pun berakhir.
"Ke kantin yuuk...." Desi mengajak kedua temannya
"Gue sih ayoo aja.." Mita menimpali dan di angguki oleh Adelia.
mereka bertiga pun bergegas ke kantin.
di dalam kantin Ricuh dengan suara para siswa yang jelas mengidolakan Adelia, tak berselang lama Riuh kembali suara Para siswi yang mengidolakan Martin Cs.
Adelia dan temannya sudah duduk di bangku kosong kantin, dengan seperti biasa Desi yang selalu memesankan makanannya.
tak jauh dari Meja Adelia, sorot mata seseorang memperhatikan gerak gerik Adelia.. seseorang itu Martin. sampai dia teringat di dalam Ponselnya.
"ternyata dia benar-benar menyimpan nomor hpnya." batin Martin dengan senyum tipis dia mulai mengetik chat nya,,, dengan sontak matanya melihat kembali lagi apa yang dia tadi perhatikan.
ternyata Adelia sedang memegang ponselnya...
+628588****
lihat aku di belakang...
Adelia pun clingukan dengan mengedarkan pandangannya, tepat pada pandangan sosok seorang Reyhan yang sedari tadi juga memperhatikannya, pandangan Adelia terkunci saling pandang dengan Reyhan. di sisi lain Martin pura-pura tidak memandangi Adelia, justru malah membuat kesalah pahaman besar antara Adelia dan Reyhan. walaupun benar dari tadi Reyhan terus memperhatikan sosok Adelia yang begitu sempurna di matanya. namun Adelia mencari seseorang yang sudah mengirimkan chat nya.
+628588***
Gimana udah nemu...??
Adelia kembali melihat ke belakang, sontak Reyhan yang Adelia pandang tersenyum tampan.
"Heii... Adel Lhu dari tadi clingukan mulu,,? cari siapa,," Mita yang penasaran dari tadi memperhatikan Adelia yang terus memandang ke belakang mejanya.
"Duuh... guys sorry lama nungguin yaa. Ngantri abizzz..." Desi datang dengan suara cempreng nya.
"Niih... pesenan kalian " Dimas membawa pesanan kedua temannya dengan sedikit berkeringat mungkin karena sudah berdesakan.
"Kalian pada kenapa sih senyum-senyum...?" sontak pertanyaan Dimas membuat Martin melotot dan berubah ke wajah datarnya, tidak dengan Reyhan yang masih menampilkan senyumnya... dengan santai Reyhan mulai menyendoki makanannya.
"Gue kayanya jatuh cinta sama tuuh cewek,,," Reyhan membuat sosok Dimas terbengong tapi tidak dengan Martin yang masih melahap makanannya.
"Gue Jatuh cinta sama Adelia.." Reyhan dengan santai menjabarkan perasaan nya, lain dengan Martin yang tiba-tiba tersedak oleh minumannya.
"Eeh Lhu kok tiba-tiba tersedak,, gak apa-apa kan??" Dimas sedikit khawatir melihat Es baloknya tersedak.
"Gue cabut duluan..." Pamit Martin kepada Dimas dan Reyhan, lalu mulai mengetik pesan...
+628588***
temui aku di belakang taman kampus
Begitu pesan yang Adelia baca di chat nya, Adelia kembali mengedarkan pandangannya tanpa mau membalas chat nya.
Adelia pamit ke toilet kepada temannya, padahal dia bergegas ingin ke taman belakang kampus yang sepi menemui yang sudah mengirim chat kepadanya.
Adelia sampai di taman, di lihat ada sosok Lelaki yang membelakanginya.
Adelia membalas chatnya
Adelia
Aku sudah sampai di taman.
Deg...
ketika Adelia selesai mengirimkan chat, dia sangat kaget Sosok lelaki yang ia lihat membelakanginya, sekarang maju ke arahnya.
"OMG... jadi yang dari tadi chat aku Martin," Batin Adelia...
Adelia sampai melupakan bahwa kemarin ia telah memberikan nomor ponselnya kepada Martin.
Martin pun sampai di depan Adelia.
Adelia masih kaku dengan keterkejutannya...
fyuuuuh....
Martin meniup wajah Adelia yang terpaku
sontak Adelia tersadar akan keterpakuannya.
dengan wajah merona dan sedikit gugup Adelia ingin bertanya, tapi dengan cepat Martin menutup bibir Adelia dengan telunjuknya.
tanpa Martin dan Adelia sadari sosok Reyhan telah melihat mereka bahkan beranggapan Martin telah mencium Adelia.
dengan tangan yang di kepal, Reyhan berlalu meninggalkan sudut taman yang sedari tadi berdiri memperhatikan Martin dan Adelia.
"Bodoh... Gue Kira tuh cewek mandangin gue... ternyata gue salah paham" Batin Reyhan sambil berlalu.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!