"Kanaya, gimana sudah hamil? papi kamu tanya terus sampai mami pusing. Mami mertuaku setiap hari pasti selalu menanyakan kapan aku hamil.
Aku menunduk sambil tersenyum manis, sambil melahap sarapan ku. Mami gak tau bahwa selama ini aku belom pernah di sentuh oleh anak semata wayangnya. Padahal usia pernikahanku sudah menginjak 1 tahun lamanya.
Harusnya di awal pernikahan adalah hari-hari yang paling indah, penuh kemesraan, hasrat, desahan dan percintaan, seperti pengantin baru pada umumnya.
Tapi yang terjadi malah sebaliknya pernikahan yang penuh sandiwara, Pura-pura bahagia disaat di depan orang, tapi kalau didalam kamar suamiku bagaikan beruang kutub. Sikapnya selalu dingin dan acuh.
"Aku nikah sama kamu karena mami, jadi jangan berharap lebih, karena aku tidak mencintaimu lebih tepatnya belom cinta. Itulah kalimat saat malam pertama yang selalu terngiang ngiang sampai sekarang.
" Deg... satu persatu air mata ku jatuh dengan sendirinya. meratapi nasib pernikahan ini. Aku bingung sampai kapan aku bertahan dengan pernikahan ini. Sedangkan mas Davin gak pernah mau berusaha memperjuangkan pernikahan dan berusaha mencintaiku.
"Bahkan sejak aku kecil mami papi selalu mendoktrin ku bahwa aku gak boleh pacaran atau deket sama cowok manapun karena jodohku sudah disiapkan. Dan aku harus jadi dokter jantung. karena mami mertuaku punya sakit jantung.
" Aku tahu ini memang bukan salah kamu. Tapi kamu harus paham, aku tidak mencintai mu, jadi kamu harus tahu batasan antara hubungan kita. Dan jangan berharap untuk memiliki seutuhnya apalagi malam pertama denganku. Tangis ku langsung pecah saat itu juga. Malam pertma yang harusnya bermandikan keringat karena olahraga di atas ranjang justru, suamiku menolak ku secara lugas.
"Dan satu lagi, malam ini entah sampai kapan aku tidur di sofa. Aku makin terisak air mata ku mengucur deras. Hatiku bagaikan ditusuk ribuan pedang dan disayat sayat oleh ucapannya.
Tega sekali mas Davin bicara seperti itu sama aku. Aku tahu dia juga terpaksa atas pernikahan ini, tapi tidak bisakah dia menjaga perasaanku?
Bukan dia aja yang tersakiti tapi aku juga. Apalagi aku punya mimpi dan cinta. Namun harus aku kubur dalam-dalam demi keluarganya, batinku.
"Oke, kalau kamu tidak bisa menerimaku sebagai istri tidak bisakah kamu menerimaku sebagai teman? "
"Kamu tahu mas Davin, saat orang tuamu memohon memintaku sebagai menantu tunggal dan menjadi dokter jantung, memimpin rumah sakit yang besar aku pun sama hancurnya. Karena mimpiku untuk jadi desainer terkenal cuma di awang- awang saja. Tapi aku menerima dengan ikhlas. Karena mami papi kamu tahu kalau anak tunggalnya tidak bisa di andalkan".
"Ku tarik nafas dalam-dalam supaya sesak di dada ini sedikit longgar. Ku hapus air mata ku supaya dia tahu kalau aku perempuan kuat. Kulihat mas Davin selalu melihat hpnya saat aku bicara sama sekali tidak melirikku, menyebalkan.
" Inilah malam perjuanganku di mulai, selalu perang batin yang menguras tenaga. Kami tinggal satu atap, satu kamar tapi tidak tegur sapa. Kami selalu romantis saat di luar kamar, apalagi di depan mami papi. Kalau ada undangan pernikahan, meeting itulah kami bersandiwara, bahkan selalu berpakaian serasi, ku gandeng tangan suamiku layaknya pasangan romantis. Setelah itu perang Dingin dan batin mulai lagi.
Banyak perempuan di luaran sana yang ingin sepertiku. Punya suami ganteng, sukses,anak tunggal, tubuh atletis, rahang tegas , kulit putih hidung mancung yang menunjukan dia keturunan darah biru.
Namun mereka tidak tahu betapa tersiksa nya batinku dalam menjalankan pernikahan ini. Mereka juga tidak tahu bahwa aku sudah sering berencana untuk mengakhiri pernikahan ini. Tapi aku tidak sanggup melakukan ini semua.
Aku selalu memikirkan kesehatan mami mertuaku yang sewaktu-waktu bisa drop. Karena anak satu-satunya terlalu cuek dan tidak bisa diandalkan.
"Kanaya.. kay.. hais anak ini selalu aja ngalamun, batin mami".
" kay.. mami menyenggol ku".
"Ya ya mi ada apa?
" Kamu ngalamun apa sih Kay? mami panggil kamu sampai 3 kali lho kok gak di jawab? mami membuyarkan lamunanku.
"he.. he.. maaf mi, mami tanya apa? "
Itu Davin kemana kok gak ikut sarapan bareng?
"Mas Davin udah berangkat kerja pagi-pagi sekali mi, katanya ada urusan."
"Kebiasaan itu anaknya selalu aja seperti itu. "
"Nanti siang ada acara gak Kay?
Kalau gak ada mami mau ngajak kamu ke butik langganan mami.
Aku tertawa, mami mertuaku dialah orang yang membuat aku bisa bertahan selama ini. Karena kasih sayangnya melebihi mamiku sendiri.
Beliau tau apa yang aku butuhkan. Meski umurnya sudah gak muda lagi, tapi beliau masih suka gaya kayak anak muda, pinter bergaul.
" ok mi, hari ini aku free." Sambil mengacungkan jempol.
Aku bergegas masuk kekamar dan siap-siap pergi bersama mami. Sebelum aku pergi, aku menyiapkan keperluan mas Davin jika nanti dia pulang kerja duluan.
"Saat aku akan keluar kamar, aku tidak sengaja menyenggol buku mas Davin.
Betapa terkejutnya, saat aku lihat buku itu ternyata ada foto seorang gadis yang cantik jelita bibir mungil, mata teduh siapa aja yang lihat pasti akan jatuh cinta. Dan sebuah kata yang simpel namun menusuk relung hatiku " I LOVE YOU Ratna".
"Aku letakkan buku dengan hati berdebar. Aku seperti tidak berpijak pada bumi. Lutut ku lemas tubuhku merosot kebawah menangis meraung-raung meratapi nasib pernikahan ku.
Aku tahu dia butuh waktu atas perjodohan ini, tapi aku tidak rela jika di pernikahan ini ada orang ke tiga. Tidak bisakah dia melihat pengorbanan ku terhadap keluarganya?
" Aku bingung harus apa? apakah aku harus pergi dan berhenti berjuang dan putus asa? " Tidak aku adalah wanita yang kuat, aku pasti bisa dapatkan hati suamiku. Aku tidak boleh putus asa, aku udah berjuang selama 1 tahun. Tidak akan aku biarkan Ratna menempati hati mas Davin.
Ku usap kasar wajahku dan kupolesi make up dikit agar mami mertuaku tidak curiga kalau aku habis nangis.
"Aku belanja bersama mami mertuaku. Meskipun usia udah menginjak kepala lima, tapi wajah dan bodynya masih kelihatan segar dan cantik. Beliau orang yang ramah, ceria dan baik pada semua orang mungkin itu kuncinya agar awet muda.
" Mami kenapa beli baju kurang bahan seperti ini? tanyaku.
"ini buat kamu sayang, biar suami kamu nempel terus, biar cepat ngasih cucu buat mami.
Aku tersenyum getir mami tidak tahu bahwa anak tunggalnya tidak pernah menyentuh ku. Jangankan nyentuh melirik ku aja tidak pernah, miris memang. Aku tersenyum kecut mengingat itu semua.
Malam hari kulihat mas Davin duduk di sofa sambil senyum-senyum membalas chat yang saya yakin pasti itu Ratna.
Ratna memang luar biasa, dia mampu menyita seluruh perhatian mas Davin. Ratna akan selalu menguasai hati suamiku. Bahkan sampai sekarang tidak ada secuil pun aku di hati nas Davin.
Lalu untuk apa aku bertahan di rumah ini kalau mas Davin aja gak mau berusaha membuka hatinya untuk ku.
Air mataku luruh seketika entah berapa juta yang mengalir, hampir tiap hari tanpa ada air mata.
Aku menangis sampai tertidur hingga tengah malam. Aku terbangun ku lirik mas Davin masih asik dengan hpnya. Aku beranjak melakukan sholat mala? Di dalam do'a, aku selalu menyematkan nama mas Davin suamiku memohon sama Allah yang maha membolak balikan hati manusia, dan mendapatkan malam pertamaku.
Pagi itu Kanaya berangkat kampus bareng mas Davin. Karna saat ini Kanaya masih study di kedokteran jantung, sesuai keinginan mertuanya. Hening gak ada percakapan antara aku dan mas Davin. Bisa berangkat bareng itupun karena mami yang nyuruh mas Davin untuk nganterin.
"Drtt.. drtt.. HP mas Davin berbunyi aku melirik tertera nama Ratna di layar HP. Aku mengalihkan pandangan ku pura-pura tidak tahu.
Hatiku bergemuruh, jantung pun rasanya berdetak lebih cepat. Pandangan ku udah mulai buram, rasanya pengen nangis tapi aku tahan.
Mas Davin pun mengangkat telpon .
Hallo Assalamu'alaikum dek..!!
Ada apa?
....
Ini aku lagi perjalanan menuju kampus Kanaya ada apa?...
Ku lirik mas Davin memberhentikan mobil dan telpon di luar, dia tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang di bicarakan.
"Lihatlah suamiku saat bersama wanita lain dia begitu bahagia. Bisa tertawa lepas. Sedangkan bersamaku dia tak pernah senyum sedikitpun.
Apa aku harus berjuang sampai disini? Ntahlah rasanya kepalaku mau pecah memikirkan pernikahan ini.
" Sampai kampus aku di sambut Caca sahabatku.
"Kenapa sih Kay, pagi-pagi mukanya udah di tekuk gitu? jelek tauk.
Ooo.. pasti semalem gak dapet jatah dari suami kamu ya!
Atau kamu lupa gak bawa uang jajan.. ?
Nanti aku traktir deh!!. Caca cekikikan.
Mataku melotot lebar. Bener-bener punya temen gak ada akhlak.
Aku mencubit pinggangnya dia menjerit bak petir.
Sumpah Demi apapun kami jadi tontonan di loby kampus. Punya temen mulut gak bisa di rem, suara cempreng bak kaleng.
"Ca.. kamu ngomongnya volume bisa di kecilin dikit gak sih! malu tau di lihatin orang".
" Biarin aja sih Kay ni dah bawaan dari orok. Yang penting gak ganggu orang.
Hadiuuh... tapi lumayan lah bisa menghiburku. Batin Kanaya.
"Kay nanti pulang kampus ki ke salon yuk.
Wajahmu biar gak kucel kaya kain lap hehe..
" What, lap? bener-bener ya punya temen gini amat. untung sayang kalau gak, udah aku buang ke laut kamu Cari.
Aku menonyor kepalanya dia meringis kesakitan.
"Kay sakit tau, kamu kejam banget sih kaya mama tiri.
" Duh Ca.. aku lemah lembut gini dikatai mama tiri".
"Ok kita ke salon tapi, kamu izin sama mas Davin dan mami mertua ya".
" Siap cah ayu!! sambil hormat.
"Kay ke kantin yuk laper nih!!
" Duluan aja Ca aku mau ke taman cari udara segar.
"Kamu gak papakan aku tinggal sendirian?
" Gak papa kali Ca, kaya anak kecil aja.
Ya dah deh udah laper tingkat Dewa soalnya, sambil nyengir kuda.".
Aku berjalan menuju taman kampus. Entahlah rasanya hatiku gak baik-baik aja. Aku duduk termenung mengingat kenangan ku bersama mas Reno.
Dulu dia selalu ada untuk ku, ketika sedih , dia selalu menghibur. Selalu menjagaku secara diam. Hubungan kami memang dekat, bahkan sangat dekat tapi tidak pacaran.
Aku mengagumi dengan diam. Dia yang orangnya penyayang, tenang, sabar, dan dewasa membuat siapa saja akan nyaman saat didekatnya.
"Dia yang selalu mensupport ku, memberi semangat dalam hal apapun. Bahkan tak jarang mas Reno gak segan-segan ngajarin tugas kampus.
Saat seperti ini aku sangat merindukan nya.
" Kay...
Aku butar dari lamunanku, ternyata mas Reno yang mengagetkan ku
"Orang yang baru saja ku pikirkan ternyata hadir di depan mataku. Seperti ada magnet yang menariknya, disaat aku sedih dia hadir tanpa di undang.
Hatiku rasanya dag dig dug merasa gugup dan gak tenang. Sebenarnya aku malu, dia muncul di saat yang tidak tepat.
" Dia duduk di sebelahku, aku hampir menangis, rasanya pengen meluk tapi aku tahu batasan. Aku sekarang seorang istri yang harus menghindari apapun yang bisa menimbulkan fitnah.
"Kenapa melamun sendirian di sini Kay? Apa ada masalah?
Aku menggeleng sambil menahan air mataku supaya tidak menetes.
" Aku tidak mungkin curhat sama mas Reno kalau aku kesepian, merana, Aku mau mengadu nasib pernikahanku. Tapi takut orang tuaku tahu kalau putrinya tidak bahagia
.
Takut mertuaku tahu kalau putranya mengabaikan aku selama ini.
Ku hembuskan nafas secara kasar untuk membuang sesak didada.
"Apa kamu sakit Kay?
Ku perhatikan kamu kelihatan pucat dan kurusan.
Apa kamu sedang hamil?
" Do'ain aja ya mas semoga segera hamil. Jawabku dengan pilu.
Dia tertawa dengan manisnya. Rasanya ingiiin sekali aku memeluk dan menumpahkan semua beban dalam diriku.
"Kamu sudah makan Kay? kita ke kantin yuk.
Selalu saja mas Reno memberi perhatian kecil membuatku terhanyut.
" Ingin rasanya aku mengatakan" bawa aku pergi kemanapun mas Reno pergi".
Aku gak sanggup menjalani beban hidup yang gak berkesudahan.
"Dia menatapku dengan rasa khawatir karena wajahku makin pucat".
Aku menarik tangan mas Reno dan memeluknya, aku gak peduli dengan status ku. Aku cuma ingin menumpahkan rasa rindu dan beban yang tak bisa aku jelaskan, ini pertama kalinya aku memeluk mas Reno, setelah pernikahanku dengan mas Davin.
" Aku menangis sesenggukan dalam pelukannya. Mas Reno tidak membalas pelukanku, mungkin ia sadar jika aku bukan Kanaya dulu tapi sudah menjadi istri orang.
"Seberat itu kah masalah Kanaya sampai dia gak berdaya seperti ini? batin Reno.
" Kamu ada masalah apa Kay kok sampai seperti ini? tanya mas Reno dengan lembut.
Apa seberat itu sampai kamu terpuruk seperti ini?
Aku gak tau masalah yang kamu hadapi, tapi yang aku tahu Kanaya dulu adalah wanita yang tegar dan penuh semangat., tidak pantang menyerah.
Kamu harus hadapi apapun masalah yang kamu alami. Aku yakin kamu pasti bisa.
"Aku menjawab dengan anggukan kepala. Suaraku tertahan di tenggorokan dengan isak tangisku.
" Andai kamu tahu mas Reno hilir biruk dalam rumah tangga ku seperti apa? seorang istri yang gak pernah ada di hati suami., mungkin kamu tidak akan bicara seperti ini. Atau mungkin kamu malah mengambil ku dari tangan mas Davin. Batin Kanaya".
Tapi biarlah cukup aku yang tahu, aku cuma butuh sandaran bahu.
Terasa basah di kemeja nas Reno karena air Kanaya.
Mas Reno mengelus punggung Kanaya untuk menenangkannya. Kanaya tambah menangis terisak membuat Reno kebingungan sendiri
"Aku antar pulang ya biar kamu bisa istirahat di rumah".Bujuk mas Reno seraya ingin berdiri.
Kanaya menggelengkan kepalanya dan memper erat pelukannya.Membuat Reno kelimpungan sendiri.
" Biar seperti ini dulu mas, aku kangen sama kamu, kamu jangan berubah ya mas, jangan tinggalin aku sendiri! "
"Kenapa Kanaya bicara seperti itu, apa dia tidak bahagia dalam pernikahannya? batin Reno".
Apa yang sebenarnya terjadi, apa suaminya menyakiti Kanaya?
" Kenapa sesakit ini melihatnya menangis? Reno mengepalkan tangannya."
"Aku akan menunggumu cerita semuanya Kay kalau kamu berkenan hubungi aja nomerku. Ayo kembali ke kelas, mas Reno mengusap air mataku dengan jarinya.
" Andaikan mas Davin seperti ini mungkin aku adalah wanita yang paling bahagia dan beruntung. Batin Kanaya.
Setelah kejadian di taman tadi hati Kanaya lebih baik. Kanaya menghampiri Caca yang ada ruang kelas.
"Haduh Kay,kamu kemana aja sih? "
Aku dari tadi nyariin kamu nyampek muterin kampus 7kali tau gak." Bibirnya monyong 5cm.
"Lebay.. bibirnya dikondisikan nanti dower lho Ca".
" Tau ah aku sebel ma kamu, bukannya minta maaf malah ngatain bibir dower. Mana kaki capek banget lagi. masih monyong.
"Iya deh iy aku minta maaf."
"Eh kamu kenapa kok sembab? Kamu habis nangis y? atau ada yang ganggu kamu biar aku hajar. Dengan gerakan seperti preman pasar".
" Gak kok Ca aku baik-baik aja".
"Tapi ngomong-ngomong muka kamu kucel banget sih kaya' lap kompor".
" Sebenarnya kamu tuh cantik lho Kay, punya aura yang kuat buat naklukin semua para kaum adam. Tapi, karena kamu sering nangis, sedih ngelamun jadinya kaya tengkorak berjalan. Sambil terbahak-bahak."
"Enak aja di samain tengkorak, temen durhaka emang.
" Pokoknya kamu tuh cantik Kay, kulit putih tinggi seperti model, bodynya seperti gitar spanyol, tatapan matamu tajam bersinar, kamu punya lesung di pipi, hidung mancung, bulu mata lentik, pokoknya perfek deh. Aku aja kalau jadi cowok udah tergila-gila sama kamu.
Mulai lagi deh nyerocosnya aku anggukin aja biar seneng, batin Kanaya.
"Cuma sayang, akhir-akhir ini kamu sering murung jadi auranya hampir hilang."
Padahal kamu habis nikah harusnya auranya makin terpancar dong kan tiap hari dapat vitamin"R".
"Emang ada vitamin R? tanya Kanaya
" Vitamin RANJANG bisik Caca dengan tawa lepas.
Mataku melotot sempurna, sumpah Demi apapun punya temen gak da akhlaknya.
Otaknya ranjang mulu yang dipikirin. Caca gak tau aja kalau aku masih prawan.
"Udah sok tahu salah lagi batin Kanaya."
Caca tertawa terbahak-bahak sampai bahunya terguncang. Aku pura-pura tertawa aja. Caca gak tau kalau dalam hatiku yang paling dalam ada banyak luka yang aku pendam.
"Mas Davin beruntung banget Kay dapet kamu, kamu cantik mas Davin ganteng kaya lagi. Pokoknya pasangan idola banget deh aku aja iri lihat kamu.
" Nanti ku ajak ke salon biar wajah cantikmu bersinar lagi.
"Rasanya aku pengen ngomong ma Caca, mau aku cantik, tiap hari nyalon tapi tetap aja mas Davin gak akan meliriku, karena ada Ratna yang bertahta di hatinya, tapi aku tak bisa mengatakannya meskipun Caca sahabatku sendiri. Batin Kanaya.
" Perempuan sepertimu itu dambaan semua laki-laki lho Kay, tidak bisa di sakiti, kalau disakiti pasti akan lari dan gak mau kembali."
Aku terhenyak mendengar penuturan Caca. Ingat mas Davin, ingat rencanaku yang ingin pergi jauh meninggalkan mas Davin dan mengakhiri semua. Untungnya Caca gak melihatku kalau aku menitikkan airmata.
Aku mendengarkan dalam diam tanpa mau menjawab perkataan Caca.
Setelah pulang kampus Caca membawaku ke salon untuk perawatan seluruhnya yang tak tahu namanya. Aku yang aslinya jarang masuk salon membuat diriku canggung dan malu.
Berhubung Caca orang yang humoris dan cerewet, bisa membuatku rileks dan tertawa.
Sampai akhirnya perawatan kewanitaan pun di pesan Caca. Aku baru sadar kalau Caca pesan paket pengantin.
Bener-bener Caca udah gila, dia gak tau kalau yang dia lakukan ini sia-sia. Mas Davin tidak seperti suami pada umumnya.
"Kamu tau gak Kay, kalau dah punya suami itu, istri harus selalu terlihat cantik, wangi dan itunya rapet keset biar suami nempel terus.
" Caca kumat lagi sok tahunya. Bilang ini itu kayak emak-emak nasehatin anaknya. Aku pura-pura dengerin aja".
"Kamu harus harus buat suamimu itu jatuh cinta lagi sama kamu Kay. "
"Caca gak tau kalau mas Davin tidak mencintaiku. Batin Kanaya".
" Terus buat suamimu itu terpana kalau melihat pesona kecantikan mu".
"Rasanya aku pengen jerit dan ngomong sama Caca kalau mas Davin gak pernah melihatku".
" Sebelum kamu melakukan adegan panas di atas ranjang, kamu harus merayu, di belai dada suami dengan desahan yang aduhai, biar suamimu punya gairah.Caca terkekeh sendiri entah apa yang di dalam pikirannya sekarang. Mungkin udah traveling ke mana-mana.
"Dasar otak mesum".Batin Kanaya.
" Caca,andai kamu tau aku dan mas Davin gak pernah ngobrol, apa kamu bisa ngomong panjang kali lebar kayak gini?"batinku.
"Kadang kamu juga harus agresif dikit, dengan mengawali ******* bibir suami Kay, biar suami seneng dan kangen dengan bibir kita".Caca cekikikan sendiri.
" Kamu gak tahu Ca, kalau mas Davin tidak pernah mencium ku."
"Kaya' kamu pernah aja Ca, Padahal juga jomblo abadi potong ku".Udah gitu sok tau lagi. Dia tertawa terbahak. Ya belom sih cuma baca di novel ma lihat film, Caca cekikikan sendiri.
" Mendengar perkataan Caca tadi rasanya aku pengen nangis.Karena semua yang dikatakan Caca belom pernah aku alami padahal umur pernikahanku udah 1 tahun. Tapi aku tau ini bukan waktu yang tepat untuk meratapi nasib. Yang kulihat Caca hari ini berusaha menghiburku.
Habis dari salon Caca langsung mengajak ku ke pusat perbelanjaan. Dia membeli banyak sekali pakaian tipis dan kurang bahan, yang menurutku seperti pakaian jalang.
"Ca baju seperti ini buat apa? tanya Kanaya. "
"Haduh Kay, ya ini buat kamu dipakai dong, biar suami kamu betah di rumah dan klepek-klepek." Terus aku cepet dapat ponakan yang lucu-lucu.
Dia meringis cekikikan.
"Aku pasrah aja apa yang mau di lakukan. Caca emang sahabatku yang paling baik dan pengertian, dia juga yang paling peka terhadapku. Sayangnya aku belom punya keberanian untuk jujur dan menceritakan semua.
Sebelum mas Davin datang , aku sudah menyiapkan diriku. Sudah dandan cantik dan pakek baju yang di belikan Caca. Sungguh hatiku berdebar-debar karena sebelumnya aku belum pernah melakukan seperti ini.
Entah dorongan dari mana membuat diriku berani dan percaya diriku meninggal.
Apa karena habis dari salon dan melakukan perawatan?
Aku juga merasa lebih cantik dari sebelumnya.
Tubuhku juga wangi, membuat diriku lebih tenang.
"Ceklek, pintu kamar terbuka aku membalikan badan ternyata mas Davin sudah pulang kerja.
Dia menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku tidak mampu mengartikan tatapannya. Dia menatapku tanpa ekspresi. "Entah mengagumi ku atau bahkan merendahkan ku karena pakaian seperti jalang".
Pandangan matanya pindah ke sudut kamar yang aku hiasi lilin aromatic yang mengeluarkan aroma segar dan membuat tubuh jadi rileks. Di tambah lampu yang remang. Mendukung untuk melakukan apa yang seharusnya di lakukan suami istri.
Mas Davin mendekatkan wajahnya kearah ku.
"Apakah dia mau mencium ku?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!