NovelToon NovelToon

Ellia'S Husband

Prolog

Ellia saat ini tengah berjalan di Koridor kampus tempat ia belajar bersama teman-teman nya, ia berjalan dengan Vania dan Rara teman satu jurusan yang selalu menemaninya kemana-mana.

"Ellia.... " teriak Yuda yang saat itu hendak menuju kantin bersama tiga orang temannya yang lain.

Yuda memberikan kode agar ia mengikutinya ke kantin dan makan bersama dengan teman-teman nya seperti biasa.

"Oke...go go...cus ke kantin," sahutnya ringan tanpa basa basi.

"Halah lu mah enak El, sekalian aja lu ketemuan ama Yuda ye kan? jadi udah jelas oke oke aja lah, nasib kita nih jadi obat nyamuk mulu Van" ucap Rara yang tau hubungan di antara keduanya sejak semester pertama mereka semua saat itu.

"Haha... tau aja sih...mumpung ada si toga kan, kapan lagi coba liat es balok bisa ngomong," ucap Ellia dengan senyum manis mengembang di bibirnya.

Wajah bersih dengan lesung pipi di kanan kiri wajahnya itu semakin terlihat menawan, "Astaga... mana tahan Yuda liat lu senyum kek gitu, gua yang cewek aja bisa klepek-klepek ama senyum lu," tambah Vania.

"Yang gua sayangin cuma satu, kenapa lu nggak bisa lemes kayak gini kalo udah di samping Yuda, lu kayak kodok abis makan buaya tau nggak," tambah Rara.

Mereka semua memang sudah biasa makan bersama ketika tidak ada kelas, Karena Ellia hampir tidak pernah mau jika hanya makan berdua dengan Yuda jika tanpa teman-teman nya.

Dengan ocehan-ocehan khas teman-teman nya, mereka semua berjalan menuju kantin yang sudah penuh dengan beberapa mahasiswa lain yang juga sedang menyantap makanan mereka atau hanya sekedar berbincang dan nongkrong manja.

"Ellia...kemari... " ucap Yuda saat itu menepuk bangku kosong di sampingnya.

"Mau makan apa?" tanya Yuda kemudian.

"Mie ayam aja sama sosis bakar, kamu udah pesan?" tanya Ellia saat itu.

Ellia memang sejak awal sudah di dekati banyak sekali senior bahkan sejak awal ia masuk masa orientasi mahasiswa, sejujurnya semua teman-teman Yuda juga menaruh hati pada Ellia, namun apa bisa di kata, Ellia sudah lebih dulu memilih Yuda untuk menjadi kekasihnya.

"Abis ini ada kelas lagi nggak?" tanya Yuda pada mereka semua karena ini emang baru memasuki semester baru.

"Kita ada kelas pak Zaidan abis ini, lu?" jawab Vania.

"Sama dong, kita ambil kelas pak Zaidan juga, jam 10 siang ini kan?" tanya Toga dengan mulut penuh dengan mie ayam di depannya.

"Yes... sekelas kita.. " ucap Yuda yang sedari tadi sudah menatap Ellia tanpa menghiraukan siapapun di sekeliling nya.

Ellia hanya tersenyum, gadis ini benar-benar menjaga image di depan Yuda, sejujurnya di balik wajah cantik ini, ia memiliki kehidupan keluarga yang kurang beruntung, itu mengganggunya dan membuat nya tidak percaya diri.

Ia putri satu-satunya yang lahir dari keluarga broken home, ibunya sudah meninggalkannya sejak ia masih bayi ia bahkan tidak tau seperti apa dan bagaimana wajah ibunya sampai detik ini, dan ayahnya sudah menikah lagi serta memiliki tiga orang putri yang lain.

Ketidakberuntungan nya tidak cukup sampai di situ, ia di paksa bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan pribadinya sendiri, keluarganya cukup berada, namun kehadirannya tidak di anggap sama sekali.

Ayahnya sudah terlena dengan keluarga baru yang saat ini bersamanya, keluarga harmonis yang merusak kebahagiaan nya.

"Ellia... Ellia... " panggil Yuda ketika Ellia tidak merespon ucapannya.

Ellia tersenyum, "hah ? iya Yuda... "

"Makanlah, mie nya sudah datang," ucapnya yang hanya di balas senyuman oleh Ellia.

Rara yang ada di samping Ellia memegang lengan temannya ini, "kenapa lu jadi kagok gitu sih? rileks Ellia... kalian udah satu tahun lebih, tenang...rileks" bisik Rara saat itu.

Bukan apa-apa, tapi Ellia sejujurnya sangat tidak percaya pada dirinya sendiri ketika berhadapan dengan Yuda, ia merasa tidak pantas dalam segi apapun jika harus berdampingan dengan laki-laki yang menjadi kekasihnya ini, kecuali wajah cantiknya tentu saja.

"Kalian tuh udah pernah masuk kelas pak Zaidan ngga? gua nanya ke senior nggak ada yang tau juga," tanya Vania membuka pertanyaan.

"Ya berarti dosen baru dodol," ucap Toga tanpa basa basi.

"Yah semoga aja santai dosennya, mata kuliah yang sekarang beliau ajarkan kan dulu dosennya serem banget, banyak yang nggak lulus dan harus ngulang, nah tuh dosen sekarang lagi perawatan di rumah sakit, mangkanya dia merekomendasikan salah satu mahasiswa terbaiknya saat itu untuk menggantikan nya," ujar Yuda.

"Waduh... pas sebelas dua belas nih sama dosen yang lama," tambah Vania.

"Kamu tau dari mana Yuda?" tanya Ellia setelah selesai mengunyah makanan dan baru saja memasukkan sosis bakar.

"Pelan-pelan... jangan buru-buru, kita masih ada waktu satu jam lagi sebelum masuk kelas," ucap Yuda memberikan tisu pada kekasihnya itu.

"Aku punya banyak orang untuk menjadi mata-mata," jawab Yuda lagi, laki-laki ini memang bukan dari golongan orang sembarangan, orang tuanya adalah salah satu donatur tetap di yayasan perguruan tinggi yang mereka tempati saat ini.

***

Ikram tengah meninggalkan sebuah rumah mewah bak istana yang tersembunyi di tengah kota, tepatnya berada jauh di balik hutan dengan penjagaan yang super ketat.

"Anda akan berapa lama berada di luar tuan muda," ucap salah seorang kepala pelayan di sana.

"Rawat rumah ini dengan baik, jangan mencari ku selama tidak benar-benar penting," ucap Ikram saat itu.

Ikram mulai melihat mobil yang sudah di siapkan, mobil berwarna hitam pekat itu kurang membuatnya nyaman, "tolong ganti yang lebih kecil, ini terlalu besar untuk ku gunakan seorang diri, yang lebih terlihat murah saja," ucapnya sebelum pergi.

"Saya akan mengantar anda tuan,"

"Ini diluar urusanku di sini, aku hanya akan memakai fasilitas sederhana dan tidak berlebihan, aku tidak ingin dicurigai dengan adanya orang lain di sisiku dan fasilitas mahal yang ku gunakan,"

"Tapi semua yang anda pakai tetap akan terlalu mewah bagi mereka tuan,"

"Hah? ini yang termurah yang kumiliki," ucap Ikram enteng.

"Sepatu anda bahkan seharga 342 juta, belum jam tangan yang anda gunakan dan setelah jas desainer ternama yang anda kenakan, jika di total semuanya bisa lebih dari satu mil..."

"Cukup... " sela Ikram.

"Baik tuan muda,"

"Jika kau menghitung semuanya, mereka bisa mati berdiri mengetahui berapa banyak rupiah yang ku pakai dari ujung rambut sampai kakiku dalam sehari,"

"Baik tuan muda,"

"Ah... ya... tutup pintu gerbang, pastikan jatah makan kita sudah cukup selama satu bulan, jangan terlalu sering keluar dan bertemu orang-orang, lakukan dan kendalikan semuanya dari sini, jika dalam keadaan tertentu aku tidak bisa kalian hubungi, maka lakukan yang terbaik versi kalian sampai aku datang, mengerti...?"

"Mengerti tuan muda," ucap dua orang itu bersamaan.

"Tuan muda... semangat tuan muda.. " ucap pelayanan wanita paruh baya itu dengan tangan terkepal.

"Hey... aku hanya mengajar, kenapa kalian mengantarku pergi seolah aku pergi berperang,"

TO BE CONTINUED

Dosen Baru

Ikram baru saja sampai di depan kampus dengan sebuah halaman besar yang terbentang luas di depannya, meskipun tidak seluas dan sebesar istana miliknya, hehe.

"Balik lagi ke tempat ini," ucap Ikram pelan.

Ikram belum juga keluar dari mobilnya, selain menunggu jam masuk kelasnya, ia juga sedang menunggu seseorang.

Ikram tidak terbiasa berada di sekeliling banyak orang, itu yang membuatnya tetap berada di mobil dari pada harus menunggu di ruang dosen yang sudah di sediakan secara khusus untuknya.

Tuk tuk

Sebuah ketukan di jendela mobil dimana Ikram berada saat ini membuyarkan lamunannya, laki-laki itu segera membuka jendela mobil dan meminta laki-laki berpakaian hitam itu segera masuk ke dalam mobil.

Ikram segera mengulurkan tangannya, laki-laki itu dengan segera merogoh sebuah saku dalam jaket kulitnya sebeleh kanan dan mengambil kunci beserta sebuah kertas di sana.

"Ini tuan muda... Anda akan tinggal di apartemen Q-Dragon lantai tiga puluh dua,"

"Bukankah itu salah satu properti milikku juga? aku ingat pernah membelinya,"

"Itu adalah properti yang paling banyak rugi dengan harga termurah saat ini tuan muda,"

"Fasilitas nya?"

"Sangat jauh di banding dengan properti milik anda yang lain,"

"Aku tidak ingin semua kebutuhanku ada yang kurang, persiapkan sebelum aku sampai apartemen sore ini," perintahnya.

"Oh ya... seperti biasa samarkan identitas ku dengan baik seperti Sebelum-sebelumnya," ucapnya yang di jawab dengan jelas oleh laki-laki yang menjadi lawan bicaranya saat ini.

"Pergilah,"

"Baik tuan, saya permisi,"

***

Sebuah kelas sudah riuh dengan kedatangan satu demi satu mahasiswa yang mengikuti kelas, Ellia datang bersamaan dengan Yuda dan semua teman-teman nya.

Ruangan kelas dengan desain ruangan seperti gedung bioskop itu kini sudah hampir penuh dengan mahasiswa yang ada, entah kenapa semua berbondong-bondong mengambil kelas ini.

"Banyak banget yang ikut kelas ini?"

"Kita lebih suka percaya pada dosen baru dari pada dosen lama yang udah jelas bikin kita mati karena tugas bejibun," ucap salah seorang mahasiswa yang lain memberi alasan.

Waktu sudah tepat menunjukkan angka sepuluh, tapi pak Zaidan masih juga memunculkan diri, semua orang yang ada di sana masih sibuk berbincang dengan teman di kanan kirinya.

Sebuah pintu bagian depan terbuka, memperlihatkan sosok laki-laki muda yang sangat tampan dengan mata biru dan sedikit brewok tipis di dagunya.

Ikram sengaja melepas jasnya dan hanya menggunakan kemeja, ia tidak ingin terlihat terlalu formal dan terlihat terlalu mahal, namun dengan gaya seperti itu semakin membuat auranya meningkat tajam.

"Pagi setengah siang semua... " ucapnya menyapa semua mahasiswa yang ada di sana dengan mengangkat tangan sebelah kanan dan tetap berjalan menuju meja dosen.

"Wah...dia model apa gimana?"

"Apakah dia manusia dengan fisik sesempurna itu,"

"Wah dosen muda nih cuy.... visualnya nggak ada tanding,"

Bisik-bisik di seluruh kelas tidak hanya dari mahasiswa perempuan saja, hampir seluruhnya mengakui ketampanan Ikram di pertemuan pertama mereka.

Berbeda dari semuanya, Ellia kini sedang duduk termenung di tempat duduk nya menatap Ikram yang juga tengah menatapnya.

"Dia...bukankah dia yang menolongku tempo hari ? beliau dosen di sini? pantas saja sangat baik hingga menolongku saat itu, wajahnya lebih tampan dari tempo hari aku melihatnya" batin Ellia, hingga tanpa sadar sebuah senyum tipis terlihat di bibirnya.

Flashback On

Beberapa hari yang lalu saat Ellia sedang melakukan pekerjaan paruh waktunya di sebuah restoran cepat saji, ia tak sengaja menumpahkan makanan di baju mahal seseorang karena tersandung kaki pelanggan lain yang tak dilihatnya.

Hinaan cacian keluar saat itu juga, kuah panas bahkan mendarat cantik di lengannya dengan sengaja.

"Ah... saya minta maaf tuan... saya salah... saya akan bertanggung jawab dengan ini semua."

"Bertanggungjawab bagaimana? kau akan bertanggung jawab bagaimana ? harga baju ini bahkan sepuluh kali lipat lebih mahal dari gaji mu di sini," teriaknya tidak peduli pelanggan lain sudah membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Ada apa Ellia?" tanya kepala resto yang saat ini baru saja datang.

"Pelayanmu ini sudah membuatku kecewa makan di sini...untuk apa cantik, melakukan pekerjaan seperti ini saja tidak becus,"

"Saya minta maaf atas namanya tuan, kami akan memberikan makanan apapun yang Anda inginkan sebagai permintaan maaf," ucap kepala resto itu.

"Ellia bersihkan itu dan ke ruangan ku setelahnya, semua kembali ke tempat" ucapnya.

"Kami minta maaf atas ketidaknyamanannya," ucapnya pada semua orang yang ada di sana.

Ellia membersihkan makanan yang terjatuh di bawah, gadis itu mengambil nafas kemudian mengeluarkan dengan tenang.

"Semangat Ellia, aku masih harus hidup untuk biaya kuliah, aku harus kuat, nggak boleh nangis," batinnya.

"Aku harus bertemu dengan orang penting setelah ini tapi pelayan itu mengacaukan nya," ucap laki-laki itu tiada henti.

Ellia berjalan menuju belakang resto dangan sebuah kantong plastik berisi makanan yang sudah terjatuh di lantai itu.

Ia masih mengatur nafasnya, Ellia bukan termasuk orang yang sabar, tapi dia sudah terbiasa menahan diri sejak lama, bahkan kali ini ia berusaha mengatur nafasnya dan menggigit bibir bagian bawah untuk bisa lebih tenang.

Begitu ia ingin kembali, langkahnya terhenti oleh seorang pria, "permisi tuan,"

"Kemari, aku akan mengobati lukamu,"

"Hah?" reflek bibir Ellia membulat tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

Pasalnya ia belum pernah bertemu dengan laki-laki ini sebelumnya, "Anda siapa?"

Bukannya menjawab, laki-laki itu hanya mengangkat sebuah box bertanda + berwarna merah, "orang yang akan mengobati lukamu," ucapnya dengan menarik tangan Ellia dan menyingkap lengan bajunya.

"Aduh.... "

Sebuah kulit memerah cukup luas terlihat di sana, "sorry sorry, tahan sebentar, aku akan mengoleskan obat luka bakarnya," ucapnya yang sudah mulai mengobati luka Ellia lembut.

"Siapa dia? kenapa dia menolongku seperti ini?"

"Aku hanya berterima kasih, kau sudah membuka mataku seperti apa orang itu,"

Ellia berfikir, "Laki-laki itu?" tebaknya.

"Dia akan menikahi adikku, bukankah menurutmu aku harus tau bagaimana sikapnya ketika memperlakukan orang lain sebelum menyerahkan adikku padanya,"

"Oh... adik Anda pasti sangat beruntung memiliki saudara seperti sebaik anda," ucap Ellia tersenyum.

"Benarkah? kau cukup menyenangkan, siapa namamu?" tanyanya.

"Ellia Farah, panggil saja aku Ellia,"

"Ellia... nama yang indah... bisa kuberi sedikit saran sebagai orang yang terlahir sedikit lebih dulu darimu nona Ellia," ucap laki-laki itu.

"Apa... " senyum Ellia memperlihatkan lesung pipinya.

"Jangan berusaha untuk terlihat kuat dan memendam semua perasaan mu seorang diri, itu akan menjadi bom waktu yang akan menghancurkan mu pada akhirnya," ucapnya.

"Baiklah sudah selesai, aku akan pergi dulu, ini obatnya, jangan lupa oleskan setiap hari, sudah ada petunjuknya di sana,"

"Ah.... terimakasih," ucap Ellia yang melihat laki-laki itu semakin menjauh.

Flashback Off

"Selamat pagi menjelang siang Pak... " jawab semua mahasiswa di kelasnya saat ini.

"Sebelum membahas kontrak perkuliahan, perkenalkan saya Ikram Al Zaidan Profesor sejarah yang semester ini akan mengisi sejarah eropa di kelas kalian,"

"Welcome to the class... "

TO BE CONTINUED

Sale

"Selamat pagi menjelang siang Pak... " jawab semua mahasiswa di kelasnya saat ini.

"Sebelum membahas kontrak perkuliahan, perkenalkan saya Ikram Al Zaidan Profesor sejarah yang semester ini akan mengisi sejarah eropa di kelas kalian,"

"Welcome to the class... " tambah Ikram.

"Ada lagi yang ingin kalian tanyakan?" tanya Ikram lagi.

"Kami harus memanggil anda siapa prof," tanya salah seorang mahasiswa wanita.

"Panggil yang kalian sukai, jangan terlalu terbebani dengan jarak antara dosen dan mahasiswa, usia saya dan kalian mungkin jika tidak terpaut jauh, karena saya sudah memperkenalkan diri, maka saya akan memanggil kalian satu per satu, kita juga harus saling mengenal," ucapnya.

Sebelum Ikram memanggil satu persatu mahasiswa di depannya, matanya beredar di seluruh ruang kelas, mulai dari kanan ke kiri dan atas ke bawah.

Tatapan itu sempat terhenti pada sosok yang sebelumnya sudah pernah ia temui, "dia.. Ellia... gadis itu ada di sini, mungkin jalan ini lebih menyenangkan dari yang kuduga," gumam Ikram dalam hati.

Ikram mulai mengambil sebuah absensi yang sudah siap di meja miliknya, matanya sedikit tidak percaya setelah melihat kertas dengan banyak garis-garis itu.

"Apakah intensif mengajar mahasiswa sebanyak ini dalam satu waktu? ini kali pertama ku, semoga saja tidak terlalu mengecewakan,"

Dengan gerakan alami namun cukup mampu membuat semua orang fokus kepadanya, Ikram memanggil satu persatu mahasiswa di kelas ini, ia hampir terkejut dengan jumlah siswa yang hampir berjumlah seratus dalam satu kelas.

"Ellia Farah... " teriaknya.

"Hadir prof.. " sahut Ellia dengan tangan kanannya terangkat di udara.

"Lucky Faisal.... "

"Hadir prof... "

"Bukankah dia sangat tampan Ellia," bisik Rara dan Vania yang sudah terpesona dengan ketampanan dosen di depannya ini.

Satu persatu mahasiswa sudah di panggil, Ikram menyelesaikan kelas ini dengan damai karena ini adalah kelas pertamanya di semester ini.

"Profesor... " teriak salah seorang mahasiswa yang sengaja membuntuti nya hingga keluar ruangan.

"Ada apa?"

"Map anda tertinggal di meja,"

"Ah... terimakasih, semangat untuk hari ini," ucap Ikram yang segera pergi meninggalkan mahasiswanya itu.

"Dia sangat tampan, bagaimana manusia sepertinya bisa muncul di bumi ini?" ujar perempuan itu seorang diri.

***

"Ellia aku akan mengantarmu pulang, bukankah jadwal kelas kalian hari ini sudah selesai,"

"Aku masih harus bekerja Yuda," jawabnya singkat.

"Baiklah... aku akan mengantarmu sampai ke tempat kerja, ingat untuk nggak terlalu lelah oke," ucapnya menepuk lembut kepala Nadia, sebelum kemudian menggenggam pergelangan tangan gadis itu dan membawanya keluar.

"Yaelah.... tuh bocah dua orang suka banget bikin iri orang,"

"Tapi temen lu diem bae kayak nggak ada gairahnya kalo di depan Yuda,"

"Bukan nggak ada gairah, Ellia cuma tau diri," ketus Vania yang kemudian meninggalkan toga dan kawan-kawannya di sana.

"Ellia bahkan tidak pernah terlihat mencintai Yuda sama sekali, lu pada sadar juga kan kalo Yuda cuma cinta sepihak dengan Ellia,"

"Nggak usah ngaco', hubungan mereka udah lumayan lama juga,"

***

Yuda menyerahkan sebuah helm kepada Ellia, "jangan hanya diam di depanku, kemari, aku akan memakaikan nya," ucap Yuda memasang helm tersebut kepada Ellia.

"Maaf aku tidak membawa mobil hari ini," ucapnya yang masih memasang tali pengaman pada helm itu.

''Aku lebih suka dengan kamu yang mengendarai sepeda seperti ini, jangan terbebani dengan hal tidak penting seperti itu Yuda, aku bahkan tidak pernah memikirkannya.

"Baiklah, yok naik," ucapnya kemudian menaiki motor di ikuti oleh Ellia di belakang nya.

Ellia memang tidak terlalu dominan baik dalam memulai pembicaraan dan hal-hal apapun dalam hubungannya dengan Yuda, tapi Ellia sangat mencintai laki-laki ini, tidak tau karena apa, Ellia hanya suka ketika bersamanya.

Keduanya sudah menghilang di antara puluhan orang yang berlalu lalang di area kampus, tampa kedua orang itu sadari, sepasang mata elang mengamati keduanya.

''Dia sudah punya kekasih," gumam Ikram seorang diri di dalam mobilnya.

"No Ikram... lu di sini cuma buat gantiin profesor, gua cuma sementara, nggak boleh terlena, nggak boleh nggak boleh," ucapnya menggelengkan kepala begitu ada keinginan untuk mengikuti kemana Ellia pergi.

Mobil itu akhirnya bergerak pelan meninggalkan halaman kampus dengan kecepatan sedang agar tidak mengganggu para pengguna jalan.

***

Yuda meninggalkan Ellia tepat di sebuah restoran yang menjadi tempat kerja kekasihnya ini, "hati-hati dan jangan nakal, aku nanti tidak bisa menjemput mu pulang, apakah tidak apa-apa?"

Ellia mengangguk, "jangan khawatir, aku bisa pulang sendiri," ucapnya dengan lesung pipi menghiasi wajahnya.

"Masuklah,"

"Hati-hati di jalan," ucap Ellia dengan tangan bergerak melambai sebagai bentuk isyarat bye bye.

Begitu Yuda meninggalkan nya, Ellia segera masuk dan mengganti pakaiannya, gadis itu dengan lincah melayani banyak sekali tamu dengan senyum yang tidak pernah hilang dari bibirnya.

Hingga waktu menunjuk pada angka tujuh malam, sebuah pesan membuatnya ingin segera bergegas kembali ke rumah.

Dengan terburu-buru gadis itu berlari menuju halte bis yang mengarah lebih dekat ke depan rumahnya, namun hampir lima belas menit ia menunggu dan tak ada satupun bis yang lewat malam ini.

"Aku harus segera sampai," gadis itu tiba-tiba saja berlari dengan kaki panjangnya, ia berlari menuju jalan raya yang lebih besar dan mencari kendaraan umum di sana.

Ellia sudah menemukan kendaraannya, ia berhasil mendapatkan sebuah ojek online di aplikasi ponselnya dengan mudah di jalan raya.

Bahkan ketika Ellia sudah berjalan menuju pagar rumahnya, sebuah mobil masih tetap enggan beranjak mengikutinya, seolah Ellia adalah sesuatu yang menariknya lebih dan lebih dalam lagi.

"Aku bahkan menunggu dan mengikutinya sampai di sini, what's wrong with you ikram??" ucapnya kemudian membanting setir dengan kedua tangannya.

***

Rumah Ellia

"Ayah... Elli pulang... " ucapnya begitu membuka pintu rumah berukuran besar itu.

"Nah Ellia... kemari nak... " ucap Ibu tiri yang sudah menikah dengan ayahnya sejak ia masih sangat kecil, Ellia bahkan tidak ingat mulai kapan.

"Kenalkan... dia tuan Mahez, relasi bisnis ayahmu," ucapnya pada Ellia.

Ellia hanya menunduk dengan hormat kepada laki-laki bernama Mahez itu, "Ellia akan masuk ke dalam kamar dulu ayah,"

"Ganti baju dan kembali kemari, temani calon suamimu sebentar, dia datang karena ingin bertemu dengan mu calon istrinya," ucap ayah Ellia saat itu.

Ellia bahkan tidak memiliki tenaga untuk membantah, ia sangat ingat pesan yang di kirimkan saudara tirinya dalam massage.

"Usaha ayah bangkrut, mungkin kami harus menjual salah satu ginjal atau beberapa organ hati mu untuk tetap bertahan hidup, kembali dan ayah akan memberikan pilihan, datang sebelum terlambat atau kami akan benar-benar menjual semua organ tubuhmu,"

"Mereka tidak hanya menjual organ tubuhku, tapi juga berencana menjual ku,"

TO BE CONTINUED

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!