NovelToon NovelToon

Ada Cinta Di Apartemen

Prolog

Novel ini kupersembahkan untukmu ....

Wahai penjaga hatiku, seperti lilin yang selalu memberi cahaya di dalam gelap terima kasih telah menjadi inspirasi dan pelitaku.

Loving you

 

Mia

Seorang janda yang cantik, mandiri juga tomboi berambut pendek bak artis luar negri Demi Moore masih muda, ia bekerja sebagai penulis komik yang sukses.

Andra

Seorang CEO tampan di perusahaan ekspor-impor Indonesia dan luar negeri di bidang konveksi, sayangnya Andra telah patah hati. Ia sangat membenci kaum wanita hingga ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan sendiri.

Manda

Mantan Andra yang menginginkan Andra kembali kepadanya hingga menggunakan berbagai cara dan trik

Amri

Pria yang sangat mencintai Mia.

Kisah bermula ....

Apartemen kecil di sudut Ibu Kota yang penuh sesak namun, bersih dan nyaman penuh dengan suara teriakan dan tangisan anak-anak juga lolongan anjing maupun kucing.

Apartemen tua ini di huni oleh orang-orang penuh semangat dan keceriaan, mereka menapaki waktu dengan semangat. Tanpa kenal menyerah seorang pemuda tampan memasuki apartemen, sepupunya merekomendasikan untuk sementara ia tinggal di apartemen ini tanpa bayar.

"Mengapa tidak di hotel saja?" ucap Andra ketus kala itu.

"Tidak usah di situ saja lebih seru!" ucap Tika sepupunya.

Andra memasuki apartemen kecil yang penuh sesak, syukurnya apartemen tua ini cukup bersih dan rapi.

Ia memasukkan kunci di kamar 1A berseberangan dengan kamar 1B, Andra tidak membawa banyak barang karena ia hanya sementara saja di sini menunggu rumahnya selesai di renovasi di pinggir pantai menghadap hamparan laut luas. Ia berharap istana mungilnya yang indah itu sebagai gua persembunyiannya dari kejamnya hati yang tidak berperasaan.

Andra hanya membawa sekoper pakaian dan sebuah biola saja, ia sangat piawai di bidang yang satu ini. Ia menjatuhkan tubuhnya di sebuah sofa yang sudah kusam berdebu, membuka kotak biola dan mulai mengalunkan lirik Kenny G yang mendayu biru akan tetapi, baru saja ia menikmati permainan musiknya suara bising dari seberang kamarnya.

Andra membuka celah pintunya mengintip sedikit ke arah apartemen 1B.

Ia melihat banyaknya anak dan wanita juga pria muda maupun tua mungkin sekitar 15 orang di dalam ruangan itu.

Tertawa bergembira, suara orang mengaji setelah itu suara riuh yang luar biasa bising. Belum lagi Andra melihat seekor kucing mencakar-cakar malas ke arah dinding pintu, secepat kilat Andra menutup pintunya.

Hampir semalaman Andra tidak tertidur hingga suara bising itu pun terhenti, mungkin pesta telah usai.

Andra mengambil cuti selama sebulan karena semua pekerjaannya ia handle lewat hand phone dan email saja, sisanya asistennya Tika yang juga sepupunya yang menjalankannya.

Ia mengambil biolanya dan kembali memainkannya, menikmati setiap perih yang tertuang di alunan biolanya yang menyayat hati.

Tok! Tok! Tok!

Andra menghentikan permainan biolanya, ia merasa sial andaikan si tetangga tidak suka dengan suara musiknya, bila itu terjadi ia akan pindah detik itu juga.

Krieeett

"Hai, aku Mia! Aku tetangga seberang kamarmu. Aku dari apartemen 1B, musikmu indah sekali dan aku suka! Ooo iya nih aku membuat sedikit roti, terlalu banyak. Maklumlah! Bila moodku sedikit kacau aku membuat banyak makanan tapi tidak ada yang memakannya" Ucap Mia memasuki ruangan Andra meletakkan piring tertutup kertas roti

Andra masih mengawasinya, "Tolong kembalikan piringnya ya? Soalnya piring itu adalah piring kesayanganku sulit mendapatkan piring seperti"

Brak!"

Belum selesai kalimat Mia pintu sudah tertutup di depan hidungnya, Mia terperanjat dan merasa sakit hati, "Dasar kampretttt!" umpatnya kesal kembali ke apartemennya 1B, sesampai di balik pintunya Mia menjulurkan lidahnya kesal.

Baru kali ini Mia dicuekin seseorang, Mia Arianti seorang wanita cantik bertubuh mungil ia terkenal sangat lembut, pemurah, pemaaf dan baik hati. Walaupun ia sangat tomboi juga energik, Mia putri bungsu dari Samsul Bahri dan Mariana.

Samsul Bahri merupakan salah satu bupati di Kota B akan tetapi, Mia selalu senang tinggal di apartemen miliknya sendiri walaupun apartemen itu sangat tua.

Karena ia merasa bisa berinteraksi dengan orang-orang, yang ia gunakan menjadi salah satu cerita komiknya. Setiap Minggu komiknya akan menghiasi surat kabar maupun di MangaToon.

Baru kali ini Mia dibuat sakit hati biasanya tiada satu orang pun yang bisa menolak pesona Mia untuk sekedar berbicara kepada Mia, karena Mia memiliki karakter yang ceria bersamanya semua kesedihan menguap entah ke mana.

"Lain kali, bila aku bertemu dengannya aku akan memalingkan wajahku, huh!" Umpatnya kesal.

****

Andra ingin pergi ke gym walaupun ini sudah pukul 20.00 WIB, setelah mandi ia melirik di meja makan piring berisikan cookies coklat, ia mengambil sepotong dan merasakan nikmat yang luar biasa hingga ia mengambil lagi dan lagi hingga tidak tersisa, ia berniat mengembalikan piring kepada si pemilik yang manis.

Akan tetapi ia mendengar seseorang menaiki tangga dengan menghentak-hentakkan kakinya dan mengomel tak jelas, Andra bersembunyi ke balik pintu apartemennya menunggu siapa yang sedang mengomel?

"Lain kali bila ia mencoba untuk menjodohkan aku lagi? Aku akan mengatakan tidakk! Walaupun pisau menancap di jantungku. Apa dia tidak tahu ponakannya seperti siluman kera bertangan seribu? Selalu ingin berbuat mesum. Dasar kamprettt!" umpat Mia, ia masih mencari di mana letak kunci di dalam dompetnya yang ia selipkan.

"Nih, piringmu! Terima kasih" ucap Andra.

"Eh, kalau kamu ga mau temenan sama aku? Ga masalah! Temenku juga banyak, aku ga butuh nambah satu lagi." Ucap Mia ketus.

"Sialan! Di mana lagi ini kunci?" tangan Mia sedikit gemetar karena menahan amarahnya.

Andra mengambil dompet di tangan Mia dan membantu mencarikan kunci dan membukakan pintu apartemennya.

"Terima kasih!" ucap Mia membanting pintunya.

Andra meninggalkan apartemen menuju ke tempat fitnes dengan menenteng tas olah raganya, wajahnya yang tampan dan tubuh atletisnya sungguh mempesona, hingga seorang wanita setengah tua yang dikenal bernama Nyonya Merry yang sedikit rempong, ia selalu mengawasi setiap orang yang ke luar-masuk apartemen, karena sepanjang waktunya ia habiskan duduk di jendelanya dengan menjahit pesanan gorden maupun seprei.

"Akh, tampan sekali! Ada sebagai bahan gosip." Batin Nyonya Merry.

Secepat kilat ia meninggalkan jahitannya dan mengetuk pintu apartemen 1B.

Tok! Tok! Tok!

"Ada apa Nyonya Merry?" tanya Mia mempersilakan tamunya masuk, Mia kembali ke meja kerjanya menggambar berbagai sketsa di kertas-kertas maupun di laptopnya.

"Akh, Mia ... apa kamu sudah tahu ada pemuda tampan di flat kita ini?" tanya Nyonya Merry penuh semangat.

Mia masih terus menggambar di kertasnya mencoba berbagai mimik wajah di kaca di samping tubuhnya lalu ia tuangkan ke dalam kertasnya.

"Aku tidak tahu!" ucap Mia walaupun sebenarnya ia sudah tahu maksud Nyonya Merry pasti pemuda sombong dan angkuh di seberang pintu apartemennya. Hanya saja ia berpura-pura tidak tahu.

"Akh, ga mungkin kamu ga tahu Mia? Aku yakin kamu sudah tahu?" desak Nyonya Merry.

"Sungguh Bibi Merry, aku tidak tahu! Memang ada apa dengan pemuda itu?" tanya Mia.

"Akh, dia sangat tampan! Ayolah Mia ke luarlah sekali-kali ikuti pemuda itu kau tahu, kau sudah waktunya menikah. Mau sampai kapan kamu menjanda terus?" ucap Nyonya Merry.

"Akh, baru 5 tahun Bibi, belum 10 tahun! Masih banyak waktulah." Ucap Mia.

"Waktu terus berjalan ... waktu tidak akan mampu mengubah masa lalu, masa sekarang adalah cerminan masa depan. Jangan berpatokan pada sesuatu yang membuatmu jatuh, tapi cobalah untuk bangkit Mia!" Nyonya Merry menepuk-nepuk punggung Mia, "Sudahlah aku mau pergi ke Gereja. Titip rumahku ya?" ucap Nyonya Merry.

Di depan ruang kerja Mia Nyonya Merry bertemu dengan Ibu Aisyah, "Akh, Nyonya Merry di sini rupanya? Aku mencari ke rumahmu?" ucap Ibu Aisyah.

"Ada apa Aisyah?"

"Aku akan mengambil jahitan gordenku?" ucap Aisyah.

"Nanti saja sepulang aku dari Gereja, kamu temanilah si Mia, bujuk dia agar ia menikah lagi." Ucap Nyonya Merry.

"Ada-ada saja!" jawab Mia tersenyum salah satu kebahagiaan Mia tinggal di apartemen ini adalah penuh warna, berbagai suku, agama namun tetap saling menghormati dan menghargai.

Aisyah duduk memperhatikan semua kerjaan Mia, "Memang kamu tidak ingin menikah lagi Mia?" tanya Aisyah dengan lembut.

"Hm, aku tidak tahu Bibi. Mungkin suatu hari nanti aku akan menikah lagi, bila aku menemukan seorang pria yang benar-benar baik." Ucap Mia.

Bayangan masa lalunya yang kelam sangat menyakiti hatinya, ia masih trauma akan kata pernikahan.

"Apakah komikmu kali ini bercerita tentang Anita yang sedang berbahagia bertemu seorang pemuda tampan?" ucap Aisyah, dengan mudah menebak alur ceritanya Mia hanya tersenyum ceria kedua lesung pipinya terlihat dengan manisnya.

"Aku jadi penasaran, cowok mana yang berhasil mencuri isi hati Anita? Dan aku akan menunggunya?" Aisyah tersenyum bahagia.

"Di mana Anita menemukan pria idaman hatinya itu Mia?" Aisyah memperhatikan kotak-kotak bergaris di mana Anita sedang mengintai seorang pria tampan yang sedang duduk termenung.

"Aku hanya mencoba mengubah sedikit warna ceritanya Bibi? Agar tidak terlalu monoton." Balas Mia terus menggambar karikaturnya dengan cekatan.

"Pengajian kemarin malam sungguh luar biasa ramai, seperti biasa kue yang kamu sajikan sangaat enak" ucap Aisyah Mia tersenyum bahagia.

Mia tersenyum.

Bersambung ....

Simak terus kelanjutannya, jangan lupa like, comen, vote juga hadiahnya.🙏😘

Pacar bohongan

Mia sudah pusing tujuh keliling menghadapi semua tetangganya di apartemen, sepertinya mereka beramai-ramai selalu ingin mencarikan jodoh untuknya.

Mereka seakan membuat gerakan "Ayo, kita carikan Mia jodoh!" hingga hampir setiap Minggu Mia mendapatkan sodoran pria-pria untuk diajak kencan buta sebagai perkenalan sebelum menikah.

"Aku sudah bilang, aku belum ingin menikah!" Mia selalu mengatakan hal ini namun, sepertinya tetangganya selalu turut campur urusan pribadinya.

Seperti malam ini, ia harus mendatangi rumah Bibi Aina yang berniat menjodohkannya dengan pria lainnya. Mia mulai lelah dan bosan ia harus mencari seseorang sebagai pacar bohongan agar para tetangganya berhenti menjodohkan Mia, ia sudah berusah mencari seorang pria namun, belum mendapatkannya.

Hingga ia melihat sesosok pria yang ia kenal sebagai tetangga seberang pintu apartemennya, si pria dingin yang sombong.

Mia berlari berusaha mensejajarkan langkahnya dengan pria tersebut, "Hei, berhentilah sekejap! Ada yang ingin kukatakan?" ucap Mia sedikit ngos-ngosan.

Andra berhenti memperhatikan tetangganya, "Ada apa?" ucapnya dingin.

"Maukah kamu menjadi pacarku?" karena putus asanya Mia asal bicara.

"Apaa?"

"Maksudku hanya pacar bohongan, a-aku sudah putus asa. Maksudku para tetangga sibuk menjodohkanku dengan banyak pria, aku pasti akan membayarmu." Ucap Mia begitu stresnya.

Andra hanya memandangnya saja, "Maksudku membayar jasamu untuk berpura-pura itu saja! Aku akan membayar 5 juta" Mia berpikir Andra seorang pemain musik jalanan yang mencari uang dengan bernyanyi dari kafe ke kafe.

"Apakah masih kurang? Katakan saja berapa gajimu sekali bermusik di kafe?" Mia terus saja berbicara tanpa jeda.

"Baiklah aku rasa cukup 5 juta plus makan malam di Restauran P." Ucap Andra

"Baiklah setuju!" Mia mengangsurkan tangannya disambut oleh Andra.

"Mulai kapan?" entah mengapa Andra tergoda, biasanya ia tidak pernah sudi berbicara kepada wanita mana pun.

"Mulai malam ini, hanya malam ini saja! Ayo berpura-puralah jadi pacarku, bukankah ini malam Minggu? Aku sudah mengatakan kalau malam ini aku sedang berkencan dengan pacarku. Mari kita ke Restauran P." Ajak Mia.

Mereka pergi ke restauran memesan meja untuk berdua, Mia menyerahkan buku menu ia ingin memberi makan yang kenyang buat si pemusik jalanan, yang sudah berbaik hati menolongnya.

"Paling tidak, ia akan bisa bertahan hidup untuk beberapa hari di kota besar ini" batin Mia.

"Ayo, pesanlah!" ucap Mia serius.

Andra memandang geli kepada Mia, "Baiklah, aku harap uangmu cukup untuk membayar makanan yang aku pesan, soalnya restauran ini mahal." Ucap Andra.

Ia berpikir andaipun ia tidak sanggup membayarnya, dia memiliki uang yang lebih dari cukup di ATM-nya.

Andra memesan hidangan pembuka steak daging sapi has yang mahal, memesan minuman non alkohol, memesan hidangan penutup tiramisu dengan porsi jumbo.

"Tolong, jauhkan tiramisu itu dari hadapanku. Kalau tidak aku bisa menghabiskannya?" mohon Mia.

Namun, Andra malah menyuapkannya ke dalam mulut Mia setiap potongan demi potongan hingga habis tidak tersisa.

Mia memperhatikan gaya Andra memanggil pelayan, "Pemuda ini seperti seseorang yang biasa di layani dan biasa memerintah orang lain, siapakah sebenarnya dia?"

"Hm, aku tidak tahu siapa namamu?" ucap Mia disela kenyangnya.

"Andra, namaku Andra!" ucap Andra

memperhatikan wajah Mia.

"Wanita yang aneh, membayar seorang pria hanya untuk berkencan pura-pura. Padahal ia pasti dengan mudah mendapatkan seorang pria mana pun!" batin Andra.

"Mengapa kau melakukan semua ini?" tanya Andra.

"Maksudnya?" Mia tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Yeah! Membayar seseorang dengan lumayan mahal dan untuk makan malam hanya untuk pacar bohongan?" Andra menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

"Oh itu! Um, aku ... aku hanya tidak ingin dijodoh-jodohkan lagi. Itu sangat melelahkan, apa lagi pria yang menurut mereka baik belum tentu baik, terkadang tangan mereka seperti tangan kera." Ucap Mia.

"Tangan kera?" Andra bingung dengan perumpamaan yang diberikan Mia.

"Iya bertangan kera, lincah ke mana-mana? Dan itu sangat memuakkan. Rasanya aku ingin meninjunya, hanya saja mengingat Bibi Aina yang begitu baiknya. Aku tidak tega meninju ponakannya." jelas Mia.

"Mengapa kau tidak menolaknya?" Andra semangkin bingung ada wanita sebaik ini menjaga perasaan orang lain sementara hatinya terluka.

"Sudah aku katakan aku tidak tega!" Mia masih menyulangkan sisa tiramisu yang kembali di pesan Andra.

"Seharusnya kamu menolak bila kamu tidak ingin dijodohkan" Andra masih mengamati wajah polos wanita di depannya.

"Yeah seharusnya! Akan tetapi mereka melakukan itu karena mereka peduli dan sayang kepadaku." Ucap Mia.

"Baiklah sudah malam, ayo kita pulang! Tolong jangan terlalu cepat berjalan, kakimu terlalu panjang berbeda dengan kakiku." Ucap Mia beranjak dari tempat duduknya membayar ke kasir dan mereka berdua ke luar dari restauran dengan berjalan kaki.

Ia membayar jasa sesuai yang ia janjikan, Andra menerimanya dengan geli, "Aneh sekali rasanya! Tapi aku takut Mia akan tersinggung, biarlah ia berpikir aku pemusik miskin kelaparan yang terdampar di tengah kota."

Di depan apartemen, Mia menarik lengan Andra, "Sedikit romantislah berjalan seperti pasangan kekasih yang sedang jatuh cinta, untuk meyakinkan Bibi Aina dan Nyonya Merry. Bahwa kita memang pasangan kekasih" ucap Mia melingkarkan tangannya ke selipan lengan Andra.

Deg!

Jantung keduanya bergetar lembut, sudah lama Andra maupun Mia tidak merasakan getaran itu lagi.

"Baiklah kamu ingin yang romantis bukan? Jangan coba-coba mengajari bebek berenang Mia!" Andra mencium bibir Mia.

"Ini tidak ada di dalam perjanjian" sengal Mia disela ciuman yang membara.

Bagaikan dentuman meriam melesat di kepala Andra rasanya ia ingin lagi.

"Ini gratis, jangan khawatir!" kembali Andra mencium Mia hingga tubuh Mia yang kecil terangkat dari tanah.

Andra melepaskan ciumannya, ia pun terengah "Aku rasa sudah cukup! Untuk meyakinkan teman-teman tersayangmu." Ucap Andra, ia sendiri pun tidak yakin siapa sebenarnya yang ingin ia yakinkan dirinya atau wanita di balik gordennya yang sedang mengintip.

Mia terhuyung setelah lima tahun menjanda baru kali ini ada pria mesum yang sesuka hati mencium seenaknya saja. Hanya saja ia tidak mungkin marah karena ia melihat Nyonya Merry mengintip di balik gorden jendela, begitu juga dengan Bibi Aina.

"Mati aku! Besok akan jadi gosip hangat" batinnya.

"Kamu terlalu berlebihan, besok mereka akan menggiring kita ke pernikahan." Mia mulai khawatir.

"Apaaa?!" Andra bingung namun sudah terjadi.

"Bersiaplah! Besok pasti akan heboh." Ucap Mia.

Keduanya melangkah masuk ke dalam apartemen masing- masing masih berpura-pura bergandengan tangan dengan mesranya, di depan pintu apartemen mereka berpisah. Mia menyelesaikan striping komiknya dengan Anita yang sedang berciuman mesra dengan kekasih idamannya di bawah cahaya lampu, sementara Andra bermain biola mengalunkan lagu rindu yang menyayat kalbu bagi yang mendengarkannya.

Mia masih terbayang-bayang akan ciuman yang tanpa sengaja mereka lakukan begitu dalam intens dan mendamba, "Akh, itu hanya sandiwara!" hiburnya pada diri sendiri. Ia membersihkan tubuhnya dan mencoba tidur dengan nyenyak.

Andra sendiri sudah berulang kali mengalunkan lagu cinta dan kerinduan yang mendamba walaupun, ia sendiri tidak tahu untuk siapa alunan musik itu ia berikan.

Bayangan wanita ceria di depan pintunya seakan menariknya untuk terus bermain musik mengaluni mimpi indah wanita bermata bening itu.

Naluri kelelakiannya yang selama ini padam seakan mulai bangkit, meronta seakan-akan bayangan kelam masa lalunya sirna di bawa angin sejak kedatangan wanita bermata bening yang sudah memporak-porandakan kegetiran hidupnya karena cinta.

Bayangan luka yang diberikan Manda pun lenyap entah ke mana, yang ada sesuatu yang sulit dijabarkan dengan kata-kata mesra. Pengkhianatan Manda sang mantan tunangannya dengan mantan suami adiknya pun hilang tersapu ombak.

Andra menghentikan permainan biolanya, "Wanita seberang benar-benar mengerikan, bagai hantu laut yang siap menenggelamkan perompak di tengah lautan" ucap Andra mengenang sekelumit wanita berambut pendek seperti lelaki itu.

Andra mengingat setiap detail dari wajah polos, tatapan indahnya, senyumnya juga cara dia tersipu malu.

"Benar-benar gila!" umpatnya kesal.

"Bila aku tahu akan jadi begini, aku tidak akan melakukannya." Sesalnya.

Ia membuka laptopnya berusaha memeriksa email dan semua pekerjaannya, ia ingin melupakan sejenak wajah makaikat di seberang pintunya.

Andra benar-benar gelisah, ia benci pada rasa yang sudah lama ia lupakan rasa mendamba akan sebuah cinta dan kasih sayang, karena tiga kata itulah hidupnya dan adik perempuannya berantakan akibat perselingkuhan. Ia membayangkan wajah-wajah mungil ponakannya yang tanpa dosa, hatinya berdenyut terluka.

Bersambung ....

Terima kasih jangan lupa like, comen, vote juga hadiahnya biar author lebih semangat🙏😘

Ilustrasi tokoh

Gosip hangat

Pagi datang sinar mentari mulai memasuki kisi-kisi jendela, membuat hangat malam yang dingin berganti dengan kehangatan. Mia bangun dari tidurnya setelah menyelesaikan sholat Shubuhnya ia mencoba memasak sarapan, memeriksa komik yang akan ia kirim dan pergi untuk berjalan pagi di sekitar taman di seberang apartemen.

Ia melangkah dengan riang tanpa beban berusaha menikmati hidup yang teramat singkat untuk ditangisi ataupun disesali, menggenakan sepatu dan baju olah raga ia mengitari taman, tersenyum dengan beberapa tetangga apartemen, bermain-main dengan anak kecil, "Mia ...." sebuah suara yang telah lama ia kubur kembali mengetuk lukanya. Mia tahu siapa pemilik suara itu walaupun ia tidak harus menoleh ke belakang.

"Mia, apa kabar?"

"Alhamdulillah sehat" Mia membalikkan tubuhnya berusaha tersenyum seceria mungkin.

"Syukurlah! Sedang apa?" tanya pemuda tampan itu lagi.

"Kamu kan bisa lihat bodoh!" batin Mia

"Biasalah jalan-jalan pagi" yang terucap dari bibirnya.

"Kelihatannya kamu bahagia?" tanyanya lagi.

"Ya iyalah! Kamu pikir setelah kau pergi aku terpuruk gitu? Sorry kamu ga ngaruh dalam hidupku" batin Mia.

"Ya Alhamdulillah" ucap Mia.

"Sudah dapat penggantiku ya?" ucap pria itu penuh selidik mencari ke kanan-kiri Mia.

"Kalau aku mau dari dulu juga bisa cari penggantimu!" batin Mia.

"Do'ain sajalah!" Bibir Mia.

"Syukurlah! Aku harap penggantiku lebih baik lagi dariku, karena penggantimu pun lebih darimu." Ucapnya menyakiti hati.

"Akh, masa?! Kalau baik ga mungkin mau jadi pelakor?" batin Mia.

"Alhamdulillah kalau penggantiku lebih dariku. Paling tidak, aku bisa melepasmu di tangan yang tepat." Ucap Mia, senyum di wajahnya tidak pernah surut air mata sudah tiada lagi untuk pria berengsek seperti mantan suaminya.

"Pulanglah! Paling tidak sayuran yang kamu bawa tidak akan busuk karena kelamaan ngobrol dengan mantan istri, lagian aku tidak ingin jadi gosip yang ga enak, secara ... aku ga biasa ngobrol dengan suami orang, salam sama istri terbaikmu ya?!" sindir Mia berlalu bagai tamparan telak di wajah sang mantan.

"Gayamu! 10 tahun menikah denganku satu biji bawang pun belum pernah kau bawakan dari pasar. Dasar kampret!" umpat Mia kesal.

Mia berlari kecil mengitari taman kemudian melanjutkan lari kecilnya ke pasar tradisional untuk berbelanja keperluan sehari-hari, ia ingin memasak makanan kesukaannya hari ini dan sedikit pudding mangga menemaninya membuat komik sore nanti.

Mia menaiki tangga apartemen, ia sengaja tidak menggunakan lift karena lift sudah terlalu tua hingga sering macet.

Dengan sebelah tangan menenteng kantong belanjaan, di depan pintunya Mia sudah melihat beberapa ibu-ibu rempong yang suka bergosip.

"Pasti apa yang kualami tadi malam menjadi topik hangat." Batin Mia sedikit kecut, ia tidak menyangka jadi begini. Walaupun begitu ia tetap tersenyum menyapa ramah semua penghuni apartemen tua.

"Hallo ...." sapanya riang membuka pintu apartemennya langsung ibu-ibu rempong masuk menyerbunya.

"Akh, Mia ... sejak kapan kamu pacaran dengan pria kamar 1A?" tanya Nyonya Merry.

"Iya .... mengapa kami tidak tahu Mia? Kamu berniat membohongi kami ya?" ucap Aisah.

"Pantas saja kamu tidak mau dijodohkan dengan ponakanku Iksan." Ucap Bibi Aina.

Mia tersenyum ia sendiri pun tidak tahu harus mengatakan apa, sehingga ia berpura-pura sibuk dengan memasukkan berbagai sayuran ke kulkas dan menyiangi ikan juga ayam di wastafel.

Ketiga wanita paruh baya berlainan suku dan agama itu pun terus mencari akar masalahnya. Mereka bertiga membantu Mia memasak dan membuat pudding, akhirnya mereka makan siang bersama-sama dengan bercanda dan tertawa mereka melupakan sejenak soal pemuda misterius di apartemen 1A.

Tok! Tok! Tok!

Aisyah membuka pintu jantungnya hampir copot melihat pemuda tampan yang beberapa jam lalu menjadi biang gosip hangat mereka, Aisyah memegang dada kirinya berharap jantung dan matanya tidak melompat ke luar.

"Ayo, silakan masuk!" ucapnya.

"Maaf apa aku mengganggu?" tanya Andra.

"Tidak!" secepat Aisyah mengatakan tidak ia mengikuti Andra ke dapur, ketiga wanita berbeda umur di dapur melihat siapa yang datang.

Mia hampir terjungkal ke belakang kursinya, melihat pemuda yang mencuri ciumannya tadi malam berdiri menjulang di dapurnya, Aisyah mengangsurkan jempolnya dan mengedipkan sebelah matanya.

"Maaf, bila aku mengganggu aku hanya ingin bertanya ke mana aku harus mencari tukang leding, karena airku mampat. Satpam bilang, "Mia yang punya nomernya'." Ucap Andra tanpa basa basi.

"Oh sebentar!" Mia berlari ke kamarnya di lantai atas yang langsung terlihat dari bawah karena berdindingkan kaca sekaligus di sulap menjadi ruang kerjanya.

Gadis lincah itu turun kembali ke bawah, "Wanita ini lincah sekali, seperti burung." Batin Andra memperhatikan Mia.

Andra melihat giwang kanan kiri Mia berbeda yang sebelah kiri berbentuk bunga sejenis kerabu dan sebelah lagi seperti rangkaian lumba-lumba yang bertingkat-tingkat hingga setiap Mia bergerak sekumpulan lumba-lumba ikut berenang di bawang suping telinganya.

"Wanita yang aneh ...." batin Andra karena baru kali ini ia menemukan banyak keanehan di kehidupan Mia.

Andra memperhatikan kucingnya sejenis kucing biasa yang mungkin Mia pungut dari tong sampah karena di buang pemiliknya. Kucing itu begitu sombongnya bergelung di sofa dengan memakai baju yang sengaja dibuat si pemiliknya.

"Nih ...." ucap Mia tetap tersenyum.

"Mata wanita ini sangat indah dan bening, ada sedikit garis abu-abu di lingkaran retinanya, hidungnya kecil mencuat, ada banyak taburan tahi lalat di sekitar wajahnya." Andra mencatat setiap detil wajah Mia.

"Ekhm, ekhm!" Aisyah berdehem.

Andra memperhatikan wanita separuh baya berhijab di depannya.

"Kamu dari apartemen 1A ya?" tanya Aisyah.

"Iya Bu."

"Nama kamu siapa Nak?" tanya Merry.

"Andra Bu."

"Kamu tinggal selamanya di sini?" tanya Aina.

"Tidak, hanya sementara saja!" jawab Andra lugas. Andra mengambil nomer hand phone si tukang leding dan meninggalkan kediaman Mia.

Langsung menuju rumahnya, menutup rapat pintunya.

"Wanita ini seperti ratunya gosip." umpatnya.

"Iya tidak ingin menjadi bahan gosip, tetapi dia sendirilah yang mengundangnya." Andra kesal setengah mati rasanya.

Entah mengapa ada rasa sedikit cemburu pada Mia, ia bisa begitu akrabnya dengan semua orang. Setiap sesuatu yang bernyawa di dekatnya terlihat begitu bahagia dan menyayangi Mia.

Andra memeriksa semua pekerjaan lewat emailnya dan merasa perutnya mulai keroncongan, ia pun memesan melalui via online.

Ia masih mendengar kegaduhan dari seberang kamarnya, suara tawa, percakapan dan entahlah. Andra bergidik membayangkan wanita itu mampu membuat pasukan khusus untuk penyerbuan ke planet mars sekali pun.

Setelah sholat Ashar Andra ingin ke luar ia merasa terkurung seharian di apartemen kecil dan tua itu.

Saat ia ingin menutup pintu kamarnya bersamaan dengan wanita di seberang yang juga ingin ke luar apartemen.

"Hai" sapa Mia riang.

Andra hanya menganggukan kepalanya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Mia.

"A-aku tidak tahu!" seketika semua rencana yang disusun Andra kabur entah ke mana sejak kehadiran Mia.

"Ayo" Mia menarik tangan Andra, mereka berdua memasuki lift di dalam lift penuh dengan beberapa orang berbagai usia.

"Hai Mia!"

"Mau ke mana?"

"Besok datanglah ke rumahku? Ada yang ingin kukatakan."

Suara-suara menyapa Mia, ia pun membalasnya dengan riang sambil menoel-noel pipi bayi imut di gendongan ibunya atau membelai bulu-bulu kucing Pak Tua di depan mereka.

Andra memperhatikan setiap detilnya.

Mia memakai jeans, kaus yang panjang bermotif zebra berlengan panjang, bibir mungilnya dipoles lipstik coklat muda ke pink natural namun, menawan. Lagi-lagi Mia memakai anting berbeda kanan-kirinya.

Di lantai dasar mereka turun, Mia masih saja menarik lengan Andra. "Apakah sandiwara pacar bohongannya masih berlanjut?" tanya Andra.

Mia tersenyum, "Tidak, aku tidak punya cukup duit kalau terus-terusan menyewamu." Balas Mia tersenyum.

"Lalu kamu mau ke mana?" tanya Andra.

"Aku hanya ingin menikmati sore, apakah kamu ingin naik ojek atau grab?" tanya Mia. Andra menggelengkan kepalanya, ia sendiri pun tidak mengerti mengapa ia mau bercape ria berjalan kaki.

Andra membiarkan saja Mia menggandeng tangannya seperti anak kecil mereka melewati trotoar panjang berbelok-belok, melintasi beberapa gang rumah Mia masih bertegur sapa dengan warga di setiap gang.

"Mengapa kamu tidak mendaftar saja menjadi ketua RT atau RW?" tanya Andra.

"Maksudnya?"

"Kamu mengenal setiap orang dan bertegur sapa dengan mereka, lebih baik kamu jadi ketua RT atau RW saja."

"Ooo haahaha. Hm, mungkin pemilihan nanti aku akan mendaftar." Mia bukannya tersinggung malah ia tertawa lepas.

"Kamu sudah lama tinggal di apartemen itu?" tanya Andra berusaha berjalan sedikit lamban agar Mia dengan mudah mengikutinya.

Mia melompati beberapa kubangan genangan air, Andra mengangkat tubuh Mia seperti anak kecil.

"Wow!" Mia terkejut namun, tersenyum.

"Lumayanlah, sekitar 3 tahun terakhir." Ucap Mia kembali berjalan di sisi Andra masih tetap menggandeng tangan Andra.

Bersambung ....

Terima kasih sudah sudi membaca novelku jangan lupa like, comen, hadiah juga votenya bila suka novel ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!