NovelToon NovelToon

Janji Di Atas Ingkar

BAB 1

Terlihat di sebuah halaman rumah anak kecil sedang bermain bersama teman sebayanya

Anak tersebut berumur 5 tahun.

Tiba tiba terdengar dari dalam rumah memanggilnya.

"Mentari, masuk dulu nak ini sudah waktu nya kamu tidur siang!" panggil sang Mama sambil menghampiri nya. Menggandeng tangan anak tersebut untuk segera di bawa masuk ke dalam rumah.

" Iya, Bu.. " jawab sang anak sambil mengikuti perintah sang ibu.

"Sekarang bersih bersih dulu, kamu tuh kotor banget" kata sang ibu Sambil di bawa menuju kamar mandi untuk di bersihkan.

Setelah selesai semuanya Mentari pun menuju tempat tidur, karena sang ibu mengharuskan Mentari untuk tidur siang.

Sang ibu pun menghampirinya Mentari dan berbaring di samping nya, Sebelum tidur Sang ibu selalu membacakan dongeng atau bercerita apapun.

Sang ibu pun sambil bercerita dan pada akhirnya Mentari pun tertidur.

Setelah melihat anak nya tertidur,sang ibu pun bangkit pelan pelan agar tidak mengganggu tidur sang anak.

"Semoga kau kelak nak mendapatkan kebahagiaan,

Semoga nantinya ada satu laki laki yang akan membuat mu menjadi ratu, dan tidak ada lagi orang memandang mu rendah dan selalu di hina.

Hanya karena kau tidak memiliki seorang ayah.

Meskipun dia tidak mengakui mu, tapi kamu jangan sampai membencinya karena bagaimana pun dia adalah ayah mu yang karena nya kamu hadir di dunia ini.

Ibu akan selalu melindungi mu apapun yang akan terjadi,kau lah kebahagiaan ku kau lah penyemangat ku,jika tanpamu jadi nya Aku saat ini mungkin juga Aku sudah mengakhiri hidup ku.Karena mu juga Aku masih bisa bertahan dengan semua rasa sakit yang Aku terima,kau penyembuh luka ku.Kamu lah Mentari ku yang selalu bersinar di dalam gelapnya kehidupan ku.

*****

Setelah beberapa saat Mentari tertidur sudah cukup lama, Marisa pun bingung harus mengerjakan apa. Sebab dirinya tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dia bekerja hanya sebagai buruh cuci di rumah tetangga. Hari ini dia tidak bekerja, dia bekerja di rumah tetangga hanya dua hari sekali untuk mencuci dan nyetrika baju.

Dari pekerjaan itulah Marisa bisa menghidupi Mereka berdua, Marisa juga terus berfikir bagaimana dia bisa bertahan hidup kedepan nya.

Kalau untuk makan sudah pasti akan mendapatkan nya, tetapi untuk biaya pendidikan Mentari nantinya. Itulah yang terus menjadi beban pikiran Marisa selama ini.

Marisa sedang duduk di halaman belakang sambil, terus berfikir bagaimana hidup nya kedepan. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil memanggilnya, dari arah depan.

"Ibu di mana? "panggil Mentari, dia bangun tidur mencari sang ibu.

"Ia sayang Ibu ada di belakang" jawab Marisa

Mentari pun berlari menghampiri sang ibu yang sedang duduk di taman belakang,dan langsung memeluk sang Ibu.

"Bunda Mentari takut"

"takut kenapa? anak ibu yang cantik" tanya Marisa sambil menangkup kedua pipi Mentari yang sangat lucu dan menggemaskan itu.

"Mentari takut jika Ibu pergi meninggalkan ku eperti ayah yang tidak pernah pulang" Kata Mentari sambil menatap lekat wajah sang Ibu.

"Itu tidak akan terjadi sayang, bunda akan selalu ada bersama mu" kata Marisa sambil mencium pipi Mentari yang sangat menggemaskan.

"Ibu janji! tidak akan meninggalkan Mentari" kata Mentari sambil mengacungkan jari kelingking nya, mengajak sang ibu untuk berjanji.

"Ibu janji! dan untuk ayah dia bukan gak pulang tapi belum saat nya ayah pulang masih ada pekerjaan yang belum biasa di selesai kan,dan tidak bisa pulang dalam waktu dekat.Kan masih ada Ibu jangan nanya nanya lagi tentang ayah ya nanti juga pulang jika sudah saatnya! " Kata Marisa terhadap sang anak, dia berusaha memberi pengertian terhadap sang anak.

"Bu tapi ayah teman teman ku meskipun bekerja tapi mereka suka pulang ko" ucap Mentari lagi, dia anak yang cerdas pasti ada saja jawaban nya jika kita berbicara.

Marisa bingung harus memberi alasan apalagi tentang ayah yang selalu di tanyakan oleh anaknya, sebab setelah beberapa tahun lalu saat dirinya masih mengandung sang suami di pindah tugaskan keluar kota, dia tidak di ijinkan untuk ikut dengan alasan sedang hamil dan jauh dari fasilitas kesehatan. Sampai melahirkan pun kabar tetap lancar dan bahkan sempat pulang saat Marisa baru melahirkan satu minggu.

Setelah itu berangkat lagi di bulan pertama masih ada kabar, tetapi di bulan selanjutnya dan sampai sekarang tidak ada kabar.

Marisa berusaha mencari kabar lewat kantor pusat yang ada di kota ini, tetapi perusahaan bilang sang suami sudah tidak bekerja di perusahaan itu sejak beberapa tahun lalu. yaitu lebih tepatnya setelah kepulangan nya.

Mentari masih terlalu kecil dan belum saat nya juga tahu tentang semuanya yang terjadi dengan apa yang terjadi dengan kehidupan Ayah dan Ibunya.

Meskipun dengan semua keterbatasan Marisa tetap menyekolahkan Mentari di taman kanak-kanak,di saat Mentari sedang berada di sekolah dia juga bekerja. Setelah waktu pulang sekolah tiba Marisa pun menjemputnya terlebih dahulu.

"Mentari lusa kan liburan semester nya sudah selesai dan kamu harus kembali ke sekolah lagi,tetapi kita belum membeli semua perlengkapan sekolah, bagai mana jika kita besok membeli semua keperluan sekolah mu!" ajak Marisa terhadap sang anak.

"Horeee kita belanja, Bunda boleh nggak kita setelah selesai belanja terus kita mampir ke taman bermain" kata Mentari terhadap sang Bunda, sebab kemana pun pergi seorang anak kecil tujuan nya pasti tempat bermain.

"Apa sih yang nggak boleh buat Mentari, apapun akan Bunda lakukan asal kamu itu tetap bahagia" kata Marisa sambil mencium kening sang anak.

"Terimakasih Bunda" ucap Mentari sambil memeluk tubuh sang Bunda

Marisa tidak pernah menunjukkan di hadapan sang anak, bahwa dirinya sangat terluka dengan keadaan seperti ini. Dia selalu berusaha untuk menutupinya dari Mentari agar sang anak tidak ikut berfikir apa yang terjadi dengan ibunya.

"Sudah kewajiban Bunda untuk membahagiakan mu! " kata Marisa sambil menatap lekat putri kecil nya, dengan melihat senyuman sang anak semangat hidup pun kembali pulih. Alasan nya untuk tetap bertahan dalam keadaan ini yaitu sang putri kecil yang tidak berdosa.

Setelah beberapa saat mereka berbincang di teras belakang rumah, waktu bergulir begitu cepat. Marisa pun mengajak Mentari untuk segera masuk ke dalam rumah, mengingat waktu pun sudah semakin sore. Ibu dan anak pun berjalan sambil bergandengan masuk ke dalam rumah.

Setelah sampai di ruang tengah terdengar suara pintu di ketuk, Marisa pun menghampiri pintu depan lalu perlahan membuka nya.

Dia sangat kaget melihat yang datang, sebab ini pertama kalinya dia datang ke rumah ini.

"Sama siapa ke sini nya? " tanya Marisa terhadap orang tersebut, setelah beberapa saat dia bengong.

Part 2

"Sama siapa ke sini nya? " tanya Marisa terhadap orang tersebut, setelah beberapa saat dia bengong

"Sama Bapak" jawab nya.

"Silahkan masuk dulu! " Marisa mempersilakan ibu mertuanya untuk masuk dan duduk di tempat yang tersedia.

Setelah mempersilakan ibu mertuanya duduk, dia langsung pergi ke dapur untuk mengambil minum. Dia juga memberi tahu Mentari bahwa ada nenek nya datang.

Marisa telah kembali dengan membawa dua cangkir minuman dan menteri juga mengikuti,Marisa dari belakang.

"Salim dulu nak, sama nenek! " perintah Marisa terhadap sang anak.

Mentari mengikuti perintah Bundanya, dia mungkin merasa canggung atau bahkan asing saat bertemu Kakek dan Neneknya.

"Apa kalian berdua baik-baik saja? " tanya ibu mertua terhadap Marisa.

"Alhamdulillah baik, Ma... " jawab Marisa.

"Kalau kamu baik, kenapa badan mu kurus seperti itu! sudah Mama bilang dari dulu jangan tinggal di sini.Berhenti berharap bahwa dia akan pulang, Mama dan Bapak sudah berusaha mencari keberadaan nya tetapi tidak di temukan. Jika dia laki-laki yang baik yang bertanggung jawab terhadap anak dan istri nya pasti tidak akan melakukan ini! " oceh ibu mertua.

"Tapi, Ma...! " jawab Marisa.

"Pokoknya kali ini kamu harus tinggalkan rumah ini dan tinggal bersama Mama! " tegas ibu mertua.

"Mentari kan sekolah di sini" jawab Marisa.

"Besok Papamu akan urus semuanya kita pindah" ucap Ibu mertua dengan penuh penekanan.

Marisa tidak bisa berkata apapun, dia juga tidak mungkin untuk selamanya tinggal di tempat ini. Apalagi saat orang-orang di sekitar mencibir dia dan juga mentari, tidak sedikit pula orang berkata bahwa mentari anak haram. Hal itu juga membuat Marisa merasa kasihan terhadap sang anak, mungkin ini saat yang tepat untuk meninggalkan tempat ini.

Tapi jika tinggal di rumah sang mertua itu artinya dia semakin terikat dengan Ayah nya Mentari, itu juga sangat sulit untuk berusaha melupakan nya.

Tidak ada pilihan lain juga untuk menuju ke yang lebih baik, hanya ini cara satu-satunya.

"Papa sekarang sudah semakin tua, mungkin kita tidak memiliki perusahaan besar seperti orang lain. tidak memiliki banyak harta, tapi kita punya usaha meskipun itu kecil dan Papa sangat berharap kamu bisa melanjutkan usaha itu, sekarang Papa sudah tidak bisa mengurus itu semua apalagi Mama! " kata Papa mertua dengan nada bicara yang lembut, memang keluarga ini terbalik. yang laki-laki sifatnya lembut dan yang perempuan sedikit keras.

"Tapi Pak...! " hanya itu yang terucap dari bibir Marisa.

"Papa tahu... pasti kamu berat untuk tinggal di sana, sulit untuk melupakan Ayahnya Mentari! tapi ada satu hal yang perlu di ingat, apa yang kamu dapatkan di tempat ini? bahagia kah dengan menjauhi semua yang berhubungan dengan nya? kenyataan nya tidak sama sekali! " kata Ayah mertua sambil menatap lekat wajah Marisa, dia tahu bahwa selama ini Marisa sangat menderita dengan kenyataan yang ada. Tetapi dia berusaha untuk menutupi dari semuanya, bahkan dia selalu menolak saat mertuanya meminta agar dia tinggal bersama mereka. Hingga pada akhirnya sang mertua membiarkan Marisa memilih apa yang di ingin kannya.

Setelah cukup lama di biarkan,dan itu semua tidak lepas dari pengawasan dari sang mertua hingga apa akhirnya mereka harus bertindak.

Ini saat nya bagi mereka membawa kembali Cucu dan menantu nya kembali ke rumah.

"Kali ini tidak ada penolakan waktu lima tahun sudah cukup, Mama dan Papa berikan untuk kamu hidup seperti ini! Mulai sekarang kamu harus bangkit dan lupakan semuanya, ingat kamu masih muda ada Mentari juga bersama mu untuk apa kamu terus hidup di dalam bayang-bayang orang seperti dia. bahkan hanya untuk menyebutnya anak pun Mama sudah tidak sudi" kata sang Mama mertua dengan penuh penekanan.

"Walau bagaimana juga dia tetap Ayah nya mentari, kita tidak boleh berkata seperti itu! " ucap Marisa sambil menundukkan kepada dan memalingkan wajah ke arah lain, dari tadi dia berusaha untuk menahan tangis.

Mama mertua yang sadar akan hal itu, bahwa Marisa dari tadi berusaha untuk menahan tangis.

"Jangan pernah buang air mata kamu untuk orang yang tidak berguna seperti dia" ucap sang Mama mertua dengan nada bicara yang kesal

"Ma... nggak gitu juga cara bicara nya, kasihan Marisa ada Mentari juga di sini! bagaimana kalau dia takut sama kamu" ucap Papa mertua Marisa.

"Habisnya susah sekali memberi pengertian sama dia, sudah tahu bajingan tetap saja di pertahankan" katanya dengan nada kesal, meskipun Marisa hanya menantu tetapi bagi dia sudah di anggap seperti anak sendiri. Hanya saja Marisa yang tidak pernah mendengarkan mereka.

"Nak, pokoknya kali ini Papa dan Mama sangat berharap sekali bahwa kamu dan Mentari harus tinggal bersama kami!" Tegas Papa Mertua meskipun nada bicara lembut tetapi penuh penekanan.

"Iya, Pak aku akan ikut bersama kalian dan tinggal bersama di sanah" jawab Marisa.

"Nah gitu dong, coba dari dulu kamu nggak keras kepala tidak mungkin juga keadaan kalian seperti ini, udah kurus tidak terurus juga " kata Ibu Mertua.

"Sudah Ma... Marisa kan sudah mau ikut bersama kita" Papa mertua mengingat kan sang istri agar menjaga bicara nya.

"Habis nya kesel sama dia, lagian ada perempuan macam dia... kalau aku di perlakuan seperti itu sama kamu pasti dah mengajukan cerai ke pengadilan biar bisa nikah lagi. Nggak guna juga menunggu yang nggak pasti" ucap Bu Diah sambil menatap tajam ke arah suaminya.

"Astaga Mama... " kata Pak Darmawan.

"Mau kan sayang tinggal bersama Kakek dan Nenek di sanah, Nanti mentari banyak teman di sanah sekolah nya juga pindah? " Tanya sang Kakek terhadap Mentari.

Mentari tidak langsung menjawab, dia menatap ke arah sang Mama dan Marisa memberi isyarat mengangguk.

"Iya, Kek... Mentari mau tinggal di sanah" jawab Mentari dengan nada bicara khas anak kecil, dia tersenyum ke arah Kakek dan Nenek nya.

Perbincangan di antara mereka sudah cukup lama, sehingga siang telah berganti dengan malam.

Malam ini Pak Darmawan dan Bu Diah menginap di Rumah Marisa untuk pertama kalinya setelah lima tahun mereka tidak bertemu, bukan tanpa alasan selama ini mereka nggak mengundang menantunya. Itu hanya untuk sebuah pelajaran bagi Marisa saat mertua nya meminta untuk tinggal bersama.Dengan tegas waktu itu Marisa menolak dan berkata bisa hidup tanpa bantuan dari sang Mertua, selama itu pula mereka hanya mengawasi dari jauh tanpa di ketahui oleh Marisa.

Hari ini saat nya bagi mereka untuk menjemput kembali Cucu dan menantunya.

Part 3

Keesokan harinya.

Marisa sudah siap untuk ikut tinggal di rumah mertua, meski rasanya masih berat untuk tinggal di sanah tapi apalah daya.

Ini semua demi kebaikan mentari, agar bisa merasakan hidup layak dan tidak serba kekurangan.

"Sudah siap semuanya? " tanya pak Darmawan terhadap Marisa.

"Sudah Pak! " jawab Marisa dengan nada bicara yang pelan, tetapi masih bisa terdengar dengan jelas.

"Mikirin apa sih kamu, ninggalin rumah jelek seperti ini saja seperti berat banget! " kata Bu Diah dengan nada bicara yang judes.

"Mama! " kata pak Darmawan terhadap sang istri dengan nada bicara sedikit penekanan.

"Ayok sayang kita berangkat" ajak Bu Diah terhadap Mentari, dia meraih tangan nya lalu di ajak segera keluar dari rumah tersebut.

Marisa dan Pak Darmawan juga keluar dari rumah tersebut, sebelum berangkat Marisa juga tidak lupa untuk mengunci pintu rumah terlebih dahulu.

Setelah semuanya siap dan tidak ada yang terlupakan, Mereka sudah berada di dalam kendaraan yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan.

Marisa duduk di kursi tengah bersama Mentari, anak kecil itu terlihat sangat bahagia dia pikir sang Nenek menjemputnya akan bertemu dengan sang Ayah.

Dari semalam dia sudah tidak sabar ingin segera pagi, sebab selama ini Mentari belum pernah bertemu dengan sang Ayah. Dia tahu wajahnya sang Ayah hanya lewat photo yang di tunjukkan sang Ibu.

"Nek, kita akan bertemu Ayah ya! " tanya Mentari terhadap sang Nenek.

"Iya sayang... nanti kamu akan bertemu dengan Ayah sebentar lagi" jawab Bu Diah.

"Ma... jangan bilang seperti itu! bagaimana kalau sampai di sanah dia terus bertanya terus apa yang akan kita lakukan atas semua pertanyaan dia nanti! " kata Marisa, dia tidak mau memberi harapan palsu terhadap Mentari.

"Jangan khawatir biar Mama yang atasi dia, kamu cukup ikuti apa yang di perintahkan! " jawab Bu Diah.

Perjalanan yang di tempuh sangat jauh,sehingga menghabiskan waktu sekitar sembilan perjalanan.

Setelah setelah perjalanan Mentari tertidur pulas, Marisa beserta kedua mertua nya tidak ada yang bicara sepatah kata pun. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

Waktu bergulir begitu cepat, siang telah berganti dengan malam.

Mereka sudah tiba di kota tujuan, kendaraan yang di kemudikan Pak Darmawan sudah memasuki area perumahan padat penduduk. Pak Darmawan bukan berasal dari keluarga kaya raya, tetapi mereka memiliki perusahaan meskipun tidak sebesar punya orang lain.

Dia memiliki usaha di bidang tanaman bunga, dia juga pemasok bunga untuk salah satu perusahaan yang menawarkan jasa rias pengantin dan penyelenggaraan pesta.

Tidak besar usaha yang mereka punya, tetapi cukup untuk biaya hidup dan pendidikan anak. Pak Darmawan dan Bu Diah sudah berencana untuk menyerahkan usaha tersebut terhadap Marisa untuk di kelola nya, makannya mereka memaksa Marisa untuk ikut bersama nya.

Kendaraan sudah berhenti tepat di depan rumah.

"Akhirnya sampai juga" kata Bu Diah.

Marisa melihat ke sekeliling dia menerawang ke masa lalu, di mana dia pertama kali di bawa ke rumah ini oleh suaminya.Tetapi hari ini kembali ke rumah ini tanpa nya, entah dia harus bahagia atau sedih bisa kembali ke rumah ini.

Marisa masih diam, Bu Diah dan Pak Darmawan sudah keluar dari dalam kendaraan tetapi Marisa belum juga keluar.Berat rasanya kaki Marisa untuk melangkah keluar dari dalam kendaraan.

"Marisa... apa nggak mau keluar, ayok cepetan bawa Mentari Nya! " kata Bu Diah dengan nada bicara sedikit tinggi.

"Iya Ma... tunggu" Marisa me nyaut.

Setelah beberapa saat Marisa keluar sambil menggendong Mentari, pintu rumah sudah terbuka jadi Marisa langsung masuk ke dalam rumah.

Kebetulan Bu Diah tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga, mereka mengerjakan semuanya sendiri.

Mereka hanya di bantu oleh beberapa orang di toko bunga yang dia punya.

"Langsung ke kamar atas saja! masih rapih seperti dulu soal nya Mama selalu membersihkan nya dan tidak ada yang berubah sedikit pun dari kamar tersebut" kata Bu Diah mempersilahkan Marisa untuk menidurkan Mentari langsung di kamar yang pernah di tempatnya dulu bersama Ayah Mentari.

"Iya, Ma... " jawab Marisa, dengan perlahan dia berjalan menaiki anak tanga satu persatu untuk menuju ke kamar yang ada di lantai atas.

Setelah beberapa saat Marisa sudah sampai di lantai atas di depan pintu kamar yang pernah di tempati.

Dengan satu tangan Marisa membuka pintu kamar, sebab tangan satunya di gunakan untuk menggendong Mentari. Pintu sudah terbuka, Marisa melihat ke sekeliling ruangan tidak ada yang berubah sedikit pun dari kamar tersebut. Dia juga di sambut oleh photo pernikahan nya bersama Ayah mentari.

Marisa menurunkan Mentari di atas kasur, dan dia juga duduk sambil melihat ke sekeliling dan pandangan nya tertuju pada satu photo yaitu saat mereka berada di atas pelaminan dan senyum kebahagiaan menyelimuti kedua nya.

Setelah beberapa saat Marisa turun kembali ke lantai bawah untuk segera mengambil koper miliknya.

Setelah sampai di lantai bawah dia langsung mengambil koper milik nya dan juga mentari.

"Jangan langsung di bawa semua, satu-satu saja! " kata sang Ayah mertua memperingati Marisa agar tidak membawa barang-barang nya sekaligus.

"Iya, Pak ini juga " jawab Marisa, sambil menarik koper miliknya.

Dia sudah sampai di kamar atas, dan menaruh koper tersebut di dalam kamar. Marisa akan keluar untuk mengambil satu koper lagi yang masih berada di lantai bawah.

Baru akan melangkahkan kaki setelah pintu kamar terbuka, Marisa di kagetkan dengan berdiri nya seorang wanita di hadapan sambil membawa koper.

"Kenapa di bawain, Ma... Nanti juga ku ambil lagi" kata Marisa sambil menatap wajah Ibu Mertua.

"Nggak apa-apa, sekalian mau melihat Mentari dulu" jawab Bu Diah.

"Ya sudah, masuk dulu! " Marisa mempersilahkan sang mertua untuk masuk ke dalam kamarnya.

Bu Diah segera melangkah masuk, setelah berada di dalam kamar dia duduk di samping tempat tidur sambil menatap wajah cantik sang cucu.

"Ma.. ku tinggal ke kamar mandi dulu ya! udah nggak betah, lengket!" kata Marisa sambil membawa handuk dan langsung menuju kamar mandi.

"Iya" Jawab Bu Diah, sambil terus menatap ke arah Mentari dia tidak bosan memandang wajah cantik tak berdosa itu.

Setelah beberapa saat Marisa berada di dalam kamar mandi, akhirnya keluar juga. Dia sudah terlihat lebih seger dan sudah berganti pakaian dengan pakaian rumahan.

"Ya sudah nanti turun! Mama siapin makan malam dulu" kata Sang ibu Mertua.

"Iya, Ma... " Jawab Marisa.

Bu Diah keluar dari kamar Marisa, tinggal lah Marisa dan juga mentari di dalam kamar.

Sebelum turun Marisa membuka koper dan akan memindahkan pakaian nya ke dalam lemari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!