NovelToon NovelToon

Gadis Bisu Pemikat Hati

Part 01. Dia, Mika Anaya

Sinar mentari mulai merambat dari ufuk timur, perlahan membuat butiran-butiran embun pagi, menguap ke udara. Akan tetapi, biasan jingga dari terbitnya matahari itu, tak bisa membuat wilayah-wilayah bagian paling barat, tepatnya daerah-daerah pesisir menjadi terang benderang.

Seperti di pantai Kuta ini. Sekarang sisa-sisa malam masih mengepung daerah itu, walau perlahan mulai terusir oleh pagi yang akan menjelang. Sunyi— hanya deburan ombak yang bisa di dengar oleh seorang gadis ayu berperawakan cukup tinggi, dengan rambut sepinggang yang sekarang sedang berayun mengikuti hembusan angin laut nan dingin, jangan lupakan iris mata hitam yang selalu saja memancarkan binar bahagia itu, belum lagi warna kulit yang bisa dibilang hitam manis, hidung yang tidak begitu mancung, alis mata lentik, dan bibir merah muda yang tipis, tapi terkesan menggoda.

Deru suara ombak kembali menyalami gendang telinga gadis ayu itu, dan perlahan dia mulai memejamkan mata kala angin laut menerpa wajahnya, dan kembali menerbangkan rambut hitam legamnya.

'Mika—coba sebut namamu. Jika kau bisa menyebutnya, kita pasti akan balikin barang-barang jualanmu,'

Gadis yang di panggil Mika itu hanya diam, dengan kepala yang menggeleng, dan mata yang sudah berair, 'ayok dong, sebut namamu dulu, baru kita kembalikan daganganmu ini,'

Gadis yang dipanggil Mika itu, mulai mengeluarkan air mata, bibir tipisnya mulai bergerak bicara, untuk menyebut namanya sendiri. Akan tetapi nihil, tidak terdengar kata apapun yang keluar dari mulut gadis itu, dan membuat dua orang wanita yang sedang mengganggunya itu, tertawa keras.

'kau bicara atau apa sih, sumpah nggk kedengeran. Coba ulangi lagi,'

Mika semakin menangis, perlahan dia kembali membuka mulutnya, dan sama seperti yang tadi. Hanya keheningan yang tercipta saat di mana orang yang bisu ingin bicara, tapi tidak bisa. Iya, gadis yang bernama lengkap Mika Anaya itu, lahir dengan kondisi tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun seumur hidupnya. Bahkan waktu baru pertama keluar dari dalam rahim, gadis itu terpaksa menangis tanpa suara, dan hanya mampu menumpahkan air matanya.

Seperti halnya saat ini. Jangan anda mengira kalau Mika tak menangis sesegukan. Wanita berusia 23 tahun itu sudah sedari tadi terisak, tapi suara isakannya tak bisa keluar dari bibir tipisnya.

'Rin udah yok, aku udah mulai iba ngelihat si bisu itu,' celetuk salah satu gadis meminta temannya yang bernama lengkap Rina Amelia itu, untuk berhenti.

Rina langsung menoleh kepada Lisa, saat temannya itu menyebut namanya, 'tapi aku belum puas Lis. Aku masih butuh hiburan dari si bisu ini,'

'sudah, ayok kita pergi. Lanjutnya lain kali aja,"

Rina langsung mengalihkan tatapannya untuk menatap Mika, yang masih saja menangis tanpa suara, dan itu terlihat sangat menyedihkan.

'hari ini aku lepasin kamu, tapi jika kamu coba dagang di area sini. Habis dagangan jelekmu ini kubuat hanyut ke laut," Rina membanting sebuah kotak yang terbuat dari plastik, dan berisikan banyak sekali pernak-pernik cantik hingga tercacar di pasir putih pantai Kuta.

Mika hanya bisa menangis tanpa suara, dan langsung bergerak duduk untuk memunguti dagangannya, setelah Rina dan Lisa berjalan pergi meninggalkan dirinya.

Begitulah nasib gadis bisu itu. Padahal dia hanya menjajarkan pernak perniknya kepada wisatawan, tapi Rina dan Lisa datang, lalu menyeretnya pergi ke balik batu karang besar untuk dibully.

T.B.C

part satu dulu aja ya kan.

gimana part satunya nih?

satu kata buat Mika?

Part 02. Tak Sengaja Bertabrakan.

Sedari lahir, nasib buruk selalu menimpanya. Nasib buruk pertama iyalah, dia dibuang oleh kedua orang tuanya, tapi beruntunglah dia dipungut, dan dibawa ke panti asuhan. Beberapa tahun kemudian, setelah dia berusia enam tahun, Mika pergi dari panti asuhan, karena sering kali gadis bernasib malang itu dijadikan bahan bullyan, bahkan sampai pernah terluka, karena siksaan dari anak-anak lainnya.

Setelah kabur dari panti asuhan, dia bertahan hidup di dunia keras ini, dengan menjadi penjual pernak-pernik di pesisir pantai Kuta dari usia enam tahun, hingga kini dia berusia 23 tahun. Beruntunglah gadis malang itu, tidak pernah di ganggu setelah keluar dari panti asuhan. Memang setiap manusia setelah mendapatkan kesulitan atau kejadian, pasti akan selalu mendapatkan keberuntungan.

Sekolah? Tidak, dia tidak sekolah atau belajar. Bisa dibilang gadis itu buta hurup. Dia hanya bisa menghitung uang, karena itu memang keahlian orang-orang. Walau mereka tidak pernah bersekolah sekalipun, mereka masih bisa menghitung uang.

Deburan ombak kembali menyapa gendang telinga gadis ayu itu, hingga membuat dia tersadar dari lamunanya tentang kejadian kemarin siang, yang menimpa dirinya. Mika terlihat menyungging senyum, saat hembusan angin laut kembali menyapa kulit wajahnya. Bajunya kaos yang sudah nampak lusuh itu juga ikut terbang, diikuti rok panjang bermotif bunga-bunga itu juga ikut berkibar.

Tenang—itu yang Mika rasakan hingga membuat dia menyinggung senyum saat ini, 'bagaimana rasanya bisa bicara?' batinnya, karena hanya berbicara dalam hatilah yang mampu dia lakukan.

Bagaimana rasanya bisa bicara? hanya pertanyaan itulah yang selalu berkeliaran di pikirannya. Jangan kalian mengira, jika gadis malang yang terbuang itu, tak pernah berpikir untuk bunuh diri. Karena itu, pasti salah besar. Beberapa tahun yang lalu, saat dia masih tinggal di panti asuhan, gadis itu pernah sekali ingin bunuh diri, dengan terus berdiam diri di bak mandi, tapi itu sudah menjadi masa lalu, karena sekarang pikiran untuk bunuh diri sudah tak lagi berkeliaran di dalam pikirannya.

Mika masih terus menyungging senyum. Gadis ayu itu mencoba membuka mulut, untuk berbicara, tapi hanya kebisuan yang terdengar. Dia mencoba berteriak, tapi hanya deburan ombak yang menyapa, dia kembali membuka mulutnya hingga pupil matanya mengecil, tapi hanya suara pohon kelapa yang sedang bergoyang terhembus anginlah yang terdengar.

Sedih? Tentu saja gadis itu akan merasa sedih. Padahal dia selalu berharap, setelah terbangun dari tidur panjangnya, dia mendapatkan keajaiban untuk bicara. Namun, itu tidaklah mungkin bisa terjadi. Dia tidak hidup di dunia dongeng yang dipenuhi keajaiban, melainkan saat ini ia hidup di dunia, di mana yang memiliki kekurangan lah yang tertindas, dan terbuang.

"Mika! Rupanya kau belum pergi dari sini juga bisu!" Gendang telinga Mika langsung menangkap teriakan dari suara yang selalu dia dengar, dan sudah tak asing lagi bagi dirinya.

Dengan raut wajah panik, gadis itu mengambil kotak yang terbuat dari plastik miliknya, dan langsung berlari meninggalkan pesisir yang di samping kirinya dipenuhi bangunan motel, dan di sisi kananya itu sebuah laut lepas.

Mika langsung berlari menyusuri jalanan paving blok milik motel itu, dengan kepala menoleh ke arah belakang, berharap Rina tidak mengikutinya. Beruntunglah gadis itu sekarang, karena harapannya terkabulkan. Dia mulai memelankan larinya, dan tepat saat gadis ayu itu kembali menghadap depan.

Dia tak sengaja menabrak tubuh seorang pria, dan membuat dia tersungkur jatuh, dengan pernak-pernik miliknya yang berceceran di paving blok motel itu, "dasar anak desa menyebalkan, apa kau tidak punya mata." Mika tak bergeming saat gendang telinganya mendengar suara tegas, dan serak milik seorang pria yang sekarang tengah membersihkan baju santainya, seolah tubuh yang menabraknya tadi mengandung banyak sekali kotoran.

"Tuli! Kau mendengar apa yang aku katakan bukan? Di mana matamu itu? Apa kau berjalan sambil tidur bodoh?" cerca pemuda itu, tapi Mika hanya menunduk dan bergerak memunguti dagangannya, "apa kau bisu?"

Pertanyaan itu langsung mencubit hati gadis malang itu. Dengan gerakan semakin cepat, Mika memunguti seluruh dagangannya. Gadis malang itu langsung berdiri, dengan memunggungi pria arogan yang tidak berhenti mencicit bak burung beo.

"Apa kau tidak punya rasa bersalah? Kau sudah menabrak 'ku dengan tubuh kotor itu brengsek! Dan dimana kata maafmu?" Mika masih tak bergeming. Gadis itu langsung berlari meninggalkan pria cerewet itu sendiri.

"Hai kau! Kau sudah berbuat salah, tapi kenapa tidak minta maaf! Apa gadis desa memang tidak punya sopan santun seper-" Pria itu berhenti berbicara saat melihat sebuah kertas yang tergeletak di atas paving blok. Tubuhnya yang tinggi, mulai menunduk untuk mengambil sepucuk kertas itu.

Tidak ada tulisan apapun di kertas itu, tapi di sana terdapat sebuah gambar emoticon yang tengah tersenyum sangat lebar, "apa gadis itu yang meninggalkannya?"

T.B.C

part dua udah meluncur nih?

satu kata buat Mika dong?

ehh siapa pria songong itu yah?

stay reading!

Part 03. Dia, Alfarizi Kavindra.

Lombok, Kuta beach, 05:30

Disebuah kamar motel, terlihat seorang pria sedang duduk, dan sedang menggeliat untuk mengumpulkan nyawa, karena sudah tertidur enam jam lamanya. Posisinya yang sekarang sedang duduk, membuat otot-otot di perutnya terlipat, tapi dada bidangnya, masih tercetak sangat jelas. Pria itu mulai bergerak turun dari ranjangnya, dan kembali menggeliat, untuk melenturkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Dengan tubuh bagian atas yang terekspos, pria itu berjalan menuju balkon kamarnya. Setibanya di sana, pria itu memejamkan mata, saat hembusan angin laut menyalami kulit wajahnya. Pria tampan, dengan rambut berwarna coklat, alis mata yang tebal, hidung yang mancung, rahang yang kokoh, dan bulu-bulu halus yang tumbuh rapi mengelilingi rahang tegasnya itu, seolah menambah kesan maskulin dari pria yang usianya berkisar 27 tahun itu.

Rasa kantuk yang tadi masih menggelantung di buku mata lentiknya, seolah menghilang terbawa hembusan angin tadi. Sekarang, pria itu tengah menyungging senyum, saat hembusan angin kembali menyapa wajahnya. Matanya semakin terpejam kuat, seolah tak ingin menunjukkan iris hitam bergaris kecoklatan itu, untuk menatap laut lepas dihadapannya saat ini.

Deburan ombak, semakin terdengar jelas menyelami gendang telinganya. Dengan perlahan tapi pasti, pria berwajah tampan itu, mulai menarik nafas. Bau khas pantai, langsung merambat memenuhi indera penciumannya.

Tenang—itulah yang sekarang pria itu rasakan, setelah sampai di wisata yang terkenal Samapi mancanegara ini kemarin malam. Rasa penat karena lelahnya memimpin perusahaan di ibu kota, seolah menguap bagai embun di pagi hari ini.

Iya, Pria tampan itu, iyalah seorang CEO, yang sedang berlibur, untuk menenagkan diri dari setumpuk berkas yang dia tinggalkan di kantor, dan alasan yang sebenarnya hingga dia kesini adalah, agar dia tidak menghadiri acara makan malam yang akan membuat, pria yang bernama lengkap Alfarizi Kavindra itu terganggu dengan lontaran pertanyaan seluruh keluarganya, tentang....

Kapan kau menghilangkan status lajangmu?

Apa kau sudah mempunyai calon istri?

Kapan kau akan menikah?

Siapa calon pengantinmu?

Itulah deretan pertanyaan yang akan membuat Alfarizi Kavindra, merasa jengah, dan memilih untuk mengasingkan diri dari dunia ini. Tanpa ditanya seperti itu, Kavin juga ingin sekali menikah, tapi dia belum mendapatkan pasangan hidup yang cocok.

Cocok dalam artian, mampu menerima Kavindra apa adanya, dan bukan ada apanya. Kavin juga bukan tipe Pria yang hanya memandang rupa. Dia lebih condong memilih seorang wanita berpikiran dewasa, mampu mengurus hidupnya, dan mengurusi rumahnya. Jika kalian mengira, banyak wanita yang akan bertekuk lutut pada pria itu, maka perkiraan kalian semua salah. Malahan seluruh wanita yang berada di ibu kota, sangat anti berdekatan dengan Kavin yang dijuluki pria angkuh, sombong, dan arogan itu.

Sebenarnya itu juga cara Kavin menguji para wanita yang mencoba mendekati dirinya. Dia akan selalu bersikap seperti itu, hingga hatinya percaya kalo, siapapun wanita yang bertahan dengan sikapnya itu, dialah jodoh dunia akhiratnya. Akan tetapi, kebanyakan wanita langsung menyerah, dalam waktu kurang dari satu jam, dan itu membuat Kavin percaya, kalau wanita itu hanya ingin bermain-main saja dengan dirinya.

Sudah puas dengan hanya menikmati hembusan angin dari balkon, Kavin kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya, dan pria itu gak lupa kembali untuk menutup pintu balkon motel yang dia sewa selama dia tinggal disini. Kavin melirik jam dinding yang menunjukkan pukul lima lebih empat puluh lima menit, pagi.

T.B.C

Langsung aja like, vote, gift, komen, dan ini yang paling penting! BANTU SHARE!

Bay!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!