🌻Tak perlu mengatakan ketulusan cintaku kepada semua orang, asal kau tahu saja itu sudah cukup bagiku🌻
.
.
.
.
"Aku tidak akan pernah lupa dengan semua perbuatan kalian" teriak seorang gadis dengan wajah dan tubuh penuh darah.
Gadis dengan luka di sekujur tubuhnya adalah Valeria Anastasia Kusumo, putri semata wayang dari pasangan Budi Kusumo dan Arinta Cahya Winata - Kusumo yang saat ini berumur 15 tahun.
Valeria menatap ayah dan ibunya dengan tatapan kebencian dan dendam. Semua perlakuan kasar ia dapatkan dari kedua orang tuanya semenjak kehadiran anak selingkuhan ayahnya.
Valeria masih ingat dengan jelas saat kedatangan saudara tirinya yang seumuran dengannya. Mulai saat itu kehidupan Valeria berubah drastis dari sebelumnya.
5 Tahun yang lalu
Valeria Anastasia Kusumo adalah putri semata wayang Budi Kusumo. Valeria saat ini berumur 10 tahun memiliki seorang kakak yang berumur 5 tahun diatasnya bernama Bagas Panji Kusumo.
Ayah dan ibunya adalah seorang yang sangat di hormati di daerah tempat tinggal mereka.
Mereka berasal dari Solo dan saat ini tinggal di Solo, ayah Valeria adalah seorang pengusaha batu bara di Papua dan kantor pusatnya berada di Solo sedangkan ibunya adalah seorang desainer, sekaligus putri bangsawan yang memiliki galeri butik terbesar di Solo dan beberapa kota besar di Indonesia.
Arinta Cahya Winata adalah putri kedua dari Raden Arya Winata dan Putri Cahya Winata. Mereka adalah keturunan bangsawan Surakarta di Jawa Tengah.
Darah ningrat yang mengalir di tubuh ibu Valeria membuat didikannya kepada anak-anaknya sangat keras.
Didikan keras dari kedua orang tuanya membuat Valeria menjadi pribadi yang introvert dan kurang bersosialisasi di dunia luar. Sedangkan kakaknya Bagas di didik langsung oleh ayahnya untuk menjadi pewaris bisnisnya kelak.
Valeria memiliki wajah cantik dan ayu seperti ibunya. Rambutnya hitam panjang, kulit putih pucat khas orang Asia, mata bulat agak sipit, hidung mancung, dan bibir mungil berwarna pink alami seperti buah chery.
Sejak kecil Valeria sudah di ajar sesuai dengan budaya keraton dan etika sopan santun yang tinggi. Ada begitu banyak peraturan yang tidak boleh ia langgar tetapi Valeria menjalani kehidupannya dengan riang demi berbakti pada orang tua.
Hari ini adalah ulang tahun eyang putri dari sang ibu, sudah dari pagi ibunya menyuruh Valeria bersiap untuk ke keraton tempat tinggal sang eyang kakung dan eyang putri.
Nb: eyang kakung berarti kakek dan eyang putri berarti nenek
"Apa kita harus memakai pakaian adat bu?" tanya Valeria.
"Kamu itu jangan sampai mempermalukan ibu di sana ya" ucap Arinta dengan tatapan tajam tidak menanggapi pertanyaan putrinya.
"Ba..ik bu" ucap Valeria dengan gugup.
Arinta menatap putrinya dengan tatapan dingin seakan tidak memperdulikan putrinya sendiri. Baginya semua yang sudah ia atur harus berjalan sesuai kemauannya.
Tak lama sosok pria paruh baya dengan tubuh tegap dan wajah tegas muncul. Dia adalah ayah Valeria yang sangat tegas dan tidak segan-segan memukul anaknya jika mempermalukan namanya di depan umum.
"Apa semuanya sudah siap" ucap Budi dengan suara tegas.
"Sudah mas" ucap Arinta sambil tersenyum manis.
Budi lalu menyuruh mereka semua untuk segera naik ke mobil. Di dalam perjalanan hanya ada keheningan saja, Valeria yang duduk bersama dengan kakaknya tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Bagas melirik adiknya dan sangat kasihan kepada sang adik yang masih berumur 10 tahun sudah di didik dengan keras. Meski didikan ayahnya keras tapi tidak sekeras didikan ibunya.
"Kamu baik-baik saja kan dek?" tanya Bagas dengan khawatir.
"Aku takut buat malu ibu dan ayah disana kangmas" jawab Valeria dengan suara pelan.
"Tenang ada kangmas yang nanti dampingi kamu disana" ucap Bagas sambil tersenyum manis.
"Terima kasih kangmas" ucap Valeria dengan senang.
Hanya kakaknya saja yang tidak membuat dia takut. Sedari dulu kakaknya selalu membantu Valeria saat Valeria di beri hukuman oleh ibu atau ayah karena masalah sepele.
~ Keraton Winata ~
Tak lama mobil mereka memasuki pintu gerbang keraton Winata tempat tinggal nenek dan kakeknya. Begitu banyak pengawal yang berdiri di sepanjang jalan menjaga ketertiban acara hari ini.
Saat masuk ke halaman keraton Valeria mendadak gugup melihat begitu banyak tamu undangan hari ini. Meski acaranya sore tapi sudah banyak tamu yang hadir lebih awal hanya untuk bisa bertemu langsung dengan keturunan ningrat Surakarta.
"Kangmas Valeria takut" ucap Valeria dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu tenang ya dek ada kangmas disini pokoknya kamu harus berani" ucap Bagas menenangkan sang adik.
Tak lama keduanya keluar dari mobil setelah melihat ayah dan ibu mereka sudah keluar dari mobil mereka. Valeria mengandeng tangan kakaknya dan berjalan dengan angun menuju orang tua mereka.
"Selamat datang putri Arinta dan pangeran Budi" ucap pengawal di depan pintu masuk keraton.
Keluarga Valeria lalu masuk ke dalam setelah melakukan beberapa pengecekan. Saat masuk ke dalam semua tatapan keluarga besar dari ibu Valeria menatap mereka dengan tatapan sinis.
Valeria tahu maksud pandangan itu karena memang semua yang berada di sini tidak menyukai keluarganya. Menurut mereka keluarganya adalah keluarga yang sombong dan suka menarik perhatian Raden dan Kanjeng Ayu Winata.
"Arinta menghadap ayah dan ibu" ucap Arinta sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Budi menghadap ayah dan ibu" ucap Budi sambil mengikuti apa yang dilakukan Arinta tadi.
"Valeria dan Bagas menghadap eyang kakung dan eyang putri" ucap Valeria dan Bagas dengan serentak.
"Kalian sudah sampai" ucap Arya dengan suara tegas.
"Iya ayah" ucap Budi mewakili keluarganya.
"Selamat ulang tahun ibu" ucap Arinta sambil memeluk sang ibunda.
"Terima kasih nak" ucap Putri sambil membalas pelukan putri keduanya.
Budi dan kedua anaknya juga turut mengucapkan selamat ulang tahun kepada Putri. Setelah mengucapkan selamat Valeria dan keluarganya lalu berbaur bersama dengan keluarga besar mereka.
Pesta perayaan ulang tahun eyang putri diadakan dengan mewah di keraton Winata. Semua tamu penting baik dari pemerintahan dan rekan kerja mereka datang memberi ucapan.
Bahkan masyarakat sekitar sedari pagi tadi juga sudah berdiri di depan keraton mengucapkan selamat ulang tahun kepada Kanjeng Ayu Putri Cahya Winata. Mereka juga turut mendoakan agar nenek Valeria berumur panjang.
Valeria sedari tadi sangat senang karena sang kakak tidak meninggalkannya sendiri. Bahkan Valeria yang bertemu dengan sepupunya berbicara dengan formal seperti ajaran sang ibu.
Awalnya Valeria risih tapi karena semua perintah sang ibu mau tak mau Valeria melakukannya, tapi hanya jika berada di depan umum. Ia tahu ia akan dianggap sombong oleh sepupunya tapi itu lebih baik dari pada mendapat hukuman dari sang ibu.
Acara demi acara sudah berjalan dengan sangat meriah, bahkan saat ini waktu sudah menunjukan pukul 22:00 malam. Para tamu undangan satu persatu sudah pamit undur diri tersisa keluarga inti saja.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
"Wah Arinta kamu mempunyai keluarga yang sangat sempurna" ucap Wina istri dari Raden Aji Winata kakak Arinta.
"Anak yang lahir dari keluarga yang baik akan mempunyai keluarga yang baik mbak" ucap Arinta dengan sombong.
Semua keluarga besar mereka seketika diam tidak bisa berkata apa-apa. Mereka merasa minder sendiri karena kebanyakan dari mereka memiliki keluarga yang jauh dari kata sempurna.
Arinta tersenyum smirk lalu pergi dari sana, Wina menatap adik iparnya dengan tatapan tajam dan emosi. Ia akui jika dia berasal dari keluarga yang biasa tapi tidak perlu di rendahkan seperti itu.
"Awas kamu Arinta suatu saat kamu akan merasakan apa yang aku rasakan" gumam Wina dengan suara sangat pelan.
Arinta lalu berjalan menghampiri suaminya yang sedang berbicara dengan sang kakak. Mereka lalu pamit pulang karena sudah malam dan para tamu sudah tidak ada lagi.
~ Mansion Kusumo ~
Saat masuk ke mansion Arinta lalu membawa Valeria menuju kamarnya. Bagas yang melihat sang adik di tarik oleh ibunya hanya bisa diam saja.
Ingin membantu adiknya tapi tidak bisa, ia hanya anak berumur 15 tahun yang masih duduk di bangku SMP. Bagas lalu menuju kamarnya di lantai dua, Budi yang melihat sang anak sudah masuk ke kamar segera menghampiri sang istri.
Sampai di dalam kamar ia melihat Valeria yang menangis sambil memegang pipinya. Bukannya kasihan atau melerai Budi hanya menatap putrinya dengan tatapan datar dan tidak perduli.
Budi Kusumo hanya mementingkan anak laki-laki saja ketimbang anak perempuan. Menurutnya anak perempuan hanya beban saja dan sangat menyusahkan.
"Lain kali ibu tidak mau lihat kamu seperti anak penakut di depan umum" bentak Arinta dengan suara tinggi.
"Maaf bu.......hiks.......Valeria salah.......hiks hiks" ucap Valeria sambil menangis.
"Sudahlah Arinta toh dia tidak mempermalukan nama kita tadi" ucap Budi dengan santai.
"Kembali ke kamarmu sana" hardik Arinta dengan suara tinggi.
"Iya bu" ucap Valeria.
Setelah melihat Valeria sudah pergi Budi segera membawa istrinya ke atas ranjang. Arinta hanya membiarkan suaminya karena ini sudah tugasnya melayani sang suami.
Valeria yang sudah masuk ke dalam kamar seketika menangis terisak. Beruntung kamarnya kedap suara jadi tidak ada yang mendengar tangisannya saat ini, Valeria lalu bangun dan mencurahkan semua isi hatinya dalam buku diary miliknya.
Hari berlalu dengan sangat cepat dan tak terasa sudah pagi. Seperti pagi biasanya para pelayan sudah bangun dari subuh membersihkan mansion dan menyiapkan sarapan.
Seperti biasa peraturan di mansion tidak boleh ada yang berbicara saat sedang makan. Suasana di meja makan hanya ada bunyi garpu dan sendok yang terdengar.
Budi yang sudah selesai sarapan lalu mengelap mulutnya dan bangun. Valeria, Bagas, dan sang ibu lalu bangun dan menyelami tangan sang ayah sebelum ayahnya pergi.
"Aku akan ke Papua selama 1 minggu buat tinjau tambang kita disana" ucap Budi.
"Iya mas kamu hati-hati disana" ucap Arinta sambil mencium tangan suaminya.
"Jaga anak-anak kita terlebih Bagas penuhi semua keperluannya sayang"
"Iya mas"
"Aku berangkat dulu sayang"
"Hati-hati mas" ucap Arinta sambil melambaikan tangannya.
Setelah mobil sang suami sudah tidak kelihatan Arinta segera masuk ke dalam mansion. Baru tiba di ruang tamu Valeria dan Bagas sudah muncul dari arah meja makan.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
"Ibu Bagas berangkat ke sekolah dulu ya" ucap Bagas sambil mencium tangan sang ibu.
"Balajar yang rajin ya nak" ucap Arinta sambil mengelus kepala Bagas.
"Iya bu" ucap Bagas.
"Bu aku juga pamit mau berangkat ke sekolah" ucap Valeria sambil mencium tangan sang ibu.
"Hemmm.......Jangan buat masalah di sekolah yang mencoreng nama baik ayah dan ibu" ucap Arinta dengan suara tegas.
"Iya bu" ucap Valeria sambil tersenyum getir.
Valeria dan Bagas segera pergi ke sekolah. Valeria yang saat ini berada di kelas 4 SD dan Bagas yang berada di kelas 3 SMP segera naik ke mobil yang akan mengantar mereka.
~ SD Pelita Harapan ~
Valeria di antar lebih dulu ke sekolahnya baru menuju sekolah Bagas. Sampainya di SD Pelita Harapan Valeria lalu turun dan bergegas masuk ke dalam sekolah tanpa lupa mengucapkan perpisahan pada kakaknya.
"Hati-hati ya kangmas" ucap Valeria sambil melambaikan tangan kepada Bagas.
"Kamu belajar yang rajin ya dek" ucap Bagas.
"Iya kangmas"
Valeria lalu berlari masuk ke dalam sekolah menuju teman sekelasnya yang sedang menunggunya. Bagas tersenyum melihat kelakuan sang adik.
Setidaknya kamu masih bisa tertawa bahagia di sekolah dek, batin Bagas dengan sedih.
"Pagi semuanya" ucap Valeria dengan senyum manis.
"Pagi juga Valeria" ucap teman sekelas Valeria dengan serentak.
Valeria tersenyum manis karena setidaknya disini ia tidak harus merasa sedih. Teman-teman sekelasnya tidak sama seperti ibunya yang membuat peraturan berteman harus dengan orang tertentu saja.
Tak lama bel masuk berbunyi tanda waktunya pelajaran akan di mulai. Veleria mengikuti pelajaran sambil mendengarkan penjelasan guru dengan antusias.
~ Kusumo group ~
Di perusahaan *Kusumo*Group tepatnya lantai 40 Budi sedang berbicara dengan seseorang dengan suara lembut. Ia tersenyum melihat wajah cantik itu di layar hpnya.
"Kapan kamu kesini mas" ucap seorang perempuan dengan suara mengoda.
^^^"Sebentar aku akan kesana sayang"^^^
"Yang benar sayang"
^^^"Iya sayang"^^^
"Aku udah ngak sabar pengen ketemu sama kamu sayang"
^^^"Aku juga sayang"^^^
"Aku akan beritahu Bianca pasti dia senang ayahnya datang"
^^^"Jangan sayang biar ini jadi kejutan untuk putri kita" ucap Budi sambil tersenyum manis.^^^
"Iya mas kalau gitu sampai jumpa mas"
^^^"Iya sayang"^^^
Budi lalu mematikan panggilannya dan seketika raut wajahnya berubah. Ia akui Bianca adalah anak hasil perselingkuhannya tapi ia sangat mencintai istrinya Arinta.
"Secepatnya aku harus mengurus perempuan ja***g itu" ucap Budi dengan rahang mengeras.
❄❄❄❄❄
To be continue............
Hay para readersku semua ini adalah karya aku tentang Valeria dan Thomas ya.
Semoga kalian suka dengan ceritanya dan mohon maaf jika ada kesalahan pengucapan kata atau gelar, karena author sendiri baru pertama kali nulis cerita dengan alur yang mempunyai gelar ya, jadi author mohon di maklumi ya😉😍😍😍
Jangan lupa beri dukungan kalian lewat vote, like, dan komen yang sebanyak-banyaknya ya guys😘❤
🌻Jangan pernah memberikan seluruh hatimu kepada orang yang kamu cintai karena kamu tidak pernah tahu bagaimana ke depannya🌻
.
.
.
.
Di sekolah Valeria setelah bunyi bel istirahat masuk ia segera bergegas masuk ke dalam kelas. Sampai di kelas tak lama Rian Saputra si ketua kelas segera menyampaikan pesan dari wali kelas mereka.
"Perhatian teman-teman semua. Tadi ada pesan dari bu Wati wali kelas kita, kalau pelajaran selanjutnya hari ini tidak ada berhubung guru matematika kita sedang sakit" ucap Rian.
Seketika kelas menjadi riuh karena guru tidak masuk. Rian yang melihat teman sekelasnya sudah mulai ribut langsung memukul meja dengan kuat.
Brak...............
"Gue minta semuanya tenang" ucap Rian dengan suara tinggi.
Seketika kelas menjadi hening karena takut dengan tatapan tajam Rian. Mereka sangat tahu jika Rian mempunyai sifat tegas seperti ayahnya yang kepala sekolah SD Pelita Harapan.
"Gue harap semuanya tenang meski tidak ada guru yang masuk" ucap Rian.
"Oke ketua kelas" ucap seisi kelas dengan serentak.
Tak lama Valeria bangun dan memilih untuk ke perpustakan saja. Sari sahabat baik Valeria yang melihat Valeria berdiri segera bertanya.
"Loe mau kemana?" tanya Sari.
"Gue mau ke perpustakaan loe mau ikut ngak" ajak Valeria sambil tersenyum manis.
"Ah.....Malas gue ke perpustakaan" ucap Sari dengan malas.
"Heemm......Ya udah gue ke perpus dulu"
"Oke"
Valeria lalu beranjak pergi ke perpus, Rian yang melihat Valeria keluar kelas hanya membiarkan saja karena ia tahu pasti Valeria akan ke perpustakaan.
Bukan hal umum lagi karena Valeria adalah anak juara umum di sekolah dan selalu menghabiskan waktu di perpus.
Sampai di perpus Valeria berjalan dan mencari buku yang akan di bacanya.
Saat sedang melihat-lihat buku pandangan Valeria jatuh pada sebuah buku tentang pemrograman. Valeria mengerutkan keningnya melihat buku yang tidak sesuai dengan pelajaran anak SD.
Kenapa buku seperti ini ada di perpus? Ini kan bukan buku untuk anak SD, batin Valeria.
Karena penasaran Valeria memutuskan untuk membaca buku tersebut. Valeria yang memiliki otak cerdas dengan cepat memahami buku tersebut.
Tak di sangka ternyata ia sangat menyukai buku itu. Valeria yang mulai menyukai tentang pemrograman mencari buku-buku lain sesuai dengan buku tadi.
Setelah mencari ternyata Valeria tidak menemukan buku yang seperti buku tadi. Tak lama Valeria melihat jam di tangannya yang sebentar lagi akan pulang, karena belum selesai membaca Valeria memutuskan meminjam buku tersebut.
"Halo Valeria mau pinjam buku lagi ya" ucap bu Ani petugas perpustakaan.
"Iya bu saya mau pinjam buku ini" ucap Valeria sambil menyodorkan buku yang ia pegang.
"Tunggu sebentar ya Valeria"
Bu Ani segera mencatat buku yang akan di pinjam oleh Valeria. Setelah mencatat di buku pinjaman Valeria segera pamit keluar karena sebentar lagi bunyi bel pulang sekolah.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Sesuai perkiraannya baru saja ia sampai di kelas bunyi bel langsung terdengar. Valeria segera merapikan buku-bukunya dan bergegas pulang bersama dengan Sari sahabatnya.
"Mobil jemputan loe udah datang belum" ucap Sari.
"Ngak tahu" ucap Valeria.
Sampai di parkiran Valeria mengedarkan pandangannya dan tersenyum manis melihat sang kakak yang melambaikan tangan dari dalam mobil.
"Sari gue duluan ya kangmas gue udah datang"
"Hati-hati ya Val" ucap Sari sambil melambaikan tangannya.
Tak lama mobil ayah Sari juga sudah datang menjemputnya. Valeria yang melihat sahabatnya sudah di jemput tersenyum bahagia.
"Hay kangmas"
"Gimana sekolahnya dek?" tanya Bagas.
"Baik-baik aja kangmas seperti biasa" ucap Valeria sambil tersenyum manis.
"Baguslah kalau begitu"
Keduanya lalu bercerita di dalam mobil tentang kegiatan mereka seharian. Inilah yang paling di sukai oleh Bagas setiap hari mendengar cerita sang adik tentang kegiatannya.
~ Mansion Kusumo ~
Tak lama mobil mereka tiba di mansion, keduanya lalu bergegas keluar karena sangat cape. Saat masuk Bagas dan Valeria mencium tangan sang ibu yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Cepat ganti pakaian lalu turun buat makan siang" ucap Arinta dengan tegas.
"Baik bu" ucap keduanya dengan serentak.
Arinta lalu bangun mengambil hp dan tasnya untuk berangkat ke tempat arisan. Teman-temannya sudah menunggu kehadiran Arinta di salah satu restoran terkenal di sana.
Valeria yang keluar lebih dulu mengedarkan pandangannya ke seluruh mansion mencari sang ibu. Karena tak menemukan keberadaan sang ibu ia segera bertanya kepada kepala pelayan.
"Bi Susi dimana ibu?" tanya Valeria dengan lembut.
"Nyonya baru saja pergi arisan nona muda" ucap bi Susi kepala pelayan.
"Oh kalau begitu tolong siapkan makan siang untuk aku dan kangmas ya bi" pinta Valeria.
"Baik nona muda"
Bi Susi segera menyuruh pelayan untuk menyiapkan makan siang buat keduanya. Tak lama Bagas turun dari lantai dua dan bergabung bersama Valeria untuk makan siang.
Setelah makan siang keduanya memilih menonton tv di ruang keluarga. Valeria sangat senang karena bisa menghabiskan waktu dengan kakaknya selagi sang ibu dan ayah tidak berada di mansion.
~ Jakarta ~
Pesawat jet pribadi milik Budi baru saja mendarat di bandar udara Seokarno Hatta. Tak lama ia keluar dengan Dion asisten pribadinya dari dalam jet.
"Ke apartemen ja***g itu" ucap Budi dengan suara dingin.
"Baik tuan" ucap Dion.
Mereka lalu bergegas menuju ke apartemen milik Siska selingkuhan Budi. Sepanjang jalan Budi mengingat kembali 10 tahun yang lalu dimana saat itu pertama kali ia bertemu dengan Siska.
Ia yang saat itu tengah melakukan bisnis di Jakarta di ajak rekannya menghabiskan waktu di club merayakan kerja sama mereka. Saat itu Budi sangat mabuk dan hal itu digunakan Siska yang sudah mengincar Budi sedari masuk club.
Karena mabuk Budi mengira Siska adalah istrinya dan menghabiskan malam panas di hotel. Saat pagi barulah Budi sadar jika ternyata ia telah tidur dengan wanita lain.
Mulai saat itu Budi di ancam oleh Siska dan akan memberitahu perihal mereka kepada Arinta. Karena tak mau Arinta mengetahui akhirnya Budi memilih menjalin hubungan terlarang dengan Siska.
Meski begitu selama 10 tahun Budi tidak pernah menikah dengan Siska. Dan Budi hanya mengurus Siska dan Bianca hasil hubungan mereka dengan uang tanpa status apapun.
Tak lama mobil mereka sudah tiba di salah satu apartemen menengah di Jakarta Selatan. Budi segera naik ke dalam lift bersama dengan Dion menuju lantai 8.
Ting.......
Bunyi lift tanda sudah sampai di lantai 8, Budi lalu keluar dengan langkah tegap menuju kamar apartemen nomor 8003 yaitu apartemen Siska.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Setelah pintu di buka Budi segera masuk dan langsung di sambut teriakan dari Bianca. Budi menunduk dan memeluk Bianca yang berlari menuju ke arahnya.
"Ayah" ucap Bianca dengan senang.
"Halo putri ayah gimana kabarnya?" ucap Budi sambil tersenyum.
Dion yang mendengar tuannya berbicara lembut dengan anak selingkuhannya merasa bingung.
Pasalnya ia sangat tahu jika tuannya ini tidak terlalu suka dengan anak perempuan. Seketika Dion tersenyum getir karena tahu jika ini adalah salah satu siasat tuannya.
Entah apa yang akan di lakukan tuan nanti, batin Dion.
"Ayah kenapa baru datang jenguk Bianca" ucap Bianca.
"Ayah sibuk nak jadi baru bisa datang" ucap Budi sambil mengelus kepala sang anak.
"Apa ayah membawa hadiah untukku?" tanya Bianca dengan cepat.
"Pasti dong sayang" jawab Budi.
Dion segera memberikan paper bag yang di bawanya sedari tadi. Bianca yang menerima paper bag tersebut segera membukanya dengan penasaran, seketika ia tertawa bahagia karena mendapat boneka beruang berwarna pink.
"Wah bagus banget" ucap Bianca dengan senang.
"Kamu suka dengan hadiahnya" ucap Budi.
"Suka banget ayah terima kasih" ucap Bianca sambil mencium pipi Budi.
"Sama-sama sayang" ucap Budi.
Bianca lalu berlari menuju kamarnya untuk bermain dengan boneka terbarunya. Budi segera menyuruh Dion untuk menunggunya di hotel.
Tak lama Siska keluar dengan dres merah maron ketat yang menampilkan bentuk tubuhnya. Budi tersenyum melihat kedatangan Siska yang seakan mengodaya.
"Bi**h" gumam Budi dengan suara sangat pelan.
"Kamu sudah sampai sayang" ucap Siska sambil mengalungkan tangannya di leher Budi.
"Iya sayang" ucap Budi.
Siska lalu mencium b***r Budi dengan sangat rakus, Budi lalu membalas semua perlakuan Siska.
Sebentar lagi akan menjadi hari-hari terakhir kamu, batin Budi sambil tersenyum sinis dalam ciuman mereka.
"Aku sangat merindukanmu sayang" ucap Siska dengan suara mengoda.
"Aku juga sayang tapi ingat ada Bianca saat ini" ucap Budi sambil tersenyum manis.
"Aku tahu mas" ucap Siska.
Keduanya lalu menghabiskan waktu di apartemen Siska. Tak lama Bianca keluar dan mereka bertiga memilih untuk pergi ke pasar malam sesuai permintaan Bianca.
~ Mansion Kusumo ~
Arinta yang pulang sudah malam melihat suasana mansion sangat sepi. Sehabis arisan tadi Arinta segera pergi ke butik miliknya karena harus rapat dengan karyawannya untuk pameran pekan depan.
Tiba di kamar Arinta segera membersihkan tubuhnya dan menganti pakaiannya dengan baju tidur. Selesai Arinta lalu mengambil hpnya dan menghubungi sang suami. Pada dering ke empat barulah sang suami menjawab panggilannya.
"Halo sayang"
^^^"Kamu sudah tidur mas"^^^
"Belum sayang aku masih memeriksa beberapa berkas laporan" ucap Budi dari seberang.
^^^"Jangan sampai terlalu lelah sayang ingat jaga kesehatanmu mas"^^^
"Iya sayang makasih udah mengingatkan"
^^^"Itu kan tugas seorang istri mas"^^^
"Iya sayang"
^^^"Kamu berapa lama disana mas?" tanya Arinta.^^^
"3 hari lagi aku balik sayang"
^^^"Ya sudah sayang kamu hati-hati ya disana ingat makan dan jaga kesehatan suamiku"^^^
"Iya sayang"
^^^"Good night mas"^^^
"Good night too sayang"
Arinta segera mematikan panggilannya dan bergegas tidur. Tanpa dia tahu saat ini sang suami sedang bermadu kasih dengan selingkuhannya di Jakarta.
Hari berlalu dengan cepat dan tanpa terasa sudah 2 hari Budi meninggalkan Arinta di Solo. Seperti biasa Arinta pagi ini sedang sarapan bersama dengan kedua anaknya.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Karena hari ini adalah hari sabtu Valeria dan Bagas tidak bersekolah. Sekolah mereka hanya 5 hari beroperasi dan hari ke-6 itu adalah hari libur.
"Apa hari ini kamu ada les sayang?" tanya Arinta ke Bagas.
"Hari ini ada latihan basket aja bu buat lomba senin nanti" ucap Bagas.
"Ingat vitamin kamu" ucap Arinta.
"Iya bu" ucap Bagas.
"Valeria kamu ikut sama ibu ke butik sebentar" ucap Arinta.
"Tapi hari ini aku ada les piano bu" ucap Valeria.
Arinta baru ingat jika setiap hari sabtu anaknya itu ada les piano. Ia lalu berpikir untuk mengajak Valeria ke butik saja tidak menghadiri les karena ia akan menyuruh Valeria untuk menjadi model baju anak terbarunya.
"Nanti ibu minta ijin sama guru les piano kamu" ucap Arinta.
"Iya bu" ucap Valeria dengan pasrah.
Melihat sang adik yang seperti tidak mau mengikuti ibunya membuat Bagas menjadi kasihan.
"Bu nanti aku juga ke butik ya setelah latihan" ucap Bgas.
"Memangmya kamu latihan jam berapa" ucap Arinta.
"Jam 10:00 pagi bu" ucap Bagas.
"Baiklah" ucap Arinta.
Bagas tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata ke Valeria. Melihat hal tersebut seketika Valeria menjadi senang karena bisa di temani oleh kangmasnya.
Selesai sarapan mereka lalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tepat pukul 09:30 Bagas segera pergi ke tempat latihan di sekolahnya tanpa lupa memberi pesan ke Valeria.
Kangmas😍
"Tunggu kangmas ya dek jangan takut disana nanti"
Valeria tersenyum membaca pesan dari Bagas, melihat sang putri yang senyum-senyum membuat Arinta penasaran. Ia segera berdeham agar Valeria melihat kearahnya.
"Ibu mau ngomong sesuatu sama kamu" ucap Arinta dengan tegas.
"Iya bu"
"Selama ini ibu keras sama kamu agar ke depannya kamu bisa menjadi gadis yang kuat dan tidak lemah, kamu lihat sendiri kan bagaimana keluarga besar ibu mereka sangat suka mencari kesalahan kita dan ingin menjatuhkan kita tapi dengan sikap tegas, kita harus kuat untuk melawan semuanya" papar Arinta.
"Iya bu aku tahu"
"Dunia ini sangat keras dan kamu harus menjadi tangguh untuk melawan semuanya itu" ucap Arinta dengan suara tegas.
"Baik bu" ucap Valeria.
Keduanya lalu pergi ke butik milik Arinta, sepanjang jalan Valeria hanya menatap keluar jendela tidak berbicara apa pun. Arinta yang sibuk memilih desain untuk pamerannya tidak memperdulikan Valeria.
~ Arinta butik ~
Tiba di butik sang ibu Valeria melihat nama butik sang ibu yang tertera dengan jelas. Keduanya lalu di sambut oleh para karyawan yang bekerja di sana.
Valeria melihat deretan baju-baju rancangan sang ibu dari yang modern sampai tradisional. Bahkan ibunya memiliki pabrik sendiri untuk pembuatan semua baju rancangan mereka di butik.
"Bagaimana persiapannya" ucap Arinta.
"Semua sudah berjalan 75% nyonya" ucap Ana asisten Arinta.
"Kumpulkan semuanya kita meeting sekarang" ucap Arinta.
"Baik nyonya" ucap Ana.
Ana segera keluar dari ruangan Arinta untuk mengumpulkan semua karyawan butik. Valeria di suruh Arinta untuk memilih beberapa karya rancangannya yang menurutnya paling bagus.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Arinta lalu memulai meeting bersama dengan semua karyawannya untuk pameran pekan depan. Semuanya turut memberikan ide-ide dan konsep tentang pameran kali ini.
~ Jakarta Selatan ~
Saat ini Budi sedang berbicara hal penting dengan Dion asistennya. Siska dan Bianca yang sedang ke supermarket tak mengetahui dengan apa yang sedang direncanakan oleh Budi.
"Apa tuan" ucap Dion dengan kaget.
"Aku hanya perlu menyingkirkan ja***g itu sebelum merusak rumah tanggaku" ucap Budi dengan emosi.
"Tapi kenapa harus saya tuan" ucap Dion dengan tidak percaya.
"Karena kamu itu orang yang paling aku percaya" ucap Budi dengan tatapan tajam.
"Baiklah tuan saya akan membantu tuan" ucap Dion yang rela melakukan apapun untuk Budi demi membalas semua kebaikan Budi selama ini.
Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa terasa sudah malam hari. Budi dan Dion masih sibuk berkutat dengan berkas-berkas di atas meja.
Budi lalu memberikan isyarat kepada Dion untuk memulai rencana mereka. Saat melihat Siska pergi ke dalam kamar Bianca, Dion segera mencampur serbuk putih ke dalam minuman Siska.
Dion bergegas kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan kembali memeriksa berkas bersama Budi. Siska yang keluar dari kamar sang anak segera mengambil minumannya yang baru saja ia teguk sedikit tadi.
Budi tersenyum puas melihat Siska yang minum minuman tadi sampai habis. Setelah minum Siska lalu masuk ke dalam kamar meninggalkan Budi dan Dion.
"Bagaimana kameranya?" tanya Budi.
"Semua sudah terpasang tuan" ucap Dion sambil menunjuk kamera kecil di dekat tv.
"Good selanjutnya giliran kamu"
"Iya tuan"
Budi lalu bergegas masuk ke dalam kamar Bianca dan menguncinya. Lampu dapur sudah mati tinggal ruang tamu, Dion lalu melepaskan jasnya dan membuka kancing kemejanya semua.
Di dalam kamar Siska tidak bisa tidur karena merasa tubuhnya sangat panas. Ternyata obat yang diberikan oleh Budi dan Dion adalah obat perangsang dengan dosis tinggi.
"Dimana mas Budi?" tanya Siska dengan napas memburu.
"Tuan sedang keluar nona" ucap Dion.
Siska yang melihat perut kotak-kotak Dion menelan salivanya dengan kasar. Dion tersenyum licik melihat Siska yang berdiri dengan tidak tenang.
"Sepertinya obat itu sudah bekerja" gumam Dion dengan pelan.
Tak kuasa Siska lalu menghambur ke atas pangkuan Dion. Siska mencium Dion dengan cepat dan penuh napsu, Dion yang sudah terbakar napsu tak membuang kesempatan itu.
Keduanya lalu melakukan hubungan suami istri di dalam kamar Siska. Keesokan harinya Budi bangun dan melihat ternyata sudah pagi.
Saat keluar ia tersenyum sinis melihat pakaian Siska dan Dion yang berserakan di lantai. Budi lalu masuk ke dalam kamar dan melihat kedua orang di depannya yang tidur dengan tubuh polos.
"Jadi begini kelakuanmu ja***g" ucap Budi dengan suara tinggi.
Seketika Siska terbangun saat mendengar suara Budi. Saat bangun ia kaget melihat tubuhnya yang polos bersama Dion, Siska menelan salivanya dengan susah melihat wajah merah padam Budi di depannya.
"Mas ini ngak seperti yang kamu pikirkan" ucap Siska dengan panik.
Plak........plak.......
Bunyi dua tamparan bergema di dalam kamar. Siska tak menyangka akan mendapat tamparan seperti itu dari Budi orang yang sudah dicintainya.
"Mulai saat ini kita tidak ada hubungan apa-apa lagi ja***g" bentak Budi dengan suara tinggi.
❄❄❄❄❄
To be continue...............
Jangan lupa beri dukungan kalian lewat vote, like, dan komen yang sebanyak-banyaknya ya guys😘❤
🌻Apa yang kamu tabur itulah yang akan kamu tuai nantinya seperti hidupmu apa yang kamu lakukan di masa lalu akan kamu tuai di masa depan🌻
.
.
.
.
Dion bangun dengan santai tidak memperdulikan kedua orang yang sedang bersitegang. Siska menangis histeris mendengar ucapan Budi yang mengakhiri hubungan mereka.
"Tuan" ucap Dion sambil menunduk.
"Aku tunggu penjelasanmu Dion" bentak Budi dengan suara tinggi.
"Mas ini ngak seperti yang kamu pikirkan" ucap Siska sambil berdiri memakai selimut menutup tubuhnya menghampiri Budi.
"Diam kamu ja***g! Tidak ada yang perlu kamu jelaskan lagi" hardik Budi dengan suara tinggi.
Tak lama Bianca masuk sambil mengucek matanya karena terbangun saat mendengar teriakan sang ayah. Bianca berdiri dengan bingung melihat sang ibu yang duduk di lantai sambil menangis tersedu-sedu.
"Ibu kenapa?" tanya Bianca dengan raut wajah bingung.
"Sayang kamu masuk ke kamar ya" ucap Siska dengan lembut.
"Iya bu" ucap Bianca dengan patuh.
Budi hanya diam tidak memandang Bianca sedikit pun. Setelah Bianca sudah pergi Budi segera berjalan keluar dengan langkah panjang.
"Mas tunggu mas. Dengarin dulu penjelasanku mas" teriak Siska dengan suara kencang.
Budi tidak memperdulikan panggilan Siska hanya satu tujuannya yaitu segera pergi dari sana. Dion sendiri sudah memakai pakaiannya dan membereskan semua berkas perusahaan.
"Jika kamu pergi maka aku akan membongkar semuanya kepada istrimu" ancam Siska.
"Sudah berapa laki-laki yang menyentuhmu selama ini apa anak itu bukan darah dagingku juga?" tanya Budi sambil tersenyum sinis.
"Tarik kata-katamu mas!" teriak Siska dengan suara kencang.
"Cih! Kamu itu memang ja***g murahan" ucap Budi dengan sinis.
"Aku memang ja***g tapi Bianca adalah darah dagingmu sendiri mas" hardik Siska dengan suara tinggi.
"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi ja***g" ucap Budi sambil berlalu pergi.
Siska berteriak histeris karena Budi tidak menanggapinya. Siska segera memakai baju untuk mengejar Budi, tanpa mereka sadari ternyata Bianca dari tadi mendengar semua ucapan mereka dari balik pintu kamarnya.
"Hiks hiks...........ayah.......hiks.......ibu........hiks hiks" ucap Bianca sambil menangis.
Brak.............
Bianca yang mendengar suara pintu di banting segera berlari keluar. Ia melihat sekeliling dan tak mendapati kedua orang tuanya di dalam sana, Siska yang mengejar Budi tak lagi memikirkan keberadaan anaknya.
Budi dan Dion segera naik ke mobil saat mobil jemputan mereka sudah di bawah apartemen. Siska yang melihat mobil Budi sudah pergi berlari dengan cepat mengejar tapi naas mobil Budi sudah pergi.
Saat berlari mengejar mobil Budi di tengah jalan tanpa ia sadari ternyata ada truk yang melaju dengan kencang di belakangnya.
Brak...........
Seketika tubuh Siska terpental jauh karena tertabrak truk dengan kuat. Supir truk keluar dengan wajah panik karena menabrak seseorang.
Darah Siska mengalir dengan deras dari sekujur tubuhnya, Siska bergumam dengan suara lemah saat orang-orang datang melihatnya.
"Bia..nca maafk...an i...bu na...k" ucap Siska dengan suara terbata-bata sebelum menutup matanya.
"Tolong panggilkan ambulans" teriak seorang pria.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Saat ambulans datang tubuh Siska sudah kaku dan segera di masukan ke dalam mobil ambulans. Para polisi segera mencari tahu data diri Siska dan orang-orang terdekatnya.
Di dalam mobil Budi, ia membuang napas dengan kasar karena sudah menyingkirkan Siska. Tak lama handphone milik Dion berbunyi tanda ada panggilan masuk.
^^^"Halo"^^^
"Halo selamat pagi"
^^^"Ya selamat pagi"^^^
"Maaf apa ini betul dengan bapak Dion Suyono" ucap seorang pria dari seberang.
^^^"Ya betul saya sendiri. Maaf tapi ini dengan siapa"^^^
"Kami dari pihak kepolisian polres Kenciri ingin mengabarkan bahwa saudari Siska Angraini baru saja meninggal karena di tabrak truk"
^^^"Apa" ucap Dion dengan kaget.^^^
"Kami mohon kesediaan bapak Dion untuk segera mengurus jenazah korban"
^^^"Baik pak terima kasih atas informasinya"^^^
"Iya sama-sama pak Dion"
^^^"Iya pak"^^^
Dion lalu mematikan panggilan dan segera melihat ke belakang. Budi mengangkat alisnya sebelah melihat wajah Dion yang terlihat panik dengan bingung.
"Tuan kita harus ke rumah sakit sekarang" ucap Dion dengan gugup.
"Ada apa?" tanya Budi dengan bingung.
"Barusan pihak kepolisian mengabari jika nona Siska meninggal di tabrak truk tuan"
"Apa" ucap Budi dengan kaget.
Budi tak menyangka jika Siska akan pergi secepat itu, ia hanya ingin meninggalkan Siska tapi bukan dengan cara seperti ini.
Dion yang melihat tuannya hanya diam segera menyuruh sopir menuju ke rumah sakit terdekat di dekat apartemen Siska.
~ RM Hospital ~
Sampai di RM hospital Budi dan Dion segera turun dan masuk ke rumah sakit dengan langkah cepat, saat masuk Dion segera bertanya pada resepsionis.
"Permisi apa ada pasien yang bernama Siska Angraini yang baru saja di tabrak truk di sini" ucap Dion dengan cepat.
"Sebentar saya cek dulu ya pak" ucap sang resepsionis.
Resepsionis itu segera mengecek apa ada pasien tabrakan truk yang baru saja masuk. Setelah 5 menit resepsionis segera memberi tahu informasi tersebut kepada Dion.
"Pasien tabrakan truk atas nama ibu Siska Angraini saat ini berada di ruang mayat pak" ucap sang resepsionis.
"Baik terima kasih"
"Iya sama-sama pak"
Dion segera memberitahu Budi jika saat ini Siska berada di ruang mayat. Keduanya lalu pergi menuju ruang mayat di mana di depan ruang mayat ada dua orang polisi.
Ternyata salah satu polisi adalah orang yang menelpon Dion tadi. Setelah memberi keterangan Dion segera mengurus jenazah Siska untuk di makamkan.
Budi hanya berdiri menatap tubuh kaku Siska dengan tatapan datar tidak ada kesedihan sama sekali. Bianca yang mendengar sang ibu meninggal seketika menangis histeris sampai tubuh Siska di masukkan ke dalam tempat pembaringan terakhir.
"Siapkan semuanya malam ini juga kita kembali ke Solo" ucap Budi dengan suara tegas.
"Baik tuan tapi bagaimana dengan nona Bianca tuan?" tanya Dion.
"Apa dia betul darah dagingku?" tanya Budi dengan tatapan sinis.
"Betul tuan" ucap Dion yang sudah melakukan tes DNA sebelum itu.
"Hemmm! Bawa dia juga"
"Baik tuan"
Dion segera menelpon anak buahnya untuk menyiapkan keperluan mereka.
Apa yang harus aku jelaskan kepada Arinta nanti, batin Budi.
~ Adi Soemarmo International Airpot ~
Waktu berlalu dengan cepat dan tak terasa sudah jam 20:10 waktu setempat. 1 jam 10 menit perjalanan dari Jakarta ke Solo tidak membuat Budi kelelahan.
Saat ini ia hanya memikirkan bagaimana caranya untuk memberitahu hal ini kepada sang istri. Dion dengan segera membukakan pintu untuk Budi dan Bianca.
"Pergi ke mansion" titah Budi.
"Baik tuan" ucap Dion.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Selama perjalanan menuju mansion Bianca hanya diam saja. Budi sendiri tidak perduli dengan Bianca karena ia hanya memikirkan Bagas, Valeria dan juga sang istri.
~ Mansion Kusumo ~
Tak lama mobil mereka sudah memasuki pelataran mansion Kusumo. Bianca yang baru kali ini melihat mansion seketika berdecak kagum.
"Ayah ini dimana?" tanya Bianca dengan antusias.
"Jangan bicara cukup kamu diam saja" bentak Budi dengan suara tinggi.
Bianca seketika kaget karena tak pernah mendapat bentakan dari sang ayah. Budi lalu keluar dengan langkah tegap melangkah masuk ke dalam mansion dengan pikiran berkecamuk.
"Selamat datang tuan" ucap bi Susi menyambut Budi.
"Dimana istri dan anak-anakku" ucap Budi.
"Nyonya, tuan muda, dan nona muda sedang menonton di ruang keluarga tuan"
Budi segera melangkah masuk ke dalam menuju ruang keluarga. Sampai di dalam seketika Bagas segera melompat dari sofa melihat ayahnya sudah pulang.
"Ayah" seru Bagas dengan senang.
"Hai jagoan ayah" ucap Bagas dengan senyum manis.
"Mas kamu sudah pulang" ucap Arinta dengan senyum manis.
"Iya sayang" ucap Budi sambil memeluk Arinta.
"Ayah itu siapa?" tanya Valeria sambil menunjuk Bianca.
Seketika pandangan Arinta dan Bagas langsung tertuju kepada Bianca yang berada di samping Dion. Arinta melihat suaminya dengan tatapan tajam meminta penjelasan.
"Sayang ikut aku ke kamar ada yang mau aku sampaikan" ucap Budi.
Arinta segera berlalu masuk ke kamar mereka di dekat ruang keluarga. Bagas dan Valeria melihat Bianca dengan tatapan datar, Bianca yang melihat kedua tatapan di depannya seketika menjadi takut.
"Siapa dia om Dion?" tanya Bagas.
"Nanti tuan besar akan memberitahu siapa dia tuan muda" ucap Dion.
"Hai nama kamu siapa?" tanya Valeria dengan senyum manis.
"B...ian....ca" ucap Bianca dengan gugup.
Baru saja Valeria ingin mengajaknya duduk seketika bunyi benda jatuh terdengar dari kamar orang tua mereka. Bagas menarik Valeria untuk duduk di sofa karena ia yakin kedua orang tuanya sedang bertengkar.
"Apa kamu bilang mas kamu tega ya sama aku!" bentak Arinta dengan suara tinggi.
"Aku khilaf sayang aku minta maaf" ucap Budi sambil memeluk tubuh sang istri.
Arinta menangis dan memukul tubuh Budi dengan brutal. Budi hanya pasrah saja karena memang ini semua kesalahannya.
"Dimana pel***r itu" teriak Arinta dengan suara tinggi.
"Dia sudah mati tadi pagi"
Arinta kaget mendengar perkataan suaminya, Budi lalu menceritakan semua kronologisnya kepada Arinta dari awal sampai akhir tanpa ada satu pun yang disembunyikan.
"Aku kecewa sama kamu mas.........hiks hiks" ucap Arinta sambil menangis.
"Aku minta maaf sayang aku sangat menyesal.......hiks hiks hiks" ucap Budi juga ikut menangis.
Hanya di depan Arinta saja Budi akan menunjukkan kelemahannya. Arinta diam tidak mengubris permintaan maaf suaminya, ia sendiri sangat kecewa dan marah dengan perbuatan suaminya itu.
"Lalu kenapa kamu bawa anak sialan itu kesini"
"Aku tidak tahu harus bagaimana Arinta dia juga darah dagingku"
"Apa kamu pikir kedua anakmu akan suka dengan hal ini Budi Kusumo!" hardik Arinta dengan suara tinggi.
Deg..........
Seketika tubuh Budi menegang mendengar perkataan Arinta. Ia sangat tahu jika Bagas memiliki sifat yang keras kepala seperti dirinya dan tidak menyukai orang lain selain keluarganya sendiri, berbeda dengan Valeria yang memiliki sifat terbalik dengan Bagas.
"Hiks hiks......Aku benci.......hiks......sama kamu mas..........hiks" ucap Arinta dengan derai air mata.
Arinta segera pergi keluar karena sangat sakit hati dengan suaminya. Budi terduduk lemah di atas ranjang sambil menjambak rambutnya.
Kamar mereka yang tadinya rapi sudah seperti kapal pecah karena semua barang di banting oleh Arinta. Saat keluar Arinta melihat Bianca dengan tatapan benci.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
"Ibu" ucap Valeria dengan khawatir melihat wajah sang ibu yang sembab.
Arinta tersenyum melihat putrinya yang mengkhawatirkan dirinya.
Meski kamu sering kali mendapat bentakan dan kata-kata kasar dari ibu tapi kamu tetap mengkhawatirkan ibu nak, batin Arinta.
"Bagas, Valeria ayok ikut ibu" ajak Arinta dengan suara tegas.
"Baik bu" ucap keduanya dengan serentak.
Baru saja mereka tiba di depan pintu mansion seketika tubuh Arinta melayang karena di gendong seperti karung beras oleh Budi. Arinta berteriak minta diturunkan tapi tidak digubris sama sekali oleh Budi.
"Bagas Valeria ikut ayah ke atas" ucap Budi dengan suara tegas.
Keduanya hanya mengangguk dan mengikuti perintah sang ayah. Bianca yang melihat sang ayah tidak seperti biasa duduk dengan diam tidak berbicara satu kata pun.
"Turunkan aku mas kamu apa-apaan sih" ucap Arinta dengan suara tinggi.
Tak perduli dengan kata-kata sang istri Budi terus membopong tubuh sang istri di pundak. Sampai di lantai dua keempatnya segera masuk ke dalam ruang kerja Budi.
Prang.............prang...........prang............
Bunyi benda pecah terdengar di dalam sana. Arinta melempar vas bunga ke arah Budi beruntung bisa dihindari oleh Budi dengan cepat.
"Tenangin diri kamu Arinta" ucap Budi dengan suara tinggi.
"Ini semua karena kamu mas" teriak Arinta tak kalah tinggi.
"Ada anak-anak sayang" ucap Budi dengan suara kembali lembut.
"Biar mereka tahu kelakuan ayah mereka seperti apa di luar sana" ucap Arinta dengan tatapan tajam.
"Ayah ibu cukup" teriak Bagas dengan suara tinggi.
Keduanya seketika diam dan tak mengucapkan satu kata pun. Arinta yang melihat Valeria menangis dalam diam segera memeluk sang anak, biar bagaimanapun Valeria masih sangat kecil dan tidak seharusnya melihat kejadian barusan.
"Kamu tenang ya sayang jadi anak perempuan harus kuat" ucap Arinta dengan suara lembut.
"Udah jangan nangis lagi ya dek" ucap Bagas sambil mengelap air mata sang adik.
Budi yang melihat putrinya menangis seketika hatinya menjadi sakit. Ia yang biasanya memiliki ego sangat tinggi malam itu melepas semuanya dan memeluk ketiga orang yang di cintainya dengan erat.
Ketiganya kaget karena baru kali ini mereka melihat seorang Budi Kusumo melakukan hal seperti ini. Keempatnya menangis dalam pelukan tersebut, setelah agak mendingan mereka semua lalu duduk di sofa dengan diam.
"Ada yang mau ayah sampaikan" ucap Budi.
"Ada apa ayah?" tanya Bagas.
"Gadis di bawah adalah saudara tiri kalian" ucap Budi.
Deg.........deg.........
Jantung Valeria dan Bagas berdetak dengan cepat mendengar penuturan sang ayah. Bagas yang tahu maksud sang ayah segera berdiri dari duduknya.
"Bagas" ucap Budi.
"Tega ayah lakuin itu sama ibu. Selama ini aku selalu mengidolakan ayah sebagai orang yang paling aku banggain tapi ayah tega lakuin itu pada ibu, aku, dan Valeria" ucap Bagas dengan suara tinggi.
"Maafin ayah nak ayah salah. Ayah minta maaf" ucap Budi dengan memohon.
"Aku kecewa sama ayah dan sampai mati adik aku hanya Valeria saja!" teriak Bagas dengan suara tegas.
Bagas segera keluar dan membanting pintu dengan kuat. Semua orang kaget melihat hal tersebut karena baru kali ini Bagas menunjukkan amarahnya di dalam mansion.
"Kamu lihat sendiri kan mas........hiks hiks........ini semua akibat perbuatanmu" ucap Arinta sambil menangis.
"Valeria maafin ayah" ucap Budi sambil melihat putrinya.
...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...
Valeria menangis melihat tatapan sang ayah, hatinya sakit mendengar ucapan Budi tadi yang telah menyakiti hati mereka bertiga.
Tak tahu harus berkata apa Valeria memeluk Arinta dengan erat sambil menangis histeria. Hari ini Valeria tidak menjadi anak yang kuat dan tegas tapi hanya anak kecil yang berumur 10 tahun.
"Beri kami waktu mas karena ini bukan masalah sepele" ucap Arinta dengan tatapan kecewa.
Arinta keluar sambil memeluk sang anak menuju kamar Bagas. Malam ini ia akan tidur bersama dengan kedua anaknya untuk berbicara serius dengan keduanya, biar bagaimana pun Budi masih tetap ayah dan suami mereka.
Budi melihat kepergian istri dan anak-anaknya dengan sedih. Baru kali ini ia merasa sedih sudah mengecewakan keluarganya karena perbuatannya.
"Maafin aku Arinta aku bukan suami dan ayah yang baik untuk kalian" ucap Budi dengan sedih.
Dion yang mendengar ucapan sang tuan dari depan pintu mengurungkan niatnya untuk masuk. Ia memberikan waktu kepada sang tuan untuk menenangkan diri karena ia tahu sang tuan sangat mencintai istri dan anak-anaknya.
"Bi tolong bawa nona Bianca ke kamar tamu" ucap Dion.
"Baik tuan Dion" ucap bi Susi.
Bi Susi lalu membawa Bianca menuju kamar tamu, sampai di dalam kamar bi Susi lalu memberitahu letak kamar mandi dan juga lemari pakaian kepada Bianca.
Bianca yang sangat sedih hari ini seketika menangis di atas tempat tidur. Kepergian sang ibu yang sangat mendadak dan sifat sang ayah yang tiba-tiba berubah membuatnya menjadi sedih.
"Ibu..........hiks hiks........kenapa harus ningalin Bianca........hiks" ucap Bianca sambil menangis.
Meski baru umur 10 tahun tapi ia sudah tahu mengenai permasalahan yang barusan terjadi. Lebih tepatnya ia tak menyangka jika sang ibu adalah wanita ketiga dalam rumah tangga sang ayah.
❄❄❄❄❄
To be continue..............
Jangan lupa beri dukungan kalian lewat vote, like, dan komen yang sebanyak-banyaknya guys😘❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!