NovelToon NovelToon

Badgirl Vs Ketos

#1. Gabriel

Nama gue Gabriellea Surya Ananda, akrab dipanggil Briel, punya banyak fans dan haters tapi semua gue kacangin. Kenawhy? Karena ladenin mereka kayak bicara sama onta kutub, alias gak guna!

Bagi gue buat onar dan guru marah udah jadi makanan sehari-hari, apalagi maen keroyokan. Macam setrika gue mondar-mandir BK. Gue aja malu dilihatin para cicak sampe diketawain gue.

"Ckckckck."

Cicak gak ngotax.

Gue punya banyak cara ngebuat orang gedor-gedor kepala di pintu apalagi bertingkah kayak orang bengek. Pas kelas 2 SMP gue ketiduran di kelas, karena ketahuan sama guru Fisika gue terpaksa "kesurupan darurat".

"Akulah Dewa Kematian yang akan membantai kalian semua wahai manusia primitif!! wuahahahha!" gue teriak gitu sambil nahan ngakak setengah mati. Gimana enggak? Gurunya masang muka kayak monyet kesetrum colokan nasi. Mungkin mereka bingung ini anak kesambet dedemit mana sih, apa otaknya hasil buy one get one? Entahlah, emak bilang pas lahiran dulu tali pusar sama otak gue sama-sama dipotong. Biarin! Wuahahahha!

Karena kebanyakan nonton film horror, action dan anime setiap hari gue ngulang kejadian di film, kayak adegan pura-pura dikejar setan. Bukan setan yang ngejar, ayam potong malah yang ngejar gue karena dikasih makan sodaranya sendiri, Ayam kampung.

Pernah waktu malam Jum'at gue menyamar menjadi Valak lalu bersembunyi di belakang cermin kamar orangtua gue. Waktu Papa bercermin gue ngejar dia sampe Papa gak pulang ke rumah selama 2 minggu.

Gue gak suka diatur, brutal dan nyeleneh. Banyak yang bilang gue ini kayak mafia mabok balsem. Heh! Gue kaga suka balsem kaleee! Lu kata gue nenek-nenek ape kena balsem dikit langsung luemes!

Lebih lagi gue suka bawa esmosi bukan, emosi mulu kalo ketemu muka-muka yang gak gue suka. Apalagi yang mukanya songong, mesti gue geprak sama terong.

Papa dan Bunda gak pernah mengatur kehidupan gue, karena sibuk dengan bisnis masing-masing. Mau jadi apapun bukan urusan mereka karena harta mereka udah lebih dari cukup untuk tujuh turunan.

Lagian gue sadar, mereka udah lelah mengurus anak aneh macam gue yang bandel asli dari orok sampai dulu bahkan gue pernah terjatuh dari tangga. Otak gue geser dan jenong dan berakhir ke ************, gue berdarah tapi gak menangis, justru gue bakal menangis kalau ayam gue dipotong.

Yap, gue suka pelihara ayam dan parahnya gue cinta sama ayam gue seorang, sampe-sampe ayam aja gue keramasin pake Pantene supaya kinclong. Ayam gue duta shampo lain, gaul gak tuh?

Kerjaan gue cuma melamun tidur, nonton, dan makan. Kehidupan sangat biasa dan membosankan. Di rumahpun gue selalu sendiri main game, menonton atau kalau udah bosan gue bakal bergabung dengan geng yang merupakan kumpulan pemberontak dan troublemaker.

Satu hal penting, gue punya cita-cita menjadi menjadi manusia normal dengan kehidupan membosankan.

Tapi seseorang yang baru gue kenal dan paling gue benci mukanya datang tanpa gue doa.

Elang Geraldy Rifaldo

Dengar namanya aja udah membuat kuping gue kayak kebakar spirtus, gara-gara dia gue harus nanggung malu di hari pertama masuk sekolah.

****

Hari pertama masuk sekolah emang jadi penentu masa SMA gue di sana, karena di hari pertama masuk gue bakal membuat banyak suprise supaya gue famous. Ya gitulah kawan cara jadi selebriti, seperti yang gue katakan di awal kalau gue punya banyak fans dan haters.

Waktu lagi jalan tralala trilili eh, gue malah disamperin terus dibentak.

"Mau pergi sekolah atau ke acara lawak hah? pake baju panjang sebelah, gak pake dasi, sepatu beda warna," bentaknya dengan mata tajam serta muka dingin membuat semua murid menatap ngeri ke arah gue, seakan bilang,

"Jadi dadar gulung lo kalau berani nyaut!"

Gue penasaran, itu anak saposeh? Bicara kayak bon cabe dicampur balsem geliga, sumpah pedes banget.

Jelas gue gak mau diam aja.

"Emang situ siapa teriak-teriak kaya emak-emak kompleks?" balas gue sengit. Cowok itu menarik sedikit bibirnya, persis kek boneka chucky dapat jackpot. Bawaannya pengen sleding gitu kalo nemu anak beginian.

Gue menghembuskan nafas kasar, gimana cara gue lepas dari si cowok tiang ini? Gue pura-pura kesurupan aja apa? Kalo ketahuan malu dong. Nanti belum lagi gue sekolah sehari di sini malah dapat julukan;

'Cewek bengek awards 2018'

________

Author's Pov

Melihat pertengkaran yang terjadi, seorang cowok bernama Rafael Ariesta Dirga mendekat dengan gaya sok cool membuat para siswi memekik hebat karena ketampanan dan babyface yang dia miliki.

"Gue ketua osis di sini, emang sejak kapan gue ngundang cicak gepeng macam lo ke sekolah gue?"

"Cantik gini dibilang cicak gepeng? mata dia kemasukan cebong kali," batin Rafael mendekat lalu memegang bahu Elang bermaksud agar ia memaafkan cewek tersebut.

"Ketua Osis bukan berarti lo bisa atur gue," kata Gabriel membuat Elang menautkan kedua alisnya, marah.

Kali ini Rafael mengerjap heran, gadis di hadapannya ini benar-benar berani membantah manusia macan, eh ralat manusia macam Elang. Karena Rafael tahu, perintah Elang sama sekali tidak boleh disangkal.

"Siapa nama lo? "tanya Elang dengan wajah tegas.

"Gabriellea Surya Ananda. Kenapa?"

"Hm... Anaconda, lo hari ini di-skors karena melawan aturan sekolah. Jadi silahkan pulang sekalian belajar cara pakai seragam."

Gabriel terngangak. What?? Masa hari pertama sekolah dia langsung kena skors? Gewla man malu-maluin emak di rumah aja nih!

"Elang, lo gak boleh gitu sama dia kan kesian dia pulang naek apa. Naek odong-odong? lu kira balita?" Rafael terus berniat membela gadis tersebut namun Elang sudah menyuruh satpam menjalankan tugasnya.

Elang membalikkan badannya seraya kembali ke kelas sedangkan satpam menarik paksa Gabriel agar keluar dari gerbang sekolah.

"What the heck... Oi setan gue bukan Anaconda!!" teriak Gabriel tak terima diseret-seret satpam dan ditonton banyak orang, harga dirinya jatuh dalam sekejap mata.

oleh cowok dingin bermata elang itu.

"Lepasin atau gue gigit?" ancamnya pada satpam dengan mata melotot.

"Klo digigit sama eneng saya gak keberatan, asal jangan digigit mas Elang..." balas satpam dengan ekspresi ngeri saat menyebut kata Elang.

Mata coklat terang itu mendelik pada lelaki yang menjauh membelakanginya disertai kerumunan yang bubar karena bel sudah berbunyi pertanda pelajaran akan dimulai.

"Hari ni lo menang, besok gue yang menang," batinnya menatap punggung Elang dari kejauhan.

Ia memutar otak untuk membalas orang tersebut.

Tunggu, kayaknya gue pernah lihat nih curut satu... Tapi di mana ya?

Tiba-tiba tersirat ide cemerlang di otak usilnya untuk membalas cowok sialan itu. Yaps, sudah dipastikan!

Besok hari pembalasan.

Tersenyum riang, Gabriel menepis tangan satpam yang sedang menariknya lalu berlarian ke tempat parkir tanpa lupa menabrak tiang.

Ia pulang ke rumah untuk menyiapkan serangan balasan besok.

****

#2. Elang

Nama gue Elang Geraldy Rifaldo, gak peduli dengan semua tanggapan manusia tentang gue. Apapun itu, gue termasuk orang yang disegani di sekolah, karena apa? Karena Papa gue Kepala Sekolah SMA Bina Bangsa. Dan yang paling gue gak suka adalah pemaksaan.

Gue gak suka kebebasan gue diganggu, tapi  lelaki tua sialan itu membuat gue benar-benar harus menurut kayak kacung. Salah satu bentuk pemaksaannya adalah dengan diri gue menjadi Ketua Osis, itu bukan kemauan gue. Apalagi harus jadi murid pintar kayak kemauan dia.

Bahkan anak dari istri barunya, Refan. Dia gak dipaksa apa-apa, malahan hidup bahagia tanpa pemaksaan. Ibu kandung gue udah meninggal, 2 tahun yang lalu gantung diri karena lelaki sialan itu. Gak ada satupun sisi baik yang gue lihat dari dia. Cuma kata 'brengsek' yang pantas.

Gue gak begitu suka dengan yang namanya perempuan, pengecualian buat Mama gue. Tentunya dengan banyak alasan untuk hal itu. Itu bukan hal yang harus dijelasin sekarang.

Satu pemaksaan lagi yang membuat gue makin terkekang adalah perusahaannya yang nanti bakal sepenuhnya diserahkan ke gue. Sedangkan Refan? Hidup sesuai kemauan dia bahkan semuanya dikasih. Gue? Belajar mati-matian, ikut ekskul ini itu ditambah lagi dengan les sialan. Rasanya hidup gue kayak ada di tangan Papa, jadi boneka sesuai kemauan dia. Mungkin bagi orang lain hidup gue sempurna, justru yang gue rasakan gak sesempurna itu.

Kadang gue sering risih melihat para cewek kekurangan belaian yang ngacir sana-sini pas gue lewat. Apa segitunya, kah? Menjijikkan. Kasar? Memang.

Gue gak akan pernah berurusan lagi dengan cewek seperti yang terakhir kali gue rasain, dulu.

Dari pengalaman gue belajar, kayak sebuah vas kaca, retak lalu disatukan lagi. Pada akhirnya bakal retak kembali. Itulah hati.

Bukannya lebih baik membekukannya saja dari pada retak lagi?

Beban hidup membuat gue stress berat, gue cuma hidup kayak manusia biasa, hidup untuk mati. Tanpa ada hal yang membuat bahagia. Semesta terlalu membosankan buat diajak bicara, saat gue berharap bahagia yang ada malah sebaliknya. Semesta selalu memberikan pilihan. Memilih itu bukan hal sulit, tapi menjalaninya butuh rasa sakit.

Sejak kenal dengan Nauval gue mulai terhibur, apapun yang dilakuin semuanya menyenangkan. Keluarga, teman dan kehidupan dia jauh beda dengan gue. Dia sempat ngenalin dunia anime dan itu menjadi alternatif buat meredakan stress berat yang gue alami. Yah... sejak bertemu Nauval hidup gue jauh lebih menyenangkan.

Di sisi lain gue mempunyai tugas penting selama menjadi Ketua OSIS yaitu memastikan semua orang patuh dengan aturan sekolah. Tapi hari ini gue mendapat sebuah kesialan, seorang cewek primitif dengan tampang sok jagoan mulai mengusik segalanya.

Ck.

"Gara-gara si cicak kabel headset gue putus. besok mau gue apain yah dia?" Pikir gue sambil tersenyum iblis. Gue punya banyak siasat buat bikin dia malu, lebih dari yang gue lakuin tadi siang.

Gue menggeleng menepis semua akal unfaedah tadi, yakali gue ngutilin gembel? Apa haji Rhoma Irama ntar?

"Bisa rusak image gue kalo ngutilin gembel kaya dia." gue mengangguk sambil ketawa sinis.

"APA!! BANG ELANG UDAH ADA CIMEWEW NIH??? CIYEEEEE," teriak Refan tiba-tiba berdiri di depan pintu dengan wajah jahil persis kek bebek perosotan, sialan.

"Beneran tuh bang? " sahut ibu tiri gue di dapur.

"Yah enggaklah, siapa juga yang mau sama gembel," tukas gue marah.

"Addaawww... Gembel gembel ntar suka," goda Refan dengan wajah minta ditonjok.

"..."

Mata gue beralih ke layar monitor memainkan game tanpa melirik Refan yang udah cekikikan di sana.

Sumpah, kalau bukan adek udah gue lelepin dia di got tetangga.

__________

Pagi harinya gue buru-buru ke sekolah tanpa pamit ke Papa, masuk ke kelas sekedar menaruh tas lalu ke pintu gerbang, sesekali menegur siswa tengik yang pake baju panjang sebelah.

15 menit...

Sial! Gue ngapain di sini sih?

Gue menatap jam tangan dengan gusar, sebentar lagi pelajaran Buk Siska bakal dimulai.

________

Author's Pov

Tanpa sepengetahuan Elang, Rafael menguntiti dari balik tembok sambil tertawa cekikikan. Tertawaannya itu mengundang tatapan penuh memuja dari kalangan para kaum hawa, jadi tak heran kadang mereka memekik saking gemesnya dengan wajah baby face itu.

"Si abang Elang udah gede rupanye wkwkwk," batin Rafael sambil megangin perutnya, para gadis yang melihatnya langsung pingsan di tempat.

"Oh my day..." ucap salah satu gadis tersebut mengangkat tangan ke atas seolah ia akan mati di sana.

"Seuh, we kagak peduli yeee... baebae." Rafael lari ke kelas berniat mengabari ketiga temannya.

Sudah 15 menit dia berdiri di depan gerbang tapi orang yang ditunggunya itu belum datang juga.

"Wtf?!! Sejak kapan gue mau nungguin gembel kaya dia," batin Elang berniat kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi. Mendadak ia dikagetkan oleh seseorang.

"Nungguin gue lo? kangen yah? Wuahaha!" cetus Gabriel berkacak pinggang tepat di depan Elang.

"Heh, siapa mau nungguin Anaconda bulukan macam lo?" sanggah Elang dengan wajah dingin.

"Ananda wak, bukan Anaconda. Telinga lo kemasukan *** ayam sampe tuli kaya gitu?"

"....." Elang berjalan mendahuluinya tanpa basa-basi.

Sedangkan Gabriel tersenyum lebar melihat Elang. Sebentar lagi ia akan mendapat kejutan luar biasa.

Elang berjalan melewati koridor sekolah hingga langkahnya terhenti saat melihat orang-orang sibuk melihat papan mading.

Penasaran, Elang mendekat lalu melihat sebuah bencana di sana.

"Kenapa gambar gue ada di mading!?" batinnya berteriak seakan tubuhnya mati rasa.

Elang memang suka menggambar anime khususnya karakter kesukaannya tapi dia tidak pernah menyangka gambarnya akan terpampang jelas dan terdapat tulisan;

'buatan kak Elang lho...bagus gak? muehehehe'

Sudah ditebak, pasti Gabriel yang melakukan itu. Tangan Elang mengepal bersiap untuk mencari orang yang menempel gambarnya di mading.

Tapi tanpa dicari pun Gabriel sudah berdiri di belakang dan kembali mengejeknya.

"Kuy dilihat!!! Gambar kak Elang bagus banget! Ada cewek pake kutang barendo!" teriak Gabriel keras membuat kerumunan cowok mendatangi mading.

Elang hanya mematung, antara mau marah dan malu mungkin mukanya sudah kotak, yang jelas dia tiba-tiba ingin memakan kepala anaconda sialan itu sekarang juga.

Tanpa pikir panjang, Elang mencopot gambarnya lalu mengusir orang yang sibuk ingin melihat gambarnya.

Saat semuanya sudah bubar, Gabriel berkacak pinggang dengan wajah merdeka. Namanya juga rakyat +62 jadi memerlukan kemerdekaan seperti manusia tak berotak macam Gabriel. Apalagi saat dilihat wajah Elang berubah menjadi mode zombie membuatnya tertawa terpingkal-pingkal.

"Kita seri oke," ucap Gabriel berlari menuju kelas sambil menertawakan keadaan Elang yang mengeneskan ralat mengenaskan.

"Gabriel ya? Kita lihat siapa yang sebentar lagi ketawa," ucap Elang sangat pelan namun pasti.

Elang akan membuat mulut Gabriel bungkam setelah menertawainya.

****

#3. Seri

"Hari ini lo menang, besok gue yang menang,"  batin Gabriel saat diseret-seret oleh satpam sekolah.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, sesaat dia teringat sesuatu yang akan menjadi rencana jahatnya untuk membalas Elang. Senyum iblis terbit dari kedua sudut bibirnya, membuat pak satpam yang tadinya nyantuy kaya orang lagi ngopi tiba-tiba panas dingin.

Dengan penuh semangat Gabriel menepis tangan satpam lari menuju parkiran menabrak tiang dulu baru pulang ke rumah.

×××

Jam 2 siang Gabriel melajukan motor ke cafee milik bundanya karena ada sesuatu yang dia tunggu di sana. Ia melongokkan kepalanya ke sana kemari dengan wajah awas, topi hitam bertuliskan 'am a badgirl' menutupi mata coklat terang miliknya. Saat sedang mencoba jadi mata-mata cewek itu tersentak kaget ketika seorang wanita cantik yang terlihat berkharisma menghampirinya. wajah mereka sangat mirip, hanya saja warna mata Gabriel sangat cerah.

"Tumben ke cafee? Ada apa ?" tanya Vanessa sembari meminum teh.

"Gak ada papa, by the way bunda punya wig?" Gabriel bertanya begitu antusias membuat Vanessa–Mamanya, mengernyit heran.

"Kamu kira bunda apaan pake-pake wig? memangnya buat apa?"

"Temen lagi ulang tahun..." sahut Gabriel keluar kafe untuk membeli wig.

"Sejak kapan Gabriel punya teman?" batin Vanessa bingung melihat tingkah laku anak tunggalnya.

×××

"Ini dia pembalasannya," desis Gabriel kini sudah memakai wig menatap dari luar cafe yang terbuat dari kaca lalu tersenyum bengis saat melihat Elang bersama teman-temannya sedang berkumpul di sana.

Mereka datang ke kafe tiga hari sekali dan belakangan ia sering melihat Elang bersama temannya berkumpul di cafe bundanya sambil tertawa. Hal itu membuat makin banyak pengunjung yang datang untuk mencuci mata melihat kumpulan cogan berkumpul di sana.

Gabriel sendiri setiap hari datang ke sana untuk membunuh rasa suntuknya di rumah. Mungkin cita-citanya menjalani hidup membosankan memang gak seru. Besok dia cari cita-cita lain aja, jadi kang panjat tiang aja kali.

Paling tidak Gabriel tahu bahwa mereka sering membicarakan anime dan waifu yang pastinya akan menjadi celah agar dia bisa membalas dendam kesumatnya yang sedang menggebu-gebu saat ini.

Entah apa yang mereka bicarakan di sana tapi Gabriel tidak peduli. Dia berjalan memasuki kafe berpura-pura sedang memainkan ponsel sambil menunduk memegang topi. Ia memilih untuk duduk persis di belakang Elang.

"Kaori cakep-cakep qoid juga ujungnya, tau gitu mendingan Lauren aja jadi waifu gue..." sahut salah satu di antara mereka yaitu Daniel. Mukanya memang tampan tapi alaynya warbiasah, suka buat snapchat alay dan kata-kata galau. Dia sendiri ragu apakah dia cowok? Entahlah hanya Tuhan yang tahu.

"*****, lu homo ya?!" tanya Rafael curiga.

"Kagak gue Daniel, ****... Gue ganti waifu ajalah jadi Rem ehehe."

"Bener tuh mendingan Rem cakep, imut, ba..."

"*******, bilang apa lo?" potong Elang saat Nauval menyebut Rem.

"Halah Rem tuh gak real mending sama gue Lang," ucap Kiki yang memiliki gelar 'pecinta batang'.

You knowlah...

"Bener tuh Lang, Rem gak real... Mendingan lo sama nih hah kembarannya, Ram wkwkwk." Daniel tergelak membayangkan Kiki memakai kutang dan baju maid.

"Lo pake kutang sama baju maid, gak mirip sama Ram jatohnya kayak mimi peri hahah!" Rafael turut ambil bagian menertawai Kiki.

"Kiki peri njay." Nauval menatap ke belakang Elang mendapati waifunya di sana, Kaori.

"Astaga dragonball, itu waifu gue!!?" nafas Nauval tersenggal-senggal melihat cewek yang membelakanginya berambut pirang dan memakai seragam sekolah, sangat mirip dengan Kaori.

"Ya Allah jauhkan hamba dari orang-orang ganjil!!" batin Gabriel menjerit. Bisa-bisa rencananya gagal kalau Elang dan Rafael melihat wajahnya.

"Udah gak usah gangguin anak orang, ntar kalo dia balik badan rupanya dugong dadakan abis lo."

Ucapan Rafael membuat Nauval manyun.

"Kalo cakep punya gue," bisiknya ke Rafael jahil.

"Oh iya Elang, request gambar Rem gue mana?" sahut Nauval dengan muka songong-songong anjay.

"Nih." Elang mengeluarkan gambar waifunya dengan berat hati karena kalah main game maka hukumannya menuruti permintaan Nauval.

"Jangan lo mesumin," komentar Elang lagi dengan wajah dinginnya.

"Yaelah, kertas doang.. Hehe cakep banget waifu lo..."

Kiki, Rafael, Nauval, dan Daniel berkerumun melihat gambar Elang dengan wajah mesum mirip ikan kerapu, wajah-wajah minta ditampol pantat kuali.

"Punyaku... Punyaku... Punyaku," ucap mereka bersamaan menatap Elang yang mulai panas telinganya.

"Gue pulang." Elang bangun dari kursi, ada satu hal lagi membuatnya semakin ingin menendang bokong teman-temannya.

"Lo yang bayar Lang!!" teriak Daniel mengejek.

"Gue juga pulanglah... Takut diculik om-om kalau malem," kata Kiki rempong bergegas menyusuli Elang. kalo om-om denger omongannya mungkin mereka bakal jawab; "Dicuri sama malaikat Ijroil sono lu!"

"Yok pulang Niel, biarin si Nauval bareng buah jantung pisangnya wkkwkw."

Rafael dan Daniel ikutan pergi meninggalkan Nauval dan Gabriel yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Waktunya melancarkan aksi, Gabriel bangun dari kursi hendak ke kasir lalu dengan sengaja menabrak Nauval.

Brugghh!

"Sorry... Lo gak papa? bisa jalan gak?"ucap Nauval panik melihat betis Gabriel memerah.

"Bisa jalan kok," jawab Gabriel kikuk.

"Mau jalan bareng gue gak?" ucap Nauval modus tapi tak mempan pada Gabriel.

"Ehehehe," Gabriel terkekeh garing seraya menunduk untuk memungut gambar milik Elang yang tak sengaja Nauval jatuhkan.

"Bagus," ucap Gabriel.

"Emmm... kalo lo suka buat lo aja." Nauval menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Serius? Makasih ya," ucap Gabriel, dalam hati dia udah jingkrak salto sambil nari ubur-ubur.

Besok jangan lupa beli tisu, sialan.

Gabriel tersenyum penuh kemerdekaan dan tanpa disadari wajah Nauval sudah memerah.

"Nikmat apa lagi yang telah kau dustakan Nauval?" batin Nauval tak tahan dengan senyum manis Gabriel.

"Emmm... Boleh tau nama lo siapa?" tanya Nauval memecah keheningan.

"Gabriellea Surya Ananda," ucap Gabriel mengulurkan tangan.

"Gue Nauval Alfa Risky, panggil Nauval aja bebeb boleh juga hehehe," ucap Nauval menyambut uluran tangan Gabriel dan dibalas dengan senyuman mautnya membuat Nauval auto-shock disko jeb-ajeb.

"Thanks ya, gue pulang dulu... Bye." Gabriel melenggang jauh dengan wajah iblisnya.

"Abis salaman sama Kaori gak akan gue cuci ni tangan," batin Nauval girang lalu menabrak pintu cafe.

Seorang Ketua OSIS dingin, penuh wibawa dan bijak akan dicap sebagai curut mesum tukang gambar cewek pake kutang di sekolah.

Itulah kemenangan yang sesungguhnya.

***

"Kita seri, oke." ucap Gabriel lalu berlari menuju kelas sambil menertawakan keadaan Elang yang mengeneskan ralat mengenaskan.

"Gabriellea Surya Ananda kan? Kita lihat siapa yang sebentar lagi ketawa," ucap Elang sangat pelan namun pasti.

Elang akan membuat mulut Gabriel bungkam setelah menertawainya.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!