NovelToon NovelToon

Buah Hati Ceo Pendendam

Cowok Aneh

Dilla Sanjaya hari ini merasa jenuh karena harus bertengkar dengan mama tirinya. Ayahnya Wisnu Sanjaya sudah tidak lagi memperhatikannya. Dilla keluar rumah berjalan-jalan ke danau yang ada di sekitar rumahnya hatinya yang kesal membuat Dilla melepaskan kemarahannya dengan melempar kerikil ke dalam danau. Entah mengapa setelah beberapa lemparan kerikil yang dia lempar tidak masuk ke dalam air danau namun tiba-tiba mengenai kepala seseorang hingga membuatnya marah.

“Hai gadis, apa yang kamu lakukan?” teriaknya kesal karena melihat Dilla yang pura-pura tidak mendengarnya. Bahkan Dilla hendak berjalan meninggalkan cowok tersebut.

Karena diabaikan oleh sang gadis, cowok tersebut langsung menghampirinya dan menarik rambut Dilla. Dilla merasa kesakitan dan kemudian berusaha membalikan badannya berhadapan dengan sang cowok. Mereka pun beradu pandang dengan jarak yang begitu dekat hingga perasaan mereka berdua tidak menentu. Sang cowok langsung melepaskan rambutnya karena dirinya tidak bisa menahan gejolak di hatinya

“Dasar cowok aneh. Enak saja main tarik rambut orang saja. Sakit tahu!” teriak Dilla tanpa memperhatikan reaksi sang cowok.

Cowok tersebut masih bengong dengan pesona Dilla, hingga akhirnya Dilla memanfaatkan situasi untuk berlari meninggalkan sang cowok. Sang cowok semakin kesal tak kala menyadari kalau cewek yang membuatnya celaka berlari menjauhinya.

“Dasar cewek somplak kalau tidak cantik sudah aku cabik-cabik dan cincang-cincang jadi perkedel,” gumam sang cowok.

Dilla yang berlari ketakutan langsung masuk ke dalam rumahnya, namun di ruang tamu sudah di sambut dengan muka masam oleh mama tirinya.

“Dilla darimana kamu? Anak perempuan jam segini baru pulang. Ayo cepat bereskan semua cucian di belakang. Hari ini mbok Minem tidak masuk kerja karena sakit,” perintah mama Lusi yang tidak berperasaan.

Begitulah Dilla yang diberlakukan secara tidak adil oleh mama tirinya. Ayahnya yang sibuk tidak pernah memperhatikannya. Ayahnya tidak merasa curiga dengan mama Lusi. Apalagi sikap mama Lusi jika di depan ayahnya sangat manis seolah-olah menyayangi Dilla seperti anak kandungnya.

Dilla semasa ibunya masih hidup tidak pernah merasakan kerja berat. Namun bersama mama tirinya dirinya diperlakukan beda dengan adik tirinya. Perbedaannya sangat mencolok ibarat kata seperti kisah bawang putih dan bawang merah.

Dilla mengerjakan pekerjaannya dengan tetesan air mata. Dilla mencuci pakaian yang kotor dilanjutkan setrika baju yang sudah kering.

Bahkan semua pekerjaan rumah yang biasanya dilakukan oleh mbok Minem hari ini dikerjakan oleh Dilla semuanya. Namun kerja keras Dilla kadang-kadang tidak dihargai oleh mama maupun adik tirinya.

Seperti saat ini ketika makan di meja makan tiba-tiba Brenda adiknya menyemburkan makanannya kembali hingga mengenai wajah Dilla yang berada di depannya.

“Astaga, kak Dilla ini makanan apa? Rasanya kok tidak enak sekali. Kuahnya seperti air comberan,” ucap Brenda adik tirinya.

Dilla hanya mengusap wajahnya dengan tisu kemudian berlari meninggalkan meja makan dan pergi ke kamarnya. Dilla membaringkan tubuhnya di ranjang. Dilla menangis untuk meratapi nasibnya karena hidup dan tinggal serumah dengan ibu beserta adik tirinya yang hanya menginginkan harta ayahnya.

Waktu menunjukan pukul 21.00 wib karena dari pagi tidak makan Dilla keluar kamar dan memutuskan untuk belanja ke minimarket yang tidak jauh dari rumahnya. Dilla berjalan kaki menelusuri trotoar di tengah hening nya malam.

Dilla masuk ke mini market dengan belanja beberapa barang untuk keperluannya. Setelah semua keperluannya terpenuhi Dilla keluar dari minimarket. Dilla berjalan membelah keheningan dan hendak kembali pulang ke rumahnya. Dari arah yang tidak jauh darinya ada seseorang pria paruh baya yang hendak menyeberang jalan namun nampak dari jauh mobil yang melaju kencang hendak menabrak lelaki tersebut. Dilla secara reflek menarik pria tersebut hingga mengenai tubuhnya.

Dilla terjatuh dan menopang tubuh pria paruh baya tersebut hingga beberapa bagian tubuhnya lecet-lecet karena terbentur dengan aspal.

Pria yang ditolongnya langsung bangun dan menolong Dilla. Tidak lama kemudian supirnya berlari mendekatinya. “Maaf tuan Ardi, apakah tubuh anda ada yang terluka?” tanyanya tiba-tiba sambil membersihkan baju tuannya.

“Tidak apa-apa pak Akri, tapi tolong bawa nona ini ke klinik untuk kita obati,” perintah tuan Ardi Permana untuk sopirnya.

“Maaf pak aku tidak apa-apa. Paling-paling hanya luka sedikit, lagian rumah saya juga dekat pak,” ucap Dilla sopan.

“Jangan begitu nak, kamulah yang menolong bapak. Kalau tidak ada kamu entahlah apa yang terjadi dengan bapak nak. Ayo kamu ikut bapak ya?” ucap bapak Ardi.

Dilla sebenarnya bersikeras menolaknya namun pak Ardi dan dibantu sopirnya memaksanya untuk ikut ke dalam mobilnya.

Setelah masuk ke dalam mobil Dilla dibawa ke klinik terdekat kemudian diobati oleh petugas klinik. Petugas klinik pun menyampaikan kalau tidak ada luka yang parah dengan gadis tersebut.

Pak Ardi kemudian mengantarkan Dilla pulang ke rumah dan memberinya uang untuk pengobatannya namun Dilla menolaknya. Setelah sampai di depan rumahnya pak Ardi memberikan kartu namanya ke Dilla dan berpesan untuk menghubunginya.

Sementara itu dibalik korden rumahnya mama tirinya mengintipnya dan berprasangka buruk dengan Dilla. “Bagus ya? jam segini baru pulang dan di antar oleh om-om? Awas ya aku adukan ke ayah kamu biar tahu rasa.

“Ma, itu om yang aku tolong tadi hampir ditabrak oleh mobil, jadi dia kesini mengantarkan aku ma,” ucap Dilla membela dirinya.

“Dasar cewek murahan. Kamu itu sama saja seperti ibumu, dulu merebut ayahmu dari aku hingga akhirnya ayahmu meninggalkanku dan menikahi ibumu,” ucap mama Lusi yang semakin sengit memaki-maki Dilla hingga kembali meneteskan air matanya.

Dilla merasa sakit kalau mama tirinya menyangkut-nyangkut tentang ibunya. Baginya ibunya adalah wanita sejati dan tak mungkin punya perilaku seperti itu.

Dilla karena emosi kembali ke luar rumah dan berjalan tidak menentu menyelusuri kota Solo. Hingga akhirnya berhenti di sebuah taman. Dilla duduk termenung di taman kota pinggir jalan. Tiba-tiba ada 2 orang pemuda yang mabuk menghampirinya.

Kedua pemuda tersebut berusaha mengganggu Dilla, dan mereka hendak memperkosa Dilla karena Dilla yang lemah tidak bisa melepaskan diri dari sergapan kedua pemuda tersebut. Dilla berteriak-teriak tidak ada yang menolongnya. Hingga akhirnya ada mobil mewah berhenti dan pemiliknya langsung turun dan menghampiri mereka.

“Mbuk….mbuk,” kedua pemuda tersebut dihajarnya hingga babak belur. Kemudian kedua pemuda tersebut lari tunggang langgang menjauhinya.

Dilla pingsan seketika karena shock hampir dinodai oleh dua orang tidak dikenalnya. Astaga, ini kan gadis yang di tepi danau tadi. Pemuda tersebut yang tak lain adalah Tegar seorang ceo muda yang tampan dan mapan.

Tegar langsung menggendong Dilla untuk dimasukan dalam mobilnya. Dilla di tidurkan di mobil bagian belakang. Tegar kembali mengemudikan mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah Tegar langsung kembali menggendong Dilla dan membawanya masuk ke dalam kamar pribadinya.

Tegar meminta mbok Yem untuk mengganti baju Dilla. Kemudian Tegar meninggalkan mereka berdua.

💕💕💕

Demikian para pembaca awal cerita ini, jangan lupa dukungan like, vote dan komentarnya.💕💕💕

Harapan Ayah

Dilla tersadar dalam pingsannya, dirinya sangat terkejut ketika membuka matanya sudah berada di dalam kamar yang sangat megah dan berbau maskulin. Interior kamar pun nampak gelap dan seram seolah menunjukan kalau yang punya kamar adalah seorang pendendam.

Dilla yang lemah kemudian berjalan keluar kamar untuk pergi ke dapur mencari minum karena kerongkongannya terasa kering. Dilla berjalan mengendap-ngendap dan celingukan karena bingung harus berjalan kemana.

“Hai gadis, apa yang akan kamu lakukan!” teriak Tegar yang barusan keluar dari kamar kerjanya. Dilla sangat ketakutan melihat wajah tegar.

“Maaf kak. Aku…ingin minum, kerongkongan aku terasa kering,” jawab Dilla panik.

Sementara itu karena mendengar suara yang berisik tuan Ardi keluar dari kamarnya dan menyalakan lampu ruang tengah.

“Nak, apa yang kamu lakukan tengah malam begini di rumah aku?” tanya tuan Ardi yang memang mengenal Dilla.

“Maaf pak. Aku tadi di jalan ada orang yang hendak melecehkan ku bahkan hendak memperkosaku. Tapi aku di tolong oleh kakak ini!" ucap Dilla menunjukan tangannya ke arah Tegar.

“O…Tegar maksud kamu. Sejak kapan dia berani membawa seorang perempuan ke rumah? Ha…ha…, Tegar…Tegar… kau telah jatuh cinta ya?” ucap tuan Ardi sambil tertawa terbahak-bahak.

“Eh…itu yah. Aku bawa pulang ke rumah karena saat aku berkelahi dengan preman yang menggodanya, dia tidak sadarkan diri yah. Aku juga tidak tahu alamatnya,” Tegar dengan muka memerah menjelaskan kepada ayahnya. Tapi untung cahaya lampu menyamarkan mukanya yang memerah sehingga ayahnya tidak melihatnya.

“Ya sudah. Nak dapurnya ada disana. Kamu berjalan saja lurus kemudian belok ke kiri,” ayah Ardi memberi petunjuk kepada Dilla.

Dan kau Tegar, kamu ikut ayah ke ruang kerja. Ayah ingin membicarakan sesuatu dengan kamu. Ayah Ardi berjalan menuju ruang kerjanya diikuti oleh Tegar.

“Duduklah nak! Aku tahu kamu sangat mencintainya tapi janganlah kau samakan dia dengan Anita mantan kekasihmu. Ingat nak dia bukan Anita yang bisa mempermainkan hati seorang cowok. Dia gadis yang lemah dan perlu dilindungi. Dan satu lagi ayah harap kamu mau menjaganya untuk ayah. Dia hatinya tulus dan lembut. Tidak itu saja dia juga pernah menyelamatkan ayah dari seseorang yang ingin menabrak ku,” Ayah Ardi menghela nafasnya panjang.

“Aku tidak janji ayah. Tapi aku akan berusaha mewujudkan harapan ayah. Tapi masalahnya apakah dia menyukai aku yah? Kalau denganku dia sangat galak dan susah disentuh yah?” ucap Tegar di hadapan ayahnya.

“Kau itu. belum-belum sudah main sentuh saja. Jelaslah nak dia tidak mau. Kau nikahi dulu baru kau sentuh. Itu baru yang betul,” ayah Ardi kembali menggoda putranya.

“Ayah apaan sih. Maksud aku dia kalau aku dekati galak dan judesnya nya setengah mati. Kemarin saja aku bertemu dengannya kena lempar kepalaku dengan kerikil, tidak tanggungjawab dan langsung ngeloyor pergi,” ucap Tegar jengkel karena ayahnya malah tertawa terpingkal-pingkal.

“Kau itu play boy tapi menaklukan gadis kecil seperti Dilla saja tidak bisa. Sudahlah ayah mau tidur. O...iya kamu harus tidur di kamar tamu kalau Dilla tidur di kamar kamu,” ayah Ardi memberi perintah sambil ke luar dari ruang kerjanya menuju ke kamar.

“Sial..., bener-bener sial aku hari ini. Inginnya aku tidur di sampingnya eh keburu ketahuan sama ayah,” Tegar menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian melangkah pergi menuju kamar tamu.

Sementara itu Dilla dari dapur langsung kembali naik tangga menuju kamar yang tadi dia gunakan untuk tidur. Dilla mengunci rapat-rapat kamarnya. Dilla masih terbayang pertemuannya dengan cowok aneh. Dilla mengingatnya kembali dan kemudian Dilla tertawa sendiri mengingat pertemuan pertamanya dengan Tegar.

“Astaga, meskipun galak dia tampan sekali. Aku sangat menyukainya. Dia nampak cool dengan tinggi badan yang atletis kalau dipikir-pikir dia impian setiap wanita,” gumam Dilla yang belum bisa juga memejamkan matanya.

Karena tidak bisa memejamkan mata juga akhirnya Dilla memutuskan untuk membuka ponselnya dan berselancar di dunia maya. Dilla menghidupkan akun Facebooknya. Di dalam facebook tiba-tiba ada seorang pria yang masuk ke kotak pesan untuk memintanya untuk kenalan.

Dilla yang memang tidak bisa tidur menanggapinya hingga mereka berdua nampak akrap dan ngobrol membicarakan tentang hobi dan kesenangan mereka.

Karena capek Dilla akhirnya tertidur pulas hingga pagi hari. Dilla langsung bergegas membersihkan badannya, namun tak kala mau memakai baju tiba-tiba bajunya jatuh. Dilla kemudian mengganti bajunya dengan kemeja yang ada di almari milik Tegar.

Di dekat meja ada mukena yang disediakan mbok Yem, kemudian ia pakai untuk sholat. Setelah sholat Dilla bingung karena mau keluar bajunya hanya kemeja saja.

Sementara itu Tegar yang sudah bangun langsung keluar kamar tamu dan kembali ke kamarnya. Tegar membuka kamarnya yang sudah tidak dikunci lagi. Kemudian Tegar masuk ke kamar, namun Tegar langsung marah tak kala melihat kemejanya dipakai Dilla.

“Hai gadis somplak. Ngapain kamu pakai kemeja aku? Memangnya baju kamu kemana?” teriak Tegar hingga membuat Dilla jengkel. Dilla langsung berdiri di hadapan Tegar namun kemejanya yang warna putih terang membuat lekuk tubuh Dilla yang seksi dan sintal semakin terlihat oleh Tegar.

“Dasar cowok aneh dan nyebelin ditambah pelit. Kemeja kayak begini saja dipinjam gak boleh. Nanti kapan-kapan aku ganti,” ucap Dilla

“Cewek somplak bikin aku naik pitam saja. Tuh ganti baju kamu dengan kaos dan celana pendek di almari sebelah. Baju itu terlalu transparan dan itu aurat mu terlihat dengan jelas. Atau kamu sengaja ya memamerkan lekuk tubuhmu agar aku terpikat olehmu?” Ucap Tegar sambil mengambilkan kaos oblong dan celana pendek casual untuk Dilla.

Tegar menelan salivanya karena tiba-tiba Dilla menghampirinya. Tegar merasa tidak tahan oleh godaan yang ada di depannya langsung membalikan tubuhnya menuju kamar mandi.

“Bener-bener gadis somplak yang tidak tahu tata krama. Masa dengan pedenya memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya membuat jiwa lakiku berselancar ingin menikmatinya,” gumam Tegar sambil bersungut-sungut masuk ke kamar mandi.

Dilla yang baru menyadari ulahnya kemudian bercermin di depan meja rias yang ada di kamar Tegar. “Astaga, bener-bener aku cewek yang ceroboh. Tidak seharusnya aku pakai kemeja seperti ini. Bener-bener memalukan. Dilla menelangkupkan kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.” Kemudian Dilla mengganti bajunya dengan kaos dan celana pendek pemberian Tegar.

Setelah selesai berpakaian Dilla keluar kamar kemudian menuju dapur yang sudah ada mbok Yem yang sedang menyiapkan sarapan padi. Dilla membantu menyiapkan masakan untuk dihidangkan di meja.

Setelah semuanya siap mbok Yem memanggil tuan Ardi untuk sarapan pagi. Tidak lama kemudian tuan Ardi datang dan diikuti oleh Tegar.

Mereka bertiga sarapan pagi, Tegar sangat menikmati makanannya hari ini entah mengapa makanannya terasa enak.

“Mbok ini siapa yang memasaknya mbok?” tanya Tegar tiba-tiba hingga membuat Dilla memerah wajahnya karena Dilla yang memasak.

“Yang masak non Dilla tuan muda, tadi si mbok hanya bantu-bantu saja,” jawab si mbok.

“Masak sih mbok. Gadis somplak seperti dia bisa masak selezat ini?” Tegar masih tidak percaya dan menatap Dilla seolah-olah minta penjelasan. Dilla yang ditatap seperti itu hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai tanda menyetujui pernyataan si mbok.

Agresif

Selesai makan Tuan Ardi memerintahkan Tegar mengantar Dilla pulang ke rumah. Tegar yang ke kantor searah dengan rumah Dilla langsung menyanggupinya. Mereka berdua berjalan menuju ke mobil. Dilla yang tidak mau merepotkan Tegar langsung membuka pintu bagian belakang mobil. Dilla hendak masuk dan duduk di kursi belakang. Belum sempat menaruh tubuhnya ke dalam mobil tiba-tiba seseorang menariknya.

“Dasar cewek somplak, memangnya aku supir kamu apa! Ayo duduk di depan bersama aku,” ucap Tegar sambil membuka pintu bagian depan mobilnya. Dilla mengikutinya dari belakang kemudian masuk ke dalam mobil. Dilla nampak kesal dengan ulah Tegar.

Mereka berdua di dalam mobil tidak bersuara sama sekali dan nampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.

“Pletak.” Tegar menyentil kening Dilla. “Kenapa, diam! Sariawan ya?” ucap tegar yang sengaja menggoda Dilla.

“Apaan sich. Dasar cowok aneh bermuka triplek,” balas Dilla yang tidak mau kalah.

“Kau ini ya! Mana alamat kamu. Kamu jadi pulang tidak? Atau ikut ke kantor aku!” Tegar semakin kesal dan sesekali melirik Dilla yang duduk di sebelahnya.

“Pulang lah kak. Kalau tidak pulang aku pasti dimarahi mama tiri aku,” balas Dilla yang mulai gelisah karena semalam tidak pulang ke rumah.

“Hai…, kamu jangan bersedih? Jangan kuatir nanti aku yang ngomong ke mama kamu," Tegar tidak tega melihat raut muka Dilla yang penuh rasa cemas dan kuatir.

“Ngomong sih gampang. Mama tiri aku itu galak kak!” ucap Dilla sambil melempar pandangannya ke luar jendela mobil seolah-olah memikirkan sesuatu.

"Percayalah sama aku, semuanya pasti beres," ucap Tegar yang langsung memegang tangan Dilla yang semakin dingin karena grogi.

Tidak lama kemudian mobil sport Tegar sampai di depan rumah Dilla sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Dilla.

Dilla baru saja turun dari mobilnya tiba-tiba dihadang oleh mama tirinya dan ditariknya masuk ke rumah. Tegar yang tidak tega kalau terjadi apa-apa dengan Dilla langsung mengikutinya.

Mama Lusi yang mengetahui Tegar mengikutinya langsung melepaskan Dilla dan menyuruhnya membuat minuman. Dan yang lebih menyebalkan lagi mama Lusi pura-pura bersikap manis terhadap Dilla.

Mama Lusi begitu antusias mempersilahkan Tegar masuk ke rumah. Namun begitu masuk ke rumah, mama Lusi memperkenalkan Brenda sebagai putri kesayangannya.

Mama Lusi berharap Tegar bisa melirik Brenda dan menjadikan kekasihnya kemudian memperistrinya.

Brenda yang tahu kalau Tegar seorang pria yang mapan, langsung bersikap agresif mendekatinya. Tegar merasa risih dengan kedua ular betina ini. Tegar merasa kasihan dengan Dilla yang sudah tentu mendapat perlakuan yang tidak adil dari mama dan adik tirinya.

Tidak lama kemudian Dilla keluar dari dapur dan membawakan beberapa cemilan dan minuman untuk mereka bertiga. Namun begitu selesai menyajikan cemilan dan minuman Dilla di suruh mama Lusi untuk pergi dengan Bahasa isyarat.

Dan hang lebih parah lagi mama Lusi dan Brenda menjelek-jelekan Dilla dan mengatakan kalau Dilla merupakan anak haram dari suaminya sebelum menikahinya.

Dilla yang tidak sengaja mendengarnya hatinya terasa sesak dan sakit. Dan yang lebih parah lagi tiba-tiba Brenda yang secara sengaja pura-pura kesandung kaki meja ketika hendak berdiri dan terhuyung-huyung jatuh dipelukan Tegar.

Entah mengapa Dilla merasakan sakit hati ketika melihat pemandangan tersebut. Dan tidak sengaja Dilla meneteskan air matanya. Tegar menangkap hal tersebut. Tegar yang tidak tertarik dengan Brenda langsung mendorongnya hingga Brenda terhuyung-huyung hendak jatuh.

Tegar yang tidak menyukai situasi seperti itu langsung pamit untuk pulang. Dan Tegar berpesan kepada mama Lusi agar tidak menyakiti Dilla.

Mama Lusi yang sudah tahu kalau Brenda tidak di lirik sama sekali oleh Tegar langsung mengiyakan saja dengan harapan kalau Brenda tidak bisa memikat setidaknya Dilla anak tirinya bisa memikat Tegar dan bisa menikmati kekayaan Tegar.

“Nak Tegar kapan-kapan datang lagi ke sini ya? mama akan masakan masakan yang istimewa untuk nak Tegar. Apalagi yang masak Dilla pasti nak Tegar sangat menyukainya,” ucap mama Lusi dengan sangat manis.

“Terimakasih bu. Kapan-kapan kalau sempat aku akan mampir kesini,” ucap Tegar sopan. Setelah Tegar pergi mama Lusi langsung mencari Dilla di kamarnya.

Mama Lusi langsung mengintrogasi Dilla tentang Tegar. Mama Lusi juga menyampaikan agar Dilla menikah dengan Tegar. Dilla merasa jijik mendengar kemauan mama tirinya yang tentunya hanya berharap ingin menikmati kekayaan Tegar.

Dilla pun dengan terang-terangan menolak kemauan mama tirinya. Dia ingin menikah dengan Tegar asal tidak tendensi yang lain seperti mama tirinya.

Mama Lusi marah besar melihat sikap Dilla seperti itu kemudian menampar dan mengancamnya agar mau menikah dengan Tegar. Mama Lusi akan membunuh Dilla jika tidak mau menikah dengan Tegar karena mama Lusi tahu kalau Tegar mencintai dan menyukai Dilla.

Dilla meneteskan air matanya. Dilla merasa dirinya hanya akan dijadikan umpan mama tirinya untuk mengeruk kekayaan Tegar. Dilla sangat mengetahui betul sikap licik mamanya.

Dilla juga tahu bahwa peninggalan warisan dari mama kandungnya habis dinikmati oleh mama tirinya dan bahkan sebagian aset dari mamanya sudah dibalik nama kepemilikannya dengan nama bunda Lusi.

Dilla menghela nafasnya, bagaimanapun papanya sudah tidak bisa lagi membelanya karena ancaman mama Lusi. Papanya juga sering ke luar kota untuk mengembangkan usahanya yang lagi naik turun karena memang bisinis papanya mulai lesu.

Tidak ada hujan dan angin seperti harapannya ternyata papanya meneleponnya. Dilla langsung mengusap air matanya. Dilla tidak ingin papanya tahu kalau dirinya sedang terpuruk.

Dilla ngobrol dengan papanya dan seperti biasa hanya menanyakan Kesehatan papanya dan bisnis papanya.

Papanya yang mendengar suara Dilla lain dari biasanya, dengan perhatian dan kasih sayang papanya langsung menanyakan apa yang menjadi kerisauan Dilla.

Dilla yang tidak mau membebani papanya langsung bersikap biasa-biasa saja. Bahkan Dilla di hadapan ayahnya menunjukan kalau mama tirinya itu baik terhadapnya.

Papanya Dilla merasa lega dengan apa yang disampaikan leh Dilla. Tidak lama kemudian mereka mengakhiri video call mereka.

Dilla kembali meratapi nasibnya. Dilla kemudian dengan bangkit dari ranjangnya kemudian mengeluarkan sesuatu dari kotak kayu yang di simpan di lacinya.

Dilla membaca beberapa pesan dari ibunya. Dilla yang lagi bersedih langsung membukanya kemudian membacanya berulang-ulang. Setelah menghayati beberapa pesan mamanya Dilla merasa aneh dengan pesan terakhir mamanya.

Dilla kalau sudah berusia 21 tahun diperbolehkan untuk memakai Liontin dan kalung pemberian ibunya.

Dilla mengamati Liontin pemberian ibunya. Kemudian Dila membuka bagian Liontin berbentuk love tersebut menjadi dua bagian. Namun setelah dibuka ternyata di dalamnya selain foto ada tulisan seperti kode brankas.

Dilla langsung teringat kalau dulu mamanya sebelum meninggal sempat memberinya kotak brangkas yang terlihat seperti mainan. Dilla mengamatinya begitu hendak membukanya tapi ada suara ketukan pintu sehingga Dilla tidak jadi membukanya.

Terimakasih para pembaca yang setia, kontribusi ana dalam memberikan komentar, like, hadiah dan votenya sangat menentukan update episode berikutnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!