-
-
" Aah kumohon lepaskan .. sakit .. " teriak Jiana menangis saat sesuatu dibawah sana memaksa masuk kedalam milik pribadinya
" Jalan* munafik, aku akan membayarmu setelah ini. Diamlah dan nikmati." saut Bryan parau, ia cekal kedua tangan yang terus berusaha mendorong dadanya itu dengan satu tangan, menekannya ke atas kepala Jiana
Lalu Bryan kembali pada dua gunung kembar Jiana yang ranum, tidak besar namun sangat pas ditangan Bryan. Bryan bermain disana sambil terus berusaha melesakan adiknya pada daging lembut dibawah sana. Demi apa Bryan tidak pernah sesusah ini saat memasuki seorang wanita
Bryan mengangkat tubuhnya, menatapi gadis yang kini menangis dibawahnya. Wajah gadis itu tak terlalu jelas karena kamarnya yang gelap hanya tercahayai dari luar jendela saja. Bryan tertawa jahat, baru kali ini ia mendapat jalan* yang menangis saat akan ia setubuhi. Biasanya semua wanita akan bersorak senang bila Bryan yang mendominasi
" Kau sempit juga. Susah sekali memasukimu." ucap Bryan, ia raih bibir yang merintih itu seraya sekuat tenaga menyentak kasar miliknya hingga benar-benar tenggelam dan merobek kesucian gadis ini
" Awww . " teriak Bryan saat Jiana tak sengaja menggigit bibir bawahnya begitu kencang untuk menahan rasa sakit akibat sentakan yang membuat selaput daranya robek
" Beraninya kau?" teriak Bryan lagi
" Sakit .. kumohon lepaskan!" lirih Jiana, airmatanya mengalir deras. Kini tidak ada lagi yang bisa ia jaga, bahkan harga dirinya kini telah dilecehkan dihargai dengan uang
" Perseta* dengan dirimu, saat kau mendapatkan uang dariku. Kupastikan kau tak akan menangis seperti ini. " tutur Bryan kasar lalu mulai bergerak, menghujam yang awalnya pelan menjadi cepat kian cepat hingga Jiana tak bisa menahan rintihan sakitnya
" Aww sakit .. hentikan .. " begitulah suara Jiana yang terus terdengar ditelinga Bryan namun tak diperdulikan sedikitpun oleh Bryan
" Ouh shit!" suara erangan Bryan mulai terdengar jelas. Biasanya saat bercint* ia tidak pernah bersuara tapi saat ini terasa berbeda untuk Bryan
Sehingga kamar itu dipenuhi suara rintihan Jiana dan erangan Bryan, pria itu terlihat sangat menikmati persetubuhannya kali ini hingga tak berhenti bersuara
Bryan terkulai lemas menimpa Jiana setelah hampir setengah jam ia menggagahi tubuh Jiana. Nafas Bryan tersengal dengan mata terpejam. Bibirnya tersenyum manis diceruk leher Jiana, tak lama nafas itu teratur dengan dengkuran keras. Ya Bryan langsung terlelap setelah pergulatan panasnya
Jiana mendorong tubuh itu sekuat tenaga hingga berguling kesamping. Tatapannya nanar pada pria yang telah merenggut kehormatannya itu. Jiana mengusap kedua pipinya yang tak henti basah, susah payah ia bangun sambil memegangi perut bawahnya yang terasa sakit begitupun pangkal pahanya yang teramat sangat perih. Pemaksaan Bryan benar-benar menyakiti Jiana, tak hanya tubuh namun hatinya juga
Jiana memunguti seluruh pakaiannya dilantai, dengan terburu-buru ia pakai kembali. Ia ingin segera pergi menjauh dari pria yang terus merendahkannya itu. Ucapan dan perlakuan Bryan malam ini sangat menghinanya
Bryan terus saja berbicara tentang uang padanya, dari awal hingga akhir saat ia memaksa Jiana untuk melayani nafsunya. Jiana benar-benar menyesal menuruti sekertaris Bryan untuk datang kesini
Jiana tidak tahu apapun, tadi sore saat menunggu hujan reda di lobi, Darwin tiba-tiba memanggil dan meminta tolong padanya untuk memberikan papperbag pada Bryan. Pria itu juga memberikan alamat Apartement Bryan bahkan memberikan passcode Apartement pria itu, menyuruh Jiana masuk kedalam Apartement Bryan karena mungkin saja Bryan belum pulang, kata Darwin pada Jiana sebelum Jiana benar-benar melakukan perintahnya
Jiana mana bisa menolak Darwin meskipun ini sudah diluar jam kerja. Sejak pertama bekerja disana Jiana memang sangat mengagumi sekertaris Bryan itu, menurutnya pria itu pintar dan baik berbanding terbalik dengan sang pemilik perusahaan
Seperti ayahnya, Bryan sangat tampan. Tidak ada wanita yang tidak memujanya dikantor. Semua wanita selalu berdandan cantik demi dilirik Bryan karena mereka tahu Bryan adalah seorang pecinta wanita, seorang casanova yang senang membeli para wanita cantik untuk menghangatkan ranjangnya
Namun terlepas dari wajahnya yang tampan bak dewa yunani, Bryan ini memiliki banyak sekali kekurangan. Mempunyai segalanya membuat Bryan menjadi pria sombong dan arogan yang hanya menilai sesuatu dari uang. Tidak ada yang tidak bisa Bryan dapatkan termasuk harga diri seorang wanita, hal itulah yang membuat Jiana tak menyukai Bryan
Dengan tertatih, Jiana meninggalkan Apartement Bryan. Sepanjang jalan ia tak henti menangis dan maratapi nasibnya yang selalu saja malang. Jiana seorang yatim piatu, hidup sendiri tanpa sanak saudara, berjuang sendiri untuk membiayai hidup. Sewaktu kecil ia tinggal bersama ayahnya, ibunya menghilang pergi entah kemana dan setelah kepergian ibunya sang ayah jadi sakit-sakitan. Di usia ke 10 tahun ayah Jiana pergi untuk selamanya meninggalkan Jiana seorang diri sehingga ia dirawat dipanti asuhan
" Aku membencimu." gumam Jiana
" Aku membencimu Bryan." ia makin terisak bila mengingat perlakuan Bryan padanya. Ia bukan wanita murahan seperti yang Bryan pikirkan. Meskipun hidup miskin, ia tak akan menjual harga dirinya demi uang
Dua jam ia berjalan, sampai di rumah kecil peninggalan ayahnya Jiana langsung masuk. Ia berlari kekamar mandi, membuka selurih pakaiannya lalu mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin. Jiana merasa dirinya kotor, sambil menangis ia terus menggosok seluruh tubuhnya untuk menghilangkan bau pria itu. Ia merasa jijik bila membayangkan tangan dan bibir pria itu menjamah tubuhnya
" Ayah .. maafkan Ji. Ji tidak bisa menjaga kehormatan Ji." ucapnya menangis kencang
-
-
Sinar mentari pagi yang kian meninggi menyilaukan pria yang masih betah bergelung dalam selimut tebalnya. Bryan mencoba menghalangi cahaya matahari itu dengan menempelkan telapak tangannya di area mata namun tetap saja itu tak berpengaruh
Akhirnya ia membuka matanya, ia bangun duduk menggeliyatkan tubuhnya yang terasa remuk juga kepalanya yang teramat pengar, mungkin karena efek minuman alkohol yang sebelumnya ia minum bersama para sahabatnya, tapi terlepas dari itu entah kenapa ia merasa puas pagi ini. Mungkin juga efek percintaannya semalam, pikir Bryan
Bryan menyingkap selimut dan ia sungguh terkesiap saat melihat darah bercampur sperm* dirinya yang sudah mengering dikasur dengan sprei abu muda
" Jadi jalan* itu masih perawan?." gumam Bryan
" Pantas saja sangat terasa berbeda." gumam Bryan tak henti menatap noda di sprei itu, raut wajahnya terlihat sedikit merasa bersalah karena ia tak pernah memakai jalan* yang masih tersegel
" Aku akan membayar lebih banyak atas ini." begitulah Bryan menilai sesuatu dengan uang
Bryan celingukan mencari kesetiap penjuru kamar
" Kemana dia?" gumam Bryan beranjak bangun menuju kamar mandi
Ia kembali saat tak menemukan apa yang ia cari. Lalu Bryan keluar dengan tubuh yang masih naked tak berbusana. Ia mencari kesekitar dan tetap saja tak menemukan wanita yang telah ia perdayai semalam, membuat Bryan heran terlebih seingatnya ia merasa tak memesan seorang wanita penghibur. Tiba-tiba saja gadis itu datang masuk kerumahnya, Bryan yang mabuk tak berpikir panjang langsung saja membawa gadis itu kekamarnya
" Kemana dia? apa tidak butuh uang?."
" Ahh sudahlah, nanti juga agensinya menghubungiku." gumam Bryan lagi seraya menuju kamar kembali, ia langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan dirinya
Kini Bryan sudah tiba di kantor, Darwin membuka pintu untuk Bryan yang langsung keluar dari mobil mewahnya. Dengan tubuh tinggi 184 cm, Bryan memasuki lobi kantor. Ia disambut dengan senyuman para gadis yang memujanya yang langsung Bryan balas dengan kedipan mata. Tentu saja itu membuat para gadis meleleh dan berjingkat-jingkat senang
Tiga bulan menjabat menggantikan sang ayah, Bryan membuat banyak perubahan dikantor. Semua kariawan disana berlomba-lomba untuk menjadi cantik, bahkan Bryan tidak melarang para gadis memakai pakaian seksi dikantor karena ia pun sangat suka apalagi jika gadis itu sangat cantik
Tak ayal ini menarik perhatian para Investor asing, mereka pun silih berdatangan ke kantor Bryan dan senang berlama-lama disana karena hampir 90% wanita disana cantik sehingga kantor Bryan sering dijuluki tempat lahirnya para wanita cantik
" Pagi Pak." sapa seorang wanita cantik pada Bryan yang sedang menunggu lift
" Pagi monica." saut Bryan memberikan senyuman manisnya, tatapan Bryan nakal melirik wajah dan tubuh gadis itu yang mendekati sempurna dimatanya
Gadis itu tersipu malu dengan Bryan membuat Bryan makin senang menggodanya. Ada ikan emas didepan mata, sebagai kucing garong tentu Bryan akan langsung menyantapnya
" Monica, apa malam ini kau bebas?" tanya Bryan tanpa basa-basi namun sedetiknya ia berteriak keras karena cubitan seseorang pada pinggangnya
" Aww sialan." teriak Bryan menoleh kebelakang, wajah Bryan yang sudah garang mendadak lembut saat melihat sang pelaku cubitan itu
" Mom." panggilnya menyengir
" Monica, pergilah! jangan dengarkan Bryan." usir Jeny pada Monica, wajah gadis itu mendadak masam padahal ia sudah senang mendapat kesempatan didepan matanya
-
-
Bryan putra oktavian
-
-
Bryan hanya terdiam dengan wajah datarnya saat sang ibu mulai mengomel agar Bryan tak terus mempermainkan perempuan. Bryan melirik Daddynya yang sedari tadi hanya diam, pria itu hanya mengedikan bahunya acuh membuat Bryan harus menghela nafasnya
" Mom .. Mom bisakah Mom berhenti?" tanya Bryan, kupingnya mulai panas dan juga ia merasa malu dengan kariawan lain dibelakangnya. Bryan memang jarang naik lift khusus para atasan dikantor. Jelas alasan Bryan hanya satu yaitu agar bisa melihat para bawahannya yang cantik dan seksi, menggombali, merayu dan akhirnya membawa mereka ke ranjang
" Tidak sampai kau tobat." saut Jeny ketus membuat beberapa bawahannya cekikikan dibelakang
" Diam." bentak Bryan kesal, seketika lobi menjadi hening tak bersuara
Ting
Pintu lift terbuka lebar membuat semua orang yang mengantri masuk kedalam termasuk Bryan dan kedua orangtuanya. Namun saat pintu lift akan tertutup kembali, tangan seseorang menahannya hingga pintu lift terbuka lagi
Menampilkan seorang gadis culun berkacamata tebal tepat di hadapan Bryan. Wajah gadis ini bahkan tak pernah terlihat jelas karena ia selalu menunduk tak pernah mengangkat wajahnya. Pria itu berdecak kesal melihatnya, pasalnya hanya gadis ini yang paling jelek di kantor. Jika bukan karena Darwin yang mempertahankan dan kinerjanya yang bagus Bryan mungkin akan membuang gadis ini sejauh mungkin dari kantornya. Pikir Bryan
" Masuklah." suara Jeny begitu lembut pada gadis yang hanya menunduk dan mematung ditempat, kedua jemarinya saling mere*as, terlihat ketakutan. Begitulah yang terlihat dikedua mata Jeny
" Jiana masuklah, kenapa berdiri saja. Kau membuat kami menunggu." ucap salah satu rekan kerjanya dari arah belakang Bryan
" Hey culun, kau mau kupecat?" bentak Bryan membuat semua orang kembali cekikikan karenanya, Jiana memang kerap mendapat bulian karena penampilannya yang menurut mereka sangatlah kuno
Dengan kaki bergetar, Jiana masuk kedalam lift dan berdiri disamping Jeny yang disamping Bryan. Gadis itu hanya menunduk, raut wajahnya masih dipenuhi rasa takut akan Bryan apalagi jika mengingat perlakuan pria itu padanya semalam. Jika saja Jiana tak terlambat saat ini, mungkin ia lebih memilih naik lift berikutnya ketimbang seruangan bersama Bryan
Jiana semakin kuat merema* jemarinya, suara erangan Bryan bahkan masih terasa jelas ditelinganya dan melihat Bryan pagi ini dengan wajah tanpa dosanya semakin mrmbuat ia benci pada pria yang telah memerawaninya itu
Sementara Bryan tampak terpaku saat bau tubuh gadis itu percis sekali dengan bau tubuh wanita yang semalam ia tiduri, meski mabuk ia bisa merasakannya dengan jelas. Sehingga Bryan melirik kesamping ke Jiana, menatap lekat wajah yang sebelumnya tak pernah ia lirik sedikitpun
Lalu Bryan memalingkan wajahnya kembali
" Hah yang benar saja, kiamat dunia jika aku bercin*a dengan gadis sejelek itu." gumam Bryan dalam hati
Namun sekali lagi Bryan terpaku saat Jiana keluar dari lift setelah benda kotak itu tiba di lantai tempat gadis itu bekerja
" Aahh tidak, mungkin parfumnya sama. " gumam Bryan lagi dalam hati sambil tak henti memandangi gadis yang selalu ia juluki culun itu
" Kenapa? apa seleramu sekarang berubah pada gadis seperti itu?" tanya Jeny yang sedari tadi memperhatikan anaknya yang tak mengedip sedikitpun melihat punggung gadis berkacamata yang perlahan terhalangi oleh pintu lift
" Yang benar saja, Mom ini aneh sekali." gerutu Bryan
" Mom akan sangat senang bila punya menantu seperti itu. Terlihat baik dan punya sopan santun dalam berpakaian. Tidak memamerkan tubuh pada pria yang bukan suaminya.".
" Mom ucapan itu doa, kenapa Mom bicara selalu asal. Bisakah Mom bicara yang baik-baik padaku." gerutu Bryan lagi, ia segera keluar dari dalam lift saat pintu lift terbuka lebar, diikuti oleh Jeny dan Ken yang hanya diam saja, karena menurutnya percuma saja ia bicara. Jelas-jelas istrinya sudah memborong semua yang akan ia bicarakan pada Bryan
" Hey, jangan lihat wanita hanya dari penampilannya saja. Percuma pintar berdandan kalau tidak bisa mengurus rumah tangga dan suami." saut Jeny yang tak mau kalah dari belakang. Ibunya ini sangat cerewet pada Bryan dan karena hal itulah Bryan malas pulang kerumahnya. Pria itu lebih memilih pulang ke Apartementnya meskipun tidak setiap hari
Bryan hanya berdecak kesal, ini sudah sering terjadi pada dirinya. Omelan dan ocehan wanita itu sudah menjadi makanan sehari-hari Bryan, namun terlepas dari itu Bryan sangat menyayangi Jeny, baginya Jeny adalah wanita tercantiknya baik dulu maupun saat ini
" Pagi pak." sapa seorang wanita cantik nan seksi yaitu sekertaris kedua Bryan yang bernama Meldina
" Pagi Meldina." saut Bryan mengedipkan sebelah matanya genit pada Meldina, spontan saja bibir wanita itu tersenyum begitu lebar tapi seperkian detiknya senyuman itu mendadak hilang saat melihat ibu sang Boss yang memelototinya
Jeny memang tak menyukai Meldina, menurutnya wanita itu bukan gadis yang baik, terlalu centil dan yang paling Jeny tidak suka adalah sikap murahannya. Saat Bryan tidak pulang kerumah, saat itu jugalah Jeny mengajak suaminya untuk datang kekantor menemui Bryan hingga beberapa kali ia kerap memergoki Meldina duduk dipangkuan Bryan sambil bercumbu mesra dengan putranya
Ken sebenarnya sudah sangat pusing saat Jeny terus mengomel memintanya untuk berbuat sesuatu agar Bryan berubah. Tapi mau apa lagi, bukankah dulu ia juga seperti Bryan? Jika ia memarahi Bryan mungkin ia akan merasa malu pada anaknya, yaa meskipun kelakuan Bryan lebih parah darinya. Jika dulu Ken dingin Bryan adalah sebaliknya
" Bagaimana kalau kamu menikah?" tanya Jeny mendudukan dirinya disofa bersama Ken sambil menatap Bryan yang sudah duduk dikursi kerjanya
" Astaga itu lagi yang dibahas." gumam Bryan pelan
" Mom, aku masih terlalu muda untuk menikah!" saut Bryan tanpa menatap, ia mulai sibuk pada komputernya
" Kau sudah 27 tahun, itu sudah pantas untuk menikah. Bryan ingat kau punya dua adik perempuan."
" Biarkan saja mereka menikah lebih dulu."
" Mereka tidak mau menikah sebelum kau menikah!"
" Tidak! aku akan bicara dengan mereka nanti."
Jeny hanya menghela nafasnya, Bryan adalah anak yang paling susah sekali ia atur semenjak masih kecil hingga sekarang. Lalu ia melirik suaminya yang hanya diam bersedekap dada sambil menatap kembarannya
" Sayang bicaralah." bisik Jeny menggerutu
" Dad, dulu Dad menikah usia berapa?" pertanyaan Bryan menghentikan Ken yang akan membuka mulutnya
" 31 tahun. " saut Ken
" Lihat! Dad saja menikah di atas usia 30 tahun. Mom aku akan menikah di usia 32." saut Bryan asal pada Jeny
" Bagaimana dengan Queen? kau pikir dia mau menunggumu selama itu?"
" Aku sudah putus dengannya." saut Bryan, raut wajahnya mendadak sendu
" Bagaimana bisa? itu pasti kau yang membuat masalah. Mom tahu kau yang membuat masalah. Bryan .. Mom sudah menyayangi Queen. Mom akan bicara dengan Quenn agar dia tak memutuskanmu." saut Jeny
" Queen sudah pergi, dia pergi jauh."
" Apa maksudmu?" kali ini Jeny membentak. Ia benar-benar geram pada Bryan. Bayangkan saja Queen ini sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. 5 tahun lalu Bryan membawanya kerumah dan mengenalkannya sebagai pacar. Semenjak saat itu Queen sering datang mengunjungi Jeny
Queen adalah gadis yang baik dan sangat penyabar bagi Jeny. Bagaimana tidak? beberapa kali gadis itu mengadu pada Jeny bahwa Bryan kerap berselingkuh dan tidur dengan gadis lain. Namun Jeny selalu bilang bahwa Bryan tidak pernah membawa gadis lain selain Queen kerumah karena Bryan hanya bermain-main dengan mereka
" Dia pergi meninggalkanku."
" Itu salahmu karena terus menyia-nyiakan Queen." bentak Jeny lagi, tangannya sudah geram ingin memukul kepala Bryan
" Sayang sekali, aku bahkan belum pernah menidurinya." gumam Bryan namun masih terdengar jelas di telinga Ken dan Jeny
" Si busuk ini benar-benar. " Jeny benar-benar geram, ia beranjak berdiri tentu saja ia akan memukuli Bryan namun untuk kesekian kalinya sang suami menahan Jeny dan menggelengkan kepala tanda ia melarangnya
Jeny hanya mengelus dada, Ken memang selalu marah jika Jeny menyentuh anak kesayangannya. Padahal sejak dulu Bryan adalah trouble maker dikeluarganya tapi Ken tidak pernah memarahinya. Ia selalu bangga dan memanjakan putra satu-satunya itu
-
-
Jiana
-
-
Jiana kembali menangis tersedu dikamar mandi. Kenapa bayangan Bryan saat memaksanya terus berputar dikepala hingga ia tak fokus bekerja. Jiana ingin sekali mengundurkan diri dari tempat ini namun ia harus bekerja dimana? sementara saat ini sangatlah sulit mencari pekerjaan
Susah payah ia banting tulang untuk membiayai kuliahnya. Perusahaan besar A&D ini memang sudah menjadi tujuannya saat masih kuliah, selain itu gaji yang besar juga menjadi pertimbangan Jiana memilih bekerja di perusahaan ini
Jiana tidak seperti gadis lain yang menghabiskan masa muda mereka dengan bersenang-senang. Ia selalu menyendiri tak terlalu banyak bergaul karena menurutnya itu akan banyak membuang uang
Jiana menarik nafasnya panjang, mengusap airmata dipipi sampai mengering. Ia beranjak bangun, ia sudah terlalu lama berada dikamar mandi. Jiana keluar, seperti biasa ia selalu menundukan pandangannya dari semua orang hingga tak sadar ia telah menabrak tubuh seseorang
Bruk
" Ahh maaf." ucap Jiana
" Emmh Jiana, terima kasih untuk semalam." suara itu sangat Jiana kenali, bibirnya mendadak tersenyum lalu ia mengangkat wajahnya untuk menatap pria yang ia kagumi diam-diam itu
Jiana hanya mengangguk dengan senyum yang tak luntur membuat Darwin juga tersenyum karenanya
" Sebagai ucapan terima kasihku. Bagaimana jika nanti setelah pulang bekerja kita makan malam." ajak Darwin
Jiana terpaku, ini sangat-sangat langka untuknya, makan malam dengan pria yang ia kagumi. Jiana tak berpikir panjang langsung mengangguk begitu saja hingga senyuman kembali terbit di bibir Darwin
" Baiklah, kita bertemu di tempat parkir nanti." ucap Darwin mengusap pelan pundak Jiana sambil berlalu pergi masuk kekamar mandi meninggalkan Jiana yang berjingkrak senang
Darwin memang sangat baik padanya, ia tidak seperti pria lain yang memandang dirinya dari fisik itulah yang membuat Jiana menyukainya. Untuk sesaat sepertinya Jiana melupakan kesedihannya
Jiana berjalan menuju divisi tempat dimana ia biasanya bekerja. Ia menegang, tubuhnya kembali bergetar, kedua tangannya saling mer*mas kuat tatkala pria yang sangat ia benci itu kini menjulang tinggi didepannya dengan berkaca pinggang memarahi kepala divisinya
" Kau benar-benar tidak becus bekerja." begitulah bentakan yang terdengar ditelinga Jiana
Bryan tampan, menggoda namun tetap saja saat marah pria itu menakutkan dimata para kariawannya. Lihatlah, semuanya hanya menunduk takut, tidak ada yang berani menatapnya
Keringat mulai mengucur membasahi seluruh tubuh Jiana. Pemerkosaan Bryan sepertinya membawa dampak buruk pada psikologis gadis itu hingga tubuhnya tak berhenti bergetar bahkan nafas Jiana jadi tersendat apalagi saat pria itu memutar tubuh menghadapnya. Jiana tak kuasa, ia terlalu takut, Jiana memundurkan langkahnya
" Hey culun. Kemarilah." suara bariton serak yang Jiana benci, tatapan itu menyalang tajam pada Jiana
Jiana semakin memundurkan langkahnya dan semakin menundukan pandanganya
" Kau mau kupecat?" lagi suara itu menggema diruangan divisi itu, Bryan mendekat membuat Jiana kian takut dan memundurkan langkahnya lagi
" Jangan!" ucap Jiana dengan bibir bergetar
" Ada apa denganmu? kau gila?" bentak Bryan, benar-benar heran dengan Jiana yang ketakutan seperti itu. Begitupun semua orang disana, entah kenapa mereka jadi ingin tertawa dengan gadis yang selalu mereka buli itu
Rasa takut yang tinggi membuat pandangan Jiana mengabur seketika. Jiana memegangi kepalanya, suara teriakan Bryan pun mulai tak terdengar. Semuanya jadi gelap, tulang kaki Jiana seakan melunak. Tiba-tiba saja ia tergeletak kelantai dan tak sadarkan diri
" Astaga benar-benar si culun ini." umpat Bryan kesal. Bukan menolong Jiana, pria itu malah berjalan melewati Jiana begitu saja dan meninggalkan ruangan divisi Jiana
Semua orang mulai berlari mengerubuni Jiana. Untung saja mereka masih mempunyai hati nurani jadi mereka memutuskan menolong Jiana dan membawa gadis itu ke klinik terdekat
-
-
Dan disinilah Bryan, diklub malam yang sering ia kunjungi bersama para sahabatnya saat jam kerja berakhir. Pria itu memang sangat hobi kesana untuk bersenang-senang memanjakan mata dan adiknya. Sambil sesekali meminum wine merah ditangannya, Bryan tampak melamun membuat dua sahabat yang duduk disampingya heran
" Kau masih galau karena pacarmu itu?" tanya Arnold, pria berdarah Jerman yang seorang dokter muda di rumah sakit dipusat kota. Mereka bersahabat semenjak Sma sampai perguruan tinggi meskipun dengan jurusan yang sama. Sementara sahabat Bryan satu lagi bernama David, pria itu adalah anak dari Tom dan Raisa, umurnya setahun lebih muda dari Bryan. Karena bekerja pada Ken, David dan Bryan sering bermain bersama dan jalinan pertemanan itu masih terjalin hingga mereka sama-sama dewasa
" Aku menyesal. " gumam Bryan
Arnold menepuk pundak Bryan, mencoba memberi semangat pada sahabatnya itu
" aku benar-benar menyesal tidak pernah meniduri Queen. " ucap Bryan lalu ia tertawa kencang hingga mendapat pukulan pada bahunya
" Si brengsek ini ku kira kau benar-benar galau karena seorang wanita." saut Arnold lalu ia ikut tertawa bersama David
" Kau juga sangat aneh, kau meniduri wanita lain. Sementara pacarmu kau anggurkan." ucap David sambil meneguk cairan merah pada gelas ditangannya
Bryan tersenyum kecut
" Aku tidak mau menyakiti Queen, aku ingin menjaga gadis itu sampai kami menikah nanti. Yaa kalian tahulah Queen sedikit special untukku." saut Bryan kembali ia meneguk minumannya
" Ha .. ha .. tidak mungkin kau tidak tergoda dengan Queen. Atau jangan-jangan adikmu sudah tak bereaksi lagi saat bersama wanita. " celetuk David, ketiga pria itu memang mempunyai kelakuan yang sama
"Jaga bicaramu David, kau tidak tahu saja semalam dia sudah berselancar pada lubang yang sangat sempit." saut Bryan yang bicaranya selalu vulgar membuat gadis yang menemani mereka tertawa cekikikan karenanya
" Katakan, dari agensi mana?" David mulai tertarik begitupun Arnold
" Aku juga bingung, semalam aku tidak merasa memesan seorang jalan*. Tapi wanita itu tiba-tiba saja ada dirumahku. Atau mungkin aku lupa, bisa saja aku memesannya saat mabuk."
" Jangan-jangan itu pembantumu." celetuk David usil
" Tidak mungkin. Dia masih muda, aku bisa merasakannya. Dan juga .." Bryan terdiam sejenak mantap David dan Arnold yang menunggu ucapannya
" Dia masih perawan." teriak Bryan heboh
" Memangnya masih ada perawan zaman sekarang." saut David
" Kalian harus mencobanya, kau harus mencobanya." tunjuk Bryan pada David
" Jangan mengarang, kau kan sedang mabuk."
" Kau tidak percaya?Kau datang saja ke Apartementku. Lihat saja kasurku berdarah."
" Mungkin saja gadis itu sedang menstruasi." saut Arnold usil
" Kau menjijikan!" umpat Bryan kesal membuat keduanya tertawa kencang
Bryan memejamkan mata, saat cairan alkohol membuat kepalanya sedikit pusing. Bayangan percintaan itu masih Bryan ingat dengan jelas, tubuh dengan kulit halus serta aroma yang memabukan. Bryan meneguk ludahnya kasar, adiknya mulai bangun karena fantasi liarnya
Segera Bryan membuka mata, lalu Bryan beralih pada gadis cantik disebelahnya. Menggandeng gadis itu dengan tatapan nakalnya. Ia raup bibir yang memberikan senyuman menggoda itu dengan rakus
Kemudian Bryan membopong gadis itu, membawanya ke sebuah kamar yang masih terhubung dengan ruangan VIP tempat ia dan kedua temannya berlangganan. Meninggalkan Arnold dan David yang cekikikan dan tentu setelah Bryan mereka akan menyusul memanjakan adiknya pada dua gadis yang menemani mereka
Bryan hempaskan tubuh itu dengan kasar keranjang
" Buka bajumu." perintah Bryan
Gadis itu menurut, sambil meliuk-liukan badannya menggoda Bryan ia melepas semua yang melekat dalam tubuhnya. Gadis itu kembali berbaring menunggu Bryan menjamah tubuhnya
" Apa kau selalu melakukan perawatan?" tanya Bryan menurunkan resleting pakaiannya dengan suara sudah parau tersulut gairah. Ia pakai pengaman yang sudah tersedia dikamar itu dan mulai merangkak naik ke tubuh gadis itu
" Aku melakukan perawatan ke dokter tiap minggu." sautnya dengan suara yang mendayu
" Aww. " jerit gadis itu kencang tatkala Bryan memasukinya dengan kasar dan tanpa pemanasan lebih dulu
" Dilarang berisik." ucap Bryan membungkam bibir gadis itu dengan telapak tangannya
-
-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!